• Foto Bugil Gadis Muda Yang Lugu

    Foto Bugil Gadis Muda Yang Lugu


    1791 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Tak Bisa Ku Menahan Horny Dengan Foto Modelku

    Tak Bisa Ku Menahan Horny Dengan Foto Modelku


    1791 views

    Aku mungkin sudah banyak malang melintang di dunia fotografer, kamar yang sebagian orang tabu untuk dibuka dan bisa aku foto “kenapa dibilang tabu” karena pasangan yang aku foto dalam keadaan ML.

    Bukan apa-apa karena gak tau pasangan itu pengen mengabadikan gaya sex mereka dalam sebuah album yang ”historisnya” tinggi dan ini adalah konsumsi pribadi mereka, Bayaran lumayan Gede waktu itu, Honor yang lumayan bisa buat deting sama pacar-pacar.

    Lebih dari 2 brow pacarku, maklum aku fotografer setiap ada model cakep yang pengen orbit dan cepat tenar kadang aku bumbu-bumbuin otomatis juga dia sering kasih tips.

    ”Cium gratis” enak juga mereka semua kan model, tidak usah minta no Hp yang ribet-ribet mereka sendiri yang pengen save no aku, kayak artis juga.

    He ngomong-Ngomong dalam karirku aku mengalami kejadian sex yang bikin aku konak saat itu, mau tau cerita seks selengkapnya:

    “Ayo sayang, jangan malu, buka lebar kakinya …” pinta Soleh . “ ah .. jangan lebar lebar dong , malu ..” jawab si gadis . Soleh pun membidik dan memfoto , pose erotis gadis itu dengan camera digital megapixelnya .

    “gak usah malu sayang, punya body oke gak apa apa dong di tonton..” ujar Soleh lagi. “ oke sekarang coba menunging, dan buka deh kakinya agak lebar ..” pinta Soleh lagi. Gadis itu menurut, “ seperti ini ..”.

    “yah, begitu, bagus banget deh pantat kamu, sangat sexy ..” ujar Soleh, sambil memfoto pose itu beberapa kali .

    Mungkin Soleh juga gak tahan lagi, dan dia meraba vagina gadis itu. “ ahh … jangan ahh … “ gadis itu mulai bersuara, dan merubah posisinya. Gadis kembali duduk di atas ranjang hotel itu, dan kembali Soleh memfoto beberapa shoot lagi.

    “udah ah, waktunya sudah habis..” gadis itu berjalan ke kamar mandi dan mengunci pintu. Soleh hanya tersenyum saja.

    Tak lama Gadis itu sudah rapi berpakaian kembali, dengan t shirt dan rok mini sexynya itu.

    “Soleh eloe benar kan, bisa promosiin gua supaya bisa ikut main sinetron“ tanya Gadis itu.

    “ Tenang aja Ning , gua kenal ma , banyak producer film …” jawab Soleh.

    “ benar yah …” kata Ningrum, dan gadis itu bersemangat .

    Tangan Soleh pun mulai nakal, dan meraba paha mulus Ningrum.“ ih, Soleh, kamu genit yah …” ujar Ningrum. Tak hanya di situ, Soleh pun memarkirkan bibirnya di bibir indah Ningrum. Ningrum tak menolak , mereka pun berciuman dengan nafsu.

    Tangan Ningrum cukup agresif, meraba raba selangkangan Soleh. Dan perlahan membuka zippernya, Hingga penis Soleh mencuat keluar dari balik celana boxer. “ ihh , besar banget sih , punya kamu ..” seru Ningrum.

    “ kamu sukakan, sayang..” ujar Soleh. Ningrum tersenyum, dan memainkan penis Soleh yang sudah tegang itu.

    Sedangkan tangan Soleh juga terlihat sudah berada di balik rok mini Ningrum. “ ahh, kamu, jahat, bikin saya nafsu aja nih..” guman Ningrum. Soleh hanya terenyum, dan Ningrum mulai mengubah posisi, lidahnya menjulur, menyentuh ujung penis Soleh. “ ohh….. “Soleh melenguh.

    Ningrum terus memainkan ujung penis Soleh, dengan lidahnya, sesaat kemudian, mulai mengulumnya. “ yes babe , yes ..” desah Soleh, sambil ikut mengoyangkan pantatnya.

    Sambil kedua tangan Soleh, melepas t shirt Ningrum, yang jongkok di hadapannya. Dan tangan Soleh mulai meraba raba buah dada, Ningrum yang montok, dan tampak sexy itu.

    Gerakan Ningrum, semakin hot, memberi Soleh the best blowjob dengan harapan Soleh akan membatunya masuk ke duania showbizz. Tangan Soleh, juga terus memainkan buah dada Ningrum, meremas, remas, dan memainkan putting susunya yang tampak menonjol terangsang itu.

    Tubuh Ningrum pun terlihat mengelijing, sambil terus mengulum penis Soleh.

    Sepuluh menit berlalu, Soleh sudah semakin dekat ke puncak birahinya , kini kedua

    tangannya , memegang kepala Ningrum , dan menguyangkan kepalanya muju dan mundur . “

    oh .. ..oh…” Soleh melenguh, dan Ningrum menerima dengan nafsu setiap desakan penis besar soleh di mulutnya .

    “ohh, gua sudah mau keluar..” erang Soleh. Sambil mempercepat gerakkan bokongnya. Penisnya bergerak cepat di dalam mulut Ningrum, dan tak lama, Soleh terdiam. Ningrum memejamkan matanya, dan merasakan semburan hangat, dalam mulutnya.

    Ningrum segera berlari ke toilet, membersihkan mulutnya, sedang Soleh terduduk lemas. Tapi itu tak lama, setelah Ningrum keluar dari toilet, Soleh langsung menyambutnya, dan melumat bibirnya dengan nafsu.

    Ningrum memang cantik, di usianya yang menginjak 27 tahun, tubuhnya sexy dan matang. Rambutnya yang sebahu, selalu tertata rapi. Tangan Soleh pun melepas releting rok mini yang di kenakan Ningrum.

    Lalu jari jari nakal Soleh, mulai mengelus elus selangkangan Ningrum, yang masih terbalut celana dalam hitam mininya . “ih … ahh….” desah Ningrum, yang berdiri, sambil memegang pundak Soleh.

    Tangan Soleh pun tak sabar, memelorotkan celana dalam Ningrum. Terlihat bulu bulu, yang menghias bukit vaginanya. Jari Soleh bergerak, meraba belahan vagina Ningrum.

    Mencari daerah sensitif organ rahasia Ningrum. “ shhhh… ahh….”desah Ningrum. Jari Soleh pun mengesek klitoris Ningrum , membuat Ningrum semakin mendesah .

    Jari jari Soleh tidak hanya mengesek, namun bergerak masuk keliang vagina Ningrum “ohh … ohh…. .. ohh…” desah nya. Jari jari Soleh lincah bergerak, membuat Ningrum semakin mendesah desah kenikmatan.

    Jari jari yang basah itu terus keluar masuk liang vagina Ningrum, hingga Ningrum di buatnya tak bisa bertahan. “ ahh.. udah .., saya gak kuat di giniin…ahh…” desah Ningrum.

    Yang membuat Soleh semakin mempercapat gerakan jarinya , dalam vagina Ningrum yang semakin basah. “ ahh … udah..ah… “.Dan tiba tiba, tubuh Ningrum mengejang, dan seakan tulangnya lepas, dan Ningrum terduduk di lantai karpet kamar hotel itu.

    Kembali Soleh , menarik tangannya, hingga Ningrum berdiri, dan duduk di pangkuan Soleh, dan Soleh melumat bibir Ningrum dengan nafsu. Bibir mereka menempel erat, dan lidah mereka berpilin pilin, beberapa saat, hingga Soleh, merebahkan tubuh Ningrum, yang sudah separuhnya bugil, di kasur empuk hotel itu.

    Kedua kaki Ningrum di buka lebar oleh Soleh, vaginanya yang memerah, dengan liang vagina yang siap santap. Soleh pun mulai mengarahkan penisnya, mendekat liang vagina Ningrum, dan semakin mendekat .

    “ ahh .. soleh .. pelan pelan ..dong.. …” ujar Ningrum. Soleh hanya tersenyum, dan terus mendesak penis besarnya ke dalam vagina Ningrum, gadis yang cantik itu. “ ohh .. .. ohh… “ erang Ningrum , menikmati desakan hardware milik Soleh itu .

    Soleh pun mulai dengan goyangan saktinya, mendorong, dan menarik, membuat tubuh Ningrum, mengelijing, dan mulutnya mendesah desah .

    Gerakan Soleh pun semakin cepat, dan Ningrum semakin menikmati gerakan Soleh, seakan di bawa Soleh terbang jauh, melayang di langit kenikmatan .

    Kembali Soleh , menarik tangannya, hingga Ningrum berdiri, dan duduk di pangkuan Soleh, dan Soleh melumat bibir Ningrum dengan nafsu.

    Bibir mereka menempel erat, dan lidah mereka berpilin pilin, beberapa saat, hingga Soleh, merebahkan tubuh Ningrum, yang sudah separuhnya bugil, di kasur empuk hotel itu.

    Kedua kaki Ningrum di buka lebar oleh Soleh, vaginanya yang memerah, dengan liang vagina yang siap santap. Soleh pun mulai mengarahkan penisnya, mendekat liang vagina Ningrum, dan semakin mendekat .

    “ ahh .. soleh .. pelan pelan ..dong.. …” ujar Ningrum. Soleh hanya tersenyum, dan terus mendesak penis besarnya ke dalam vagina Ningrum, gadis yang cantik itu. “ ohh .. .. ohh… “ erang Ningrum , menikmati desakan hardware milik Soleh itu .

    Soleh pun mulai dengan goyangan saktinya, mendorong, dan menarik, membuat tubuh Ningrum, mengelijing, dan mulutnya mendesah desah .

    Gerakan Soleh pun semakin cepat, dan Ningrum semakin menikmati gerakan Soleh, seakan di bawa Soleh terbang jauh, melayang di langit kenikmatan .

  • Kupuaskan Bibiku Yang Montok Saat Ditinggal Pergi Pamanku

    Kupuaskan Bibiku Yang Montok Saat Ditinggal Pergi Pamanku


    1791 views

    Duniabola99.org – Bermula dari 5 tahun silam, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Jakarta saat itu umurku baru 18 tahun dan baru lulus SMA. Sebagai seorang pemuda perantau yang masih lugu, saya ke pulau Jawa untuk melanjutkan studi dan mengadu nasib. Paman dan Bibi yang tinggal di sebuah kota kecil B sebelah timur Jakarta. Dengan berbekal alamat rumah Paman, saya memutuskan untuk langsung berangkat ke kota B dengan menggunakan bis.

    Tiba di kota B sudah menjelang sore hari, kedatanganku disambut dengan baik oleh Paman dan bibiku, sudah sebulan aku tinggal dirumah mereka dan aku diperlakukan sangat baik oleh mereka maklum mereka tidak memiliki anak, sehari-hari kusibukan diriku dengan membantu bibik berbelanja kebutuhan warung di agen sambil menunggu panggilan kerja, selama aku tinggal dirumah mereka ku perhtikan Pamanku sangat jarang berada di rumah tekadang dalam seminggu hanya sekali pamanku berada di rumah, saat itu tidak ada dalam pikiranku kalau paman memiliki dua isteri karena yang kutahu hanya Bibik lah isteri Paman satu-satunya dan aku pikir mungkin karena kesibukan Paman sebagai sopir Ekspedisi lah yang membuat Paman jarang pulang, menginjak bulan kedua aku mulai merasakan ada perubahan di rumah paman dan bibiku, pada suatu malam ketika Pamanku pulang kerumah setelah seminggu tidak pulang, ku dengar keributan antara Paman dan Bibiku saat itu kudengar Bibi menuduh Paman telah membohongi dirinya dan telah kawin lagi dengan wanita lain, hanya itu yang aku dengar dari keributan antara bibi dan pamanku selebihnya aku tutup kuping dan ngeloyor masuk kamar untuk tidur.

    Hari-hari berikutnya kulihat Bibiku tampak murung dan lebih banyak mengurung diri di kamarnya sedangkan Pamanku sebagaimana kebiasaannya tidak pernah ada dirumah otomatis kegiatan toko kelontong dirumah aku yang ngurus, Pada Suatu malam setelah menutup pintu toko kulihat bibiku keluar dari kamarnya menggunakan daster tipis dengan wajah sendu memanggilku mengajak aku ngobrol sambil nonton TV, pada saat ngobrol tersebut ku coba menghibur Bibiku sambil melaporkan keuangan toko, namun kulihat sepertinya Bibiku kurang respon terhadap obrolanku dan lebih banyak melamun, kemudian kuberanikan diriku untuk bertanya kepada Bibiku apa yang sebenarnya terjadi dengan harapan aku dapat membantunya, tiba-tiba Bibiku menangis kemudian menceritakan kejadian yang sebenarnya bahwa ternyata Pamanku telah kawin lagi dengan wanita lain dan sudah memiliki anak umur 2 tahun dari wanita tersebut, sambil mendekatinya kucoba menghibur bibiku untuk bersabar, tiba-tiba bibiku memeluku da tangisnya makin menjadi-jadi dalam tangisnya ia berkata lebih baik mati daripada dimadu dengan Jablay, kuusap-usap punggungnya sambil ku menasehatinya agar bersabar, bibiku makin memelukku dengan kencang, aku yang selama ini gak pernah dipeluk perempuan, pelukan erat bibiku tersebut membuat nafsuku berdiri, aku yang selama ini sering membayangkan bibiku dan mengintip bibiku ketika mandi, di usianya yang ke 37 bibiku masih terlihat gempal dan cantik mungkin karena bibi belum pernah hamil dan melahirkan, hilang ras ibaku terhadap bibi dan aku mulai berani untuk mengalihkan usapanku dari pungung dan kerambutnya dan daerah leher, dari cerita teman-temanku sewaktu SMA bahwa wanita apabila dibelai didaerah leher dan daerah sekitar kuping maka akan terangsang dan trik tersebut aku coba pada bibi, dibelai seperti itu bibi hanya diam namun tidak berapa lama tiba-tiba bibiku mendorongku sehingga tertidur disopa kemudian menarik celana pendekku berikut kolornya sehingga kontolku yang sudah berdiri tegak keluar dan tanpa basa-basi lagi kemudian memegang dan mengulum kontolku, aku sempat kaget dengan ulah bibiku tersebut, aku gak mengerti apa sebab bibiku berbuat seperti itu apakah karena belianku atau sebab lain, karena kuluman bibi dikontolku sangat nikmat akhirnya kuputuskan untuk mnikmati saja toh selama ini hal ini yang aku inginkan, setelah puas mengulum kontolku kira-kira 5 (lima) menit lamanya kemudian bibiku melepaskan kulumannya dan berdiri melepaskan daster berikut celana dalam dan BH yang dikenakannya, aku hanya tertegun menikmati pemandangan indah tubuh bibiku, kulihat memeknya yang dihiasi bulu yang agak tebal dan buah dadanya yang masih tegak berdiri maklum gak pernah dipake untuk nyusui bayi, kemudian bibiku meminta aku untuk berdiri dari sopa setelah aku berdiri bibiku gentian rebahn di sopa sambil mengangkangkn pahanya terlihat lubng memeknya yang merah merekah dan telihat sudah basah, kemudian bibiku meminta aku untuk segera memasukkan kontolku kelubang memeknya, karena aku sebelumnya gak pernah punya pengalaman dalam hal ngentot tanpa ba.. bi ..bu lagi aku masukkan kontoku kedalam memek bibiku sesuai dengan perintahnya, ketika kontolku masuk terasa memek bibi enak sekali, hangat dan sempit, sambil mendesah nikmat bibiku meminta aku untuk memompa kontolku didalam memeknya setelah menggenjotnya kurang lebih 10 menit tiba-tiba kurasakan ada desakan dari dalam kontolku yang ingin keluar setengah tersengal-sengal menahan nikmat kukatakan pada bibiku akua mau keluar, shut bibiku keluarkan didalam saja Wan ….aaah bibi juga ah…ahh mau keluar, bebarengan dengan semprotan air maniku yang menyembur didalam memeknya, bibi mergang dan mendesah ahh…ahh bibi keluar saying, setelah itu kami berpakaian dan duduk di sopa seperti semula dengan perasaan tak karuan kucoba memint maaf kepada bibi karena aku telah berani berbuat lancang menyetubuhinya, namun dijawab Bibi …gak perlu minta maaf Wan, Bibi juga menikmati kok, toh selama ini bibi juga kesepian karena sering ditinggal Pamanmu, selain itu Bibi juga ingin balas dendam sama Pamanmu dan ingin membuktikan bahwa Bibi juga bias Hamil dan tidak mandul, mendengar hal tersebut aku hanya tertegun, tiba-tiba bibiku menepuk pundakku kamu menyesal ya Wan keperjakaanmu bibi renggut, enggak kok Bik selama ini aku sering menghayal dapat meniduri bibik bahkan kalau onani juga yang Iwan hayalkan adalah Bibi, habis bibi cantik dan montok sih jawbaku, dengan manja bibiku mencubit pahaku ih… kamu nakal masak bibik sendiri kamu hayalin, … ya udah mulai sekarng kamu gak usah ngayal lagi kamu bias langsung ngajak Bibi begituan kata bibiku, yang benar bik aku boleh gitu lagi dengan bibik kataku,…. Iya jawab bibiku mulai malam ini kamu tidur sama bibik, selanjutnya bibiku mengajakku ke kamar mandi untuk buang air kecil, sampai dikmr mandi tanpa menutup pintu dan tanpa segan segan lagi bibiku langsung jongkok dan pipis didepanku kulihat memeknya yang tadi aku sogok-sogok pake kontolku merekah indah mengeluarkan air kencing membuat kontolku bangun kembali, ih..ih pengen lagi yah kok bangun udah nanti di kamar aja tolong ambilkan air untuk cebok Bibik Wan kata bibiku mengagetkan aku yang lagi horni melihat memeknya, selesesai buag air kecil sambil berpelukan kami masuk kedalam kamar tidur ku yang letaknya tidak jauh dari kamar mandi didalam kamar kami masing-masing langsung membuka pakaian yang dikenakan kemudian bibi rebahan di atas ranjang dengan posisi kaki mengangkang kemudian diikuti aku dengan posisi diatas seperti akan menindihnya tidak seperti sebelumnya yang langsung memasukan kontolku kedalam memeknya kali ini aku mulai dengan mencium bibirnya dan dibalas oleh bibik sedangkan tnganku meremas buah dadanya dan tangan bibi membelai mesra kontolku, setelah puas berciuman kemudian aku turun menghisap putting susu bibik, bibik hanya bias meracau Huh… hah… hah enak saying terus hisap saying setelah puas menghisap dan meremas kedua putting susunya perhatianku mulai tertuju kepada memeknya yang sudah banjir dengan cairan yang keluar dari memeknya kemudian kudekatkan hidungku tercium bau memek yang sangat merangsang aku selanjutnya kujilat memeknya dan terasa asin putting susu kemudian sambil ku rojok-rojok memeknya menggunakan dujari tangan kanan ku kuhisap itil Bibik , akibat perbuatan ku terhadap memeknya, gerakan Bibik tubuh makin gak karuan sambil menggelinjal kekanan dn kekiri bibik meracau Aduh… Wan enak sekli Bibik Gak tahan sayng Bibik gak pernah diginiin sama Pamanmu sayang cepat sayang masukkan kontomu Bibik udah gak tahan ahh…ahh…ahh, setelah puas menghisap itil dan merojok-rojok lubang memek Bibik kemudian kuarahkan kontolku yang berdiri tegak ke memek Bibik dan menekannya pelan, pada saat ****** ku masuk kedalam memeknya, Bibik meracau dengan mengatakan “Teruss.. Wan..! Tekan..! Huh.. hah.. huh.. hahh.. ditekan.. enakk sekali.. Bibik rasanya.. nikmatt.. teruss.., Bibik udah mau nyampen nih.. peluk Bibik yang erat Wan..!” desahnya mengiringi gerakan kami.

    Sementara itu saya merasakan makin kencang jepitan vagina Bibik.

    “Saya udahh.. mauu.. jugaa.. Bik..! Goyang.. Bik.., goyang..!”

    Dan akhir.., pembaca dapat merasakannya sendiri. Akhirnya kami terkulai lemas sambil tidur berpelukan.

    Jam 7 Pagi kami bangun, dan kemudian mandi bersama. Saya meminta Bibik menungging, dan saya mengusap pantat dan vaginanya dengan baby oil. Rupanya usapan saya tersebut membuat Bibik kembali horny, dan meminta saya untuk memasukkan kembali ****** saya dengan posisi menungging. Tangan saya mempermainkan kedua putingnya.

    “Teruss.. ohh.. teruss.. yang dalam Wan..! Kok begini Bibik rasa lebih enak..!” katanya.

    “Bibik goyang dong..!” pinta saya.

    Sambil pantatnya digoyangkan ke kiri dan ke kanan, saya melakukan gerakan tarik dan masuk.

    “Oohh.. ahh.. uhh.. nikmat Wan.. terus..!” desahnya.

    Akhirnya Bibik minta ke kamar, dan mengganti posisi saya telentang. Bibik duduk sambil menghisap putingnya.

    “Ohh.. uhh.. nikmat Wan..!” katanya.

    Kadang dia menunduk untuk dapat mencium bibir saya.

    “Bibik.. udahh.. mau nyampe lagi Wan.. uhh.. ahh..!” katanya menjelang puncak kenikmatannya.

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    Dan akhirnya saya memuntahkan sperma saya, dan kami nikmati orgasme bersama. Hari itu kami lakukan sampai 3 kali, dan Bibik benar-benar menikmatinya seangkan toko hari itu sengaja tidak buka

    Tak terasa sudah tiga bulan perselingkuhan aku dengan Bibik tersebut sudah berjalan tanpa diketahui oleh Pamanku atau orang lain karena sejak kejadian rebut dengan Pamanku, Paman hanya sekali datang kerumh untuk meminta maaf sama Bibik namun Bibik tidak mau memaafkannya dan mengusir Pamanku untuk pergi, sejak kepergian Pamanku, aku dan Bibik semakin bebas, hamper setiap ada kesempatan kami melakukannya hinga akhirnya Bibik hamil karena aku, aku meminta bibiku untuk menggugurkan kandungannya namun bibik menolaknya dengan alasan sudah lama dia mendambakan seorang anak dan dia senang dapat membuktikan ke pada Pamanku bahwa yang mandul sebenarnya bukan Bibik tapi Paman dan anak yang lahir dari isteri kedua Paman tersebut bukan anak Paman melainkan anak orang lain tetapi hingga anak aku dan bibiku tersebut lahir dan sekarang sudah berumur 2 tahun Paman tidak pernah kembali kerumah, sampai sekarang aku masih setia menemani Bibikku dan sesuai dengan permintaan Bibikku, aku tidak kerja melainkan mengurus toko yang sekarang sudah menjadi Toko besar atau Agen, dari penghasilan toko tersebut aku dapat membiayai kehidupan ku dengan bibik dan anakku bahkan sekarang aku sudah hidup mapan.

     

    Baca Juga :
  • Tante Farah Menggoyangku

    Tante Farah Menggoyangku


    1791 views

    Duniabola99.org – Kali ini saya akan menceritakan pengalaman pribadi saya yang saya rasakan dan ini yang pertama kali juga merasakan hal nikmat alias mendapat kepuasan sex dengan tante sendiri, perkenalkan namaku Adit saya udah kuliah di salah satu kota perjuangan Surabaya, tapi dalam cerita ini terjadi saat saya duduk di bangku sekolah menengah ke atas.

     

    Hari itu saya sakit, jadi saya menitipkan surat ijin ke temanku sebab saya tak bisa berangkat ke sekolah. saya di rumah sendirian sebab Papa dan Mama sudah pergi ke kantor.

    Sebelumnya Mama pesan agar saya rehat saja di rumah, dan Mama sudah memanggil Tante Nunung untuk menjaga saya. Tante Nunung adalah adik dari ibuku, ia masih muda, waktu itu ia masih kuliah di jurusan keperawatan.

    Sehabis minum obat saya tiduran di ranjang. Efek dari obat itu membuat mataku terasa amat mengantuk. Dikala hampir terlelap Tante Nunung mengetuk kamarku. ia bilang,

    “Dit, sudah tidur?”

    Saya jawab dari dalam, “Belum tante!”

    Tante Nunung bertanya, “Kalau belum boleh tante masuk?”

    Saya pun membukakan pintu kamarku, saya sempat terkejut waktu melihat Tante Nunung. ia baru saja pulang dari aerobik, masih dengan baju senam ia masuk ke kamar. Melihat Tante Nunung dengan baju seperti itu, saya merasa keder juga. Toketnya yang montok seperti membuat baju senam itu tak kuasa untuk menahan kedua gundukan indah itu. Kemudian ia duduk di sampingku.

    “Dit, kamu mau saya ajari permainan nggak?” katanya.

    Tanpa pikir panjang, saya jawab, “Mau tante, tetapi permainan apa lha wong Adit baru sakit gini kok!”

    “Namanya permainan kenikmatan, tetapi mainnya harus di kamar mandi. Yuk!” kata tante Nunung sambil menggandeng tanganku dan menuntunku masuk ke kamar mandi.

    Saya hanya menurut saja. Kemudian ia mulai memelorotkan celanaku sambil berkata,

    “Wah, untuk ukuran anak SMA burungmu tergolong besar Dit.” Kata tante Nunung terkagum-kagum.

