Cerita Sex Kajadian yang Tidak Terlewatkan Bersama Tante

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
4 views

Narasi Seks Kajadian yang Tidak Terlewatkan Bersama Tante – Awalnya ada pula cerita cabul yang membuat birahi seksual anda segera naik berjudul Narasi Seks Menghidupkan Nafsu Wanita Tanpa Sentuh. Cerita ini terjadi saat saya lulus dari SMU. Kenalkan, namaku Ridwan. Peristiwa ini tidak terlewatkan karena ini ialah pertamanya kali saya rasakan enaknya seks yang sebetulnya. Di saat itu saya make love dgn Teh Shara yang umurnya kurang lebih sepuluh tahun lebih tua dariku. Mukanya manis dan kulitnya putih.

Teh Shara ialah anak tetangga nenekku di dusun wilayah Cilacap yang turut dgn keluargaku di Kota Semarang semenjak SMP. Waktu SD dia sekolah di dusun, kemudian dia dibawa keluargaku di kota untuk meneruskan sekolah sekalian menolong keluargaku khususnya menjaga saya. Kami benar-benar dekat bahkan juga di kerap ngeloni saya. Teh Shara turut dgn keluargaku sampai ia lulus SMA atau saya kelas 2 SD dan ia lagi ke dusun. Namanya anak kecil, menjadi saya tidak ada hati apapun padanya.

narasi seks, cersex, cersex 2024, narasi seks terkini, narasi seks tante, cerita bersama tante yang tidak terlewatkan
Narasi Seks Terkini Kemudian kami jarang-jarang berjumpa, paling-paling cuma satu tahun satu atau 2x. 3 tahun selanjutnya dia menikah dan waktu saya kelas dua SMP saya harus berpindah luar Jawa ke Kota Makassar meng ikuti ayah yang dipindahkan pekerjaan. Kemudian kami sebelumnya tidak pernah berjumpa kembali. Kami cuma terkait melalui surat dan beritanya dia saat ini sudah mempunyai seorang anak. di saat saya lulus SMA saya pulang ke rumah nenek dan punya niat cari tempat kuliah di Kota Yogya.
Sesampainya di dalam rumah nenek saya tahu jika Teh Shara telah mempunyai rumah sendiri dan tinggal dengan suaminya di dusun seberang. Sesudah 2 hari di dalam rumah nenek saya punya niat berkunjung rumah Teh Shara. Sesudah dikasih tahu arah tempat tinggalnya (sekitaran 1 km) saya pergi kurang lebih jam tiga sore dan punya niat bermalam. Dari sini narasi ini bermula.

Sesudah jalan lebih kurang 20 menit, pada akhirnya saya sampai di dalam rumah yang ciri-cirinya sama dgn yang disebutkan nenek. Sesaat kuamati keliatannya sepi, lantas saya coba mengetuk pintu tempat tinggalnya.

“Ya sesaat..” kedengar sahutan wanita dari dalam.

Selang beberapa saat keluar seorang wanita dan saya tetap mengenal muka itu walaupun lama tidak berjumpa. Teh Shara kelihatan manis dan kulitnya masih putih seperti dahulu. Ia kelihatannya tidak mengenalku.

“Mencari siapa ya? bertanya Teh Shara”.

“Anda Teh Shara kan?” saya kembali menanyakan.

“Iya betul, anda siapa ya dan ada kepentingan apa?” Teh Shara menanyakan lagi dgn raut muka yang berusaha mengingat.

“Masih inget dengan aku tidak Teh? Saya Ridwan Teh, masak lupa dengan aku”, kataku.

“Kamu Ridwan anaknya Pak Tono?” kata Teh Shara 1/2 tidak yakin.

“Ya ampun Rid, saya tidak ngenalin kamu kembali. Berapakah tahun coba kita tidak berjumpa.” Kata Teh Shara sekalian merengkuh badanku dan menciumi mukaku.

Saya terkejut 1/2 mati, baru ini kali saya diciumi seorang wanita. Saya rasa buah dadanya menekan dadaku. Ada hati lain ada saat itu.

“Kamu kapan hadirnya, dgn siapa” kata Teh Shara sekalian melepaskan dekapannya.

“Saya tiba 2 hari lantas, saya cuma sendiri.” kataku.

“Eh iya mari masuk, sampai lupa, mari duduk.” Ucapnya sekalian menyeret tanganku.

Kami selanjutnya duduk di ruangan tamu sekalian mengobrol mana-mana, mahfum lama tidak tetemu. Teh Shara duduk berdempetan dgnku. Sudah pasti buah dadanya melekat pada lenganku. Saya sedikit terangsang karena ini, tetapi saya coba hilangkan pikiran ini karena Teh Shara telah saya kira sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatkan kamu minum, kamu tentu haus, sesaat ya..” kata Teh Shara ditengah-tengah perbincangan.

Selang beberapa saat dia tiba,

“Mari ini diminum”, kata Teh Shara.

“Kok sepi, pada ke mana Teh?” Tanyaku.

“Oh kebenaran Mas Heri (suaminya Teh Shara) pergi kerumah orang tuanya, ada kepentingan, gagasannya esok pulangya dan sang Dani (anaknya Teh Shara) turut” jawab Teh Shara.

“Belum mempunyai Adik Teh dan Teh Shara kok tidak turut?” tanyaku kembali.

“Belum Rid walau sebenarnya sudah ingin lho.. tetapi memang dapatnya lama mungkin ya, seperti sang Dani dahulu. Teh Shara mengurusi rumah menjadi tidak dapat turut” ucapnya.

Itil V3
“Eh kamu nginep di sini kan? Teh masih rindu lho dengan kamu” ucapnya kembali.

“Iya Teh, barusan telah pamit kok” kataku.

“Kamu mandi dahulu sana, nanti terburu dingin” kata Teh Shara.

Lantas saya pergi mandi ada di belakang rumah dan sesudah usai saya lihat-lihat kolam ikan ada di belakang rumah dan kusaksikan Teh Shara giliran mandi. Lebih kurang lima belas menit, Teh Shara usai mandi dan saya kaget karena dia cuma kenakan handuk yang dililitkan di badannya. Saya pastikan dia tidak menggunakan BH dan mungkin CD karena tidak saya saksikan tali BH menggantung di bahunya.

“Sayg Rid ikannya tetap kecil, tidak dapat buat lauk” kata Teh Shara sekalian mengambil langkah ke arahku lantas kami bercakap sesaat mengenai kolam ikannya.

Kusaksikan buah dadanya sedikit menyembul dari bebatan handuknya dan ditambahkan berbau wangi badannya membuatku terangsang. Selang beberapa saat dia pamit ingin mengganti pakaian. Mataku tidak lepas memerhatikan badan Teh Shara dari belakang. Kulitnya betul-betul putih. Sepasang pahanya putih mulus kelihatan terang membuat kemaluanku berdiri. Ingin rasanya saya lepas handuknya lantas meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dgn kemaluanku seperti pada bokep yang kerap saya saksikan. Sesaat saya berangan-angan lantas kucoba hilangkan angan-angan tersebut.

Haripun ganti petang, udara dingin pegunungan mulai berasa. Sesudah makan malam kami menonton teve sekalian bercakap beberapa hal, sampai tidak berasa telah jam sembilan.