    Waktu itu saya cuma cengengesan saja, lha wong saya deg-degan sekali waktu itu. Lalu ia mulai membasahi kemaluanku dengan air, kemudian diberi sabun, lalu digosok-gosok. Lama-lama saya merasa kemaluanku semakin lama semakin mengeras. Setelah terasa kemudian ia membuka pakaiannya satu persatu.

    Ya, tuhan ternyata tubuhnya sintal banget, toketnya yang montok, dengan pentil yang tegang. Pantatnya padat berisi, dan memeknya yang merah muda dengan rambut kemaluan yang lebat.

    Kemudian ia berjongkok, setelah itu ia mengulum kontolku. Dadanya yang montok ikut bergoyang, membuat dada dan nafasku semakin memburu.

    Saya cuma bisa memejamkan mata dan menikmati setiap kuluman dan jilatan dari tanteku itu. Kemudian tanpa sadar tiba-tiba naluriku bergerak, tanganku mulai meremas-remas dadanya, sementara tanganku satunya turun mencari liang memeknya. Kemudian saya masukkkan jariku, ia meritih,

    “Aakhh… Adit!”

    Saya semakin panas, kulumat bibirnya yang ranum, saya nggak peduli lagi. Setelah bibir, kemudian turun saya ciumi leher dan akhirnya saya kulum punting susunya. ia semakin merintih,

    “Aakhh… Adit terus Dit!”

    Saya nggak tahu berapa lama kami di berada kamar mandi. Lalu tahu-tahu ia sudah di atasku.

    “Adit kini tante kasih akhir permaianan yang manis, ya?” bisiknya.

    Lalu ia meraih kemaluanku yang sudah tegang sekali waktu itu. Kemudian dimasukkan ke dalam memeknya. Kami berdua sama-sama merintih,

    “Akhh…!! Lagi tante… lagi tanteee.” Kataku.

    Lalu ia mulai naik turun, toketnya yang bergoyang-goyang membuatku semakin bernafsu. Tanganku pun tak bisa menahan untuk meremas kedua benda kenyal itu selagi tante Nunung masih asyik mengocok kontolku dengan memeknya yang terasa hangat itu. Tante Nunung terus menggoyangkan pinggulnya sembari saya mengulum, menjilati, dan mengisap toketnya.

    “Gimana Dit, enak kan?” kata tante Nunung diiringi desahan-desahan kecilnya.

    “Enak banget tante” jawabku singkat sembari melanjutkan memainkan toket tanteku itu.

    Semakin lama genjotan tante Nunung pun semakin cepat. Sampai akhirnya saya merasa seperti ada yang meletus dari kontolku, saya tak kuasa menahan untuk memuncratkan cairanku di dalam liang memek tante Nunung. Kemudian kami sama-sama lemas. Setelah itu kami mandi bersama-sama. Waktu mandi pun kami sempat mengulanginya beberapa kali.

    Setelah itu saya pun jadi ketagihan dengan permainan sex, dan sejak saat itu saya sering melakukannya dengan tante Nunung, entah itu di kamarku, di sebuah hotel, atau cuma di dalam mobil. Dalam satu minggu kami bisa 2-3 kali bermain dan pasti berakhir dengan kepuasan sebab Tante Nunung pintar membuat variasi permainan sehingga kami tak bosan.

    Tetapi setelah Tante Nunung menikah saya jadi kesepian. Kadang kalau baru berharap saya cuma bisa dengan pacar aku, Ema. ia juga punya nafsu yang besar, tetapi dari segi kepuasan saya kurang puas, mungkin sebab saya sudah jadi peliharaan tante-tante atau mungkin Tante Nunung yang begitu mahirnya sehingga bisa memberikan apa yang saya mau.

     

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

  • Mbak Anna yang Seksi

    Mbak Anna yang Seksi


    1790 views

     

    Namaku Andi mahasiswa di sebuah universitas terkenal di Surakarta. Di kampungku sebuah desa di pinggiran kota Sragen ada seorang gadis, Ana namanya. Ana merupakan gadis yang cantik, berkulit kuning dengan body yang padat didukung postur tubuh yang tinggi membuat semua kaum Adam menelan ludah dibuatnya. Begitu juga dengan aku yang secara diam-diam menaruh hati padanya walaupun umurku 5 tahun dibawahnya, tapi rasa ingin memiliki dan nafsuku lebih besar dari pada mengingat selisih umur kami. Kebetulan rumah Mbak Ana tepat berada di samping rumahku dan rumah itu kiranya tidak mempunyai kamar mandi di dalamnya, melainkan bilik kecil yang ada di luar rumah. Kamar Mbak Ana berada di samping kanan rumahku, dengan sebuah jendela kaca gelap ukuran sedang. Kebiasaan Mbak Ana jika tidur lampu dalam rumahnya tetap menyala, itu kuketahui karena kebiasaan burukku yang suka mengintip orang tidur, aku sangat terangsang jika melihat Mbak Ana sedang tidur dan akhirnya aku melakukan onani di depan jendela kamar Mbak Ana.

    Ketika itu aku pulang dari kuliah lewat belakang rumah karena sebelumnya aku membeli rokok Sampurna A Mild di warung yang berada di belakang rumahku. Saat aku melewati bilik Mbak Ana, aku melihat sosok tubuh yang sangat kukenal yang hanya terbungkus handuk putih bersih, tak lain adalah Mbak Ana, dan aku menyapanya, “Mau mandi Mbak,” sambil menahan perasaan yang tak menentu. “Iya Ndik, mau ikutan..” jawabnya dengan senyum lebar, aku hanya tertawa menanggapi candanya. Terbersit niat jahat di hatiku, perasaanku menerawang jauh membanyangkan tubuh Mbak Ana bila tidak tertutup sehelai benangpun.

    Niat itupun kulakukan walau dengan tubuh gemetar dan detak jantung yang memburu, kebetulan waktu itu keadaan sunyi dengan keremangan sore membuatku lebih leluasa. Kemudian aku mempelajari situasi di sekitar bilik tempat Mbak Ana mandi, setelah memperkirakan keadaan aman aku mulai beroperasi dan mengendap-endap mendekati bilik itu. Dengan detak jantung yang memburu aku mencari tempat yang strategis untuk mengintip Mbak Ana mandi dan dengan mudah aku menemukan sebuah lubang yang cukup besar seukuran dua jari. Dari lubang itu aku cukup leluasa menikmati kemolekan dan keindahan tubuh Mbak Ana dan seketika itu juga detak jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya, tubuhku gemetar hingga kakiku terasa tidak dapat menahan berat badanku. Kulihat tubuh yang begitu sintal dan padat dengan kulit yang bersih mulus begitu merangsang setiap nafsu lelaki yang melihatnya, apalagi sepasang panyudara dengan ukuran yang begitu menggairahkan, kuning langsat dengan puting yang coklat tegak menantang setiap lelaki.

    Kemudian kupelototi tubuhnya dari atas ke bawah tanpa terlewat semilipun. Tepat di antara kedua kaki yang jenjang itu ada segumpal rambut yang lebat dan hitam, begitu indah dan saat itu tanpa sadar aku mulai menurunkan reitsletingku dan memegangi kemaluanku, aku mulai membayangkan seandainya aku dapat menyetubuhi tubuh Mbak Ana yang begitu merangsang birahiku. Terasa darahku mengalir dengan cepat dan dengusan nafasku semakin memburu tatkala aku merasakan kemaluanku begitu keras dan berdenyut-denyut. Aku mempercepat gerakan tanganku mengocok kemaluanku, tanpa sadar aku mendesah hingga mengusik keasyikan Mbak Ana mandi dan aku begitu terkejut juga takut ketika melihat Mbak Ana melirik lubang tempatku mengintipnya mandi sambil berkata, “Ndik ngintip yaaa…” Seketika itu juga nafsuku hilang entah kemana berganti dengan rasa takut dan malu yang luar biasa. Kemudian aku istirahat dan mengisap rokok Mild yang kubeli sebelum pulang ke rumah, kemudian kulanjutkan kegiatanku yang terhenti sesaat.

    Setelah aku mulai beraksi lagi, aku terkejut untuk kedua kalinya, seakan-akan Mbak Ana tahu akan kehadiranku lagi. Ia sengaja memamerkan keindahan tubuhnya dengan meliuk-liukkan tubuhnya dan meremas-remas payudaranya yang begitu indah dan ia mendesah-desah kenikmatan. Disaat itu juga aku mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya kuat-kuat. Melihat permainan yang di perlihatkan Mbak Ana, aku sangat terangsang ingin rasanya aku menerobos masuk bilik itu tapi ada rasa takut dan malu. Terpaksa aku hanya bisa melihat dari lubangtempatku mengintip.

    Kemudian Mbak Ana mulai meraba-raba seluruh tubuhnya dengan tangannya yang halus disertai goyangan-goyangan pinggul, tangan kanannya berhenti tepat di liang kewanitaannya dan mulai mengusap-usap bibir kemaluannya sendiri sambil tangannya yang lain di masukkan ke bibirnya. Kemudian jemari tangannya mulai dipermainkan di atas kemaluannya yang begitu menantang dengan posisi salah satu kaki diangkat di atas bak mandi, pose yang sangat merangsang kelelakianku. Aku merasa ada sesuatu yang mendesak keluar di kemaluanku dan akhirnya sambil mendesah lirih, “Aahhkkkhh…” aku mengalami puncak kepuasan dengan melakukan onani sambil melihat Mbak Ana masturbasi. Beberapa saat kemudian aku juga mendengar Mbak Ana mendesah lirih, “Oohhh.. aaahh..” dia juga mencapai puncak kenikmatannya dan akhirnya aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan puas.

    Di suatu sore aku berpapasan dengan Mbak Ana.
    “Sini Ndik,” ajaknya untuk mendekat, aku hanya mengikuti kemauannya, terbersit perasaan aneh dalam benakku.
    “Mau kemana sore-sore gini,” tanyanya kemudian.
    “Mau keluar Mbak, beli rokok..” jawabku sekenanya.
    “Di sini aja temani Mbak Ana ngobrol, Mbak Ana kesepian nih..” ajak Mbak Ana.
    Dengan perlahan aku mengambil tempat persis di depan Mbak Ana, dengan niat agar aku leluasa memandangi paha mulus milik Mbak Ana yang kebetulan cuma memakai rok mini diatas lutut.
    “Emangnya pada kemana, Mbak..” aku mulai menyelidik.
    “Bapak sama Ibu pergi ke rumah nenek,” jawabnya sambil tersenyum curiga.
    “Emang ada acara apa Mbak,” tanyaku lagi sambil melirik paha yang halus mulus itu ketika rok mini itu semakin tertarik ke atas.
    Sambil tersenyum manis ia menjawab, “Nenek sedang sakit Ndik, yaa… jadi aku harus nunggu rumah sendiri.”
    Aku hanya manggut-manggut.
    “Eh… Ndik ke dalam yuk, di luar banyak angin,” katanya.
    “Mbak punya CD bagus lho,” katanya lagi.

    Tanpa menunggu persetujuanku ia langsung masuk ke dalam, menuju TV yang di atasnya ada
    VCD player dan aku hanya mengikutinya dari belakang, basa-basi aku bertanya, “Filmnya apa Mbak..”
    Sambil menyalakan VCD, Mbak Ana menjawab, “Titanic Ndik, udah pernah nonton.”
    Aku berbohong menjawab, “Belum Mbak, filmnya bagus ya..”
    Mbak Ana hanya mengangguk mengiyakan pertanyaanku.

    Setelah film terputar, tanpa sadar aku tertidur hingga larut malam dan entah mengapa Mbak Ana juga tidak membangunkanku. Aku melihat arloji yang tergantung di dinding tembok di atas TV menandakan tepat jam 10 malam. Aku menebarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang nampak sepi dan tak kutemui Mbak Ana. Pikiranku mulai dirasuki pikiran-pikiran yang buruk dan pikirku sekalian tidur disini aja. Memang aku sering tidur di rumah teman dan orang tuaku sudah hafal dengan kebiasaanku, akupun tidak mencemaskan jika orang tuaku mencariku. Waktu berlalu, mataku pun tidak bisa terpejam karena pikiran dan perasaanku mulai kacau, pikiran- pikiran sesat telah mendominasi sebagian akal sehatku dan terbersit niat untuk masuk ke kamar Mbak Ana. Aku terkejut dan nafasku memburu, jantungku berdetak kencang ketika melihat pintu kamar Mbak Ana terbuka lebar dan di atas tempat tidur tergolek sosok tubuh yang indah dengan posisi terlentang dengan kaki ditekuk ke atas setengah lutut hingga kelihatan sepasang paha yang gempal dan di tengah selakangan itu terlihat dengan jelas CD yang berwarna putih berkembang terlihat ada gundukan yang seakan-akan penuh dengan isi hingga mau keluar.

    Nafsu dan darah lelakiku tidak tertahan lagi, kuberanikan mendekati tubuh yang hanya dibungkus dengan kain tipis dan dengan perlahan kusentuh paha yang putih itu, kuusap dari bawah sampai ke atas dan aku terkejut ketika ada gerakan pada tubuh Mbak Ana dan aku bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Sesaat kemudian aku kembali keluar melihat keadaan dan posisi tidur Mbak Ana yang menambah darah lelakiku berdesir hebat, dengan posisi kaki mengangkang terbuka lebar seakan-akan menantang supaya segera dimasuki kemaluan laki-laki.

    Aku semakin berani dan mulai naik ke atas tempat tidur, tanpa pikir panjang aku mulai menjilati kedua kaki Mbak Ana dari bawah sampai ke belahan paha tanpa terlewat semilipun. Seketika itu juga ia menggelinjang kenikmatan dan aku sudah tidak mempedulikan rasa takut dan malu terhadap Mbak Ana. Sampai di selangkangan, aku merasa kepalaku dibelai kedua tangan yang halus dan akupun tidak menghiraukan kedua tangan itu. Lama-kelamaan tangan itu semakin kuat menekan kepalaku lebih masuk lagi ke dalam kemaluan Mbak Ana yang masih terbukus CD putih itu. Dia menggoyang-goyangkan pantatnya, tanpa pikir panjang aku menjilati bibir kemaluannya hingga CD yang semula kering menjadi basah terkena cairan yang keluar dari dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan bercampur dengan air liurku.

    Aku mulai menyibak penutup liang kewanitaan dan menjilati bibir kemaluan Mbak Ana yang memerah dan mulai berlendir hingga Mbak Ana terbangun dan tersentak. Secara refleks dia menampar wajahku dua kali dan mendorong tubuhku kuat-kuat hingga aku tersungkur ke belakang dan setelah sadar ia berteriak tidak terlalu keras, “Ndik kamu ngapaiiin…” dengan gemetar dan perasaan yang bercampur aduk antara malu dan takut, “Maafkan aku Mbak, aku lepas kontrol,” dengan terbata-bata dan aku meninggalkan kamar itu. Dengan perasaan berat aku menghempaskan pantatku ke sofa biru yang lusuh. Sesaat kemudian Mbak Ana menghampiriku, dengan tergagap aku mengulangi permintaan maafku, “Ma..ma..afkan… aku Mbak..” Mbak Ana cuma diam entah apa yang dipikirkan dan dia duduk tepat di sampingku. Beberapa saat keheningan menyelimuti kami berdua dan kamipun disibukkan dengan pikiran kami masing-masing sampai tertidur.

    Pagi itu aku bangun, kulihat Mbak Ana sudah tidak ada lagi di sisiku dan sesaat kemudian hidungku memcium aroma yang memaksa perutku mengeluarkan gemuruh yang hebat. Mbak Ana memang ahli dibidang masak. Tiba-tiba aku mendengar bisikan yang merdu memanggil namaku, “Ndik ayo makan dulu, Mbak udah siapin sarapan nih,” dengan nada lembut yang seolah-olah tadi malam tidak ada kejadian apa-apa. “Iya Mbak, aku cuci muka dulu,” aku menjawab dengan malas.

    Sesaat kemudian kami telah melahap hidangan buatan Mbak Ana yang ada di atas meja, begitu lezatnya masakan itu hingga tidak ada yang tersisa, semua kuhabiskan. Setelah itu seperti biasa, aku menyalakan rokok Mild kesayanganku, “Ndik maafkan Mbak tadi malam ya,” Mbak Ana memecah keheningan yang kami ciptakan.
    “Harusnya aku tidak berlaku kasar padamu Ndik,” tambahnya.
    Aku jadi bingung dan menduga-duga apa maksud Mbak Ana, kemudian akupun menjawab,
    “Seharusnya aku yang meminta maaf pada Mbak, aku yang salah,” kataku dengan menundukkan kepala.
    “Tidak Ndik.. aku yang salah, aku terlalu kasar kepadamu,” bisik Mbak Ana.
    Akupun mulai bisa menangkap kemana arah perkataan Mbak Ana.
    “Kok bisa gitu Mbak, kan aku yang salah,” tanyaku memancing.
    “Nggak Ndik.. aku yang salah,” katanya dengan tenang, “Karena aku teledor, tapi nggak pa-pa kok Ndik.”
    Aku terkejut mendengar jawaban itu.

    “Ndik, Mbak Ana nanya boleh nggak,” bisik Mbak Ana mesra.
    Dengan senyum mengembang aku menjawab, “Kenapa tidak Mbak.”
    Dengan ragu-ragu Mbak Ana melanjutkan kata-katanya, “Kamu udah punya pacar Ndik..” suara itu pelan sekali lebih mirip dengan bisikan.
    “Dulu sih udah Mbak tapi sekarang udah bubaran.” Kulihat ada perubahan di wajah Mbak Ana.
    “Kenapa Ndik,” dan akupun mulai bercerita tentang hubunganku dengan Maria teman SMP-ku dulu yang lari dengan laki-laki lain beberapa bulan yang lalu, Mbak Ana pun mendengarkan dengan sesekali memotong ceritaku.

    “Kalo Mbak Ana udah punya cowok belum,” tanyaku dengan berharap.
    “Belum tuh Ndik, lagian siapa yang mau sama perawan tua seperti aku ini,” jawabnya dengan raut wajah yang diselimuti mendung.
    “Kamu nggak cari pacar lagi Ndik,” sambung Mbak Ana.
    Dengan mendengus pelan aku menjawab, “Aku takut kejadian itu terulang, takut kehilangan lagi.”
    Dengan senyum yang manis dia mendekatiku dan membelai rambutku dengan mesra, “Kasian kamu Andi..” lalu Mbak Ana mencium keningku dengan lembut, aku merasa ada sepasang benda yang lembut dan hangat menempel di punggungku. Sesaat kemudian perasaanku melayang entah kemana, ada getaran asing yang belum pernah kurasakan selama ini.

    “Ndik boleh Mbak jadi pengganti Maria,” bisik Mbak Ana mesra.
    Aku bingung, perasaanku berkecamuk antara senang dan takut, “Andik takut Mbak,” jawabku lirih.
    “Mbak nggak akan meninggalkanmu Ndik, percayalah,” dengan kecupan yang lembut.
    “Bener Mbak, Mbak Ana berani sumpah tidak akan meninggalkan Andik,” bisikku spontan karena gembira.
    Mbak Ana mengangguk dengan senyumnya yang manis, kamipun berpelukan erat seakan-akan tidak akan terpisahkan lagi.

    Setelah itu kami nonton Film yang banyak adegan romantis yang secara tidak sadar membuat kami berpelukan, yang membuat kemaluanku berdiri. Entah disengaja atau tidak, kemudian Mbak Ana mulai merebahkan kepalanya di pangkuanku dan aku berusaha menahan nafsuku sekuat mungkin tapi mungkin Mbak Ana mulai menyadarinya.
    “Ndik kok kamu gerak terus sih capek ya.”
    Dengan tersipu malu aku menjawab, “Eh… nggak Mbak, malah Andik suka kok.”
    Mbak Ana tersenyum, “Tapi kok gerak-gerak terus Ndik..”
    Aku mulai kebingungan, “Eh.. anu kok.”
    Mbak Anak menyahut, “Apaan Ndik, bikin penasaran aja.”

    Kemudian Mbak Ana bangun dari pangkuanku dan mulai memeriksa apa yang bergerak di bawah kepalanya dan iapun tersenyum manis sambil tertawa, “Hii.. hii.. ini to tadi yang bergerak,” tanpa canggung lagi Mbak Ana membelai benda yang sejak tadi bergerak-gerak di dalam celanaku dan aku semakin tidak bisa menahan nafsu yang bergelora di dalam dadaku. Kuberanikan diri, tanganku membelai wajahnya yang cantik dan Mbak Ana seperti menikmati belaianku hingga matanya terpejam dan bibirnya yang sensual itu terbuka sedikit seperti menanti kecupan dari seorang laki-laki. Tanpa pikir panjang, kusentuhkan bibirku ke bibir Mbak Ana dan aku mulai melumat habis bibir yang merah merekah dan kami saling melumat bibir. Aku begitu terkejut ketika Mbak Ana memainkan lidahnya di dalam mulutku dan sepertinya lidahku ditarik ke dalam mulutnya, kemudian tangan kiri Mbak Ana memegang tanganku dan dibimbingnya ke belahan dadanya yang membusung dan tangan yang lain sedari tadi asyik memainkan kemaluanku. Akupun mulai berani meremas-remas buah dadanya dan Mbak Anapun menggelinjang kenikmatan, “Te..rus… Ndik aaahh…” Kemudian dengan tangan yang satunya lagi kuelus dengan lembut paha putih mulus Mbak Ana, semakin lama semakin ke atas.

    Tiba-tiba aku dikejutkan tangan Mbak Ana yang semula ada di luar celana dan sekarang sudah mulai berani membuka reitsletingku dan menerobos masuk meremas-remas buah zakarku sambil berkata, “Sayang.. punyamu besar juga ya..” Akupun mulai berani mempermainkan kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus CD dan iapun semakin menggeliat seperti cacing kepanasan, “Aaahh lepas aja Ndik..” Sesaat kemudian CD yang melindungi bagian vital Mbak Ana sudah terhempas di lantai dan akupun mulai mempermainkan daging yang ada di dalam liang senggama Mbak Ana. “Aaahhh enak, enak Ndik masukkan aja Ndik,” jariku mulai masuk lebih dalam lagi, ternyata Mbak Ana sudah tidak perawan lagi, miliknya sudah agak longgar dan jariku begitu mudahnya masuk ke liang kewanitaannya.

    Satu demi satu pakaian kami terhempas ke lantai sampai tubuh kami berdua polos tanpa selembar benang pun. Mbak Ana langsung memegang batang kemaluanku yang sudah membesar dan tegak berdiri, kemudian langsung diremas-remas dan diciumnya. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan yang diberikan Mbak Ana saat bibir yang lembut itu mengecup batang kemaluanku hingga basah oleh air liurnya yang hangat. Lalu lidah yang hangat itu menjilati hingga menimbulkan kenikmatan yang tak dapat digambarkan. Tidak puas menjilati batang kemaluanku, Mbak Ana memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang sensual itu hingga amblas separuhnya, secara refleks kugoyangkan pantatku maju mundur dengan pelan sambil memegangi rambut Mbak Ana yang hitam dan lembut yang menambah gairah seksualku dan aroma harum yang membuatku semakin terangsang.

    Setelah puas, Mbak Ana menghempaskan pantatnya di sofa. Akupun paham dan dengan posisi kaki Mbak Ana mengangkang menginjak kedua pundakku, aku langsung mencium paha yang jenjang dari bawah sampai ke atas. Mbak Ana menggelinjang keenakan, “Aaahhh…” desahan kenikmatan yang membuatku tambah bernafsu dan langsung bibir kemaluannya yang merah merekah itu kujilati sampai basah oleh air liur dan cairan yang keluar dari liang kenikmatan Mbak Ana.

    Mataku terbelalak saat melihat di sekitar bibir kenikmatan itu ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat seperti rawa yang di tengahnya ada pulau merah merekah. Tanganku mulai beraksi menyibak kelebatan bebuluan yang tumbuh di pinggir liang kewanitaan, begitu indah dan merangsangnya liang sorga Mbak Ana ketika klitoris yang memerah menjulur keluar dan langsung kujilati hingga Mbak Ana meronta-ronta kenikmatan dan tangan Mbak Ana memegangi kepalaku serta mendorong lebih ke dalam kedua pangkal pahanya sambil menggoyanggoyangkan pinggulnya hingga aku kesulitan bernafas. Tanganku yang satunya meremas-remas dan memelintir puting susu yang sudah mengeras hingga menambah kenikmatan bagi Mbak Ana.

    “Ndik.. udah… aaahhh, masukin.. ajaaa.. ooohh…” aku langsung berdiri dan siap-siap memasukkan batang kemaluanku ke lubang senggama Mbak Ana. Begitu menantang posisi Mbak Ana dengan kedua kaki mengangkang hingga kemaluannya yang merah mengkilat dan klitorisnya yang menonjol membuatku lebih bernafsu untuk meniduri tubuh Mbak Ana yang seksi dan mulus itu. Perlahan namun pasti, batang kemaluanku yang basah dan tegak kumasukkan ke dalam liang kewanitaan yang telah menganga menantikan kenikmatan sorgawi. Setelah batang kemaluanku terbenam kami secara bersamaan melenguh kenikmatan, “Aaahh…” dan mulai kugoyangkan perlahan pinggulku maju mundur, bagaikan terbang ke angkasa kenikmatan tiada tara kami reguk bersama. Bibir kamipun mulai saling memagut dan lidah Mbak Ana mulai bermain-main di dinding rongga mulutku, begitu nikmat dan hanggat. Liang senggama Mbak Ana yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan itupun mulai menimbulkan suara yang dapat meningkatkan gairah seks kami berdua. Tubuh kamipun bermandikan keringat.

    Tiba-tiba terdengar teriakan memanggil Mbak Ana. “Aaaan… Anaaa..” Kami begitu terkejut, bingung dan grogi dengan bergegas kami memungut pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya. Tanpa sadar kami salah ambil celana dalam, aku memakai CD Mbak Ana dan Mbak Ana juga memakai CD-ku. Kemudian aku keluar dari pintu belakang dan Mbak Ana membukakan pintu untuk bapak dan ibunya.

    Keesokan harinya aku baru berniat mengembalikan CD milik Mbak Ana dan mengambil CD-ku yang kemarin tertukar. Aku berjalan melewati lorong sempit diantara rumahku dan rumah Mbak Ana. Kulihat Mbak Ana sedang mencuci pakaian di dekat sumur belakang rumahku. Setelah keadaan aman, aku mendekati Mbak Ana yang asyik mencuci pakaian termasuk CD-ku yang kemarin tertukar. Sambil menghisap rokok sampurna A Mild, “Mbak nih CD-nya yang kemarin tertukar,” sambil duduk di bibir sumur, sekilas kami bertatap muka dan meledaklah tawa kami bersamaan, “Haa.. Haaaa…” mengingat kejadian kemarin yang sangat menggelikan. Setelah tawa kami mereda, aku membuka percakapan, “Mbak kapan main lagi, kan kemarin belum puas.” Dengan senyum yang manis, “Kamu mau lagi Ndik, sekarang juga boleh..” Aku jadi terangsang sewaktu posisi Mbak Ana membungkuk dengan mengenakan daster tidur dan dijinjing hinggga di atas lutut. “Emang ibu Mbak Ana sudah berangkat ke sawah, Mbak,” sambil menempelkan kemaluanku yang mulai mengeras ke pantat Mbak Ana. “Eh…eh jangan disini Ndik, entar diliat orang kan bisa runyam.”

    Kemudian Mbak Ana mengajakku masuk ke kamar mandi, sesaat kemudian di dalam kamar mandi kami sudah berpelukan dan seperti kesetanan aku langsung menciumi dan menjilati leher Mbak Ana yang putih bersih. “Ohhh nggak sabaran baget sih Ndik,” sambil melenguh Mbak Ana berbisik lirih. “Kan kemaren terganggu Mbak.” Setelah puas mencium leher aku mulai mencium bibir Mbak Ana yang merah merekah, tanganku pun mulai meremas-remas kedua bukit yang mulai merekah dan tangan yang satunya lagi beroperasi di bagian kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus CD yang halus dan tangan Mbak Ana pun mulai menyusup di dalam celanaku, memainkan batang kemaluanku yang mulai tegak dan berdenyut.

    Sesaat kemudian pakaian kami mulai tercecer di lantai kamar mandi hingga tubuh kami polos tanpa sehelai benangpun. Tubuh Mbak Ana yang begitu seksi dan menggairahkan itu mulai kujilati mulai dari bibir turun ke leher dan berhenti tepat di tengah kedua buah dada yang ranum dengan ukuran yang cukup besar. Kemudian sambil meremas-remas belahan dada yang kiri puting susu yang kecoklatan itu kujilati hingga tegak dan keras. “Uhhh.. ahhh.. terus Ndik,” Mbak Ana melenguh kenikmatan ketika puting susu yang mengeras itu kugigit dan kupelintir menggunakan gigi depanku. “Aaahhh.. enak Mbak..” Mbak Anapun mengocok dan meremas batang kemaluanku hingga berdenyut hebat.

    Kemudian aku duduk di bibir bak mandi dan Mbak Ana mulai memainkan batang kemaluanku dengan cara mengocoknya. “Ahhh.. uhhhhh..” tangan yang halus itu kemudian meremas buah zakarku dengan lembut dan bibirnya mulai menjilati batang kemaluanku. Terasa nikmat dan hangat ketika lidah Mbak Ana menyentuh lubang kencing dan memasukkan air liurnya ke dalamnya. Setelah puas menjilati, bibir Mbak Ana mulai mengulum hingga batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. “Aahhh… uuuhhff…” lidah Mbak Ana menjilat kemaluanku di dalam mulutnya, kedua tanganku memegangi rambut yang lembut dan harum yang menambah gairah sekaligus menekan kepala Mbak Ana supaya lebih dalam lagi hingga batang kemaluanku masuk ke mulutnya.

    “Gantian dong Ndik,” Mbak Ana mengiba memintaku bergantian memberi kenikmatan kepadanya. Kemudian aku memainkan kedua puting susu Mbak Ana, mulutku mulai bergerak ke bawah menuju selakangan yang banyak ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat. Mbak Anapun tanpa dikomando langsung mengangkangkan kedua kakinya hingga kemaluannya yang begitu indah merangsang setiap birahi laki-laki itu kelihatan dan klitorisnya yang kemerahan menonjol keluar, akupun menjilati klitoris yang kemerahan itu hingga berlendir dan membasahi bibir kemaluan Mbak Ana. “Aaahhh… aaahh… terus… enak..” Mbak Ana menggelinjang hebat dengan memegangi kepalaku, kedua tangannya menekan lebih ke dalam lagi.

    Setelah liang kenikmatan bak Ana mulai basah dengan cairan yang mengkilat dan bercampur dengan air liur, kemudian aku memasukkan kedua jariku ke dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan kumainkan maju mundur hingga Mbak Ana menggelinjang hebat dan tidak tahan lagi. “Ndik.. ooohh.. ufff cepetan masukin aja..” Dengan posisi berdiri dan sebelah kaki dinaikkan ke atas bibir bak mandi, Mbak Ana mulai menyuruh memasukkan batang kemaluanku ke liang senggamanya yang sejak tadi menunggu hujaman kemaluanku. Kemudian aku memegang batang kemaluanku dan mulai memasukkan ke liang kewanitaan Mbak Ana. “Aahhh…” kami bersamaan merintih kenikmatan, perlahan kuayunkan pinggulku maju mundur dan Mbak Ana mengikuti dengan memutar-mutar pinggulnya yang mengakibatkan batang kemaluanku seperti disedot dan diremas daging hidup hingga menimbulkan kenikmatan yang tiada tara. Kemudian kuciumi bibir Mbak Ana dan kuremas buah dadanya yang montok hingga Mbak Ana memejamkan matanya menahan kenikmatan. “Ahhh… uhhh…” Mbak Ana melenguh dan berbisik, “Lebih kenceng lagi Ndik.” Kemudian aku lebih mempercepat gerakan pantatku hingga menimbulkan suara becek, “Jreb.. crak.. jreb.. jreb…” suara yang menambah gairah dalam bermain seks hingga kami bermandikan keringat.

    Setelah bosan dengan posisi seperti itu, Mbak Ana mengubah posisi dengan membungkuk, tangannya berpegangan pada bibir bak mandi kemudian aku memasukkan batang kemaluanku dari belakang. Terasa nikmat sekali ketika batang kemaluanku masuk ke liang senggama Mbak Ana. Terasa lebih sempit dan terganjal pinggul yang empuk. Kemudian tanganku memegangi leher Mbak Ana dan tangan yang lain meremas puting susunya yang bergelantungan. “Uuuhhh… ahhh enak Ndik,” dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku. “Uuuhhh.. uuuhhh Ndik, Mbak mau keluar,” akupun merasakan dinding kemaluan Mbak Ana mulai menegang dan berdenyut begitu juga batang kemaluanku mulai berdenyut hebat. “Uuuhhhk.. aahh.. aku juga Mbak..” Kemudian tubuh Mbak Ana mengejang dan mempercepat goyangan pinggulnya lalu sesaat kemudian dia mencapai orgasme, “Aaahh… uuuhh…” Terasa cairan hangat membasahi batang kemaluanku dan suara decakan itupun semakin membecek “Jreeb… crak… jreb..” Akupun tak tahan lagi merasakan segumpalan sesuatu akan keluar dari lubang kencingku. “Aaahhh… ooohhh… Mbak Anaaa…” Terasa tulang-tulangku lepas semua, begitu capek. Akupun tetap berada di atas tubuh sintal Mbak Ana. Kemudian kukecup leher dan mulut Mbak Ana, “Makasih Mbak, Mbak Ana memang hebat..” Mbak Anapun cuma tersenyum manis.

  • Video Bokep Panas Jepang yuuna Hoshizaka

    Video Bokep Panas Jepang yuuna Hoshizaka


    1790 views

  • SLUTTY TEEN BRU LOVES GETTING HER PUSSY LICKED

    SLUTTY TEEN BRU LOVES GETTING HER PUSSY LICKED


    1790 views

  • Memuaskan Ibu Kost ku

    Memuaskan Ibu Kost ku


    1790 views

    Pagi itu aku tengah sibuk membenahi kamarku. Sebuah kamar kontrakan yang baru kutempati sejak sebulan lalu. Maklum, kamar berukuran 3×4 meter itu berdinding papan dan terletak di bagian belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi.

    Apalagi papannya sudah banyak yang renggang dan berlubang hingga bila malam tiba, angin menerobos masuk dan menebarkan hawa dingin menusuk tulang. Hanya bagiku, mendapatkan kamar kost dengan kondisi seperti itu pun merupakan anugerah tersendiri. Sebelumnya aku nyaris patah semangat ketika mendapati harga sewaan kamar yang rata-rata sangat mahal dan tak terjangkau di kota tempatku kuliah di sebuah PTN.

    Hingga ketika Bu Halimah pemilik warung makan sederhana menawariku untuk tinggal di tempatnya dengan harga sewa yang murah aku langsung menyetujuinya. Oh ya, Bu Halimah, ibu kostku itu adalah seorang janda berusia sekitar 45 tahun. Sejak kematian suaminya tujuh tahun lalu, ia tinggal bersama putri tunggalnya Nastiti. Ia masih sekolah, kelas dua di sebuah SMTA di kota itu.

    Mereka hidup dari usaha warung makan sederhana yang dikelola Bu Halimah dibantu Yu Narsih, seorang wanita tetangganya. Yu Narsih hanya membantu di rumah itu sejak pagi hingga petang setelah warung makan ditutup. Pembawaan keseharian Bu Halimah tampak sangat santun. Ia selalu mengenakan busana terusan panjang terutama bila tampil di luar rumah atau sedang melayani pembeli di warungnya.

    Hingga kendati berstatus janda dengan wajah lumayan cantik, tak ada laki-laki yang berani iseng atau menggoda. “Ada memang laki-laki yang meminta ibu untuk menjadi istrinya. Tetapi ibu hanya ingin membesarkan Nastiti sampai ia berumah tangga. Apalagi sangat sulit mencari pengganti laki-laki seperti ayah Nastiti almarhum,” katanya suatu ketika aku berkesempatan berbincang dengannya di suatu kesempatan.

    Di tengah kesibukanku memperbaiki dinding kamar, tiba-tiba kudengar suara pintu kamar mandi dibuka. Lalu tak lama berselang kudengar suara pancaran air yang menyemprot kencang dari kamar mandi. Padahal di sana tidak ada kran air yang memungkinkan menimbulkan bunyi serupa. Maka seiring dengan rasa ingin tahu yang muncul tiba-tiba, aku segera mencari celah lubang di dinding yang bersebelahan dengan kamar mandi untuk bisa mengintipnya.

    Ah, ternyata yang ada di kamar mandi adalah Bu Halimah. Wanita itu tengah kencing sambil berjongkok. Mungkin ia sangat kebelet kencing hingga begitu berjongkok semprotan air yang keluar dari kemaluannya menimbulkan suara berdesir yang cukup kencang sampai ke telingaku. Aku jadi tersenyum simpul melihat kenyataan itu. Tadinya aku tidak berniat melanjutkan untuk mengintip. Namun ketika sempat kulihat pantat besar Bu Halimah yang membulat, naluriku sebagai laki-laki dewasa jadi terpikat.

    Posisi jongkok Bu Halimah memang membelakangiku. Namun karena ia menarik tinggi-tinggi daster yang dikenakannya, aku dapat melihat pantat dan pinggulnya. Ah, wanita berkulit kuning itu ternyata belum banyak kehilangan daya pikatnya sebagai wanita. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk terus mengintip, melihat adegan lanjutan yang dilakukan ibu kostku di kamar mandi yang ternyata membuat tubuhku panas dingin dibuatnya.

    Betapa tidak, setelah selesai kencing, Bu Halimah langsung mencopot dasternya untuk digantungkannya pada sebuah tempat gantungan yang tersedia. Tampak ia telanjang bulat karena dibalik dasternya ia tidak mengenakan celana dalam maupun kutangnya. Jadilah aku bisa menikmati seluruh keindahan lekuk-liku tubuhnya. Bongkahan pantatnya tampak sangat besar kendati bentuknya telah agak menggantung.

    Sepasang buah dadanya yang juga sudah agak menggantung, ukurannya juga tergolong besar dengan dihiasi sepasang pentilnya yang mencuat dan berwarna kecoklatan. Namun yang membuatku kian panas dingin adalah adegan lanjutan yang dilakukannya setelah ia mulai mengguyur air dan menyabuni tubuhnya. Sebab setelah hampir sekujur tubuhnya dibaluri busa sabun mandi, ia cukup lama memainkan kedua tangannya di kedua susu-susunya. Meremas-remas dan sesekali memilin puting-putingnya.

    Sepertinya ia tengah berusaha membangkitkan dan memuasi birahinya oleh dirinya sendiri. Lalu, dengan satu tangan yang masih menggerayang dan meremas di buah dadanya, satu tangannya yang lain menelusur ke selangkangannya dan berhenti di kemaluannya yang membukit. Kemaluan yang hanya sedikit ditumbuhi bulu rambut itu, berkali-kali diusap-usapnya dan akhirnya salah satu jarinya menerobos ke celahnya. Ah, ia juga mengeluar-masukkan jarinya ke liang kenikmatannya.

    Bahkan seperti tidak puas dengan satu jari tengah tangannya, jari telunjuknya pun ikut dimasukannya. Hingga akhirnya kedua jarinya yang digunakan untuk mencolok-colok vaginanya. Aku yakin Bu Halimah melakukan semua itu sambil membayangkan bahwa yang mencolok-colok liang kenikmatannya adalah penis seorang laki-laki. Terbukti ia melakukan sambil merem-melek dan mendesah. Membuktikan bahwa ia mendapatkan kenikmatan atas yang tengah dilakukannya.

    Disodori pertunjukkan panas yang diperagakan ibu kostku, aku kian tak tahan. Kukeluarkan kemaluanku yang telah ikut mengeras dari celana setelah membuka risleting. Kuremas-remas sendiri penisku sambil membayangkan menyetubuhinya yang tengah bermasturbrasi. Akhirnya, ketika tubuhnya terlihat mengejang, karena menahan birahi yang tak terbendung dan seiring dengan datangnya puncak kenikmatan yang didambakan, aku pun kian kencang meremas dan mengocok kemaluanku sambil terus memelototi tingkah polahnya.

    Dan tubuhku ikut mengejang dan melemas ketika dari ujung penisku memuntahkan mani yang menyembur cukup banyak. Dia tampak kaget dan mencoba mencari sesuatu di dinding kamar mandi yang berbatasan dengan kamarku. Mungkin ia sempat mendengar erangan lirih suaraku yang tak sadar sempat kukeluarkan saat mendapatkan orgasme. Namun karena aku segera menjauh dari dinding, ia tak sempat memergokiku. Tetapi,… ah.. entahlah. Hanya sejak saat itu aku sering mencari kesempatan untuk mengintipnya saat ia mandi.

    Bahkan juga mengintip ke kamarnya saat ia tidur. Kamar Dia memang bersebelahan dengan kamarku. Rupanya, untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, selama ini wanita itu mendapatkannya dari bermasturbrasi. Hingga aku sering memergoki ia melakukannya di kamarnya. Dan seperti Dia, setiap aku mendapatkan kesempatan untuk melihat ketelanjangannya, selalu aku melanjutkan dengan mengocok sendiri kemaluanku. Tentu saja sambil membayangkan menyetubuhi ibu kostku itu.

    Sampai akhirnya, mengintip ibu kostku merupakan acara rutin di setiap kesempatan seiring dengan gairah birahiku yang kian menggelegak. Sampai suatu malam, setelah sekitar enam bulan tinggal di rumahnya, aku bermaksud keluar kamar untuk menonton televisi di ruang tamu. Maklum sejak sore aku terus berkutat dengan diktat dan buku-buku untuk tugas pembuatan paper salah satu mata kuliah. Namun yang kutemukan di ruang tamu membuatku sangat terpana.

    Televisi 17 inchi yang ada memang masih menyala dan tengah menyiarkan satu acara infotainment dan disetel dengan volume cukup keras. Namun satu-satunya penonton yang ada, yakni Dia, tampak tertidur pulas. Ia tidur dengan menyelonjorkan kaki di sofa, sementara daster yang dikenakannya tersingkap cukup lebar hingga kedua kaki sampai ke pahanya nampak menyembul terbuka. Biasanya aku akan membangunkan dan megingatkannya untuk tidur di kamarnya bila memergoki ibu kostku tertidur di ruang tamu.

    Tetapi itu tidak kulakukan, sayang kalau pemandangan yang menggairahkan sampai terlewatkan. Ketika aku mendekat, tubuh wanita itu menggeliat dan posisi kakinya kian terbuka hingga mengundangku untuk melihatnya lebih mendekat. Berjongkok di antara kedua kakinya. Kini bukan hanya paha mulusnya yang dapat kunikmati. Aku juga dapat melihat organ miliknya yang paling rahasia karena ia tidak mengenakan celana dalam. Bibir luar kemaluannya terlihat coklat kehitaman dan nampak berkerut.

    Pertanda kemaluannya sering diterobos alat kejantanan pria. Sementara di celahnya, di bagian atas, tampak kelentitnya yang sebesar biji jagung terlihat mencuat. Melihat ketelanjangan tubuh ibu kostku sebenarnya telah cukup sering kulakukan saat mengintip. Namun melihatnya dari jarak yang cukup dekat baru kali itu kulakukan. Degup jantungku jadi terpacu, sementara penisku langsung menegang. Aku nyaris mengulurkan tanganku untuk mengusap vaginanya untuk merasakan lembutnya bulu-bulu halus yang tumbuh di sana atau merasakan hangatnya celah lubang kenikmatan itu.

    Tetapi takut resiko yang harus kutanggung bila ia terbangun dan tidak menyukai ulahku, aku urungkan niatku tersebut. Dan tak tahan terpanggang oleh gairah yang memuncak, kuputuskan untuk kembali ke kamar. Untuk beronani, meredakan ketegangan yang meninggi. Di dalam kamar, kulepaskan seluruh pakaian yang kukenakan. Lalu tiduran telanjang diatas ranjang setelah sebelumnya menarik kain selimut untuk menutupi tubuh. Seperti itulah biasanya aku beronani sambil membayangkan keindahan tubuh dan menyetubuhi ibu kostku.

    Hanya, baru saja aku mulai mengelus burungku yang tegak berdiri tiba-tiba kudengar pintu kamarku yang tak sempat terkunci dibuka dan seseorang terlihat menerobos masuk ke dalam. “Hayo, lagi ngocok yah,” suara Dia mengagetkanku. Ternyata yang membuka pintu dan masuk kekamarku adalah ibu kostku. “Ti,… tidak,” jawabku dan secara reflek segera kutarik selimut untuk menutupi tubuhku. “Jangan bohong Tris. Ibu tahu kok kamu sering mengintip ibu saat mandi atau dikamar.

    Juga tadi kamu melihati milik ibu saat tidur di sofa kan?” katanya lirih seperti berbisik. Ditelanjangi sedemikian rupa aku jadi malu dan menjadi tegang. Takut kepada kemarahan Dia atas semua ulah yang tidak pantas kulakukan. Penisku yang tadi tegak menantang kini mengkerut, seiring dengan kehadiran wanita itu di kamarku dan oleh pernyataanya yang telah menelanjangiku. Aku membungkam tak dapat bisa bicara. “Sebenarnya ibu nggak apa-apa kok, Tris.

    Malah, eee.. ibu bangga ada anak muda yang mengagumi bentuk tubuh ibu yang sudah tua begini. Kalau mau, sekarang kamu boleh melihat semuanya milik ibu dari dekat dan kamu boleh melakukan apa saja. Asal kamu bisa menjaga rahasia serapat-rapatnya,” ujarnya. Aku masih belum tahu arah pembicaraan ibu kostku hingga hanya diam membisu. Tetapi, Dia telah melepas daster yang dikenakannya.

    Dan dengan telanjang bulat, setelah sebelumnya mengunci pintu kamar, ia menghampiriku yang masih terbaring di ranjang. Duduk di tepi ranjang di sebelahku. Tak urung gairahku kembali terpacu kendati hanya menatapi ketelanjangan tubuh wanita yang lebih pantas menjadi ibuku itu. “Ayo Tris, jangan cuma melihati begitu. Tadi kamu sebenarnya ingin memegang punya aku kan? Ayo lakukan semua yang ingin dilakukan padaku,” suaranya terdengar berat ketika mengucapkan itu. Mungkin ia telah bernafsu dan ingin disentuh.

    Melihat aku tidak bereaksi, aku kostku akhirnya mengambil insiatif. Tangannya menjulur, menarik selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Batang penisku yang tegak mengacung diraihnya dan diremasnya dengan gemas. Selanjutnya mengelus-elusnya perlahan hingga aku menjadi kelabakan oleh sentuhan-sentuhan lembut tangannya di selangkanganku. Dan sambil melakukan itu Dia mulai membaringkan tubuhnya di sisiku dalam posisi berhadapan denganku.

    Maka buah dadanya yang berukuran besar dan seperti buah pepaya menggantung berada tepat di dekat wajahku. Aku tetap tidak bereaksi kendati payudaranya seperti sengaja disorongkan ke wajahku. Namun ketika ia mulai mengocok penisku dan menimbulkan kenikmatan tak terkira, keberanianku mulai terbangkitkan. Payudaranya mulai kujadikan sasaran sentuhan dan remasan tanganku. Buah dadanya sudah tidak kencang memang, tetapi karena ukurannya yang tergolong besar masih membuatku bernafsu untuk meremas-remasnya.

    Puas meremas-remas, aku mulai menjilati pentilnya secara bergantian dan dilanjutkan dengan mengulumnya dengan mulutku. Rupanya tindakanku itu membuat gairah Dia menjadi naik. Ia mulai mengerang dan kian mengaktifkan sentuhan-sentuhannya di di alat kelaminku. “Ya Tris, begitu. Ah,.. ah enak. Uh,.. uh..terus terus sedot saja. Ya,.. ya. sshh…ssh.. akhhh”. Dengan mulut masih mengenyoti susu Dia secara bergantian kiri dan kanan, tanganku mulai menyelusur ke bawah.

    Ke perutnya, lalu turun ke pusarnya dan akhirnya kutemukan busungan membukit di selangkangannya. Kemaluan yang hanya sedikit di tumbuhi rambut itu terasa hangat ketika aku mulai mengusapnya. Rupanya itu merupakan wilayah yang sangat peka bagi seorang wanita. Maka ketika aku mulai mengusap dan meremas-remas gemas, Dia mulai menggelinjang. Kakinya dibukanya lebar-lebar memberi keleluasaan padaku untuk melakukan segala yang yang kuiinginkan.

    Terlebih ketika jari telunjukku mulai menerobos ke celahnya. Lubang vaginanya ternyata tak cuma hangat. Tetapi telah basah oleh cairan yang aku yakin bukan oleh air kencingnya. Aku jadi makin bernafsu untuk mencolok-coloknya. Tidak hanya satu jari yang masuk tetapi jari tengahkupun ikut bicara. Ikut menerobos masuk ke lubang kenikmatan aku kostku. Mengocok dan terus mengocoknya hingga lubang vaginanya kian becek akibat banyaknya cairan yang keluar.

    Ia juga menggelinjang-gelinjang sambil terus mendesah. “Ah,.. ah.. ah aku tidak kuat lagi Tris. Ayo sekarang kamu naik ke tubuh aku,” bisiknya akhirnya. Rupanya ia sudah tidak tahan akibat kemaluannya terus diterobos oleh dua jariku. Maka tubuhku ditarik dan menindihnya. Dasar belum punya pengalaman sedikitpun dengan wanita. Kendati telah menindihnya, penisku tak kunjung dapat menerobos lubang kenikmatan aku kostku. Untung Dia cukup telaten.

    Dibimbingnya penisku dan diarahkannya tepat di lubang vaginanya. “Sudah, dorong masuk tetapi pelan-pelan. Soalnya aku sudah lama melakukan seperti ini,” bisiknya di telingaku. Bleessss! Sekali sentak amblas penisku masuk ke lubang kenikmatan aku kostku. Aku memang tidak mengindahkan permintaannya yang memintaku untuk memasukannya perlahan. Mungkin karena tidak berpengalaman dan sudah terlanjur naik ke ubun-ubun gairah yang kurasakan.