“Rid kelak kamu tidur dengan aku ya, Teh rindu lho ngeloni kamu” kata Teh Shara.

“Apa Teh?” Kataku kaget.

“Iya.. Kamu kelak tidur dengan aku saja. Inget tidak dahulu waktu kecil saya kerap ngeloni kamu” ucapnya.

“Iya Teh saya inget” jawabku.

“Nach mari tidur, Teh sudah mengantuk nih” kata Teh Shara sekalian bergerak mengambil langkah ke ruang tidur dan saya meng ikutinya dari belakang, pikiranku bercita-cita ngeres. Sampai dikamar tidur saya masih sangsi untuk naik ke tempat tidur.

“Mari menjadi tidur tidak?” bertanya Teh Shara.

Lantas saya naik dan berbaring disebelahnya. Saya deg-degan. Kami masih bercakap sampai jam 10 malam.

“Tidur ya.. Teh sudah mengantuk sekali” kata Teh Shara.

“Iya Teh” kataku meskipun sebetulnya saya belum mengantuk karena pikiranku makin ngeres saja terbayg-bayg panorama menarik sore barusan, apalagi sekarang Teh Shara terbujur di sampingku, kurasakan kemaluanku mengeras.

Saya melihat ke Teh Shara dan kusaksikan dia sudah tertidur pulas. Dadaku makin berdebar-debar kuat tidak tahu apa yang harus saya kerjakan. Ingin saya masturbasi karena tidak tahan, ingin saya merengkuh Teh Shara dan nikmati badannya, tetapi itu mustahil pikirku. Saya berusaha hilangkan pikiran kotor itu, tetapi masih tetap tidak dapat sampai jam 11 malam. Lantas saya putus kan untuk menyaksikan paha Teh Shara sekalian saya masturbasi karena kebingungan dan sudah tidak kuat kembali.

Dgn dada berdebar saya membuka selimut yang tutupi kakinya, selanjutnya dgn perlahan-lahan saya singkapkan roknya sampai celana dalam hitamnya terlihat, dan kelihatanlah sepasang paha putih mulus dimukaku beitu dekat dan terang. Sebelumnya saya cuma ingin menyaksikannya saja sekalian berangan-angan dan lakukan masturbasi, tapi saya ingin rasakan bagaimana meraba-raba paha seorang wanita tetapi saya takut jika ia terjaga. Kurasakan kemaluanku naik-lonjak seolah ingin menyaksikan apa yang membuat terjaga. Karena telah terkuasai gairah pada akhirnya saya nekad, kapan kembali jika tidak saat ini pikirku.

Dgn berhati-hati saya mulai meraba-raba paha Teh Shara di atas lutut lantas keatas, berasa lembut sekali dan kulakukan seringkali. Karena makin ingin tahu saya coba meraba-raba celana dalamnya, tapi mendadak Teh Shara terjaga.

“Ridwan! Apa yang kamu kerjakan!” kata Teh Shara dgn kaget.

Dia lantas tutupi pahanya dgn rok dan selimutnya lantas duduk sekalian menampar pipiku. Berasa sakit sekali.

“Kamu kok berani melakukan perbuatan kurang ajar pada Teh Shara. Siapa yang ngajari kamu?” kata Teh Shara dgn geram.

Saya cuma dapat diam dan merunduk takut. Kemaluanku yang semula demikian gagah saya rasa langsung menjadi kecil seolah lenyap.

“Tidak kusangka kamu dapat lakukan hal tersebut padaku. Awas kelak kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Teh Shara.

“Ja.. jangan Teh” kataku ketakutan.

“Teh Shara kan salah” kataku kembali bela diri.

“Apa tujuanmu?” bertanya Teh Shara.

“Teh Shara tetap memandang saya anak kecil, walau sebenarnya saya kan sudah besar Teh, telah lebih dari 17 tahun. Tetapi Teh Shara tetap perlakukan saya waktu seperti saya masih kecil, gunakan ngeloni saya Trus barusan sore , habis mandi Teh Shara cuma menggunakan handuk saja dimukaku. Saya kan lelaki normal Teh” jelasku.

Kusaksikan Teh Shara cuma diam saja, lantas saya punya niat keluar kamar.

“Teh.. izin, agar saya tidur saja di dalam kamar samping” kataku sekalian turun dari tempat tidur dan jalan keluar.

Teh Shara cuma diam saja. Sampai di dalam kamar samping saya rebahkan badanku dan menyumpahi diriku yang melakukan perbuatan bodoh dan membaygkan apa yang bisa terjadi esok. Lebih kurang 15 menit selanjutnya kudengar pintu kamarku diketok.

“Rid.. kamu masih bangun? Teh bisa masuk tidak?” Kedengar suara Teh Shara di luar.

“Ya Teh, silahkan” kataku sekalian berpikiran ingin apa ia.

Teh Shara masuk kamarku lantas kami duduk di pinggir tempat tidur. Saya saksikan mukanya tidak geram kembali.

“Rid.. Maafkan Teh ya sudah nampar kamu” ucapnya.

“Semestinya saya yang meminta maaf sudah kurang ajar sama Teh Shara” kataku.

“Tidak Rid, kamu tidak salah, sesudah Teh berpikir, apa yang kamu ucapkan barusan betul. Karena lama tidak berjumpa, Teh masih memandang kamu seorang anak kecil seperti dahulu saya ngasuh kamu. Teh tidak mengetahui jika kamu saat ini telah besar” kata Teh Shara.

Saya cuma diam dalam hatiku merasa lega Teh Shara tidak geram kembali.

“Rid, kamu benar ingin sama Teh?” bertanya Teh Shara.

“Tujuan Teh?” kataku kaget sekalian melihati mukanya yang kelihatan bagitu manis.

“Iya.. Teh kan sudah tidak muda kembali, masa’ sich kamu tetap tertarik dengan aku?” ucapnya kembali.

Saya cuma diam, takut salah bicara dan membuat geram kembali.

“Tujuan Teh.., jika kamu benar ingin sama Teh, saya ikhlas kok melakukan dgn kamu” ucapnya kembali.

Dengar hal tersebut saya tambah kaget, seolah tidak yakin.

“Apa Teh” kataku kaget.

“Bukan apapun Rid, kamu jangan berpikir enggak-enggak sama Teh. Ini cuma untuk memberikan keyakinan Teh jika kamu sudah dewasa dan lain waktu tidak memandang kamu anak kecil kembali” kata Teh Shara

Kembali lagi saya cuma diam, seolah tidak yakin. Ingin saya menjelaskan iya, tetapi takut dan malu. Ingin menampik tetapi kupikir kapan kembali peluang semacam ini yang sejauh ini cuma dapat saya baygkan.

“Bagaimana Rid? Tetapi sekali saja ya.. dan kamu harus janji ini jadi rahasia kita berdua” kata Teh Shara.

Saya cuma menggangguk kecil pertanda jika saya ingin.

“Kamu tentu tidak pernah kan?” kata Teh Shara.

“Belum Teh, tetapi sebelumnya pernah saksikan di film” kataku.

“Jika demikian saya tidak perlu ngajari kamu kembali” kata Teh Shara.