    Hingga ia sempat vaginaik saat penisku menancap di lubang vaginanya. “Auuu, ..ah.ah.. pe..pelan-pelan Tris, shhh….ssh ..ah..ah,” “Ma,… ma.. maaf bu,” “Iya,.iya. Be,.. besar sekali punya kamu ya Tris,” “Punyamu juga besar dan enak,” kataku sambil terus meremasi kedua payudaranya. Namun baru beberapa saat aku mulai memaju mundurkan penisku ke lubang vaginanya, desah nafasnya kian keras kudengar. Tubuhnya terus menggelinjang dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya.

    Akibatnya baru beberapa menit permainan berlangsung aku sudah tak tahan. Betapa tidak, penisku yang berada di liang vaginanya terasa dijepit oleh dinding-dinding kemaluannya. Bahkan terasa seperti disedot dan diremas-remas. “Aduh,.. ah.. aku tidak tahan. Ah,..ah…ah..aaaaaahhh,” Aku terkapar di atas tubuhnya setelah menyemprotkan cukup banyak air mani di liang sanggamanya. Indah dan melayang tinggi perasaanku saat segalanya terjadi.

    Dan cukup lama aku menindihnya yang memelukku erat setelah pengalaman persetubuhan pertamaku itu. “Maaf bu cepat sekali punya saya keluar. Jadinya cuma ngotorin” “Tidak apa-apa Tris. Kamu baru kali ini ya melakukannya? Nanti juga bisa tahan lebih lama” katanya setelah aku terbaring di sisinya sambil menenangkan gemuruh di dadaku yang mulai mereda. Dan dengan lembut dia membersihkan air mani yang berleleran di penisku dan vaginanya dengan daster yang tadi dikenakannya. “Sebentar aku bikin kopi dulu ya, biar kamu semangat lagi,” Dia keluar dari kamarku sambil membawa dasternya yang telah kotor.

    Rupanya ia menyempatkan ke kamar mandi, karena kudengar ia menyiram dan membasuh tubuhnya. Cukup lama ia melakukan itu di kamar mandi. Baru ia kembali ke kamarku dengan membawa segelas besar kopi panas kesukaanku yang dibuatnya. Ia mengenakan kain panjang yang dililitkan sebatas dadanya. Namun satu-satunya pembungkus tubuhnya itu langsung dilepaskannya setelah menaruh gelas kopi dan mengunci kembali pintu kamarku. “Kopinya saya minum dulu ya bu,” “Oh ya, ya. Silahkan diminum nanti keburu dingin,” Menyeruput beberapa tegukan kopi panas buatannya membuatku kembali bergairah.

    Aku menyempatkan diri mencuci rudalku di kamar mandi. Kendati tadi sudah dibersihkan olehnya, tetapi rasanya kurang bersih dan agak kaku. Mungkin karena sperma yang mengering. Ketika aku kembali ke kamar, Dia langsung menggenggam penisku yang masih layu. Mungkin ia sudah ingin gairahnya tertuntaskan dan bermaksud membangkitkan kejantananku dengan mengelus dan meremas-remasnya. Tetapi dengan halus kutepis tangannya.

    “Aku telentang saja,..,” kataku. Dia naik atas ranjang dan aku segera menyusulnya. Ia yang telah tiduran dengan posisi mengangkang, kudekati bagian bawah tubuhnya tepat di antara kedua pahanya. Ah, liang sanggamanya sudah banyak kerutan terutama di bagian bibir kemaluannya. Warnanya coklat kehitaman. Bahkan ada bagian dagingnya yang menggelambir keluar. Ia mencoba menutupi kemaluannya dengan tangannya. Mungkin ia malu bagian paling rahasia miliknya dipelototi begitu.

    Tetapi segera kusingkirkan tangannya. Dan ketika tanganku mulai melakukan sentuhan di sana, ia mandah saja. Bahkan saat telunjuk jari tanganku mulai mencoloknya, ia mendesah. Tak puas hanya memasukkan satu jari, jari tengahku menyusul masuk mencoloknya. Dan aku mulai mengkorek-koreknya dengan mengeluar-masukkan kedua jariku itu. Akibatnya ia menggelinjang dan mendesah. Kedua jariku semakin basah oleh cairan vaginanya. Baunya sangat khas, entah mirip bau apa, sulit kucarikan padanannya.

    Hanya yang pasti, bau vaginanya tidak membuatku jijik. Hidungku semakin kudekatkan untuk lebih membauinya. Tetapi ketika lidahku mulai kugunakan untuk menyapu bagian luar bibir vaginanya ia memberontak. “Hiiii, jangan Tris, ah,.. ah.. jorok ah. Kamu nggak jijik? Shhh,… akhhh… shhh,….shhhh,” Ia mencoba menolakkan kepalaku menjauhkan mulutku dari lubang nikmatnya. Aku tetap nekad, mulut dan lidahku tambah liar menggeremusi dengan gemas liang sanggamanya itu.

    Hingga ia kian menggelepar dan menggelinjang. Mulutnya mendesis seperti orang kepedasan. Mulut dan lidahku yang meliar ke bagian dalam vaginanya menimbulkan sensasi tersendiri. Berkali-kali ia mengangkat pantatnya dan membuat lidah dan mulutku semakin menekan dan menekan ke kedalamannya. Ludahku yang bercampur dengan cairan vaginanya menjadikan lubang nikmatnya terasa sangat basah.

    Tetapi, ketika lidahku mulai melakukan sapuan ke lubang duburnya dengan cara mengangkat sedikit pantatnya, ia kembali berontak. “Apa-apaan ini, hiii,.. jangan ah kotor. Uhhh… ahhh… shhh.. shh,” Aku sering melihat film BF, saat wanita dijilati lubang anusnya, ia tambah menggelinjang dan merintih. Berarti lubang dubur sangat peka oleh sentuhan. Dan memang terbukti, Dia tambah merintih dan mengerang. Hanya baru beberapa saat sapuan kulakukan, tubuhnya telah mengejang.

    Kedua pahanya menjepit kencang kepalaku disusul dengan mengejutnya dubur dan lubang vaginanya. “Ohhh, aku sudah enak Tris. Kamu sih menjilat-jilat di situ. Kamu sudah sering ya melakukan dengan wanita,” “Tidak bu,” “Kok kamu tahu yang seperti itu,” “Saya hanya ikut-ikutan adegan film BF” Ujarku. ” Bapaknya Titi (panggilan Nastiti, anaknya) sih jangankan menjilat dubur. Menjilati vagina aku saja tidak pernah,” katanya. Kubiarkan ia sesaat meredakan nafasnya yang memburu.

    Lalu aku mulai menindih tubuhnya ketika ia menyatakan siap untuk melakukan permainan berikutnya. penisku mulai naik-turun keluar-masuk dari liang sanggamanya. Bunyinya sangat khas dan membuatku tambah bergairah. Sementara tanganku tak henti-hentinya meremasi susu-susunya. Pentil susunya yang besar dan mengeras kusedot-sedot dengan mulutku. Itu membuatnya keenakan dan kembali mendesah.

    Ia tak mau kalah. Pinggulnya mulai digoyang. Pantat besarnya dijadikan landasan untuk menggoyang. Jadilah benda bulat panjang milikku yang berada di dalamnya mulai merasakan nikmat oleh gesekan dinding vaginanya. Goyangan pinggul dan naik-turunnya tubuhku di bagian bawah sepertinya seirama. Terasa syuur, dan ah, nikmat. Tak lupa, sesekali bibirnya kucium. Ia membalasnya lebih hangat.

    Lidahku disedotnya nikmat. Jadilah kami bak sepasang kekasih yang tengah meluahkan gairah. Saling berpacu dan saling memberi kenikmatan. Aku tak peduli lagi bahwa yang tengah kusetubuhi adalah ibu kostku. Wanita yang jauh lebih tua usianya dan selama ini kuhormati karena penampilannya yang selalu nampak santun. Tak kusangka ia menyimpan bara yang siap melelehkan. Liang nikmat Dia mulai berdenyut-denyut kembali. Mungkin ia akan kembali orgasme seperti yang juga tengah kurasakan.

    Goyangan pinggulnya semakin kencang tetapi tidak teratur. Maka sodokan penisku ke lubang nikmatnya semakin garang. Menghujam dan kian menghujam seolah hendak membelah bagian bawah tubuhnya. Puncaknya, ketika Dia mulai merintih dan kian mendesah, tanganku mulai menyelinap ke pinggulnya dan menyelusup ke pantatnya. Di sana aku meremas dan mencari celah agar dapat menyentuh duburnya. Dan setelah terpegang, jari telunjukku mencolek-colek lubang anusnya.

    Akibatnya matanya seperti membelalak dan hanya menampakkan warna putihnya. Dirangsang di dua lubangnya sekaligus membuatnya seperti cacing kepanasan. Maka ketika tubuhnya semakin mengejang, dan tubuhku dipeluknya erat. Jari telunjukku kupaksa masuk ke lubang duburnya. Sedang penisku kubenamkan sekuatnya di vaginanya. Jadilah pertahanan wanita itu ambrol, vaginanya kian berdenyut dan menjepit sementara erangannya semakin kencang dan bahkan vaginaik.

    Sedang dari rudalku, menyembur sebanyak-sebanyaknya sperma ke lubang nikmatnya. Karena banyaknya sperma yang mengguyur, kurasakan ada yang meleleh keluar dari mulut kemaluannya yang masih terterobos oleh penisku. “Ah, aku puas sekali Tris. Baru kali ini aku merasakan yang seperti ini,” katanya. Kami masih terkapar di ranjang. Ada rasa ngilu dan tulang-tulangku seperti dilolosi.

    Tetapi sangat nikmat. Ada tiga ronde permainan yang kulakukan malam itu. Dia mengaku sangat kecapaian ketika aku memintanya kembali. Menjelang subuh, ia pamit untuk kembali ke kamarnya. “Kalau kamu suka, aku siap melakukannya setiap waktu. Tetapi tolong jaga erat-erat rahasia kita ini,” ujarnya berpesan. Aku mengangguk setuju. Bahkan sebelum keluar dari kamarku ia kuhadiahi ciuman panjang. Pantat besarnya kuremas-remas gemas dan nyaris punyaku bangkit kembali. “Sudah ah, besok malam bisa kita sambung lagi.

    Kamu Tris, besok harus kuliah kan,” katanya. Bergegas ia menyelinap keluar dari kamarku. Takut dengan gairahnya yang kembali terpancing. Perselingkuhanku dengannya terus berlangsung. Di setiap kesempatan, kalau tidak aku yang mengajaknya, ia yang mengambil insiatif. Bahkan di siang hari, kalau aku lagi ngebet, sengaja bolos dari kampus. Mampir ke warungnya dan memberi kode, lalu ia akan pulang menyempatkan melayaniku di kamarku atau di kamarnya. Ia memang tergolong wanita panas yang terpicu hasrat seksualnya.

    Seperti siang itu, karena hanya ada satu mata kuliah, aku pulang agak siang dari kampus. Aku langsung ke warung untuk makan siang dan bermaksud memberi kode pada ibu kostku. Tetapi ia tidak di sana. ” Ibu baru saja pulang, mungkin untuk istirahat,” kata Yu Narsih, pembantunya yang ada menunggu warung melayani pembeli. Jarak antara warung dengan rumah memang dekat tak lebih dari 50 meter. Maka setelah menyantap makan siangku, aku langsung ngabur ke rumah.

    Dia tidak sedang tidur seperti yang kusangka. Ia sedang melipati pakaian yang telah diambilnya dari jemuran duduk di ruang tengah. Maka dasar sudah horny, kudekati ia dan kupeluk dari belakang. “Kuliahnya bebas Tris,” katanya. “Cuma satu mata kuliah kok,” jawabku. Ia berkeringat, mungkin karena kesibukannya melayani pembeli sejak pagi. Baunya khas, bau wanita dewasa. Tetapi tidak mengurangi gairahku untuk memesrainya. Ia mulai menggelinjang ketika tanganku menyelusup ke balik dasternya dan mencari gundukan buah dadanya. Kuremas-remas susunya dan kupilin putingnya.

    Aku jadi gemas karena ia tak bereaksi. Tetapi melanjutkan pekerjaanya memberesi pakaian-pakaian yang telah dicucinya. Maka sambil menciumi lehernya, tanganku terus merayap dan merayap sampai kutemukan vaginanya yang masih tertutup CD. Baru ketika hendak kutarik CD nya ia berontak. “Kamu pengin Tris?,” “Iya. Habis vaginanya enak sih,” kataku. Celana dalamnya berhasil kulepaskan tanpa membuka dasternya. Sebenarnya ia mengajakku untuk main di kamarnya.

    Tetapi kutolak, aku ingin ia melayaniku di sofa. Apalagi Nastiti tengah camping di sekolahnya sejak dua hari lalu. Jadi aku tidak perlu takut ketahuan anak gadisnya itu. Dan lagi aku cuma butuh pelepasan hajat secara singkat karena harus menyelesaikan makalah yang harus jadi besok pagi. Kalau main di kamar, pasti akan memakan waktu lama karena Dia pasti tak mau cuma kusetubuhi sebentar. Jadilah setelah sebentar menjilati vaginanya dan meremasi susunya, hanya dengan menyingkap dasternya aku mulai menyetubuhinya.

    Dengan posisi duduk di sofa ia kangkangkan kakinya hingga memudahkanku memasukkan penis ke liang nikmatnya. Kugenjot pelan lalu mulai cepat, karena nafsuku memang sudah naik ke ubun-ubun. Namun pada saat aku memuncratkan sperma ke lubang vaginanya, samar-samar kulihat seseorang melihati perbuatan kami. Ia adalah Yu Narsih, pembantu aku. Kulihat ia mengintip dari balik gorden di pintu dekat kamar mandi. Rupanya ia masuk dari pintu belakang rumah yang memang tidak terkunci. Aku langsung berdiri dan melangkah ke arah dapur. “Dasar anak muda, kalau lagi ada mau nggak sabaran,” katanya tersenyum melihat tingkahku.

    Dibersihkannya sperma yang berleleran di sekitar kemaluannya dengan daster yang dikenakannya. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya aku tengah mencoba mengejar Yu Narsih yang langsung menyelinap keluar setelah perbuatanku dengan ibu kostku. Aku jadi panik, takut Yu Narsih akan menceritakan peristiwa yang dilihatnya kepada para tetangga. Kuputuskan untuk tidak menceritakan padanya ihwal Yu Narsih. Biarlah akan kucoba meredamnya, pikirku. Selepas sore kutemui Yu Narsih di rumahnya.

    Jarak rumah Yu Narsih hanya sekitar 500 meter. Terpencil di tepi sawah. Aku memang sering main ke rumahnya dan kenal baik dengan suaminya, Kang Sarjo yang berprofesi sebagai tukang becak. Wanita berusia sekitar 35 tahun dan berkulit agak gelap itu, cukup kaget ketika aku datang. “Kang Sarjo mana Yu?” “Oh, baru saja berangkat narik. Ada perlu dengan dia?” Plong, lega rasa hatiku. Aku memang ragu, takut permasalahan yang ingin kusampaikan ke Yu Narsih di dengar suaminya.

    Aku dipersilahkannya duduk di balai, satu-satunya perabotan yang ada di ruang tamu rumah berdinding pagar itu. Yu Narsih pun duduk menyebelahiku. “Tidak. Aku malah perlu sama Yu Narsih kok,” kataku. Dengan pelan kusampaikan maksud kedatanganku. Aku meminta Yu Narsih tidak menceritakan apa yang dilihatnya siang tadi kepada orang-orang. Kasihan ibu kostku akan jadi bahan gunjingan orang. Dan sejauh ini Dia tidak tahu kalau Yu Narsih sebenarnya telah memergoki perbuatan itu hingga aku memintanya pula untuk tidak menegur ibu kostku.

    Ia cuma terdiam membisu sampai aku menyelesaikan semua yang ingin kusampaikan. “Ah, saya ndak apa-apa kok Mas Tris. Saya malah yang minta maaf, tadi nyelonong masuk,” ujarnya. “Tetapi saya tidak enak sama Yu Narsih. Yu Narsih jangan cerita sama siapa-siapa ya,” kataku lebih menegaskan. Seperti menghiba saat aku menyampaikan itu. “Iya mas. Masak saya menjelek-jelekkan Mas Tris dan ibu sih,” Mendengar kesungguhan dan ketulusannya itu aku merasakan beban berat yang tadi menindihku berkurang.

    Akupun langsung pamit pulang. Sejak itu aku dengan tenang dapat memuasi ibu kostku. Aku tinggal di rumah ibu kostku sampai lulus kuliah dan telah memperoleh pekerjaan. Bahkan, saat ini saya tengah dalam persiapan perkawinan dengan Nastiti, putri tunggal ibu kostku, entah apa jadinya nanti,…. Apakah Dia akan tetap meminta layananku bila aku telah menjadi menantunya ?

  • Cerita panas Larangan Hubungan Dengan Atasanku

    Cerita panas Larangan Hubungan Dengan Atasanku


    1790 views

    Duniabola99.org – Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.

    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Agen Judi Online Aman Dan Terpercaya 

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..

    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya.

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.

    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.

    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.

    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik. Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.

    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.

    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    Mbak Lia tersenyum manja sambil mengusap-usap rambutku.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    logo-markasjudilogo-fastbet99hokibet99-logo

    hokijudi99-logofortunebet99-logologonexialogo-rf

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

  • Teen girls Angelin Joy and Sonya Sweet have but one cock to share in a 3some

    Teen girls Angelin Joy and Sonya Sweet have but one cock to share in a 3some


    1790 views

    Duniabola99.org– Kumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Jepitan Kepuasan Memek Menantuku

    Jepitan Kepuasan Memek Menantuku


    1790 views

    Duniabola99.org – Aku pria dewasa yang kini telah memiliki seorang cucu dari anak sulungku, sedangkan anak keduaku atau si bungsu baru saja menikah. Dia bernama Dimas sedangkan istrinya lebih tua darinya 4 tahun bernama Melly, Dimas berumur 24 tahun sedangkan istrinya sudah 28 tahun. Dari yang aku dengar menantuku itu seorang gadis penghibur di salah satu club malam.

    Tapi karena Dimas memaksa kalau dia bakalan menikah dengan Melly gadis pujaanya akhirnya aku dengan istriku dan juga kakaknya mengalah. Dan menikahkan mereka karena DImas belum memiliki pekerjaan yang dapat mencukupi kehidupan keluarganya maka kami putuskan untuk tinggal bersama kami saja. Bagaimanapun juga tidak ada orang tua yang tega membiarkan anaknya kekurangan jika mereka bisa membantu.

    Usiaku sudah menginjak 52 tahun tapi karena aku selalu merawat tubuhku, maka aku terlihat lebih muda dari usiaku yang sebenarnya. Sebagai laki-laki tulen akupun sering keluar malam sekedar menikmati hiburan malam bahkan berakhir di sebuah hotel, aku biasa melakukan adegan seperti dalam cerita hot perselingkuhan dengan gadis penghibur dan selama ini juga istriku mengetahuinya.

    Dia pernah bilang kalau tidak lagi bisa memberikan kepuasan batin padaku, istriku memang menderita diabetes karena itu kami jarang bahkan sama sekali tidak lagi melakukan cerita hot. Namun kami terlihat seperti pasangan bahagia di depan semua orang, tapi tidak menampakkan bahwa kami ada kekurangan. Bahkan pada anak-anak kami juga begitu tidak pernah ingin membebani pikiran mereka dengan penyakit ibunya.

    Kini Dimas bekerja di sebuah perusahaan di tempat temannya sedangkan Melly masih di rumah. Dia tidak ada pekerjaan jadi rumah kerjanya hanya nonton TV atau sekedar membnatu istriku, walau begitu aku sering mendengar mereka bertengkar di kamarnya dan aku tahu kalau yang mereka perdebatkan adalah masalah uang dan uang dari yang aku tahu Melly sering shopping berlebihan.

    Tapi aku dengan istriku tidak berani menegurnya biarlah masalah keluarga mereka, mereka sendiri yang menghadapinya.  Dan dari yang aku tahu Melly memiliki gairah sex yang begitu besar ini terlihat ketika mereka melakukan adegan seperti cerita sex paling hot tiap malam, dengan jelas aku mendengar desahan Melly yang begitu menggairahkan sampai-sampai aku terbawa hayal untuk menghayalkannya.

    Melakukan adegan seperti dalam cerita hot selingkuh bersama dengan Melly. Sehingga pada suatu hari saat itu istriku pergi ke sebuah acara temannya yang lumayan jauh dari rumah dan dia minta dianterin sama Dimas karena aku juga sedang ada kerjaan. Setelah mereka berangkat tinggallah aku sendiri berada di rumah karena Melly juga sedang keluar dan entah kapan dia pulang.

    Hingga akhirnya hari telah siang dan akupun tidur di dalam kamar sambil menyalakan AC karena udara diluar sana lumayan panas. Namun sebelum aku tidur aku mendengar ada suara dan aku tahu itu pasti Melly yang baru datang, akupun kembali mencoba memejamkan mata tapi saat itulah aku mendengar suara musik yang lumayan keras dari ruang tengah akupun bangun dan hendak mematikan musik tersebut.

    Tapi aku begitu kaget di depanku aku di suguhkan pemandangan yang begitu indah, Melly dengan telanjang hanya mengenakan celana dalam yang serasi dengan BHnya hilir mudik berjalan dari ruang tengah ke dapur sambil minum es segar aku lihat. Aku memperhatikannya dari balik pintu yang sedikit terbuka, lama-lama kontolku ikut mengembang dan membesar.

    Akupun berniat menutup pintu kembali tapi tiba-tiba Melly menoleh ke arahku, bukannya kaget dia malah celingukan lalu berkata padaku “Jadi papa tidak ikut mas Dimas..?” Katanya padaku sambil terus mendekat, karena kini tubuh kami sudah saling berhadapan aku begitu tergoda oleh tubuh Melly yang mengeluarkan aroma menusuk dalam hidung harum sekali rasanya.

    Diapun memegang tanganku “Papa ingin Melly temeni…” Aku tidak menjawab namun dengan lembut Melly mendorong tubuhku hingga kamipun berada di kamarku, dengan perlahan Melly juga membuka pakaianku dan dalam sekejap kamisudah sama-sama telanjang bulat, akupun membenamkan wajahku pada toket Melly yang begitu menggodaku dari awal, toket ini benar-benar sintal dan besar.

    Da membelai rambutku sambil berdesis “Ssssssshhhh… eeeeuuuuummmpphh… ssssshhhhhh… eeeeuuummmppphhh… aaaahhhh… aaaahhhhhh..” Desahnya begitu aku mainkan lidahku menyusuri putingnya, diapun bergelinjangan menahan rasa geli dengan senthan-sentuhan yang aku lakukan padanya. Kini tubuhnya sudah terlentang di atas kasur yang biasa aku pakai dengan istriku.

    Sebagai pria tulen akupun merangkak dan menindih tubuhnya, dengan cepat aku dapat menerobos memeknya yang sudah basah kurasa “Eeeeuuummmpphhh… aaaaggghh…paa…aaaaggghhh…” Diapun mendesah begitu aku gerakan kontolku dalam memeknya, untuk membuatnya bertambah ikmat aku lakukan gerakan menekan lebih dalamdanlebh lama kontolku dalam memeknya.

    Hal itu membuat Melly mengerang keras dan panjang “OOOouugghh.. oooouugggghh.. pa… niiik.. maaat… paaaaaa…. aaaaggggghhhh… aaaaagggggghhhhh… aaaaaggghh..” Kini akupun semakin lincah melakukan gerakan-gerakan seperti dalam cerita hot sehingga Melly berkali-klai horny, diapun basah oleh keringat yang dari tadi eluar dari pori-porinya.

    Tapi aku tetap melakukan adegan layaknya dalam cerita sex selingkuh tersebut, namun begitu Melly berkata disela goyanganku “OOOuuggghh… cuuukuup.. paaaa… aaaggghh… aaagggghh… aaagghhh… naaaanti laaagi.. paa… aaaggggggggghhhhh… aaaagghhh.. ” Saat itu aku mempercepat gerakanku bahkan aku angkat kedua kakinya dan aku letakkan di bahuku.

    Melly membelalakan matanya mungkin dia kembali mencapai klimaks sambil mengerang “OOOuuugghh….. niikmaaat… paaaaa…. aaaggghhhh.. aaaggghhh.. ” Aku tahu dia kembali merasakan hal itu dan tidak lama kemudian akupun merasakan hal yang sama. Aku tekan kontolku semakin dalam dan terkulai di atas tubuh Melly yang sama-sama tidak lagi bertenaga.

    Melly memeluk manja padaku sambil berkata “Pa… nanti Melly minta jatah lagi ya…”Aku mencubit hidungnya “Minta sama suamimu saja… ” Dia kembali memelukku dengan erat sambil berkata “Tapi Melly lebih puas dengan papa…” Tidak tega juga melihatnya merajuk seperti itu akhirnya akupun berjanji akan memenuhi kebutuhannya dan sejak saat itu aku tidak lagi jajan di luar cukup dengan menantuku saja.

  • Sesi Pemotretan Yang Panas

    Sesi Pemotretan Yang Panas


    1790 views

    Cerita Sex Terbaru – Nama saya yudha, umur saya 21 tahun dan saya adalah seorang mahasiswa di sebuah kota yang terkenal dengan gadis cantiknya. cerita ini merupakan cerita pribadi sehingga saya tidak akan menyebutkan nama asli. saya memiliki hobi yaitu fotografi, saya senang untuk mengambil gambar dalam bentuk foto maupun video, suatu hari saya mendapat pekerjaan untuk memotret seorang gadis yang hasilnya akan dipamerkan dalam sebuah pameran. singkat cerita gadis tersebut saya ajak bertemu untuk pertama kalinya dengan maksud untuk menjelaskan bagaimana proses pemotretan nati yang akan ditempuh.