Teh Shara lantas melepas pakaiannya dan kelihatanlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, saya diam sekalian memerhatikan, birahiku mulai naik. Lantas Teh Shara melepas roknya dan paha mulus yang saya geraygi barusan kelihatan. Tangannya ditujukan ke belakang bahu dan BH itu juga lepas, sepasang buah dada memiliki ukuran sedang kelihatan benar-benar cantik dipadukan dgn puting susunya yang muncul ke depan. Teh Shara lantas melepas CD hitamnya dan sekarang dia sudah telanjang bundar. Penisku berasa tegang karena baru pertama ini kali saya menyaksikan wanita telanjang langsung di depanku. Dia naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya telentang. Saya demikian kagum, baygkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah tiduran di tempat tidur pas di depanku. Saya terheran dan sangsi untuk melakukan.

“Mari Rid.. apa yang kamu nantikan, Teh udak siap kok, jangan takut, kelak Teh tolong” kata Teh Shara.

Selekasnya saya melepas semua bajuku karena sebetulnya saya tidak tahan kembali. Kusaksikan Teh Shara memerhatikan kemaluanku yang berdenyut, saya lantas naik ke atas tempat tidur. Karena tidak sabar,langsung saya mengawalinya. Langsung saya kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, berasa dia kurang melayani bibirku, kupikir mungkin suaminya sebelumnya tidak pernah melakukan, tetapi tidak saya pedulikan, terus saya lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lantas saya elus-elus dan remas buah dadanya sekalian kadang-kadang melintir puting susunya.

“Ooh.. Rid.. apa yang kau kerjakan.. ergh.. sshh..” Teh Shara mulai mendesah pertanda birahinya mulai naik, kadang-kadang kurasakan dia menelan ludahnya yang mulai mengental. Sesudah senang dgn bibirnya, sekarang mulutku kuarahkan ke bawah, saya ingin rasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sesaat saya pandangi buah dada yang sekarang pas ada di hadapanku, ooh benar-benar cantiknya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti tidak pernah tersentuh lelaki. Langsung saya jilati dimulai dari bawah lantas ke putingnya, dan buah dada kanannya masih tetap kuremas-remas hingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghh” Teh Shara mendesah luar biasa saat saya menggigit puting susunya.

Kulirik mukanya dan kelihatan matanya merem terbuka dan giginya menggigit bibir bawahnya. Sekarang jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disitu kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekitar kemaluannya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, berasa lubang itu sangat basah, pertanda jika dia telah betul-betul terangsang. Kupermainkan jari-jariku sekalian cari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku masuk keluar dalam lubang yang makin licin itu.

“Aargghh.. eemhh.. Rid kam.. mu ngapainn oohh..” kata Teh Shara meracau tidak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan tubuhnya mengeliat-geliat. Tidak kupedulikan ucapannya. Badan Teh Shara makin mengelinjang terkuasai gairah birahi. Kuarasakan badan Teh Shara menegang dan kusaksikan mukanya memeras bercucur keringat, kupikir ia mau klimaks. Kupercepat pergerakan jariku di dalam kemaluannya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Teh Shara dgn napas terengah-engah dan mendadak..

“Oohh aahh..” Teh Shara mendesah luar biasa dan pinggulnya terangkut, tubuhnya tergetar luar biasa seringkali. Berasa cairan hangat penuhi kemaluannya.

“Ohh.. ohh.. emhh..” Teh Shara tetap mendesah-desah menghayati kepuasan yang baru dicapainya.

“Rid apa yang kamu kerjakan kok Teh dapat seperti begini” bertanya Teh Shara.

“Mengapa emangnya Teh? Kataku.

“Baru ini kali saya rasakan nikmat semacam ini, hebat” kata Teh Shara.

Dia lantas menceritakan jika sepanjang bersama suaminya dia sebelumnya tidak pernah memperoleh kepuasan, karena mereka cuma sesaat saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat usai.

“Teh saat ini giliranku” kubisikkan ditelinganya, Teh Shara menggangguk kecil.

Saya mulai mencumbunya kembali. Kulakukan seperti barusan, dimulai dari bibirnya yang kulumat, lantas buah dadanya yang saya cicipi, tidak lupa jari-jariku kupermainkan dalam kemaluannya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” kedengar Teh Shara mulai mendesah-desah kembali pertanda dia sudah terangsang.

Sesudah saya rasa cukup, saya ingin selekasnya rasakan bagaimana rasanya menusukkan kemaluanku ke kemaluannya. Saya menjajarkan badanku di atas badannya dan Teh Shara tahu, dia lantas mengangkangkan pahanya dan kuarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Setelah tiba dimukanya saya sangsi untuk melakukan.

“Mari Rid jangan takut, masukkan saja” kata Teh Shara.

Pelan-pelan saya masukan kemaluanku sekalian kunikmati, bless berasa nikmat waktu itu. Kemaluanku gampang saja masuk kemaluannya karena sangat basah dan licin. Sekarang mulai kugerakkan pinggulku turun naik pelan-pelan. Ohh enaknya.

“Bisa lebih cepat Rid arghh.. emhh” kata Teh Shara terputus-putus dgn mata merem-melek.

Saya mempercepat pergerakanku dan kedengar suara berkecipak dari kemaluannya.

“Iya.. demikian.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Teh Shara berbicara tidak karuan.

Keringat kami bercucur deras sekali. Kusaksikan mukanya makin memeras.

“Rid, Teh ingin.. sedap kembali.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Teh Shara sekalian mendesah panjang, badannya tergetar dan kurasakan kemaluannya disanggupi cairan hangat menyirami penisku.

Remasan dinding kemaluannya demikian kuat, aku juga mempercepat pergerakanku dan.. croott.. aku juga capai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar dalam kemaluannya. Kurasakan nikmat yang hebat, berulang-kali lebih nikmat dibanding saat saya masturbasi. Saya dekap badannya erat-erat sekalian mengecup puting susunya nikmati kepuasan seks yang sebenarnya yang baru saya rasa pertama kalinya dalam hidupku. Sesudah cukup kumenikmatinya saya cabut kemaluanku dan merebahkan tubuhku disampinya.

“Teh Shara, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sekalian kukecup pipinya.

“Teh Rid.. baru ini kali Teh rasakan kepuasan semacam ini, kamu luar biasa” kata Teh Shara lantas mengecup bibirku.

Kami berdua lantas tidur karena kecapaian.

Kurang lebih jam 3 pagi saya terjaga dan merasa haus sekali, saya ingin cari minum. Saat saya baru ingin turun dari tempat tidur, Teh Shara terjaga.

“Kamu ingin ke mana Rid..” ucapnya.

“Saya ingin mencari minum, saya haus. Teh Shara ingin?” Kataku.

Dia cuma menggangguk kecil. Saya mengambil selimut untuk tutupi anuku lantas saya ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

“Ini Teh minumnya” kataku sekalian kusodorkan satu gelas air putih.

Saya duduk di pinggir tempat tidur sekalian melihati Teh Shara yang badannya tertutupi selimut minum air yang kuberikan.

“Ada apakah Rid, kok kamu melihati Teh” ucapnya.

“Ah tidak Papah. Teh elok” kataku sedikit membujuk.

“Ah kamu Rid, dapat saja, Teh kan sudah tua Rid” kata Teh Shara.

“Benar kok, Teh justru semakin elok saat ini” kataku sekalian kukecup bibirnya.

“Rid.. bisa tidak Teh meminta suatu hal” kata Teh Shara.

“Meminta apa Teh?” tanyaku ingin tahu.

“Ingin tidak kamu jika..” kata Teh Shara berhenti.

“Jika apa Teh?” kataku penuh tanda pertanyaan.

“Jika.. jika kamu emm.. melakukan kembali” kata Teh Shara dgn malu sekalian merunduk, kelihatan pipinya memeras.

“Lho.. ucapnya barusan, sekali saja ya Rid.., tetapi saat ini kok?” kataku memikatnya.

“Ah kamu, kan barusan Teh tidak ngira akan seperti begini” ucapnya manja sekalian mencubit lenganku.

“Dgn suka hati saya akan layani Teh Shara” kataku.

Sebetulnya saya baru ingin ajaknya kembali, e.. justru ia lebih dulu. Rupanya Teh Shara suka. Memang betul bila seorang wanita sebelumnya pernah merasa senang, ia sendiri yang akan minta. Kami mulai bercumbu kembali, ini kali saya ingin nikmati dgn dgn sepuas hatiku. Ingin kunikmati tiap inch badannya, karena sekarang saya tahu Teh Shara juga ingin. Seperti barusan, pertama kali bibirnya yang kunikmati. Dgn penuh kehalusan saya melumat-lumat bibir Teh Shara.

Saya semakin berani, kugunakan lidahku untuk memotong bibirnya, kupermainkan lidahku. Teh Shara mulai berani, lidahnya dimainkan hingga lidah kami sama-sama beradu, membuatku makin kerasan saja lama-lama nikmati bibirnya. Tanganku seperti barusan, bekerja di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal dimulai dari lembah sampai ke pucuknya lantas saya pelintir putingnya hingga membuat menggelinjang dan mengelinjang. Dua bukit kembar itu juga makin mengeras. Dia menggigit bibirku saat kupelintir putingnya.

Saya telah senang dgn bibirnya, sekarang mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dgn cepat lidahku menari-nari di atas bukitnya yang putih mulus tersebut. Tanganku masih tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kusaksikan mata Teh Shara benar-benar redup, dan dia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya keluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Rid.. emhh..” kata Teh Shara mendesah-desah.

Mendadak tangannya menggenggam tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menggeretnya ke selangkangannya. Saya memahami apa yang diinginnya, ternyata dia ingin saya selekasnya permainkan kemaluannya. Jari-jarikupun selekasnya bergerilya di kemaluannya. Kugerakkan jariku masuk keluar dan kuelus-elus klentitnya membuat makin menggeliat tidak karuan.

“Ya.. terruss.. aargghh.. emmhh.. sedap.. oohh..” mulut Teh Shara meracau.

Setiap Teh Shara berasa ingin capai klimaks, saya stop jariku menyerang kemaluannya, sesudah ia cukup tenang, saya mempermainkan kembali kemaluannya, kulakukan seringkali.

“Emhh Rid.. mari donk jangan demikian.. kau jahat oohh..” kata Teh Shara meminta.

Dengarnya membuatku merasa kasihan , tetapi saya tidak membuat klimaks dgn jariku tapi dgn mulutku, saya betul-betul ingin coba semua yang sebelumnya pernah saya saksikan di bokep.

Selekasnya saya tujukan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekitar kemaluannya dan kelihatanlah kemaluannya yang merah dan mengkilat basah, benar-benar cantik karena baru ini kali menyaksikannya. Saya cukup sangsi untuk melakukan, tapi rasa penasaranku seperti apakah sich rasanya menjilat-jilati kemaluan semakin lebih besar. Selekasnya saya jilati lubang itu, lidahku kujulurkan masuk keluar.

“Rid.. apa yang kamu kerjakan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Teh Shara.

Dia kaget saya memakai mulutku untuk menjilat-jilati kemaluannya, tetapi saya tidak hiraukan ucapannya. Saat lidahku sentuh kelentitnya, dia mendesah panjang dan badannya menggelinjang tidak karuan dan selang beberapa saat badannya tergetar seringkali, tangannya mencekram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar lubang keperempuanannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Rid.. aahh..” kata Teh Shara saat dia klimaks.

Sesudah Teh Shara usai nikmati kepuasan yang didapatnya, saya mencumbunya lagi kembali karena saya ingin capai kepuasan.

“Giliran Teh di atas ya saat ini” kataku.

“Bagaimana Rid saya tidak tahu” kata Teh Shara.

Dibanding saya menerangkan, langsung saya praktikkan. Saya tidur terlentang dan Teh Shara saya suruh mengambil langkah di atas kemaluanku, nampaknya dia mulai memahami. Tangannya menggenggam kemaluanku yang tegang luar biasa lantas pelan-pelan pinggangnya di turunkan dan kemaluannya ditujukan ke kemaluanku dan dalam waktu cepat bless kemaluanku lenyap ditelan kemaluannya. Teh Shara lantas mulai lakukan pergerakan turun naik, dia angkat pinggangnya dan saat sampai di kepala penisku dia turunkan kembali. Sebelumnya dia perlahan-lahan tetapi dia sekarang mulai percepat pergerakannya.

Kusaksikan mukanya penuh dgn keringat, matanya sayu sekalian merem terbuka dan kadang-kadang dia menyaksikan kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sangat seksi muka wanita yang sedang terkuasai gairah birahi dan sedang berusaha untuk capai pucuk kepuasan. Muka Teh Shara kelihatan benar-benar elok semacam itu ditambah lagi dengan rambut sebahunya yang kelihatan berantakan terombang ambing pergerakan kepalanya. Buah dadanya juga terbuncang-guncang, lantas tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras saat jari-jariku melintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” tersebut kata-kata yang keluar mulut Teh Shara.

“Saya tidak kuat kembali Rid..” kata Teh Shara sekalian stop gerakkan tubuhnya, saya tahu dia selekasnya capai klimaks.

Kurebahkan tubuhnya dan saya selekasnya memompa kemaluannya dan selang beberapa saat Teh Shara capai klimaks. Kuhentikan pergerakanku untuk biarkan Teh Shara nikmati kepuasan yang didapatnya. Kemudian saya cabut penisku dan kusuruh Teh Shara menungging lantas kumasukkan kemaluanku dari belakang. Teh Shara kelihatan cuma pasrah saja pada apa yang saya kerjakan padanya. Dia cuma dapat mendesah kepuasan.

Sesudah senang dgn posisi ini, saya suruh Teh Shara tiduran kembali dan saya masukan kembali kemaluanku dan memompa kemaluannya kembali karena saya ingin sekali akhirinya. Sesaat selanjutnya Teh Shara ingin klimaks kembali, mukanya memeras, badannya menggeliat ke sana kesini.

“Ahh.. oh.. Teh ingin sedap kembali Rid.. arrghh ahh..” kata Teh Shara.

“Nantikan Teh, ki kita bersama saya nyaris” kataku.

“Teh sudah tidak tahan Rid.. ahh..” kata Teh Shara sekalian mendesah panjang, badannya tergetar luar biasa, pinggulnya terangkut naik. Cairan hangat menyirami kemaluanku dan kurasakan dinding kemaluannya seolah-olah mengisap penisku demikian kuat dan pada akhirnya aku juga tidak kuat dan croott.. aku juga capai klimaks, oh my god enaknya hebat. Lantas kami sama-sama berangkulan kuat nikmati kepuasan yang barusan kami capai.