    Secara fisik gadis tersebut sangat proposional untuk seorang model, tinggi, proposional, cantik, ramah, berkepribadian menarik dan yang membuat saya kepincut adalah rambut pendeknya.. dia terlihat sangat cocok dengan potongan rambut yang menggantung diatas pundaknya itu. setelah selesai mengobrol cukup lama akhirnya kami putuskan untuk pulang karena waktu juga sudah larut, karena keadaan taman tempat kami mengobrol gelap dan sepi maka saya mendampinginya berjalan, saya sempat berjalan dibelakanganya dan memperhatikan lekuk tubuhnya yang indah dari belakang belum lagi kakinya yang jenjang amat sangat terlihat menggugah, bentuk kakinya amatlah bagus karena didukung tinggi badannya, terlintas pikiran membayangkan bagaimana bila dapat membuka kedua kaki tersebut dan melihat yang ada diantaranya. yah wajar namanya juga laki-laki melihat wanita menarik ada saja sepintas terpikir yang tidak-tidak, atau mungkin efek dari parfum yang dia gunakan yang tercium karena saya berjalan dibelakangnya sehingga saya berpikir melayang jauh seperti itu. akhirnya dia pamit setelah sampai diparkiran kami berdua berpisah karena membawa kendaraan masing-masing. setelah sampai dirumah saya mengecek ponsel karena terasa bergetar selama di perjalanan, ternyata gadis tadi (mungkin agar lebih mudah panggil saja rany) menanyakan perihal baju yang harus dia gunakan esok hari pada saat pemotretan. saya hanya memberitahu besok pakai dress saja, lalu janjian untuk saya jemput esok paginya.

    keesokan harinya akhirnya setelah menunggu cukup lama rany pun muncul dari samping trotoar tempat saya menunggu sambil menunggangi motor saya, dia hanya menyapa “hai” lalu tersenyum, lalu saya balas

    saya: “hai, udah siap?”

    rany: “yaa, ayo langsung berangkat, maaf bikin nunggu”

    tanpa basa-basi sayapun tancap gas ke tempat yang dituju, yaitu sebuah gedung tua berlantai 10, gedung tersebut masih berpenghuni, ada 2 lantai yang digunakan untuk tempat hiburan seperti karaoke dan tempat pijat dan spa. kami akhirnya tiba dilantai 8 dan saya bersiap” memasang alat” untuk pemotretan.

    lalu rany bertanya

    “dimana toiletnya? aku harus ganti baju kan”

    “oia ada dilantai bawah, mau sekalian diantar?”

    “boleh”

    karena gedung tersebut sudah tua, ruang toilet yang adapun sudah rusak semua, hanya satu ruangan yang memiliki pintu, itupun tidak bsa ditutup dengan benar, selama rany didalam berganti baju sebenarnya saya curi-curi kesempatan melihat bagian tubuhnya yang terpantul di cermin toilet, untung cermin tersebut pecah sebagian hingga hanya menyorot bagian dari dada hingga perutnya saja, dari situ saya memperhatikan bentuk payudaranya yang indah, putingnya berwarna merah muda dengan ukuran yang cukup besar, mungkin karena badannya kurus sehingga payudaranya terlihat menggantung indah saat dia sedang mengikat rambut dengan kedua tangannya, kulitnya pun putih sekali. saya tidak lama” mengintip karena takut ketahuan, tidak lama kemudian dia keluar sambil membawa baju di genggaman tangannya, dan ternyata dengan gaun hitam berpotongan rok pendek tersebut dia terlihat sangat cantik.

    saat mengantarnya kembali keatas dia tidak sadar bahwa dalemannya jatuh, mau ga mau saya ambil lalu saya kembalikan, dalam hati saya berpikir “wahh berani amat ga pake daleman apa-apa”

    selama prosesi pemotretan sebenarnya cukup terganggu karena roknya sering terangkat dan memperlihatkan bagian dalamnya, ya sekali lagi kakinya yang indah itu kini terlihat cukup telanjang karena dia tidak menggunakan alas kaki jadi sekilas terlihat hingga pangkal paha dalamnya yang putih dan mulus itu. selama dua jam pemotretan dia nampak sudah terlihat lelah, dan minta istirahat sambil membenarkan kembali make upnya. karena hanya ada saya seorang maka saya ikut membantu menata rambutnya.. karena sekarang posisi kami berhadapan, dia sedang memakai lipstik merah dan saya menata rambutnya, entah bagaimana secara selintas terpikir untuk nekat langsung menyambar bibirnya yang merah merona tersebut, saya pikir toh tidak akan ada orang yang sadar juga, karena kami berada dilantai 8 dan 2 lantai dibawah kami ramai oleh suara musik karaoke sehingga ketika rany kaget dan melepaskan sambaran saya lalu berteriak seketika juga dia sadar bahwa itu semua percuma.. karena tubuhnya kecil saya mudah untuk menahan tangannya agar dia tidak kabur, setelah meronta minta tolong namun akhirnya dia menyerah juga, dia hanya bisa menangis dan memohon agar saya tidak memperkosanya..

    rany: “please..apapun ambil saja asal jangan perkosa aku” sambil menangis terisak

    saya: “ssst.. memang siapa yang mau merkosa kamu? aku cuman tidak tahan melihat kamu yang begitu cantik hingga tadi aku tiba-tiba mencium bibir kamu”

    rany:”tapi aku gamau…”

    belum beres berbicara aku sambar lagi bibirnya sambil mendorongnya kepojok ruangan dan saya menindihnya sambil memegang kedua tangannya agar tidak bisa kabur, karena dia tidak membalas ciuman saya akhirnya saya mencari cara lain agar dia rileks, sayapun teringat bahwa dibalik kain dress tipisnya itu dia tidak menggunakan daleman lagi, langsung saja saya sambar payudaranya untuk saya hisap, disitulah rany mulai menggelinjang nampaknya dia sangat sensitif di daerah tersebut..

    rany: “ohh.. jangan disitu please..hnngg”

    sengaja saya berlama” dibagian dadanya tersebut hingga akhirnya terdengar nafasnya mulai terengah dan terasa tubuhnya mulai rileks, mulai lah saya naik menjilat dari bagian tengah dadanya yang terbuka naik hingga leher, dagu dan akhirnya dia menyambut lidah saya dan menghisapnya keras, kamipun berpagutan ciuman dan saling menghisap lidah satu sama lain..

    rany: “hmm..ah..enak ri..”

    selintas saya mendengar dia meracau seperti itu.. sambil terus french kissing saya pun memeluk tubuhnya yang ramping dengan tangan sebelah kiri dan tangan kanan saya bergerilya masuk kedalam dress bagian dadanya dan mulai meremas dadanya sambil membuka bagian atas dressnya karena mudah hingga akhirnya rany topless.. diapun terengah dengan manuver tadi..

    rany: “hnngg…ah! jangan aku malu…”

    saya: “gpp ran.. yang kamu bagus kok.. bulat dan padat”

    sambil memilin putingnya yg merah muda

    rany: “akh..hnngg..ahh!”

    melihat dia seperti itu nampaknya dia pasrah..

    akhirnya kedua payudaranya saya mainkan dengan dipilin satu sama lain, dicium dan dihisap, ranypun mulai semakin terengah-engah dan kewalahan.. terkadang karena terlalu berisik saya harus membungkamnya dengan ciuman dibibirnya..

    dan karena kulitnya yang putih, terlihat bahwa dia sudah sangat horny karena bagian mukanya sangat merah, dan kedua dadanya juga memerah karena banyak dihisap oleh saya.. dengan matanya yg sayu yang terlihat menikmati memandang wajah saya sambil terengah”.. sayapun membelai kakinya yang indah hingga pangkal pahanya.. lalu menyentuh bagian diantara pangkal pahanya tersebut yang ternyata telah basah sekali.. lalu mengusap”nya..

    rany mengkerenyitkan alisnya, sambil menggigit bagian bawah bibirnya sambil terengah engah setiap kali ku elus dan ku tekan bagian tersebut..

    rany: “hhhnngg..hmmm..ah..ehhnngg”

    akhirnya kugulung semua bagian dressnya kebagian tengah badannya dan kini terlihat seluruh tubuhnya yg hanya bagian missVnya saja yg terbungkus cd warna krem..

    sambil terus ku usap-usap.. saya turunkan pelan-pelan cdnya.. dia menolak dengan menahan cdnya..

    rany: “kamu mau ngapain?” dengan nada kecil yang terdengar mengerang..

    saya: “sssstt.. ga ngapangapain kok ran” sambil ku cium bibirnya dan langsung menarik cdnya hingga antara lututnya tanpa dia sempat sadar..

    mulailah jariku meraba bagian missVnya sambil terus berciuman.. namun ada sesuatu yang berbeda, ternyata bulunya tercukur rapih.. dengan begitu entah mengapa saya merasa beruntung karena jujur saja saya suka wanita yang mencukur jembutnya hingga polos seperti itu..

    saya terus memainkan bagian missVnya hingga basah sekali.. dan memilin” payudaranya bergantian.. ranypun terasa semakin menikmati karena terus terengah dan terdengar desahannya mulai menderu-deru

    rany: “ahh..hahhteruss..terus..iyahh..hngg..ahh”

    ku masukan sedikit-sedikit jariku kedalam missVnya yang semakin basah.. dan tanpa diduga tiba” tangan rany menggapai bagian penisku yg masih terbungkus celana..

    rany: “aku mau ini…cepet..” dengan wajah memelas..

    tanpa pikir panjang kubuka celanaku yang daritadi didalamnya sudah tegang tidak karuan.. kembali rany menggenggam mrP ku dan menuntunnya ke mulut missVnya.. dan dia berbisik..

    rany: “masukin pelan-pelan saja..”

    dengan sedikit kesusahan saya mencoba menerobos missVnya yang masih sangat sempit itu.. dan setelah masuk sebagian saya memompanya sedikit demi sedikit.. hingga akhirnya rany mendesis keenakan..

    rany: “sssh..ahh iya gituu ahh..hnngg”

    akhirnya secara keseluruhan missPku masuk semua.. namun tidak keluar darah dari lubang missV rany.. melihatku sedikit bingung rany menarik leherku lalu menciumku dengan bernafsu dan menggerakan pinggulanya sehingga memancingku untuk mengikuti iramanya tersebut.. kamipun kini saling mendesah keenakan..

    rany: “terus kaya gituu..hhhnnngg..ahh..ahhiyaa..iya.haah..terus..sshhhah”

    saya: “ran..enak banget..hngg..ahh.. kamu..padet..ahh..sekali..”

    sambil terus memompa dengan tempo yg berirama..lambat..ke cepat..

    rany: “aaakhh..hhnngg..hmmm..ahh..shh..aaahkh”

    kini rany mulai menjerit keenakan.. dan entah kenapa kini pinggulnya berhenti bergerak..dan dia mulai membuka lebar” kedua kakinya yang jenjang tersebut..

    sedangkan dengan posisi tersebut semakin membuat ku leluasa untuk menaikan tempo sodokan mrP ku didalam missVnya yang terasa hangat,basah dan padat tersebut.. sambil kadang memberinya ciuman dan kuhisap payudaranya keras”

    rany: “aaakkhh..akuu..dikit lag..hh..iiihh..ahhh”

    melihat dia mulai merangkul punggungku dan memeluku dengan wajah sangat merah dan memejamkan mata tersebut saya tau sebentar lagi dia keluar.. sayapun menaikan tempo sodokan mrPku.. dan tiba” “aaaaaaakkhhh…aaaaaaaah” pelukan rany mengeras sambil berteriak mengerang.. kukunya terasa mencakar punggungku.. seluruh tubuhnya menggelinjang tegang.. terasa ada cairan hangat menyelimuti mrPku dan sebagian lagi terasa meleber keluar.. tidak lama kemudian saya mulai memompa kembali mrP pelan” dengan keadaan rany yang terkulai lemas..rambut pendeknya terlihat acak”an menutupi setengah wajahnya yang cantik.. nafasnya terengah” kelelahan.. melihat kondisi tersebut saya malah semakin horny..

    saya: “rany sayang… dikit lagi yah..” sambil terus memompa dari pelan hingga cepat.. tidak ada balasan yg ada hanyalah erangan dan desahan sisa” tenaga rany.. terlihat mulutnya kadang menggigit dinding bibirnya dan meringis keenakan..

    saya: “dikit lagi ran..ahh..ranyy..hnngg..ahh..keluar..dikit lagi…”

    ketika sedang cepat memompa missVnya tiba” rany mencoba menggapai mrPku.. dia bangun sambil mengocok” mrPku..

    rany: “jangan didalam please..” dengan wajah memelas.. lalu tiba mengulum seluruh mrPku.. sambil terus mengocoknya.. dia terlihat lihai dan menikmati.. hingga akhirnya tanpa bisa ditahan lagi tiba” semua cairan dari mrP ku keluar di dalam mulutnya… rany berhenti sejenak.. membiarkan seluruh cairan yang ku keluarkan masuk ke dalam mulutnya lalu melanjutkan mengulum mrPku sambil kadang memijatnya sehingga terasa nikmat sekali..

    setelah itu saya mencium bibirnya.. memeluknya dari belakang sambil bersandar ditembok karena kami berdua butuh istirahat sebelum harus pulang karena hari mulai gelap dan tempat tersebut semakin sepi..

    setelah kami berpakaian.. kamipun pulang.. kini rany memelukku sambilku bonceng dimotor.. dia bercerita selama perjalanan.. dirinya tidak lagi virgin karena pernah kecelakaan bukan karena pernah diperkosa.. justru pacarnya pernah memerkosanya karena tau hal tersebut dan mereka baru saja putus hingga membuat rany sangat sedih, diapun trauma dengan kejadian pemerkosaan tersebut. selama perjalanan dia memainkan dan memijat” penisku dari luar celanaku sambil memeluku dari belakang..

    itulah pengalaman hubungan sexku.. semoga pembaca terhibur.

  • Foto Bugil HONAMI UEHARA Si Tetek Besar

    Foto Bugil HONAMI UEHARA Si Tetek Besar


    1789 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini. Agen Bola

  • Kisah Memek Bantuan Benih Ekonomi

    Kisah Memek Bantuan Benih Ekonomi


    1789 views

    Cerita Seks Terbaru – Berulangkali Darjo menatap layar handphonenya, berharap ada balasan sms dari Citra Agustina, istri Marwan Sudiro, penghuni rumah kontrakannya. Namun, tetap saja NIHIL. Sama sekali tak ada respon darinya.
    “Telatnya sudah mau dua bulan… ” Ucap Darjo kesal, “Kalau tak segera ditagih, mau sampai kapan mereka akan menunggak…?” tambahnya lagi sambil berjalan menuju rumah Citra.

    Darjo, adalah seorang pria tengah baya beristri 3. Berusia 46 tahun yang tak lain adalah pemilik komplek rumah kontrakan tempat Citra, Seto dan beberapa tetangganya tinggal saat ini. Tubuhnya gemuk, kulitnya hitam, dengan tinggi rata-rata kebanyakan orang pribumi.

    “Janjinya minggu depan… Preeeettt…. Ini sudah hampir lewat seminggu dari janjinya, eh belum juga memberi kabar….” Gerutunya di jalan, sambil berulang kali melihat layar handphonenya.

    Memang, akhir-akhir ini sepertinya Marwan dan Citra sedang mengalami masalah ekonomi, namun bukan berarti hal itu bisa selalu dijadikan alasan buat menunggak bayar sewa kontrakan.

    Kembali otak Pak Darjo mengingat-ingat sosok Citra. Dari awal kepindahannya, wanita gemulai itu memang langsung menyita tempat di hatinya. Wajah cantiknya, senyum manisnya, suaranya yang lemah lembut membuatnya selalu betah jika berlama-lama main kerumahnya. Tubuhnya yang ramping, kulitnya yang mulus, ketiaknya yang tak berbulu dan aroma tubuhnya yang wangi, juga membuat dirinya tak ingin cepat-cepat meninggalkan rumahnya. Terlebih, ketika melihat ukuran payudara besarnya, wah bakal membuat celana dalam lelaki manapun menyempit. TETEK ITU BESAR SEKALI.

    Namun , sayang sekali, Citra telah menikah. Menikah dengan Marwan, lelaki bermasa depan suram yang memiliki banyak hutang disana-sini. Seorang calo tanah yang tak pernah tahu kapan ia akan mendapatkan penghasilannya.

    Sebenarnya, Citra tahu jika ia di sms oleh Pak Darjo. Namun, karena Marwan belum juga memberikan hasil dari pekerjaannya, Citra sengaja tak membalas semua sms dari Pak Darjo. “Toh, ujung-ujungnya, ntar juga ia bakal datang kerumah…” Batin Citra setiap kali Pak Darjo sms.

    Citra dan Marwan sudah tinggal cukup lama dikontrakan Pak Darjo, dan selama itu pula ia jarang sekali telat. Entah kenapa, hanya akhir-akhir ini suaminya agak sedikit kesulitan untuk bisa menyediakan uang bayaran kontrakan tepat waktu. “Mungkin karena banyak sekali saingan sehingga mas Marwan sering kalah tender..” Pikir bijaknya lagi.

    Dan memang benar, Pak Darjo juga mengakui hal itu. Citra dan Marwan adalah pasangan yang cukup kooperatif dalam hal pembayaran. Oleh karena itu, mereka agak dijadikan sebagai anak mas olehnya. Berbeda dengan tetangga lainnya yang harus membayar, buat Citra dan Marwan hampir bisa mendapatkan semua fasilitas perumahan dengan tanpa menambah bayaran sepeserpun. AC, TV, Kulkas, semuanya ditambahkan oleh Pak Darjo dengan gratis, walau pembayaran listriknya tetap diharuskan membayar.

    “Tapi kalo misalnya Marwan tetap tak bisa bayar… Apa aku harus mengusir neng Citra ya..?” bimbang Pak Darjo, “Istri Marwan itu terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja…”

    Berulang kali, otak mesum Pak Darjo memikirkan segala kemungkinan yang terjadi jika Marwan tak mampu membayar uang kontrakan. Bingung dan galau. Pak Marwan, yang walaupun sudah memiliki 3 orang istri, tetap saja selalu tergiur setiap kali ia berkunjung ke rumah Citra. Tak jarang, ia mencuri-curi pandang untuk sekedar menikmati kemolekan tubuh istri Marwan itu. Dan Citrapun Citra pun seolah mengerti jika Pak Darjo sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu terlalu mempedulikan.

    Bahkan akhir-akhir ini, supaya berhasi merajuk mood lelaki gemuk itu supaya mau memperlunak tagihan rumahnya, Citra semakin berani memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi lelaki gemuk itu. Tak jarang, ketika Pak Darjo melirik aurat-aurat tubuhnya, Citra balas menatap lirikan mesum Pak Darjo sehingga akhirnya mereka berdua saling bertatapan.

    “Cantik sekali tubuhmu Mbak… Andai aku bisa menjadi suamimu… ” Kata Pak Darjo dalam hati sambil berulang kali menelan air ludah birahinya. Melihat tatapan matanya dibalas oleh Citra, Pak Darjo hanya bisa tersenyum kecut.

    Tak lama, Pak Darjo tiba di pekarangan kompleknya. Dengan santai, ia berjalan sambil melihat-lihat komplek perumahannya. “itu dia, rumah wanita idamanku… rumah nomor 2 dari ujung…”

    TOK TOK TOK
    “Mbak Citra…? Mmbakkk…?” panggil Pak Darjo.

    Sepi. Tak terdengar kehidupan apapun.
    “Padahal ini hari sabtu, seharusnya mereka ada dirumah…” Batin lelaki tua itu yang tahu jika sabtu minggu adalah hari libur kantor Citra. Namun setelah beberapa kal mencoba mengetuk pintu rumah citra namun sama sekali tak ada respon, ia mulai merasa putus asa,”Wah sia sia nih aku datang kesini… ”

    TOK TOK TOK
    “Mbaaaak….?” panggil Pak Darjo lagi.
    “Apa mungkin neng Citra ada dibelakang ya…?” Dengan ragu-ragu Pak Darjo memutari rumah Citra, menuju pintu belakang dan mencoba mencoba mengetuk pintu lagi.

    TOK TOK TOK
    Tetap saja hening. Namun tak lama kemudian, terdengar suara Maryati, istri Sunarto, penghuni sebelah rumah kontrakan Citra berteriak dari samping rumahnya
    “Eh Pak Darjo… Nyariin mbak Citra ya…?”
    “Iya bu Mar… Tahu nggak Mbak Citra pergi kemana…?”
    “Kayanya sih tadi sedang pergi makan siang bareng Pak Utet….”
    “Pak Utet…?”
    “Iya… Pak Utet.. Ojek pribadi Mbak Citra…”
    “Masuk sini aja pak… Tunggu di dalam rumah saya… Mbak Citra mungkin sebentar lagi pulang” ajak Maryati.
    “Nggak apa-apa bu… Saya tunggu didepan saja” jawab Pak Darjo kembali keteras rumah Citra.

    Benar, Tidak begitu lama terlihat sebuah sepeda motor butut muncul dari ujung komplek, seorang lelaki tua membonceng wanita jelita.

    “Busyet… Pakaiannya seksi sekali…” batin Pak Darjo. Sambil melihat ke arah wanita itu tanpa mengedipkan mata.

    Siang itu, Citra hanya mengenakan sebuah daster bali berkain katun tipis warna warni yang pendek. Saking pendeknya, bawahan dasternya tak mampu menutupi paha mulusnya dengan sempurna.

    “Bentar ya pak saya mau turun… Tahan… Jangan digoyang-goyang motornya… Ntar saya jatuh…” Pinta Citra pada pak utet.
    “Hak hak hak …. Kalo digoyang mah yang ada mah moncrot keluar neng… Bukan jatuh…” Balas Pak Utet mesum.
    “Idih… maunya tuh moncrot terus… Khan barusan juga udah dapet… Ntar abis tuh peju…”
    “Yaaa.. Namanya juga nafsu Neng… Pasti minta dikeluarin terus… Apalagi kalo maennya ama Neng Citra… Sampe nginep-nginep juga bapak mau neng..”
    “Bener yaaaa… Awas aja kalo nanti tau-tau minta pulang…. Hihihi…”
    “Nggak bakalan neng… hak hak hak….”

    Beruntung, karena melihat sosok Citra lekat-lekat, Pak Darjo tak mendengar perkataan mesum Citra dan Pak utet. Melihat Citra yang turun dari motor, Mata Pak Darjo seolah mau lepas dari tempatnya. Selain itu, karena Citra menurunkan beberapa macam belanjaan dari motor, membuat ia berulang kali harus menundukkan badannya. Dan dari depan jaket kain Citra yang tak tertutup rapat, Payudara besar Citra seolah turut menyapanya. Payudara tanpa bra itu kelihatan bergoyang-goyang seiring gerakan Citra.
    “Busetttt tuuh teteeeekkk…. pasti enak tuh kalo dikenyot-kenyot….”

    “Ehem…. Pak Darjo… ” Kaget Citra yang sama sekali tak menyadari jika diteras rumahnya ada bapak pemilik kontrakan, “Tumben Pak dateng kesini…” Selah Citra membuyarkan lamunan lelaki gemuk itu ketika melihat kearah payudaranya.
    “Eeh iya mbak…”
    “Ada perlu apa ya…?” Sapa Citra berusaha sopan sambil melewati Pak Darjo yang sedang duduk di bangku teras rumahnya, membuka rumah lalu mengambil air putih, suguhan ala kadarnya buat Pak Darjo dan Pak Utet. Lagi-lagi, ketika Citra menyuguhkan air minum itu, Pak Darjo melihat payudara Citra yang bergelantungan manja dari luar dasternya yang berleher rendah.
    “Uuuhhh… Jadi ngaceng aku melihat tubuh semok ini…” ujar Pak Darjo sambil membetulkan benda yang mulai mengeras diselakangannya.

    Citra sebenarnya tahu jika maksud kedatangan Pak Darjo adalah untuk menagih rumah , cuman demi menjaga hubungan baik mereka, tetap saja ia harus menyembunyikan wajah kurang menyenangkannya. Dan dari ekor matanya, ia juga tahu jika sedari awal tadi, Pak Darjo tak henti-hentinya menatap mesum kearahnya.

    “Silakan diminum pak… ” Kata Citra mempersilakan tamu-tamunya menikmati suguhan air putih sambil duduk di kursi teras diseberang kursi Pak Darjo. Karena dasternya yang pendek, membuat paha putih mulus Citra kembali terlihat.

    “Pak…?” Tanya Citra sambil melambai-lambaikan tangannya kewajah Pak Darjo. Membuyarkan lamunannya yang sudah mulai absurd.
    “Ehh.. Eh iya mbak… Begini…” kembali Pak Darjo membetulkan selangkangannya. “Begini mbak Citra yang cantik… Maksud kedatangan saya kemari adalah… Sekedar Silaturahmi, sekaligus, ingin menagih janji mbak Citra….
    “Oooo.. mau menagih duit kontrakan…?”
    “Hehehe… Iya mbak… Berhubung si Srinah, tahu Srinah khan…?” Jelas Pak Darjo sok akrab.

    Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

    “Si Srinah, istri ketiga saya akan melahirkan, otomatis saya harus menyiapkan segala macam kebutuhan buat biaya lahiran…. Nah oleh sebab itu saya kemari…. ” Kata Pak Darjo menjelaskan dengan meta jelalatan menatap lawan bicaranya. “…. Mau minta bayaran sewa rumah dua bulan kemaren…”

    Lagi-lagi mata mesumnya melirik tajam kearah selangkangan Citra yang sedikit terbuka. Mencoba merekam setiap jengkal paha mulus itu di dalam benaknya.

    “Ooohhh gitu ya pak… Sebenernya sih saya mau bayar… Cuman kok ya, saya masih belum ada duit yang bisa dibayarkan… ” Jelas Citra.
    “Memangnya suami neng nggak pernah kasih duit…?”
    “Ngasih sih pak… Cuman khan hanya buat hidup sehari-hari….”
    “Lalu duit kontrakannya…?”
    “Yaaah… boro-boro ngasih duit kontrakan pak… Wong buat makan aja kadang susah… Apalagi, akhir-akhir ini malah Mas Marwan juga jarang pulang..”
    “Loooh…? Kok bisa jarang pulang….?”
    “iya…”
    “Berarti mbak Citra kesepian dong…” Celetuk Pak Darjo berusaha melucu.
    “Enggak juga sih pak.. Khan masih ada Pak Utet yang menemani…” Jawab Citra lagi sambil menujuk ke arah Pak Utet yang sedari tadi sibuk mengelapi motor bututnya. Pak utet yang merasa namanya dipanggil Citra segera menengok sambil tersenyum kearah Pak Darjo.

    “Mas Marwan masih sibuk dengan kerjaannya pak… jadi belum banyak bisa ngasih duit….”
    “Masa kerja mulu tapi ga ngasih duit. Aneh..
    “Ya gitu deh pak… Namanya juga pekerja lapangan.. Jadi ya jarang dirumah…”
    “Lalu kira-kira kapan saya bisa dapet kepastian tanggal Mbak Citra bisa bayaran kontrakannya..?”

    Tak menjawab, Citra hanya bisa menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

    “Waaduuuhhh… Ya ngak bisa gitu juga mbak… Saya udah tidak bisa memberikan toleransi lagi mbak.. Mbak sudah menunggak duit kontrakan lebih dari dua bulan…. Otomatis kalo mbak nggak bisa mbayar, mbak harus angkat kaki dari rumah ini secepatnya….” Ancam Pak Darjo.
    “Ayolah pak…Saya mohon ya pak…”
    “Nggak bisa Mbak… Orang yang mau nempatin rumah ini sudah banyak yang mengantri..”
    “Janji deh pak… Beri saya waktu seminggu lagi…..”
    “Hmmm… Gimana ya… Sebenarnya saya juga senang mbak… Rumah kontrakan saya ditempati oleh Mbak Citra yang cantik ini. Tapi kalo terus-terusan menunggak begini, bisa digoreng saya sama si Srinah dan istri-istri saya lainnya…”

    “Saya bakal usahakan pak… Seminggu lagi mas Marwan pasti udah dapat duit buat bayar kontrakan kok… Percaya deh…”
    “Kalo misalnya belum dapet duit juga…?”

    Terdiam, citra tak mampu mengatakan apa-apa. Masalah ekonomi memang selalu menjadi masalah pelik buatnya. Terlebih saat ini, ia sudah tak memiliki barang berharga lagi. Dengan menarik nafas panjang, Citra menawarkan sebuah solusi yang tak mungkin dapat ditolak oleh Pak Darjo.

    “Hhhmmm.. Kalo minggu depan saya masih belum bisa bayar duit kontrakan…” Citra menarik nafas lalu menghembuskan pelan, “Terserah bapak mau apakan saya…”
    “Mau apakan gimana neng..?”
    “Ya saya bersedia melakukan apapun pak… ”
    “Apapun…? Termasuk…….”
    Citra mengangguk. Mengiyakan. “Terserah bapak. Daripada saya harus tinggal dijalanan…”

    Merasa percakapan antara pak Darjo dan Citra mulai mengarah ke arah yang kurang jelas, pak Utet langsung turun tangan.

    “Memangnya tagihan kontrakan Neng Citra berapa pak? ” Tanya Pak Utet dengan nada cukup lantang.

    Pak Darjo menatap tajam kearah Pak Utet dengan tatapan merendahkan. “Utangnya banyak pak… ” Jawab Pak Darjo ketus.
    “Sebanyak apa…?” Tanya Pak Utet lagi.
    “Duit kontrakan rumah ini sebulannya 600 rebu… Ini mbak Citra sudah menunggak lebih dari dua bulan, dan sekarang mau masuk tagihan bulan ketiga…. ” Jelas Pak Darjo, “Kenapa pak… Bapak mau bayarin…? Kaya sanggup saja….” Tambah Pak Darjo melecehkan.

    Sambil tersenyum, Pak Utet mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya. “Ini saya ada duit 400 rebu, buat sekedar jaminan….” Kata lelaki tua itu sambil menyodorkan gepokan uang receh pada pa Darjo, “Santai saja pak… Neng Citra pasti bakal bayar kok….”
    “Pak Utet… Gak usah repot repot pak…” cegah Citra sambil menahan tangan pak Utet mendekat ketubuh Pak Darjo.
    “Nggak apa-apa neng… Santai saja…” Ucap Pak Utet sambil tersenyum, “Ini pak terima saja uangnya…”

    Dengan perasaan malu, Pak Darjo segera menyembar semua uang receh dari tangan Pak Utet. Lalu, ia memperiksa lembara-lembaran uang itu sambil beberapa kali menerawang uang tersebut ke arah langit.

    “Kampret… Gara-gara lelaki tua sialan, aku jadi gagal mendekati istri Marwan itu..” Gerutu Pak Darjo sambil beranjak pergi ,” Okelah kalo begitu… Saya pergi dulu….” Tutup Pak Darjo sembari langsung beranjak pergi menginggalkan Citra dan Pak Utet.

    “Pak… Makasih ya… ” Ucap Citra sambil tak henti-hentinya tersenyum simpul.
    “Makasih apaan neng…?”
    “Makasih udah mbantuin aku…. Seharusnya bapak nggak perlu ngelakuin itu semua… Aku yakin kok bentar lagi mas Marwan pulang bawa banyak duit….”
    “Hak hak hak… Halaaah…Gausah dipikirin Neng..”
    “Kalo gitu saya balas dengan MPPPFFF….”

    Kecup Citra melahap habis bibir tebal Pak Utet, sambil menggiringnya masuk kedalam rumah.

    ***

    “Semprul…Kakek-kakek kampret…..” Ucap Pak Darjo berulang kali sambil menyeruput secangkir kopi panasnya yang sudah mulai dingin.
    “Ada apa toh mas…? Kok mukanya kusut gitu…?” Tanya Limun, si pemilik warung kopi.
    “Berantakan Munnn… Pokoknya… Berantakan…”
    “Opone yang berantakan mas..?” tanya Limun lagi.
    “Aku baru saja dipermalukan oleh tukang ojek jeleknya si Citra…?” Jelas Pak Darjo.
    “Dipermalukan…? Maksudnya…?”
    “Iya… Gara-gara lelaki kerempeng itu, aku tak bisa mendekati si Citra….”
    “Owalaaahh… Emangnya bapak naksir istri Mas Marwan itu ya….?” Tebak Limun.
    “Kekekekekek…. Kenapa kamu…? Kaget…?” Tawa Pak Darjo lagi, “Boleh donk aku perlihara wanita jelita itu… Toh dia sering diterlantarkan oleh suaminya… Bayangin, punya bini secantik Citra, ga bakalan aku bolehin jalan kemana-mana… Sepanjang hari kerjanya cuman…. Kekekekekek ….”
    “Hahahaha… Ngimpi kowe mas….”
    “Wah.. gara-gara mbayangin si Citra, aku jadi ngaceng… Udah-udah Mun… Berapa totalannya… Aku mau pulang ke istri-istriku saja kalo gitu….”

    Segera saja, Limun menghitung semua pesanan Pak Darjo, “Cuman lima belas ribu aja mas…”
    “Eh… Mun… Sek sek… Handphone aku mana ya…?”

    Sambil kebingungan, tiba-tiba ingatan Pak Darjo kembali ke rumah Citra. Sepertinya handphone itu tertinggal disana. Pak Darjo buru-buru membayar kopinya dan segera balik lagi kerumah Citra.

    ***

    Tak berapa lama, Pak Darjo sudah sampai didepan pintu pagar rumah Citra.

    “Kok sepi ya…?” Kata Pak Darjo sambil celingukan, “Tapi pintu depannya kok masih terbuka…?” Tambahnya lagi sambil celingukan.
    “Nah itu dia Handphone aku…” Girang Pak Darjo yang melihat telephon genggamnya masih berada di atas meja teras.

    Tanpa mengetuk pintu pagar, Pak Darjo masuk ke halaman rumah Citra, mengambil handphonenya lalu memasukkannya kedalam saku celana. Melihat pintu rumah yang melompong begitu saja, membuat keisengan pak Darjo muncul. Ia ingin mencari tahu, istri Marwan yang cantik jelita itu sedang apa di cuaca yang panas seperti ini.

    “Neng Cit….”

    Tak sempt menyelesaikan panggilannya, mata Pak Darjo seketika itu langsung melotot. Terbelalak lebar menatap pemandangan dibalik pintu ruang tamu. Nampak, kedua insan yang bertelanjang bulat itu sedang melakukan sebuah permainan yang sangat melanggar norma-norma kesopanan. Tubuh Pak Utet rebahan di kursi sofa, sementara Citra duduk diatas selangkangannya. Pinggulnya dengan lincah bergerak maju mundur sambil kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggelantung besar, mulutnya menceracau tak jelas sambil terus menjilati payudaranya yang besar.

    Karena terlena melihat persetubuhan Citra dan Pak Utet, Pak darjo membuka pintu depan itu lebih lebar lagi. Namun tak dikira, ternyata pintu itu bersuara berisik sekali.

    KKKRRRRIIIEEETTTT….

    Mendengar suara pintu rumahnya terbuka makin lebar, Citra buru-buru menengok ke arah suara itu berasal. Setelah tahu jika ada seseorang yang sedang mengintip perselingkuhannya, buru-buru ia meloncat, mencabut tusukan penis Pak utet yang masih bersarang di vaginanya, lalu berlari kedalam kamar. Begitu pula dengan Pak Utet. Sadar jika tunggangannya berlari panik, ia juga ikut-ikutan lari tunggang langgang menyusul Citra kedalam kamar.

    “Mampus aku Neeeeng… Yang punya kontrakan dateng…” bingung Pak Utet.
    “Tenang pak…. Tenang… Mungkin Pak Darjo tidak melihat kita…”
    “Nggak mungkin Neng… Pasti bapak itu tadi melihat persetubuhan kita…. Bapak langsung pergi saja ya Neng… Khawatir bapak itu memanggil seluruh warga kampung…”

    “Mbak…? Mbak Citra….? Permisi….” Suara panggilan Pak Darjo dari arah ruang tamu, “Mbak… Saya masuk ya… Ada yang ingin saya omongkan…” ucap Pak Darjo lagi.

    Dan beberapa saat kemudian, sosok lelaki itu sudah berada di depan pintu kamarnya. Perlahan, jemari gempal Pak Darjo menyibak horden.

    Seketika, mata Pak Darjo kembali melotot ketika melihat pemandangan yang nampak di dalam kamar tidur Citra. Wanita seksi itu, hanya berdiri kaku sambil termenung bingung menatap sosok tua yang sedang tergesa-gesa mengenakan pakaian didepannya. Seumur-umur, Pak Darjo tak pernah melihat wanita dengan tubuh sesempurna Citra.

    Untuk sesaat, mereka bertiga hanya bisa saling memandang satu dengan yang lain. Saling terkesima. Pak Darjo terbelalak menyaksikan pemandangan Citra dan Pak Utet yang masih dalam keadaan telanjang, Pak utet masih kaget karena perselingkuhannya tertangkap basah, dan Citra hanya diam seribu bahasa karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

    “HEH BANGSAT… SEDANG APA KAMU DISITU..” Teriak pak Darjo lantang sambil menyerbu masuk kekamar Citra. Dengan satu gerakan, Pak Darjo langsung membekuk Pak utet yang masih berusaha mengenakan pakaiannya. “KAMU SEDANG MEMPERKOSA ISTRI MARWAN YA…?”

    “Memperkosa..?” Tanya Pak Utet bingung. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melepas cengkraman tangan besar Pak Darjo sambil terus memakai semua pakaiannya. “Enak aja… Saya nggak memperkosa.. Neng Citra yang ngajak ngentot…”

    Kaget sekaget-kagetnya, Pak Darjo sama sekali tak menyangka jika wanita secantik dan seanggun Citra, mau mengajak bercinta lelaki tua renta seperti Pak Utet. Seketika, Pak Darjo merasa kalah. Namun karena gengsi untuk meminta maaf, Pak Darjo tetap saja memelintir tangan lelaki tua itu.

    “BANGSAT… NGGAK MUNGKIN… MBAK CITRA NGGAK MUNGKIN MINTA DITIDURIN OLEH LAKI-LAKI RENTA SEPERTIMU…. AYO… IKUT AKU KE KANTOR POLISI….”

    “Jangan Pak… Jangan lapor ke kantor Polisi…” Tiba-tiba Citra mendekat dan menyentuh lengan tebalnya, ia seolah berusaha membebaskan Pak Utet dengan rayuannya. Luluh, Pak Darjo lalu melepaskan cengkeraman tangannya. Setelah bebas, buru-buru Pak Utet melanjutkan memakai pakaiannya lagi.
    “Waduh, nggak bisa Mbak… Saya tak bisa membiarkan rumah kontrakan saya dijadikan sebagai tempat mesum oleh lelaki tua ini…” Jawab Pak Darjo dengan intonasi nada rendah.
    Lagi-lagi, Citra menarik nafas panjang. ” Maafin Pak Utet Pak.. Memang saya kok yang mengajak dia meniduri saya…”

    Kembali, pak Darjo kaget. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang sedang bertelanjang bulat didepannya itu bakal senakal itu.

    “Enggak Mbak. Saya tetap harus melaporkan kejadian ini.. Paling tidak, saya harus melaporkan kepada Pak RT atau Pak RW…”

    “…. Waduh Neng… Gimana nih…?” tanya Pak Utet bingung, “Kita bakal diarak warga keliling kampung…”
    “Sebentar-sebentar… Nama anda siapa pak…? Anda sepertinya bukan warga sekitar sini khan…?”

    Tak menjawab, pak utet terus saja mengenakan semua pakaiannya dengan buru-buru.
    “Heh… Pak tua… JAWAB PERTANYAANKU…” hardik Pak Darjo sambil mendorong pak utet jatuh kearah kasur.
    “Aku pulang saja ya Neng…” kata Pak Utet tak menggubris pertanyaan Pak darjo. Dengan batang penisnya yang masih berlumuran cairan vagina Citra, ia terus mengenakan pakaiannya. Dan setelah semuanya terpakai, dengan buru-buru Pak Utet pergi meninggalkan Citra. Dengan kecepatan super cepat, Pak Utet sudah bertengger di motor, siap-siap mengengkol mesin motor bututnya.

    Merasa tak digubris, Pak Darjo langsung naik pitam. Ia buru-buru menghambur keluar rumah dan menangkap Pak Utet yang hendak kabur. “HEH BANGSAT… SINI.. JANGAN KABUR….”

    Tak ingin insiden ini semakin panas, Citra pun segera mengejar Pak Darjo keluar rumah dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu. Dengan tak mempedulikan tubuh telanjangnya, ia menarik tangan Pak Darjo supaya melepas Pak Utet pergi.

    “Pak… Jangan pak… Tolong biarin Pak Utet pergi….” Cegah Citra sambil memeluk tubuh pak Darjo dari belakang.
    “Tidak bisa Mbak… Saya tetap harus melaporkan lelaki BANGSAT ini ke pihak berwajib….”

    Pak Darjo heran dengan apa yang dilakukan Citra. Mengapa wanita cantik itu begitu ingin dirinya melepaskan lelaki tua ini.
    “Pak jangan Pak…. ”

    Tanpa mendengar teriakan Citra, Pak Darjo terus saja mencekik leher pak Utet dan menyeret tubuh lelaki tua itu supaya turun dari motornya. Merasa usahanya sia-sia, Citra lalu melepaskan pelukannya lalu merentangkan tangannya lebar-lebar, mencegat kedua pria itu supaya tak bertengkar semakin panas.

    “PAK DARJO… TOLONG LEPASIN PAK UTET….” teriak Citra lantang.
    “Minggir Mbak…”
    “Aku mohon pak… Lepaskan Pak Utet…”

    Citra sadar jika usahanya sama sekali tak membuahkan hasil. Ia juga sadar, jika Pak Darjo tetap tak mau melepaskan selingkuhannya, keributan ini bakal menjadi lebih panjang, dan bisa menarik perhatian tetangga sekitarnya. Sehingga ujung-ujungnya, banyak orang yang tahu jika selama ini Citra sudah berbuat serong dengan lelaki lain.

    Merasa tak ada jalan keluar, Citrapun akhirnya menggunakan jalan satu-satunya. “Jika bapak sudi melepaskan Pak Utet… Bapak boleh memilikiku jika bapak mau…”

    Kalimat terakhir Citra sepertinya sangat ampuh meredam amarah Pak Darjo.
    “Ke… Kenapa Mbak…?” Tanya lelaki gemuk itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.
    “Barusan… Mbak bilang apa…?”

    “Pak Darjo boleh memilikiku jika mau…”

    Bak memenangkan undian togel, hati pak Darjo mendadak berbunga-bunga. Sebuah senyuman terukir di wajah gelap Pak Darjo. Lebar sekali, hingga ujung bibirnya bisa menyentuh telinga. “Mimpi apa ya aku semalam? Citra agustina akhirnya menyerahkan dirinya padaku..”

    “Kamu sadar khan mbak maksud dari perkataanmu barusan….?”

    Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepala.

    Perlahan, ia melepas cengkraman tangannya pada leher Pak Utet, membiarkan lelaki tua itu kembali pergi. Tak ingin mensia-siakan kesempatan ini, Pak Utet buru-buru menstater motornya, lalu kabur meninggalkan komplek rumah kontrakan Citra.

    “Sudah mbak…. Aku sudah melepaskan lelaki bajingan itu… ” Kata pak Darjo sambil terus-terusan mengembangkan senyum liciknya, “Lalu…. Sekarang gimana…?”

    Masih dengan diam, Citra buru-buru membalikkan badannya, lalu melangkah masuk kedalam rumahnya, dengan wajah kusut. Tampak kebingunan di wajah cantiknya. Ujung kedua alisnya bertaut. Dan kerut didahinya benar-benar terlihat jelas. Wanita jelita itu benar-benar bingung. Ia tak menyangka jika perselingkuhannya dengan Pak Utet bisa ketahuan karena ketelodarannya.

    Mendadak, terlintas di benak Citra semua akibat dari perselingkuhan yang terlah ia lakukan. Mas Marwan murka, dan langsung menceraikan dirinya. Nama baiknya rusak. Tak ada kepercayaan lagi oleh orang sekitar terhadap dirinya. Dikucilkan dari masyarakat.

    Duduk di sofa ruang tamu, Citra hanya diam. Dewi keberuntungannya kali ini sama sekali tak bisa membantu masalahnya ini.

    Melihat Citra yang sedang bingung, Pak Darjo buru-buru mendekat kearah Citra. Ia lalu mengajak Citra pergi ke kamar tidurnya. Masih dalam kondisi bingung, Citra menuruti permintaan lelaki gemuk itu. Dan sesampainya di dalam kamar, Pak Darjo segera menubruk tubuh ramping Citra. Ia memeluk tubuh wanita cantik itu erat-erat, sambil mulai mengecupi kening dan pipi mulusnya.

    Seketika, Citra tahu apa yang sedang pak Darjo mulai lakukan pada dirinya. Itu adalah konsekwensi dari kalimat terakhirnya. Iya, ia harus menyerahkan semua kehormatan dirinya kepada pemilik kontrakan bertubuh tambun ini.

    “Kehormatan….?” tanya citra dalam hati, “Memangnya aku masih punya kehormatan…?”
    “Setelah bersetubuh dengan Pak Utet, Seto, dan sekarang Pak Darjo… Masih adakah kehormatan dari diriku yang masih tersisa…?”

    Dalam menit-menit terakhir, akhirnya Citra menyerah. Setelah susah-susah berusaha mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya, mendadak Citra tersenyum.

    “Tak apalah, jika aku harus melayani para lelaki-lelaki hidung belang itu… Karena paling tidak, aku tak harus pusing-pusing memikirkan beban ekonomi yang harus aku tanggung….”

    Melihat wanita yang sedang dipeluknya mendadak senyum-senyum sendiri, Pak Darjo kembali menatap raut wajah dan tubuh telanjang Citra dalam-dalam.
    “Akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu mbak…” Ucap Pak Darjo sebelum akhirnya ia memeluk kembali tubuh jelita Citra lagi.

    Citra dapat merasakan desah hembusan nafas birahi lelaki gemuk itu menerpa keningnya, matanya, pipinya, hingga lehernya. Tak ingin terlihat malu-malu, Citra lalu memejamkan mata , tak tau harus menolak atau menikmati kecupan mesra lelaki gemuk itu. Perlahan, birahi Citrapun mulai terusik kembali, apalagi setelah kecupan Pak Darjo mulai merambat sampai pada bibir tipisnya.

    “Hangat sekali kecupanmu… Pak Darjo…” batin Citra sambil mulai mempersilakan lidah lelaki tua itu bermain dalam mulutnya. Tangan nakal Pak Darjo pun tak tinggal diam, mulai merayapi payudara, perut, pantat, vagina hingga paha Citra. Mencoba meresapi kehalusan kulit istri Marwan itu.

    “Ehhhhmmm…..” Desah Citra, menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Pak Darjo.

    Melihat Citra hanya diam pasrah, Pak Darjo semakin bersemangat. Dari gerakan yang awalnya hanya mengusap dan membelai, hingga pada akhirnya ia mulai meremas, memilin dan mencubit. Apa saja ia remas, pantat, perut, pinggul hingga payudara Citra tidak luput dari remasannya. Hal ini semakin membuat Citra menjadi lemah tidak berdaya, nafsunya yang sempat padam karena ditinggal oleh lelaki pengecut seperti Pak Utet, perlahan mulai terbakar lagi.

    Sedikit demi sedikit Pak Darjo mendorong tubuh Citra ke arah kasur.

    Citra yang sudah dimabuk birahi itu hanya bisa menurut saja ketika ia diminta Pak Darjo untuk menurunkan tubuhnya dan duduk dikasur. Pak Darjo lalu mengikuti Citra duduk ditepi tempat tidur dan mulai memainkan lidahnya diseputar puting payudaranya.

    Dengan sekali dorong, Pak Darjo merebahkan tubuh indah Citra kebelakang. Membuatnya telentang. Sekali lagi, lelaki tua itu mengamati keindahan tubuh Citra. Mengagumi setiap pori-pori kulitnya yang mulus tanpa luka. Mengagumi payudara besarnya yang membuncah indah. Mengagumi bibir vagina Citra yang gemuk seperti kue apem

    Dalam diam, Citra mulai mengapai tubuh pak Darjo yang masih berdiri di samping tempat tidurnya. Berusaha meraih tonjolan daging yang tumbuh diselangkangan Pak Darjo.

    “Buka bajunya pak…” Ucap Citra lembut.
    Melihat Citra mulai berinisiatif, Pak Darjo segera memelorotkan celana panjang beserta dalemannya. Tak lupa ia juga melucuti kemeja lusuhnya dan melemparnya ke sudur kamar.

    Pada akhirnya, tampaklah oleh Citra, tubuh hitam nan gemuk milik Pak Darjo. Walau penisnya tak terlalu panjang, tetap saja Citra merasa kagum akan kegemukannya. Irip ubi jalar. Kepalanya kecil, tapi batangnya benar-benar besar.

    Perlahan, Pak Darjo mulai mengulik vagina Citra. Menggelitik mesra, sambil sesekali menjilat klitorisnya. Citra tak mengira jika gaya pemainan lelaki yang temperan itu benar-benar sopan. “Sepertinya, Pak Darjo bisa berlaku romantis juga… ” Kata Citra dalam hati. Tak seperti permainan seks mas Marwan yang asal gabruk, tubruk, tusuk, dan akhirnya ambruk. Seruntulan.

    Tidak puas hanya dengan hanya mengusap vaginanya, Pak Darjo mulai menusuk-nusukan jemarinya kevagina Citra yang telah basah oleh cairan birahinya.

    “Eeehhmmm….Pak…” Panggil Citra pelan
    “Hmmmm….”
    “Jangan laporin kejadian tadi ke Mas Marwan ya pak….”
    “Kekekekek… Kita lihat saja nanti… ” Kekeh lelaki gemuk itu.
    “Tolong ya pak…. Jangan….”
    “Trus kalo aku nggak lapor ke suamimu, aku dapet apa…?”
    “Apa aja pak…”
    “Apa saja itu gimana..? Aku nggak ngerti….”

    CLOK CLOK CLOK.
    Rupanya vagina Citra sudah benar-benar basah, karena tak terasa, kocokan jemari Pak Darjo sudah diiringi oleh lendir-lendir liang vaginanya.