Narasi Seks Kajadian yang Tidak Terlewatkan Bersama Tante – Awalnya ada pula cerita cabul yang membuat birahi seksual anda segera naik berjudul Narasi Seks Menghidupkan Nafsu Wanita Tanpa Sentuh. Cerita ini terjadi saat saya lulus dari SMU. Kenalkan, namaku Ridwan. Peristiwa ini tidak terlewatkan karena ini ialah pertamanya kali saya rasakan enaknya seks yang sebetulnya. Di saat itu saya make love dgn Teh Shara yang umurnya kurang lebih sepuluh tahun lebih tua dariku. Mukanya manis dan kulitnya putih.

Teh Shara ialah anak tetangga nenekku di dusun wilayah Cilacap yang turut dgn keluargaku di Kota Semarang semenjak SMP. Waktu SD dia sekolah di dusun, kemudian dia dibawa keluargaku di kota untuk meneruskan sekolah sekalian menolong keluargaku khususnya menjaga saya. Kami benar-benar dekat bahkan juga di kerap ngeloni saya. Teh Shara turut dgn keluargaku sampai ia lulus SMA atau saya kelas 2 SD dan ia lagi ke dusun. Namanya anak kecil, menjadi saya tidak ada hati apapun padanya.

narasi seks, cersex, cersex 2024, narasi seks terkini, narasi seks tante, cerita bersama tante yang tidak terlewatkan
Narasi Seks Terkini Kemudian kami jarang-jarang berjumpa, paling-paling cuma satu tahun satu atau 2x. 3 tahun selanjutnya dia menikah dan waktu saya kelas dua SMP saya harus berpindah luar Jawa ke Kota Makassar meng ikuti ayah yang dipindahkan pekerjaan. Kemudian kami sebelumnya tidak pernah berjumpa kembali. Kami cuma terkait melalui surat dan beritanya dia saat ini sudah mempunyai seorang anak. di saat saya lulus SMA saya pulang ke rumah nenek dan punya niat cari tempat kuliah di Kota Yogya.
Sesampainya di dalam rumah nenek saya tahu jika Teh Shara telah mempunyai rumah sendiri dan tinggal dengan suaminya di dusun seberang. Sesudah 2 hari di dalam rumah nenek saya punya niat berkunjung rumah Teh Shara. Sesudah dikasih tahu arah tempat tinggalnya (sekitaran 1 km) saya pergi kurang lebih jam tiga sore dan punya niat bermalam. Dari sini narasi ini bermula.

Sesudah jalan lebih kurang 20 menit, pada akhirnya saya sampai di dalam rumah yang ciri-cirinya sama dgn yang disebutkan nenek. Sesaat kuamati keliatannya sepi, lantas saya coba mengetuk pintu tempat tinggalnya.

“Ya sesaat..” kedengar sahutan wanita dari dalam.

Selang beberapa saat keluar seorang wanita dan saya tetap mengenal muka itu walaupun lama tidak berjumpa. Teh Shara kelihatan manis dan kulitnya masih putih seperti dahulu. Ia kelihatannya tidak mengenalku.

“Mencari siapa ya? bertanya Teh Shara”.

“Anda Teh Shara kan?” saya kembali menanyakan.

“Iya betul, anda siapa ya dan ada kepentingan apa?” Teh Shara menanyakan lagi dgn raut muka yang berusaha mengingat.

“Masih inget dengan aku tidak Teh? Saya Ridwan Teh, masak lupa dengan aku”, kataku.

“Kamu Ridwan anaknya Pak Tono?” kata Teh Shara 1/2 tidak yakin.

“Ya ampun Rid, saya tidak ngenalin kamu kembali. Berapakah tahun coba kita tidak berjumpa.” Kata Teh Shara sekalian merengkuh badanku dan menciumi mukaku.

Saya terkejut 1/2 mati, baru ini kali saya diciumi seorang wanita. Saya rasa buah dadanya menekan dadaku. Ada hati lain ada saat itu.

“Kamu kapan hadirnya, dgn siapa” kata Teh Shara sekalian melepaskan dekapannya.

“Saya tiba 2 hari lantas, saya cuma sendiri.” kataku.

“Eh iya mari masuk, sampai lupa, mari duduk.” Ucapnya sekalian menyeret tanganku.

Kami selanjutnya duduk di ruangan tamu sekalian mengobrol mana-mana, mahfum lama tidak tetemu. Teh Shara duduk berdempetan dgnku. Sudah pasti buah dadanya melekat pada lenganku. Saya sedikit terangsang karena ini, tetapi saya coba hilangkan pikiran ini karena Teh Shara telah saya kira sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatkan kamu minum, kamu tentu haus, sesaat ya..” kata Teh Shara ditengah-tengah perbincangan.

Selang beberapa saat dia tiba,

“Mari ini diminum”, kata Teh Shara.

“Kok sepi, pada ke mana Teh?” Tanyaku.

“Oh kebenaran Mas Heri (suaminya Teh Shara) pergi kerumah orang tuanya, ada kepentingan, gagasannya esok pulangya dan sang Dani (anaknya Teh Shara) turut” jawab Teh Shara.

“Belum mempunyai Adik Teh dan Teh Shara kok tidak turut?” tanyaku kembali.

“Belum Rid walau sebenarnya sudah ingin lho.. tetapi memang dapatnya lama mungkin ya, seperti sang Dani dahulu. Teh Shara mengurusi rumah menjadi tidak dapat turut” ucapnya.

Itil V3
“Eh kamu nginep di sini kan? Teh masih rindu lho dengan kamu” ucapnya kembali.

“Iya Teh, barusan telah pamit kok” kataku.

“Kamu mandi dahulu sana, nanti terburu dingin” kata Teh Shara.

Lantas saya pergi mandi ada di belakang rumah dan sesudah usai saya lihat-lihat kolam ikan ada di belakang rumah dan kusaksikan Teh Shara giliran mandi. Lebih kurang lima belas menit, Teh Shara usai mandi dan saya kaget karena dia cuma kenakan handuk yang dililitkan di badannya. Saya pastikan dia tidak menggunakan BH dan mungkin CD karena tidak saya saksikan tali BH menggantung di bahunya.

“Sayg Rid ikannya tetap kecil, tidak dapat buat lauk” kata Teh Shara sekalian mengambil langkah ke arahku lantas kami bercakap sesaat mengenai kolam ikannya.

Kusaksikan buah dadanya sedikit menyembul dari bebatan handuknya dan ditambahkan berbau wangi badannya membuatku terangsang. Selang beberapa saat dia pamit ingin mengganti pakaian. Mataku tidak lepas memerhatikan badan Teh Shara dari belakang. Kulitnya betul-betul putih. Sepasang pahanya putih mulus kelihatan terang membuat kemaluanku berdiri. Ingin rasanya saya lepas handuknya lantas meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dgn kemaluanku seperti pada bokep yang kerap saya saksikan. Sesaat saya berangan-angan lantas kucoba hilangkan angan-angan tersebut.

Haripun ganti petang, udara dingin pegunungan mulai berasa. Sesudah makan malam kami menonton teve sekalian bercakap beberapa hal, sampai tidak berasa telah jam sembilan.

“Rid kelak kamu tidur dengan aku ya, Teh rindu lho ngeloni kamu” kata Teh Shara.

“Apa Teh?” Kataku kaget.

“Iya.. Kamu kelak tidur dengan aku saja. Inget tidak dahulu waktu kecil saya kerap ngeloni kamu” ucapnya.

“Iya Teh saya inget” jawabku.

“Nach mari tidur, Teh sudah mengantuk nih” kata Teh Shara sekalian bergerak mengambil langkah ke ruang tidur dan saya meng ikutinya dari belakang, pikiranku bercita-cita ngeres. Sampai dikamar tidur saya masih sangsi untuk naik ke tempat tidur.

“Mari menjadi tidur tidak?” bertanya Teh Shara.

Lantas saya naik dan berbaring disebelahnya. Saya deg-degan. Kami masih bercakap sampai jam 10 malam.

“Tidur ya.. Teh sudah mengantuk sekali” kata Teh Shara.

“Iya Teh” kataku meskipun sebetulnya saya belum mengantuk karena pikiranku makin ngeres saja terbayg-bayg panorama menarik sore barusan, apalagi sekarang Teh Shara terbujur di sampingku, kurasakan kemaluanku mengeras.

Saya melihat ke Teh Shara dan kusaksikan dia sudah tertidur pulas. Dadaku makin berdebar-debar kuat tidak tahu apa yang harus saya kerjakan. Ingin saya masturbasi karena tidak tahan, ingin saya merengkuh Teh Shara dan nikmati badannya, tetapi itu mustahil pikirku. Saya berusaha hilangkan pikiran kotor itu, tetapi masih tetap tidak dapat sampai jam 11 malam. Lantas saya putus kan untuk menyaksikan paha Teh Shara sekalian saya masturbasi karena kebingungan dan sudah tidak kuat kembali.

Dgn dada berdebar saya membuka selimut yang tutupi kakinya, selanjutnya dgn perlahan-lahan saya singkapkan roknya sampai celana dalam hitamnya terlihat, dan kelihatanlah sepasang paha putih mulus dimukaku beitu dekat dan terang. Sebelumnya saya cuma ingin menyaksikannya saja sekalian berangan-angan dan lakukan masturbasi, tapi saya ingin rasakan bagaimana meraba-raba paha seorang wanita tetapi saya takut jika ia terjaga. Kurasakan kemaluanku naik-lonjak seolah ingin menyaksikan apa yang membuat terjaga. Karena telah terkuasai gairah pada akhirnya saya nekad, kapan kembali jika tidak saat ini pikirku.

Dgn berhati-hati saya mulai meraba-raba paha Teh Shara di atas lutut lantas keatas, berasa lembut sekali dan kulakukan seringkali. Karena makin ingin tahu saya coba meraba-raba celana dalamnya, tapi mendadak Teh Shara terjaga.

“Ridwan! Apa yang kamu kerjakan!” kata Teh Shara dgn kaget.

Dia lantas tutupi pahanya dgn rok dan selimutnya lantas duduk sekalian menampar pipiku. Berasa sakit sekali.

“Kamu kok berani melakukan perbuatan kurang ajar pada Teh Shara. Siapa yang ngajari kamu?” kata Teh Shara dgn geram.

Saya cuma dapat diam dan merunduk takut. Kemaluanku yang semula demikian gagah saya rasa langsung menjadi kecil seolah lenyap.

“Tidak kusangka kamu dapat lakukan hal tersebut padaku. Awas kelak kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Teh Shara.

“Ja.. jangan Teh” kataku ketakutan.

“Teh Shara kan salah” kataku kembali bela diri.

“Apa tujuanmu?” bertanya Teh Shara.

“Teh Shara tetap memandang saya anak kecil, walau sebenarnya saya kan sudah besar Teh, telah lebih dari 17 tahun. Tetapi Teh Shara tetap perlakukan saya waktu seperti saya masih kecil, gunakan ngeloni saya Trus barusan sore , habis mandi Teh Shara cuma menggunakan handuk saja dimukaku. Saya kan lelaki normal Teh” jelasku.

Kusaksikan Teh Shara cuma diam saja, lantas saya punya niat keluar kamar.

“Teh.. izin, agar saya tidur saja di dalam kamar samping” kataku sekalian turun dari tempat tidur dan jalan keluar.

Teh Shara cuma diam saja. Sampai di dalam kamar samping saya rebahkan badanku dan menyumpahi diriku yang melakukan perbuatan bodoh dan membaygkan apa yang bisa terjadi esok. Lebih kurang 15 menit selanjutnya kudengar pintu kamarku diketok.

“Rid.. kamu masih bangun? Teh bisa masuk tidak?” Kedengar suara Teh Shara di luar.

“Ya Teh, silahkan” kataku sekalian berpikiran ingin apa ia.

Teh Shara masuk kamarku lantas kami duduk di pinggir tempat tidur. Saya saksikan mukanya tidak geram kembali.

“Rid.. Maafkan Teh ya sudah nampar kamu” ucapnya.

“Semestinya saya yang meminta maaf sudah kurang ajar sama Teh Shara” kataku.

“Tidak Rid, kamu tidak salah, sesudah Teh berpikir, apa yang kamu ucapkan barusan betul. Karena lama tidak berjumpa, Teh masih memandang kamu seorang anak kecil seperti dahulu saya ngasuh kamu. Teh tidak mengetahui jika kamu saat ini telah besar” kata Teh Shara.

Saya cuma diam dalam hatiku merasa lega Teh Shara tidak geram kembali.

“Rid, kamu benar ingin sama Teh?” bertanya Teh Shara.

“Tujuan Teh?” kataku kaget sekalian melihati mukanya yang kelihatan bagitu manis.

“Iya.. Teh kan sudah tidak muda kembali, masa’ sich kamu tetap tertarik dengan aku?” ucapnya kembali.

Saya cuma diam, takut salah bicara dan membuat geram kembali.

“Tujuan Teh.., jika kamu benar ingin sama Teh, saya ikhlas kok melakukan dgn kamu” ucapnya kembali.

Dengar hal tersebut saya tambah kaget, seolah tidak yakin.

“Apa Teh” kataku kaget.

“Bukan apapun Rid, kamu jangan berpikir enggak-enggak sama Teh. Ini cuma untuk memberikan keyakinan Teh jika kamu sudah dewasa dan lain waktu tidak memandang kamu anak kecil kembali” kata Teh Shara

Kembali lagi saya cuma diam, seolah tidak yakin. Ingin saya menjelaskan iya, tetapi takut dan malu. Ingin menampik tetapi kupikir kapan kembali peluang semacam ini yang sejauh ini cuma dapat saya baygkan.

“Bagaimana Rid? Tetapi sekali saja ya.. dan kamu harus janji ini jadi rahasia kita berdua” kata Teh Shara.

Saya cuma menggangguk kecil pertanda jika saya ingin.

“Kamu tentu tidak pernah kan?” kata Teh Shara.

“Belum Teh, tetapi sebelumnya pernah saksikan di film” kataku.

“Jika demikian saya tidak perlu ngajari kamu kembali” kata Teh Shara.