    “Aku rela pak jadi MADUMU….”
    “Kekekekekek …. Kalo aku nggak mau gimana…?”
    “Kamu nggak mau pak…?”
    “Buat apa wanita tukang selingkuh sepertimu dijadikan maduku…?” Ejek Pak Darjo.

    Citra hanya diam.

    “Kamu pasti wanita murahan…. Sama lelaki tua aja mau diajak ngentot..”
    “Ayo coba ngaku, kamu sudah berselingkuh ama berapa orang..?”

    Lagi-lagi Citra diam, tak menjawab,

    “Kekekekekek…. Aku yakin kamu sudah dipake banyak orang…” Ejek Pak Darjo sambil terus mengocok vagina banjir Citra cepat-cepat.

    CLOK CLOK CLOK

    “Dasar LONTE…. ”

    Mendengar hinaan Pak Darjo, Citra buru-buru bangkit. Ia langsung berdiri dan meninggalkan pak Darjo. Walau ia sudah benar-benar bernafsu, namun panggilan Pak Darjo buat dirinya tadi membuatnya emosi.

    “Heh… Lonte.. Mau kemana…?” Tanya Pak Darjo sambil mengamit tangan kecil Citra. Dengan sekali kibas, lelaki gemuk itu membanting tubuh kecil Citra keras-keras ke kasur.

    “Aaaawww…. Pakk…” Rintih Citra begitu tubuhnya terhempas ke atas kasur, “Kasar banget kamu pak…”
    “Jangan sok suci Mbak…. Lonte sepertimu harusnya tak aku perbolehkan tinggal di sini…”
    “Lepasin…!”
    “Udahlah Mbak… Ga usah banyak bacot… ”
    “Aku bisa teriak pak…”
    “Kekekekek… Teriak saja mbak… Biar sekalian orang kampung tahu, betapa binalnya dirimu… ” Ujar Pak Darjo, “Udah nggak bisa bayar kontrakan, pamerin tubuh telanjang biar nggak jadi ditagih duit sewa.. Gitu ya…? Orang-orang pasti bakalnya berpikir seperti itu.. Kekekekekek….”

    “Sialan…. Apa yang dikatakan lelaki busuk ini ternyata cukup masuk akal…” Gerutu Citra.

    “Ayo… Sekarang kamu nungging…” Pinta Pak Darjo kasar. “Kalo kamu mau jadi MADUKU…. Kamu harus layani aku dengan segenap hatimu…. LONTE MURAHAN….”

    Tak pernah seumur-umur Citra dilecehkan seperti ini. Lonte. Dengan tatapan penuh amarah, Citra tak menjawab pertanyaan Pak Darjo, ia hanya terus menatap tajam kearah lelaki gemuk itu.

    “Gimana…? Mbak Citra Agustina yang terhormat…. Apakah kamu mau kamu jadi lonteku…?” Goda Pak Darjo semakin mempercepat kocokan jemarinya ke liang kenikmatan Citra.

    CLOK CLOK CLOK

    “Jawab…!” Bentak Pak Darjo lagi. “Mau nggak kamu jadi lonteku…?”

    Tanpa menunggu jawaban Citra, Pak Darjo segera membekuk tangan Citra kesamping tubuh rampingnya. Lalu dengan satu tangan lainnya, ia menindih dan memasukkan alat kelaminnya kedalam kemaluan istri Marwan itu dalam-dalam. Vagina Citra yang sudah benar-benar basah, segera saja menyambut penis gempal pak Darjo.

    CLEP…

    Tak mampu bergerak, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Dalam penolakannya, ia berusaha merasakan kenikmatan tusukan kasar dari penis gemuk Pak Darjo. Walau penis itu tak sebesar dan sepanjang penis Pak Utet, tetap saja, mampu membuat birahinya kembali menggelegak.

    Tak lama, kemaluan Pak Darjo berhasil melesak seluruhnya. Sejenak, mereka terdiam sambil saling merasakan kenikmatan persetubuhannya,

    “Gimana mbak….? Kamu mau jadi LONTEKU…?”
    Tak menjawab. Citra hanya diam sambil terus menatap tajam kearah Pak Darjo. Citra sama sekali tak mengira, jika lelaki yang dihormatinya itu bakal melakukan tindakan hina seperti ini. Pak Darjo tega memperkosa Citra di rumahnya sendiri, di atas kasur yang biasa ia gunakan untuk bersetubuh dengan suaminya.

    “Nggak usah kamu jawab juga aku sudah tahu mbak…” Ucap Pak Darjo penuh keyakinan. “Liat aja memek kamu yang membanjir seperti ini, aku tahu jika kamu suka diperlakukan seperti ini ya…? Kekekekek….”

    Sekali lagi, Citra dibuat malu oleh lelaki gemuk itu. Apa yang dikatakan oleh lelaki gemuk itu benar. Walau wajahnya menunjukkan penolakan terhadap apa yang sedang dilakukan Pak Darjo pada dirinya, tubuhnya tidak sama sekali. Tubuh moleknya justru menikmatinya.

    “Aku tahu… Kamu bakal bersedia Mbak… Kekekekek…” Tawa Pak Darjo. Dengan kecepatan tinggi, lelaki gemuk itu mulai menggenjot penisnya keliang vagina Citra. Menusuk dan mencabut batang gemuknya dengan kecepatan tinggi.

    “Wuuuoooooo…. Sempit banget memekmu mbak… ” puji Darjo, yang seumur-umur belum pernah merasakan vagina sesempit milik Citra. Walaupun ia telah sering menikah, tak satupun dari ketiga istrinya yang memiliki vagina seperet Citra. “Aku nggak ngira… Lonte Cantik sepertimu punya memek yang menggigit seperti ini….”

    “Ehhmmm.. Ssshhshhhhsss….”

    Mendapat tusukan cepat seperti itu, mau tak mau membuat Citra akhirnya mulai mendesah keenakan. Rupanya ia tak kuat juga menahan gempuran birahi penis Pak Darjo. Perlahan, erangan dan desahan kenikmatan meluncur dari bibir tipis Citra.

    “Kekekek…. Kenapa mbak…?” Goda Pak Darjo yang tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Citra.
    “Ooohhh….” Erang Citra, ” Paakk…..”
    “Kenapa mbak….? Pengen lagi…”

    CLOP. Pak Darjo kembali menusukkan penisnya lalu mencabut kembali.

    “Ooohhhmmm…. Ssshhh… Pak…”

    “Kekekek… Mukamu lucu sekali mbak….”

    CLOP. Lagi-lagi Pak Darjo menggoda Citra. Dengan santai ia menghujamkan penis gemuknya lalu mencabutnya kembali. “Kekekekekek….”

    Merasa dipermainkan seperti itu, membuat Citra meronta-ronta nikmat.

    “PAK DARJO… ENTOT AKU PAAKK… JANGAN PERMAINKAN NAFSUKU… ” Jerit Citra.

    “Kekekekekek…. Gimana Mbak…? Kamu bersedia jadi LONTEKU..?”
    “Ooohh…. Iya pak… ”
    “Iya Apa…?”
    “IYA PAAAKK.. AKU BERSEEEDDDIIIAAAAA….” Erang Citra lagi.
    “Kekekekekek…”

    Mendengar lawan bercintanya mulai mendesah-desah, Pak Darjo pun semakin cepat menggerakkan pinggulnua. Menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke vagina sempit Citra.
    “Enak ya mbak…?”
    “Ehhmmmm….”
    “Kekekekek…. Dasar lonte…”

    Suhu Sabtu siang yang sudah panas, semakin dibuat panas oleh kelakuan bejat mereka. Dan tak lama kemudian, desahan lantang pun mulai terdengar nyaring di komplek yang sedang sepi begini.

    Mendengar panggilan kasar Pak Darjo kali ini, entah kenapa tak membuat Citra sakit hati. Malah, ia semakin bernafsu untuk dapat mengalahkan stamina lelaki gemuk yang sedang mencucuki vaginanya.

    Namun apa daya, persetubuhan dengan Pak Utet sebelumnya, cukup membawa dampak besar bagi Citra. Terbukti, gelombang orgasmenya langsung menerpa. Dari pangkal pahanya, rasa panas mulai menjalar naik ke rahimnya, membawa sengatan-sengatan orgasme semakin mendekat.

    Begitupun oleh Pak Darjo, gelijang tubuh Citra yang hendak orgasme sangat terasa olehnya. Istri Marwan itu lalu berulang kali mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi disertai gerakan kepanya yang tak terkontrol. Dan benar, beberapa detik kemudian, tubuh Citra bergetar hebat, disertai cengkraman kukunya pada punggung gemuk Pak Darjo.
    “Pak… Aku keluar…. AKU KELUUUUAAAARRRR PAAAAKKKK..”

    CREET CREET CREECETT.
    Semprotan lendir birahi keluar dari vagina sempit Citra, diiringi oleh kedutan hebat dinding-dinding rahimnya.

    Merasakan pijatan vagina yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, Pak Darjo pun tiba-tiba merasa ingin orgasme. Dengan kecepatan maksimal ia kemudian memacu gerakan pinggulnya naik turun, sembari menindih dan memainkan payudara Citra yang nampak tak berdaya sama sekali setelah ia mendapatkan orgasmenya.
    “Aku juga keluar Mbak… AAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHHHH….”

    CROT CROT CROCOOOT….

    Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Pak Darjo ketika menyemburkan benih-benih kejantanannya kedalam rahim Citra. Nikmat di ujung penisnya berasa langsung menyebar ke seluruh penjuru syaraf tubuhnya. Menghantarkan getaran-getaran enak yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

    “Ini adalah orgasme terhebatku. Orgasme yang tak pernah aku dapatkan dari ketiga istriku…” Batin Pak darjo sembari menghempas-hempaskan pinggul gemuknya, memerah semua spermanya untuk masuk kedalam rahim Citra. Sejenak, Pak Darjo terdiam. Sambil terus menatap wajah ayu Citra yang damai karena baru mendapatkan orgasmenya, Pak Darjo pun tersenyum penuh arti.

    Keduanya nampak begitu capai. Terkulai lemas. Hingga akhirnya Pak Darjo menghempaskan tubuh gemuknya disamping tubuh raming Citra. Tak lama kemudian, mereka berdua tertidur di bawah panasnya udara siang yang begitu menyengat. Tertidur dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun. Tertidur dengan pintu depan yang masih terbuka lebar. (bersambung).

  • Foto Ngentot Cewek Jepang Ai Kurosawa

    Foto Ngentot Cewek Jepang Ai Kurosawa


    1788 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat Malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Long legged beauty Hilary C models in the nude for a centerfold spread

    Long legged beauty Hilary C models in the nude for a centerfold spread


    1788 views

    Duniabola99.org adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Cerita Seks Bercinta Dengan Sahabatku Yussi

    Cerita Seks Bercinta Dengan Sahabatku Yussi


    1788 views

    Cerita Seks – Kali Iini Berawal Dari Perkenalanku dengan Yussi bermula dari chatroom. Waktu itu tahun 2001 dan aku masih duduk di tingkat 3 sebuah PTS di Medan dan usiaku masih 20 tahun. Sedangkan Yussi sudah berumur 22 tahun dan duduk di bangku kuliah tingkat akhir universitas swasta Jakarta Jurusan Teknik. Kala itu Yussi masih bekerja di perusahaan telekomunikasi swasta sebagai seorang programer.

    Perkenalanku dengan Yussi semakin akrab walaupun kami tidak pernah ketemuan atau copy darat (maklumlah dia di Jakarta sedangkan aku di Medan). Setelah persahabatan kami berjalan 2 tahun akhirnya kami mempunyai kesempatan untuk ber-copy darat. Waktu itu bulan Desember 2003 aku memperoleh kesempatan untuk berlibur di Jakarta.

    Singkat cerita akupun sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada tgl 26 Desember 2003 dan dengan berbekal beberapa lembar foto kirimannya, aku sore harinya pergi ke Mall Taman Anggrek untuk menemuinya.

    Pertama sekali kumelihatnya, aku sungguh terpana. Bagiku, Yussi lebih cantik aslinya ketimbang di fotonya. Ditunjang lagi oleh penampilannya yang semakin dewasa yang disesuaikan dengan profesinya kini sebagai programer software di PT JS di kawasan Gatot Subroto Jaksel. Hal ini membuat aku semakin tertarik dengannya dan membuat birahiku naik secara perlahan-lahan.

    Setelah bertemu, kami berdua mengelilingi Taman Anggrek hingga malam dan dinner disana. Setelah dinner kami berkesempatan mengelilingi Jakarta dan akhirnya kami pulang dan kuantar dia sampai ke rumahnya di kawasan Duri Kepa Jakarta Barat.

    Pertemuan itu membawa kenangan tersendiri bagiku dan oleh sebab itu aku kembali mengajak Yussi keluar jalan-jalan keesokan harinya yang bertepatan dengan malam minggu.

    Keesokan harinya, pagi-pagi benar aku menjemput Yussi setelah itu kami pergi makan pagi bersama dan mengelilingi Jakarta beserta mallnya hingga jam 10 malam. Sebenarnya aku masih sangat ingin bersamanya hingga larut malam, namun Yussi menolak karena katanya tidak ada yang menjaga rumah, sebab Papa, Mama, Koko, Kakak ipar dan Dedenya sedang ke Bogor menghadiri kondangan familinya.

    Sebenarnya aku kecewa juga mendengar penolakannya itu, tapi kekecewaanku ternyata tidak lama. Terbukti Yussi waktu itu langsung mengajakku untuk menginap di rumahnya, karena dia tidak berani tidur sendirian. Akupun tidak mengiyakan secara langsung penawarannya itu, aku berpikir beberapa menit. Setelah berpikir beberapa menit aku pun mengiyakan tawaran Yussi dan tampaknya ia sangat senang sekali. Akhirnya kami sampai di rumahnya pukul 10 lewat 30 malam.

    Segera setelah turun dari mobil, Yussi membuka pintu pagar dan pintu rumah. Lalu akupun masuk ke dalam rumahnya yang lumayan besar itu dan menempelkan pantatku pada kursi sofa di ruang tamunya. Seketika itu pikiranku melayang-layang membayangkan seandainya aku dapat menyalurkan hasratku pada Yussi. Terus terang saja, selama ini aku selalu horny jika mendengar suara dari Yussi dan aku pun selalu beronani membayangkan sedang menyetubuhinya. Bahkan tidak jarang pada saat kutelepon dia, aku sedang naked dan beronani sambil bertelepon dengan dia dan Yussi pun tahu semuanya itu.

    Setelah mengunci pintu rumahnya, Yussi permisi padaku untuk mandi dan aku pun mengiyakannya. Mendengar Yussi mau mandi pikiranku bertambah kotor setelah sebelumnya aku membayangkan bisa menyetubuhinya. Lalu dengan langkah berjingkat-jingkat kuikuti langkah Yussi yang berjalan ke arah kamar mandi di ruang makan hingga aku melihat Yussi masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya.

    Akupun segera memutar otakku mencari celah agar dapat mengintip Yussi. Namun belum sempat aku mendapatkan cara mengintip yang pas, tiba-tiba Yussi keluar dari kamar mandi dengan naked dan berteriak karena ada kecoa. Aku yang melihat Yussi keluar dengan naked hanya bisa terpaku dan diam. Mataku langsung tertuju pada dua daging kenyal yang bergantung di dadanya. Sungguh indah sekali buah dada Yussi yang berukuran 34 A (kuketahui ukurannya, karena aku pernah menanyakan ukuran bra nya lewat SMS dan dia pun memberitahu aku) dengan putingnya yang berwarna kecoklatan. Ingin rasanya lidahku langsung menyeruput wilayah dadanya itu.

    Pandangan mataku kini tertuju pada lubang vaginanya yang ditumbuhi oleh ilalang asmara walaupun tidak begitu lebat. Penisku pun langsung bangkit dan berdiri tegak. Waktu itu yang hanya ada di pikiranku hanyalah bagaimana caraku untuk meniduri Yussi. Tanpa pikir panjang akupun mendekati Yussi dan kurangkul tubuhnya lalu kutempelkan bibirku pada bibirnya yang lembut mereka itu. Yussi tidak memberikan perlawanan bahkan ia pun mengulum bibirku.

    “Ah..” dia mendesah.

    Aku pun semakin berani setelah mendengar desahannya itu. Lidahku keluar masuk ke rongga mulutnya yang mungil dan tanganku pun bergerilya meremas-remas dan terkadang meraba-raba onggokan daging kenyal di dadanya sambil memilin-milin putingnya yang sudah mulai mengeras. Sementara itu ia juga mulai mencoba menarik resleting celanaku dan tanpa kesulitan dia berhasil menurunkan celanaku dan menarik kaosku serta melemparnya ke lantai kamar mandi. Saat itu, ia sedikit terkejut, ketika tanpa sengaja tangannya menyentuh penisku yang masih dilapisi oleh celdamku.

    “Oh.. Very big buanget kontolmu, Dave”

    Aku hanya menanggapinya dengan senyum dan tanganku masih bekerja memilin-milin puting susunya. Ciumanku mulai kuarahkan ke lehernya dan terus turun ke bawah dan berhenti di bagian putingnya. Di sini aku permainkan putingnya yang indah itu dengan lidahku. Terkadang kuemut, kuhisap dan kugigit lembut putingnya itu, sehingga membuat Yussi tak kuasa untuk menahan hawa nafsunya yang sudah hampir meledak. Tampaknya ia juga sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan penisku karena Yussi sedang berusaha menarik turun sempakku. Dan kemudian tanpa halangan yang berarti Yussi akhirnya berhasil menurunkan celdamku.

    “Jangan disini Yos, kita cari tempat yang enak, ok? Gimana kalau kita maen di kamar kamu Yos?”
    “Oh iya.. Enakan di kamar gue. Kita bisa ngentot sampe puas”.

    Lalu kugendong tubuhnya ke loteng dan kubawa ke dalam kamar tidurnya dan selanjutnya kurebahkan tubuh bugilnya diatas ranjang alga yang empuk. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kuhisap puting susunya yang sudah semakin mengeras lagi.

    “Ah.. Dave,” pekiknya.
    “Yos.. Toket loe indah buanget. Gue suka buanget sama toket loe,” celetekku dengan penuh nafsu.
    “Terus Dave.. Oh.. Geli..” desahnya.

    Mendengar desahannya aku semakin bernafsu. Lambat laun ciumanku merambat turun ke pusarnya lalu ke gundukan di selangkangannya. Kemudian kumainkan clitorisnya dengan lidahku dan aku terus memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang vaginanya yang harum itu. Kemudian dia mengangkat pinggulnya dan berseru,

    “Oh.. My god.. Is very great.. Oh.. God..”

    Sementara aku masih mempermainkan wilayah vaginanya dengan lidahku, Yussi semakin kencang menggoyang-goyangkan pinggulnya, kemudian dengan tiba-tiba dia berteriak,

    “Dave.. aku.. ke.. lu.. aarr..” dan seketika itu tubuh Yussi mengejang dan matanya terpejam.

    Sementara itu di gua keramatnya terlihat cairan kewanitaannya membanjiri vaginanya. Kuhisap cairannya itu dan kurasakan manis bercampur asin dengan aroma yang wangi dan hangat. Kuhisap cairannya dengan rakus sampai habis dan tubuhku kembali merambat ke atas menghisap putingnya kembali yang tampak indah bagiku. Rasanya bibirku masih belum puas menyusui putingnya itu.

    Tak lama kemudian kulihat Yussi kembali menggeliat-geliat dan mendesah-desah. Ia tampak terangsang kembali dan memintaku untuk segera memasukkan penisku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3 cm ke dalam gua keramatnya yang sudah basah sekali.

    “Ayo.. Dave.. Masukkan kontolmu ke memekku. Gue sudah enggak tahan lagi,” pintanya.

    Tanpa menunggu lebih lama lagi kuarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya dan secara perlahan-lahan namun pasti penisku pun mulai menyeruak masuk ke dalam lubang vaginanya yang masih sempit (maklumlah Yussi masih virgin) dan akhirnya penisku berhasil masuk 3/4 ke dalam lubang vaginanya.

    “Aduh.. Pelan-pelan ya, please,” erangnya sedikit tertahan.

    Kembali kutekan penisku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan sehingga akhirnya aku berhasil memasukkan semua penisku ke dalam lubang vaginanya dan menyentuh dasar vaginanya.

    “Oh.. Nikmat buanget..” katanya yang disertai dengan desahan halus.

    Aku semakin bernafsu untuk menggenjotnya setelah mendengar desahan dan erangannya. Semakin dia mendesah, aku semakin mempercepat genjotanku di lubang vaginanya.

    “Oh.. Dave.. ak.. uu.. suudahh.. ma.. uu.. kke.. luarr.. rr.. laggii..”
    “Tahan Yos.. aku juga.. u.. da.. mau.. ke.. luuaarr, keluarkan di.. mana.. Yos?” tanyaku.
    “Di.. Da..”
    Belum sempat ia menjawab, aku sudah tak bisa menahannya lagi, sehingga akibatnya,
    Crot.. Crot.. Crot.. Crot..!
    Beberapa kali penisku menembakkan maniku yang banyak ke dalam lubang vaginanya dan saat itu juga aku merasakan cairan hangat Yussi beserta aliran darah perawannya menyelimuti batang penisku yang masih tegak di dalam vaginanya.

    “Terima kasih Yos.. Kamu sudah memberikan aku kenikmatan malam ini..” ujarku sambil mengecup lembut bibirnya dan menarik keluar penisku.
    “Aku juga ingin terima kasih ke kamu, karena telah memuaskan nafsuku untuk melakukan hubungan sex denganmu yang selama ini kupendam dalam anganku,” katanya tanpa malu-malu dengan mata yang sayu.
    “Ayo.. Kita mandi berdua,” ajaknya sambil menarik tanganku.

    Dan di kamar mandi itu, batang penisku kembali bereaksi ketika Yussi mengelus-elusnya. Tanpa malu-malu aku langsung menarik pinggang Yussi dan menyuruhnya menungging ke arahku. Aku pun secara perlahan lahan memasukkan penisku yang sudah menegang ke sela-sela pantatnya yang tidak begitu besar. Sejenak, Yussi tersentak, namun hal itu hanya berlangsung sebentar saja, karena Yussi kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya ketika dirasakan penisku sudah masuk semuanya ke dalam lubangnya.

    “Ah.. Dave.. a.. kk.. uu.. ke.. ll.. uu.. aa.. rr.. l.. aa.. g.. ii..” erangnya dengan lembut.
    “A.. k.. u.. juu.. ggaa..” kataku sambil menyemprotkan maniku ke lubang vaginanya kembali.

    Setelah itu kami melanjutkan acara mandi kembali dan setelah mandi, sebelum tidur, aku mengentotnya sekali lagi. Keesokan paginya pada saat aku bangun jam 7 pagi kembali kugenjot dia dan malam harinya kami kembali ber-ML ria..
    Sungguh liburan yang berkesan dengan teman chatting. Terima kasih Yussi atas virginmu.

  • Foto Ngentot Jepang Shinobu Kawahara Hot

    Foto Ngentot Jepang Shinobu Kawahara Hot


    1787 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Video Bokep Ngentot Tante Maki Kyouko Yang Kangen Belain Laki-laki

    Video Bokep Ngentot Tante Maki Kyouko Yang Kangen Belain Laki-laki


    1787 views

  • Foto Bugil Hot Aino Hakamura Pamer Bulu Lebat nya

    Foto Bugil Hot Aino Hakamura Pamer Bulu Lebat nya


    1787 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Ditiduri Tetangga Sendiri

    Ditiduri Tetangga Sendiri


    1786 views

    Duniabola99.org – Istri saya membuat ini adalah cerita yang terjadi ketika partai Hari Kemerdekaan di desa saya, Saya tidak berpikir istri saya benar-benar menjalani seks dengan tetangga saya. cerita panas yang membuat istri saya membuat saya memukul langit-langit. Alih-alih marah saya lebih baik hanya cerita yang dialami oleh istri saya, yang bahkan bukan dengan saya. Pesta 17 Agustus kemarin sungguh sukses di desa saya. Tapi bagi saya itu kegiatan hanya bekas luka dan kenangan yang tidak pernah mengharapkan.

    Untuk berpartisipasi dalam panitia telah berusaha untuk mendorong warga saya ikuti kompetisi catur diadakan. Tidak buruk untuk Lurah Jonggol trofi. Dan sebagai pemain catur adalah banyak pengalaman aku yakin bahwa Kepala Desa Piala akan menambah koleksi piala di rumah.

    Pada malam final saya dihadapkan dengan yang lain RW catur jenius dengan Pak Lurah dirinya menghadiri acara pembukaan. Di hadapan tetangga dekat dan jauh di sekitar 8 Aku sedang duduk di meja yang menghadap papan dengan lawan saya. Diperkirakan pertandingan final ini akan berlangsung setidaknya 2 jam sejak dimulai.

    Waktu merangkak lebih malam. Air Jonggol cukup berangin memberikan kesejukan nyaman. Saya membayangkan itu akan kesenangan tidur dengan udara lebar keren jadi setelah beberapa malam kurang tidur dalam upaya untuk melawan malam akhir ini.

    Tiba-tiba, namun juga satu jam pertandingan berlangsung, aku diserang sakit perut dan kebutuhan untuk pergi kencing. Saya mengatakan kepada panitia dan meminta izin. Setelah berunding dengan pemain lawan saya, akhirnya saya setengah berlari pulang untuk buang air kecil. Saya pikir itu salah makan apa-apa hari ini.