Teh Shara lantas melepas pakaiannya dan kelihatanlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, saya diam sekalian memerhatikan, birahiku mulai naik. Lantas Teh Shara melepas roknya dan paha mulus yang saya geraygi barusan kelihatan. Tangannya ditujukan ke belakang bahu dan BH itu juga lepas, sepasang buah dada memiliki ukuran sedang kelihatan benar-benar cantik dipadukan dgn puting susunya yang muncul ke depan. Teh Shara lantas melepas CD hitamnya dan sekarang dia sudah telanjang bundar. Penisku berasa tegang karena baru pertama ini kali saya menyaksikan wanita telanjang langsung di depanku. Dia naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya telentang. Saya demikian kagum, baygkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah tiduran di tempat tidur pas di depanku. Saya terheran dan sangsi untuk melakukan.

“Mari Rid.. apa yang kamu nantikan, Teh udak siap kok, jangan takut, kelak Teh tolong” kata Teh Shara.

Selekasnya saya melepas semua bajuku karena sebetulnya saya tidak tahan kembali. Kusaksikan Teh Shara memerhatikan kemaluanku yang berdenyut, saya lantas naik ke atas tempat tidur. Karena tidak sabar,langsung saya mengawalinya. Langsung saya kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, berasa dia kurang melayani bibirku, kupikir mungkin suaminya sebelumnya tidak pernah melakukan, tetapi tidak saya pedulikan, terus saya lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lantas saya elus-elus dan remas buah dadanya sekalian kadang-kadang melintir puting susunya.

“Ooh.. Rid.. apa yang kau kerjakan.. ergh.. sshh..” Teh Shara mulai mendesah pertanda birahinya mulai naik, kadang-kadang kurasakan dia menelan ludahnya yang mulai mengental. Sesudah senang dgn bibirnya, sekarang mulutku kuarahkan ke bawah, saya ingin rasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sesaat saya pandangi buah dada yang sekarang pas ada di hadapanku, ooh benar-benar cantiknya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti tidak pernah tersentuh lelaki. Langsung saya jilati dimulai dari bawah lantas ke putingnya, dan buah dada kanannya masih tetap kuremas-remas hingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghh” Teh Shara mendesah luar biasa saat saya menggigit puting susunya.

Kulirik mukanya dan kelihatan matanya merem terbuka dan giginya menggigit bibir bawahnya. Sekarang jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disitu kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekitar kemaluannya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, berasa lubang itu sangat basah, pertanda jika dia telah betul-betul terangsang. Kupermainkan jari-jariku sekalian cari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku masuk keluar dalam lubang yang makin licin itu.

“Aargghh.. eemhh.. Rid kam.. mu ngapainn oohh..” kata Teh Shara meracau tidak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan tubuhnya mengeliat-geliat. Tidak kupedulikan ucapannya. Badan Teh Shara makin mengelinjang terkuasai gairah birahi. Kuarasakan badan Teh Shara menegang dan kusaksikan mukanya memeras bercucur keringat, kupikir ia mau klimaks. Kupercepat pergerakan jariku di dalam kemaluannya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Teh Shara dgn napas terengah-engah dan mendadak..

“Oohh aahh..” Teh Shara mendesah luar biasa dan pinggulnya terangkut, tubuhnya tergetar luar biasa seringkali. Berasa cairan hangat penuhi kemaluannya.

“Ohh.. ohh.. emhh..” Teh Shara tetap mendesah-desah menghayati kepuasan yang baru dicapainya.

“Rid apa yang kamu kerjakan kok Teh dapat seperti begini” bertanya Teh Shara.

“Mengapa emangnya Teh? Kataku.

“Baru ini kali saya rasakan nikmat semacam ini, hebat” kata Teh Shara.

Dia lantas menceritakan jika sepanjang bersama suaminya dia sebelumnya tidak pernah memperoleh kepuasan, karena mereka cuma sesaat saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat usai.

“Teh saat ini giliranku” kubisikkan ditelinganya, Teh Shara menggangguk kecil.

Saya mulai mencumbunya kembali. Kulakukan seperti barusan, dimulai dari bibirnya yang kulumat, lantas buah dadanya yang saya cicipi, tidak lupa jari-jariku kupermainkan dalam kemaluannya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” kedengar Teh Shara mulai mendesah-desah kembali pertanda dia sudah terangsang.

Sesudah saya rasa cukup, saya ingin selekasnya rasakan bagaimana rasanya menusukkan kemaluanku ke kemaluannya. Saya menjajarkan badanku di atas badannya dan Teh Shara tahu, dia lantas mengangkangkan pahanya dan kuarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Setelah tiba dimukanya saya sangsi untuk melakukan.

“Mari Rid jangan takut, masukkan saja” kata Teh Shara.

Pelan-pelan saya masukan kemaluanku sekalian kunikmati, bless berasa nikmat waktu itu. Kemaluanku gampang saja masuk kemaluannya karena sangat basah dan licin. Sekarang mulai kugerakkan pinggulku turun naik pelan-pelan. Ohh enaknya.

“Bisa lebih cepat Rid arghh.. emhh” kata Teh Shara terputus-putus dgn mata merem-melek.

Saya mempercepat pergerakanku dan kedengar suara berkecipak dari kemaluannya.

“Iya.. demikian.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Teh Shara berbicara tidak karuan.

Keringat kami bercucur deras sekali. Kusaksikan mukanya makin memeras.

“Rid, Teh ingin.. sedap kembali.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Teh Shara sekalian mendesah panjang, badannya tergetar dan kurasakan kemaluannya disanggupi cairan hangat menyirami penisku.

Remasan dinding kemaluannya demikian kuat, aku juga mempercepat pergerakanku dan.. croott.. aku juga capai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar dalam kemaluannya. Kurasakan nikmat yang hebat, berulang-kali lebih nikmat dibanding saat saya masturbasi. Saya dekap badannya erat-erat sekalian mengecup puting susunya nikmati kepuasan seks yang sebenarnya yang baru saya rasa pertama kalinya dalam hidupku. Sesudah cukup kumenikmatinya saya cabut kemaluanku dan merebahkan tubuhku disampinya.

“Teh Shara, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sekalian kukecup pipinya.

“Teh Rid.. baru ini kali Teh rasakan kepuasan semacam ini, kamu luar biasa” kata Teh Shara lantas mengecup bibirku.

Kami berdua lantas tidur karena kecapaian.

Kurang lebih jam 3 pagi saya terjaga dan merasa haus sekali, saya ingin cari minum. Saat saya baru ingin turun dari tempat tidur, Teh Shara terjaga.

“Kamu ingin ke mana Rid..” ucapnya.

“Saya ingin mencari minum, saya haus. Teh Shara ingin?” Kataku.

Dia cuma menggangguk kecil. Saya mengambil selimut untuk tutupi anuku lantas saya ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

“Ini Teh minumnya” kataku sekalian kusodorkan satu gelas air putih.

Saya duduk di pinggir tempat tidur sekalian melihati Teh Shara yang badannya tertutupi selimut minum air yang kuberikan.

“Ada apakah Rid, kok kamu melihati Teh” ucapnya.

“Ah tidak Papah. Teh elok” kataku sedikit membujuk.

“Ah kamu Rid, dapat saja, Teh kan sudah tua Rid” kata Teh Shara.

“Benar kok, Teh justru semakin elok saat ini” kataku sekalian kukecup bibirnya.

“Rid.. bisa tidak Teh meminta suatu hal” kata Teh Shara.

“Meminta apa Teh?” tanyaku ingin tahu.

“Ingin tidak kamu jika..” kata Teh Shara berhenti.

“Jika apa Teh?” kataku penuh tanda pertanyaan.

“Jika.. jika kamu emm.. melakukan kembali” kata Teh Shara dgn malu sekalian merunduk, kelihatan pipinya memeras.

“Lho.. ucapnya barusan, sekali saja ya Rid.., tetapi saat ini kok?” kataku memikatnya.

“Ah kamu, kan barusan Teh tidak ngira akan seperti begini” ucapnya manja sekalian mencubit lenganku.

“Dgn suka hati saya akan layani Teh Shara” kataku.

Sebetulnya saya baru ingin ajaknya kembali, e.. justru ia lebih dulu. Rupanya Teh Shara suka. Memang betul bila seorang wanita sebelumnya pernah merasa senang, ia sendiri yang akan minta. Kami mulai bercumbu kembali, ini kali saya ingin nikmati dgn dgn sepuas hatiku. Ingin kunikmati tiap inch badannya, karena sekarang saya tahu Teh Shara juga ingin. Seperti barusan, pertama kali bibirnya yang kunikmati. Dgn penuh kehalusan saya melumat-lumat bibir Teh Shara.

Saya semakin berani, kugunakan lidahku untuk memotong bibirnya, kupermainkan lidahku. Teh Shara mulai berani, lidahnya dimainkan hingga lidah kami sama-sama beradu, membuatku makin kerasan saja lama-lama nikmati bibirnya. Tanganku seperti barusan, bekerja di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal dimulai dari lembah sampai ke pucuknya lantas saya pelintir putingnya hingga membuat menggelinjang dan mengelinjang. Dua bukit kembar itu juga makin mengeras. Dia menggigit bibirku saat kupelintir putingnya.

Saya telah senang dgn bibirnya, sekarang mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dgn cepat lidahku menari-nari di atas bukitnya yang putih mulus tersebut. Tanganku masih tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kusaksikan mata Teh Shara benar-benar redup, dan dia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya keluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Rid.. emhh..” kata Teh Shara mendesah-desah.

Mendadak tangannya menggenggam tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menggeretnya ke selangkangannya. Saya memahami apa yang diinginnya, ternyata dia ingin saya selekasnya permainkan kemaluannya. Jari-jarikupun selekasnya bergerilya di kemaluannya. Kugerakkan jariku masuk keluar dan kuelus-elus klentitnya membuat makin menggeliat tidak karuan.

“Ya.. terruss.. aargghh.. emmhh.. sedap.. oohh..” mulut Teh Shara meracau.

Setiap Teh Shara berasa ingin capai klimaks, saya stop jariku menyerang kemaluannya, sesudah ia cukup tenang, saya mempermainkan kembali kemaluannya, kulakukan seringkali.

“Emhh Rid.. mari donk jangan demikian.. kau jahat oohh..” kata Teh Shara meminta.

Dengarnya membuatku merasa kasihan , tetapi saya tidak membuat klimaks dgn jariku tapi dgn mulutku, saya betul-betul ingin coba semua yang sebelumnya pernah saya saksikan di bokep.

Selekasnya saya tujukan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekitar kemaluannya dan kelihatanlah kemaluannya yang merah dan mengkilat basah, benar-benar cantik karena baru ini kali menyaksikannya. Saya cukup sangsi untuk melakukan, tapi rasa penasaranku seperti apakah sich rasanya menjilat-jilati kemaluan semakin lebih besar. Selekasnya saya jilati lubang itu, lidahku kujulurkan masuk keluar.

“Rid.. apa yang kamu kerjakan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Teh Shara.

Dia kaget saya memakai mulutku untuk menjilat-jilati kemaluannya, tetapi saya tidak hiraukan ucapannya. Saat lidahku sentuh kelentitnya, dia mendesah panjang dan badannya menggelinjang tidak karuan dan selang beberapa saat badannya tergetar seringkali, tangannya mencekram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar lubang keperempuanannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Rid.. aahh..” kata Teh Shara saat dia klimaks.

Sesudah Teh Shara usai nikmati kepuasan yang didapatnya, saya mencumbunya lagi kembali karena saya ingin capai kepuasan.

“Giliran Teh di atas ya saat ini” kataku.

“Bagaimana Rid saya tidak tahu” kata Teh Shara.

Dibanding saya menerangkan, langsung saya praktikkan. Saya tidur terlentang dan Teh Shara saya suruh mengambil langkah di atas kemaluanku, nampaknya dia mulai memahami. Tangannya menggenggam kemaluanku yang tegang luar biasa lantas pelan-pelan pinggangnya di turunkan dan kemaluannya ditujukan ke kemaluanku dan dalam waktu cepat bless kemaluanku lenyap ditelan kemaluannya. Teh Shara lantas mulai lakukan pergerakan turun naik, dia angkat pinggangnya dan saat sampai di kepala penisku dia turunkan kembali. Sebelumnya dia perlahan-lahan tetapi dia sekarang mulai percepat pergerakannya.

Kusaksikan mukanya penuh dgn keringat, matanya sayu sekalian merem terbuka dan kadang-kadang dia menyaksikan kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sangat seksi muka wanita yang sedang terkuasai gairah birahi dan sedang berusaha untuk capai pucuk kepuasan. Muka Teh Shara kelihatan benar-benar elok semacam itu ditambah lagi dengan rambut sebahunya yang kelihatan berantakan terombang ambing pergerakan kepalanya. Buah dadanya juga terbuncang-guncang, lantas tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras saat jari-jariku melintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” tersebut kata-kata yang keluar mulut Teh Shara.

“Saya tidak kuat kembali Rid..” kata Teh Shara sekalian stop gerakkan tubuhnya, saya tahu dia selekasnya capai klimaks.

Kurebahkan tubuhnya dan saya selekasnya memompa kemaluannya dan selang beberapa saat Teh Shara capai klimaks. Kuhentikan pergerakanku untuk biarkan Teh Shara nikmati kepuasan yang didapatnya. Kemudian saya cabut penisku dan kusuruh Teh Shara menungging lantas kumasukkan kemaluanku dari belakang. Teh Shara kelihatan cuma pasrah saja pada apa yang saya kerjakan padanya. Dia cuma dapat mendesah kepuasan.

Sesudah senang dgn posisi ini, saya suruh Teh Shara tiduran kembali dan saya masukan kembali kemaluanku dan memompa kemaluannya kembali karena saya ingin sekali akhirinya. Sesaat selanjutnya Teh Shara ingin klimaks kembali, mukanya memeras, badannya menggeliat ke sana kesini.

“Ahh.. oh.. Teh ingin sedap kembali Rid.. arrghh ahh..” kata Teh Shara.

“Nantikan Teh, ki kita bersama saya nyaris” kataku.

“Teh sudah tidak tahan Rid.. ahh..” kata Teh Shara sekalian mendesah panjang, badannya tergetar luar biasa, pinggulnya terangkut naik. Cairan hangat menyirami kemaluanku dan kurasakan dinding kemaluannya seolah-olah mengisap penisku demikian kuat dan pada akhirnya aku juga tidak kuat dan croott.. aku juga capai klimaks, oh my god enaknya hebat. Lantas kami sama-sama berangkulan kuat nikmati kepuasan yang barusan kami capai.

 

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Majikanku Sukai Berhubungan Dengan Ku
Category: Foto Bokep Tags:
cersex adik cersex citra cersex artis cersex anak sd cersex cadar cersex janda desa