    Sesampainya di depan rumah saya melihat pintu ditutup dan lampu tampaknya telah dimatikan ruang depan. Mungkin istri saya telah tidur atau sibuk menonton TV di ruang belakang. Tapi aku siap untuk pulang malam itu telah membawa kunci cadangan sehingga tidak membangunkan istri saya.

    Ketika saya hendak memasukkan kunci ke kunci saya berhenti. jantungku berdetak cepat. Saya melihat di depan pintu lantai mengapa ada sandal yang saya mengakui. Sandal milik Pakde Darmo tetangga. Kita sebut Pakde karena dia cukup jauh di atas kita. Lebih dari 55 tahun.

    Kami memang tetangga dekat dan saling mengunjungi sering, tapi tidak di malam hari seperti sekarang, terutama ketika saya tidak ada di rumah. Saya mulai khawatir dan cemas. Ada Pakde Darmo datang ke rumah saya saat ini malam? Dan di mana istri saya? Apa yang mereka lakukan baik di rumah saya?

    Sex Cerita – Aneh, sakit perut saya hilang. Saya penasaran dan saya menunda untuk tidak memasuki rumah. Aku akan jendela samping. Ada dua jendela di samping rumah saya. Dari lubang angin di atas jendela pertama aku bisa melihat ruang di mana keluarga istri saya biasanya menghabiskan waktunya di depan TV. Dan dari jendela kedua aku bisa melihat kamar tidur saya.

    Aku merayap ke jendela di rumah saya sendiri pertama. Dengan bangku plastik yang selalu ada aku naik lubang mengintip angin. Ah .. orang tak terlihat di sana. Saya mulai curiga. Maka mengapa tidak mengunjungi di ruang tamu. Perlahan-lahan aku turun dan pindah ke jendela untuk dua.

    Saya juga naik saya belum mendengar seseorang berkata,

    “Kebanyakan baru Bas Mas pulang sekitar 11. Kalau menang khan harus menunggu upacara trofi pertama,” itu suara yang jelas Indri istriku. Saya bertanya-tanya mengapa yang harus merindukanku begitu cepat aku menghargai bahkan lambat pulang ke rumah.

    “Hhmm ..” jawaban yang sangat berwibawa. Tanpa kata-kata tapi penuh makna. suara berat seperti itu siapa lagi kalau bukan terdengar Pakde Darmo. Saya penasaran. Dengan bangku plastik yang aku melihat ke kamar tidur saya.

    Seperti Saddam Hussein Sekutu roket menghantam saya hampir jatuh telentang saat menyaksikan apa yang telah dilihatnya. Bride di tempat tidur dua orang saya menemukan menjadi berasyik masyuk, melepaskan hasrat nafsu birahi. Sebagai penampilan hari-harinya Pakde Darmo hanya bersarung dengan kemeja singlet. perut buncit tidak bisa disembunyikan. Sementara istri saya setengah telanjang Indri. Hanya pakaian dan bra tinggal.

    Dengan tubuh Indriku untuk beristirahat di mulut Pakde Darmo nyosor payudara mengenyot-enyoti. Tidak heran dia tidak bisa bicara.

    “Sarung tangan dan kaos singlet Pakde dibuka pertama, kemudian kusut,” istri saya mengeluarkan omongan lagi sambil tangannya meraih menarik dari sarung tangan dan singlet Pakde Darmo. Pakde sekarang benar-benar telanjang dan istri saya tinggal hanya celana dan bra.

    Pakde memeluk perutnya dengan istri saya dari belakang. Tampaknya Pakde suka menembak wanita dari belakang. lengan dan kakinya berbulu tubuh cukup padat memeluk istri saya. Bibirnya terus nyosor leher, ketiak dan payudara. Indri puting tampaknya saya bahwa di marun sudah berdiri tegak ke atas untuk menandakan pongahnya sudah sangat nafsu terangsangnya Indri. Indriku tampaknya begitu menikmati dan larut dalam Darmo Pakde tindakan ini. Rupanya permainan sudah cukup jauh. Sekarang mereka sedang mendaki puncak nikmat nafsu hubungan antara tetangga.

    Pakde Darmo adalah tetangga dari sisi kanan rumah saya. Dia adalah pegawai pensiunan BUMN. Meskipun ia sudah lebih dari 55 tahun tapi masih sangat sehat bertubuh. Dia tidak pernah berhenti jogging di pagi hari dan sekali-sekali untuk mengangkat barbel untuk mengobati otot. Karena memang Darmo Pakde manusia tidak tampan. Tapi dengan perut dan bulu di tubuhnya, Pakde Darmo sering mendapatkan sekilas dari perempuan di desa. Mungkin istri saya, yang 20 tahun lebih muda dari Pakde diam-diam memimpikan bagaimana tidur dengan jenis berbulu pria Pakde Darmo.

    Dalam gelinjangnya istri saya bangun berbalik. Bibirnya dijemput bibir Pakde Darmo untuk berpagut sesaat sebelum lumatannya melata ke leher kemudian dada Pakde. Tampaknya istri saya begitu terpikat dengan bulu Pakde Darmo. Dengan lidah bergairah dan menjilat bibirnya dan bulu dada mengenyoti Pakde. Saya sangat ‘kejutan’ untuk menonton apa yang sedang terjadi ini.

    Aku tidak tahu bahwa istri saya Indri terlalu terobsesi dengan Pakde Darmo. Tetapi lebih tamparan diri membawanya ke tempat tidur di mana dia dengan saya sehari-hari. Aku tidak tahu apakah Pakde Darmo aktif memprakarsai atau Indri sering menggoda nafsu Pakde.

    Sekarang semuanya berubah cepat. Pakde harus mengambil kendali. Dia sepenuhnya beristirahat di tempat terbuka selangkangan tubuh Indri. Indri tangan cekatan menyambar alat kelamin Pakde Darmo yang lebih besar dan panjang selangkangan. Mungkin ini juga yang membuat Indri begitu terobsesi dengan Pakde.

    Dan apa yang terjadi selanjutnya adalah ayunan Pakde dan bergoyang di bawah istri saya. penis Pakde tampak begitu kaku dan rigid nonok Indri menembus rambut kemaluan ditumbuhi sekitarnya bulu keriting yang sangat subur lubang penutup kawin.

    Istri saya adalah jeritan kecil dan terus berkeluh kesah. Kenikmatan nafsu sehingga menenggelamkan mereka. Tampaknya cakar Indri sudah siap terjun kukunya di belakang Pakde. Pakde menyaksikan istri saya Indri Darmo dan dengan demikian sukacita mengayuh saling nafsu saya terbawa. ayam jadi ngaceng. Aku pengin ocoknya mengelusi dan mengocok dilanda sambil mengamati bagaimana istri saya nikmat Pakde Darmo orgasme kacau saat ini.

    Dengan cukup mendengus plesteran kamar saya tampaknya Pakde diangkat puncak kenikmatan. Dia mempercepat genjotan penisnya. Sementara sama Indri istriku. Tampaknya orgasmenya akan hadir bersama dengan ejakulasi Pakde. Aku melihat berkedip Pakde batang penis dengan mengawinkan Indri lendir tampak seperti mesin piston diesel keluar ke dalam lubang. Saya membayangkan bagaimana hati nurani yang baik memukul istri saya. Dan .. Aahh .. ttuuhh .. lihaatt ..

    penis terus meningkatkan tampaknya membawa begitu banyak lendir dan busa keluar dari vagina Indri. Indri telah mengeluarkan nafsu lendir cadangan. Dan tubuh istri saya tampaknya kencang dan kemudian berkejat-kaku. Menikam dan melukai punggung kaki Pakde-nya. Indri mendapatkan orgasme yang sangat kuat selama, yang dalam pikirannya, saya bermain catur demi Jonggol Lurah Cup.

    Dan aku tidak bisa menahan diri. Aku kocok penisku terus memantau bagaimana sensasional tatapan tetangga kacau istri saya sendiri dan sekarang menatap semen pria itu mengalir dari lubang yang tersebar nonoknya. Pejuku muncrat ditembak keluar jendela.

    Aku segera jatuh dari bangku plastik. Aku harus kembali ke pertandingan sebelum panitia setelah saya.

    Cerita Dewasa Terbaru – Malam itu aku pulang dengan tiga berjenjang Piala Jonggol Lurah kemasan. Sama tingginya dengan tinggi badan saya 167 cm.

    Istri saya membuka pintu dan menyapa saya dengan bangga. Dia yang meletakkan cangkir saya di tempat terbaik di dalam ruangan.

     

  • Marina Matsumoto Sky Angel Blue Vol 106 Sh

    Marina Matsumoto Sky Angel Blue Vol 106 Sh


    1786 views

  • Cerita Seks Ibu Mertuaku, Pemuas Birahiku

    Cerita Seks Ibu Mertuaku, Pemuas Birahiku


    1785 views

    Cerita Seks – Aku seorang laki-laki biasa, hobiku berolah raga, tinggi tubuhku 178 cm dengan bobot tubuh 78 kg. Aku mempunyai fisik yang ideal untuk seorang pria, tinggi, tegap, padat dan atletis. Tidak heran kalau banyak wanita yang menggoda dan mengajakku tidur karena sex appeal-ku ini. Empat tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugerahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

     

    Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku pulang naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan rutin berolahraga bersama teman-temannya yang lain. Sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH. Melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih, sering membuatku seperti kehilangan akal sehat.

    Pernah suatu hari selesai Ibu mertua mandi, telepon berdering. Lalu dia pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku yang sedang berolahraga angkat beban di luar, juga bermaksud mengangkatnya. Sesampainya aku di dekat telepon, ternyata kulihat Ibu mertuaku sudah mengangkatnya. Saat itulah aku melihat pemandangan yang menggiurkan. Dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya yang begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku tertegun dan menelan ludah, terangsang melihat kaki Ibu mertuaku. Dalam hati berpikir “Kok, sudah tua begini masih mulus aja ya..?”

    Aku terhentak dari lamunanku begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telepon. Lalu aku bergegas kembali ke luar, meneruskan olahragaku yang tertunda. Beberapa menit setelahnya aku hentikan olahragaku, masuk ke kamar, ambil handuk dan mandi. Saat aku hendak ke kamar mandi, kembali aku melihat pemandangan yang menggairahkan. Melalui celah pintu kamarnya yang tak tertutup, kuintip ke dalam, kulihat bagian belakang Ibu mertuaku yang bugil karena handuknya sudah dilepas dari tubuhnya. Serta merta burungku mulai bangkit, dan gairahku memuncak. Segera kutenangkan pikiranku yang mulai kotor karena pemandangan itu.

    Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Tidak lama Ibu mertuaku menyusul ikutan nonton sambil mengobrol denganku.

    “Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja?” tanya Ibu mertuaku. Solaire99

    “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana?” tanyaku kembali. Kami mengobrol sampai istriku datang dan ikut bergabung mengobrol dengan kami berdua.
    Besok malamnya, sekitar jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum. Kulihat TV di ruang keluarga masih menyala. Saat itu terlihat Ibu mertuaku ternyata sudah tertidur di depan TV. Ketika aku hendak mematikan televisi, tidak sengaja aku melihat ke arah rok Ibu mertuaku. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya masih begitu mulus, iseng kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging kemaluan yang ditutupi celana dalamnya. Ingin sekali rasanya kupegang dan kuremas gumpalan daging memek Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan.

    Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Esoknya aku telat bangun, dan kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah, aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali tertegun dan terangsang menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

    Hari ini aku pulang cepat, di kantorpun tidak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Saat pulang aku tidak melihat Ibu mertuaku, tampaknya dia berada di kamarnya karena pintunya tertutup. Sampai di rumah aku langsung berganti pakaian dengan kaus olahraga, dan mulai melakukan olahraga rutin yang biasa aku lakukan tiap pulang kerja. Sedang asyik-asyiknya aku melatih otot-otot dada dan lenganku, tiba-tiba kudengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Ibu mertuaku. Kusudahi latihanku, dan aku segera bergegas menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar. Kulihat Ibu mertuaku berdiri di atas kasur sambil teriak

    “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.

    “Tikus? Ada tikus di sini Bu?” tanyaku menegaskan.

    “Iya…ada tikus, tolong carikan!” katanya panik.

    Aku pun mulai mencari tikus itu.

    “Lho.. kok pintunya di buka terus? Nanti tikusnya susah ditangkap!” tandas Ibu mertuaku.

    Sambil kututup pintu kamar, kubilang “Mana.. mana tikusnya..?”

    “Coba kamu lihat di bawah kasur atau di sudut sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya. Kuangkat seprei kasur dekat meja rias. Memang ada seekor tikus kecil di situ yang tiba-tiba mencuit dan melompat ke arahku. Aku kaget dan spontan lompat ke atas kasur.

    Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga ya?” Sambil menggerutu pelan kembali kucari tikus kecil itu, sesekali mataku nakal melirik ke arah kaki Ibu mertuaku yang roknya terangkat itu.

    Saat sedang mencari tikus itu, tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat ke arahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, entah disengaja atau tidak, namun kurasakan payudaranya menempel di punggungku, terasa hangat dan kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang sudah mulai kecapaian itu terus kubuang keluar.

    “Udah dibuang keluar belum?” jelas Ibu mertuaku.

    “Udah, Bu.” Jawabku dari luar kamar.

    “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain… soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku.

    “Walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku.

    Aku kembali masuk ke kamar dan mengendus-endus di mana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku. Ibu mertuaku duduk di atas kasur sedangkan aku sibuk mencari. Begitu aku mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba di atas kasur. Aku kaget dan kusentakkan tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya. Aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum penuh misteri dan kembali meraba tanganku. Aku memandang aneh kejadian itu, tetapi kubiarkan dia merabanya terus.

    “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku setelah berkali-kali mencari. Tidak ada sahutan. Lalu tanpa berkata apa pun Ibu mertuaku beranjak dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan mulai panas dingin. Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”

    Rambutku dibelai, diusap seperti usapan seorang ibu pada anaknya. Dipeluknya aku erat-erat seperti takut kehilangan.

    “Ibu kenapa?” tanyaku.

    “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya sambil tersenyum genit.

    “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku.

    “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” rajuk Ibu mertuaku.

    “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan…” alasanku lagi.

    “Cuma apa… ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah tidak ada ruginya kok dibelai sama dia. Siapa juga lelaki yang tidak mau diraba dan diusap-usap sama wanita seksi seperti dia?

    Sambil membelaiku, kulihat pancaran birahi tersiar dari matanya. Aku merasa maklum, dengan kaos olahraga tipis yang melekat di tubuhku, tampilan otot-otot kekar di baliknya pasti terlihat dengan jelas. Hal itu ditopang dengan keringatku yang membekas di kaos itu. Pasti terlihat sangat menggairahkan bagi wanita mana saja yang melihatnya. Kuperhatikan Ibu mertuaku masih terus membelaiku. Belaiannya lalu berpindah, dari rambut terus turun ke leher sambil diciumnya perlahan. Aku merinding menahan geli, sementara tangan halusnya bergerilya menyusuri tubuhku. Kaos olahragaku diangkat dan dibukanya, bukit dadaku diusap dengan sesekali digigiti. Pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku semakin tidak beraturan. Dituntunnya aku ke atas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana. Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”.

    Aku bersikap pasif, tidak membalas tindakan mesra Ibu mertuaku itu. Aku berbaring di atas ranjang dengan posisi terlentang. Ibu mertuaku masih terus mengusap-usap dadaku yang lalu turun ke bagian perutku. Dicium, dijilati, dan terus dielusnya dada dan perutku. Aku menggelinjang geli dan berkata pelan berkata “Bu, sudah ya…”

    Dia diam saja, sementara tangan kanannya mulai masuk ke dalam celanaku. Aku mengeluh pelan. Kurasakan tangan kanannya meraba-raba dan sedikit meremas-remas burungku dari luar celana dalamku. Merasakan hal itu, burungku pun mulai mengeras dan membesar. Sambil terus meremas dan meraba burungku yang sudah tegang, tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku pun beringsut membantunya untuk menurunkan celana pendekku. Tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

    Burungku pun sudah berdiri kencang, terus memanjang dan membesar seiring dengan rabaan dan remasan tangan Ibu mertuaku di batangnya.

    “Besar sekali burungmu, Do, panjang pula…!” puji Ibu mertuaku sambil menoleh kepadaku dan tersenyum mesum. Mulut Ibu mertuaku pun mulai beraksi di burungku. Kepala burungku diciumnya, sambil tangan kirinya memijit bijiku. Aku mengeluh, mengerang, dan mendesis nikmat, merasakan gerakan erotis yang dibuat Ibu mertuaku.

    “Ah, ah.. hhmmh… teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku. Ibu mertuaku terus melanjutkan permainan birahinya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan gerakan mesra Ibu mertuaku.

    Setelah dikulum sekitar 15 menit lebih, aku mulai tidak tahan. “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” erang nikmatku.

    “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku. Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku semakin menggelinjang dibuatnya. Tubuhku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Tak lama tubuhku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang luar biasa, seiring dengan menyemburnya spermaku ke mulut Ibu mertuaku.

    “Aggghhh…oohhh…akkuuu keeluuaarrr…Buu…”
    “Crroootttt… cccrrrroootttt… ccrrrooottttt…”

    Kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan kepala burungku dengan kedua tangannya yang berlepotan sperma, memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.

    “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tandas Ibu mertuaku sambil menatap mataku.

    Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaos olahragaku tadi. Aku duduk di ranjang, telanjang bulat dan berkeringat, menghirup minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja riasnya. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

    “Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku sambil tersenyum.

    “Ibu cuma pengen aja kok..” balas Ibu mertuaku genit. Diusap-usapnya dengan mesra batang burungku, sambil tersenyum khas wanita nakal.

    Aku belai rambutnya dan kuelus-elus pahanya sambil berkata “Ibu mau juga?” godaku sambil tersenyum. Dia menggangguk pelan, kusudahi minumku dan lalu kucium bibir Ibu mertuaku.
    Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe wanita yang haus akan seks, melainkan dia haus akan kasih sayang. Berhubungan intim pun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti seekor serigala di musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya. Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya. Kulitnya masih mulus, tak seperti kulit wanita seumurannya. Payudaranya masih kencang dan kenyal, perutnya rata dan singset, pinggang dan pinggulnya tampak montok, paha, betis dan kakinya kencang karena sering aerobik dan jogging dengan teman-teman arisannya.

    Kuraba dan kuusap semua tubuhnya dari pangkal paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium, menjilat, dan membelai setiap senti bagian tubuhnya. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium dan kugigiti putingnya. Kudengar desahan nikmat dan nafasnya yang tidak beraturan. Puas beraksi di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya yang indah itu, serta memainkan ujung lidahku di atasnya dengan putaran lembut yang membuat dia sedikit berkejang-kejang. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku, sementara lidahku melata pelan ke arah memeknya.

    Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, tercium aroma memeknya yang harum lalu kujilati bibir memeknya. “Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suara erotisnya pelan.
    Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding memeknya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti berada di awang-awang. Kujilati klitorisnya dan semua yang ada di daerah kemaluannya. Kusedoti cairan yang membanjir dari memeknya. Kulakukan ini terus menerus, dan kudengar desahan erotiknya yang semakin keras. Beberapa menit kemudian, ketika dia mulai di ambang orgasmenya tiba-tiba dengan tak sabar ditariknya kepalaku dan dia kembali melumat bibirku dengan panas. Dia membalikkan tubuhku dan mulai bergerak merayap ke atas tubuhku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Lalu diarahkannya burungku yang sudah siap tempur itu ke lobang memeknya…

    Setelah beberapa kali dicoba, “Blesshhh…” masuk sudah seluruh batang burungkuku tertelan memek ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang pantatnya. Dia memutar-mutar pinggulnya, berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dari batangku seperti yang dia mau.

    “Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku. Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan mesra.

    “Aahhh…uuhh…bessarr…banggett…punnyaa…muuhh…Do ohh!” gerakan naik turunnya makin cepat.

    “Ohh…nikmaattt…ahhh…uhhh…dahsyaaatt…” desah Ibu mertuaku terus naik turun menikmati pompaan burungku. Dicakarnya dengan gemas otot-otot kekar di dada dan di perutku….
    “Ohhh…aahhh…miiliikk…Ibu…juggaa…ennakk” erangku penuh nikmat sambil tak lepas kuremas-remas payudaranya.
    “Sempiitt…ohhhh…terusshh…jepiitt buruuunggkuu…ohhh…Buuhhh…” erangku berlanjut merasakan hisapan memeknya pada burungku. Memek Ibu mertuaku memang masih nikmat kurasakan. Walau sudah berumur, rasanya tidak kalah dengan memek para perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. Tampaknya Ibu mertuaku sangat pintar menjaga kemaluannya itu.

    Setelah cukup lama naik-turun keluar-masuk, Ibu mertuaku mulai menunjukkan tanda-tanda.

    “Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang…” kata Ibu mertuaku. Aku mencoba membantunya mendapatkan kepuasan yang mungkin belum pernah dia alami sebelumnya. Gerakannya semakin cepat dari sebelumnya, dan tak lama dia berhenti sambil menarik tanganku agar aku bangkit. Diarahkannya wajahku ke arah payudaranya sambil berujar;
    “Ayyooo Ddoohhh… hisap dan susui toketku…” Kupenuhi permintaannya dengan senang hati. Kuhisap, kujilat dan kugigit gemas payudaranya yang bagus itu. Ibu mertuaku mengerang-erang merasakan nikmatnya perbuatanku itu….

    “Aaaahhh… aahhh… aaahhh… pintaarrsss kamuuhhh Sayanngghhh…”

    Kurangkul tubuhnya lembut dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih di dalam dengan keras dan bertenaga. Hingga akhirnya…

    “Ahh.. ah.. ahhss..” desah nikmat Ibu mertuaku. Keluarlah cairan kewanitaannya membasahi burungku yang masih terbenam di liang memeknya.

    “Ahhss…ohhhh…nikmaattnya burungmu…Ddoohh!” desahnya lagi sambil tubuhnya yang mengkilat karena keringatnya itu berkejat-kejat, menerima gelombang kenikmatan yang datang menderanya. Kami sama ambruk ke ranjang. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya dan kuelus-elus punggung mulusnya. Dia terdiam dalam dekapanku. Kubiarkan dia menikmati sisa-sisa orgasmenya.
    Setelah kurasa dia sudah cukup beristirahat, kugoda dia lagi

    “Enak ya.. Bu… Mau lagi..?” Dia menoleh dan tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.

    “Kenapa? Kamu juga mau lagi?” canda Ibu mertuaku.

    Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkannya sambil mencium bibirnya kembali. Untuk sesaat kami saling berciuman dengan panas, saling tukar lidah dan ludah. Tangan-tanganku dan Ibu mertuaku bergerak nakal, tetapi tetap dengan gerakan yang lembut menggerayangi tubuh pasangannya. Kami juga tak lepas berciuman dalam posisi ini. Kemudian kembali kumasukkan burungku ke memeknya. Hanya sebentar aku bermain dalam posisi itu, lalu kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain.
    Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Awalnya dia bingung dengan posisi baru ini. Tetapi untuk menutupi kebingungannya kuciumi tengkuk lehernya dan kujilati kupingnya. Kuputar tubuhnya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan, sementara kedua tanganku memainkan payudaranya. Kemudian kuangkat kaki kanannya dan kupegangi kakinya. Sepertinya dia mulai mengerti bagaimana aku akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah memeknya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut… “Bleeeppp…” Ibu mertuaku melenguh dan mendesah nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku, sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku.
    Luar biasa nikmat kurasakan pengaruhnya pada burungku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk-keluar, masuk-keluar, semakin lama semakin cepat. Kupegang erat-erat kaki kanannya agar tidak jatuh, kudekap Ibu mertuaku dengan tangan kiriku, sambil kumainkan payudara kirinya. Sesekali kuciumi tengkuk lehernya.

    “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” desahan erotis Ibu mertuaku mulai keras terdengar.

    Cukup lama kupompa memeknya, kurasakan tubuh Ibu mertuaku bergetar.

    “Ibu mau keluar lagi.. Do…” jeritnya. Mendengar kata-katanya, semakin kutambah kecepatan sodokan batangku dan…

    “Acchh…aaahhh…ooochhh” keluarlah cairan ejakulasi dari memek Ibu mertuaku, turun membasahi tangan dan pahaku. Ibu mertuaku berteriak-teriak erotis dalam pelukanku. Tubuhnya berkejat-kejat liar, bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur.
    Sesampainya di kasur kubalik tubuhnya dan kucium balik bibirnya. Kembali kumasukkan burungku ke memeknya. Dia balas memelukku dan menjepit pinggang rampingku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun tambah cepat membuat Ibu mertuaku semakin meringkih kegelian.

    “Ayo Do, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku.

    “Dikit lagi, Bu..!” sahutku. Ibu mertuaku membantuku keluar dengan menambah gerakan erotisnya. Pantatnya berputar-putar mengimbangi pompaanku. Bermenit-menit kukocok kemaluannya, aku mulai merasakan tanda-tanda. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang, sementara Ibu mertuaku memutar-mutar pantatnya dengan cepat. Akhirnya…

    “Crrootttt… cccrrrrooottttt… ccrrroootttttt….”

    Kuhamburkan seluruh spermaku dalam-dalam ke memeknya. Ada sekitar 7 kali semburan pejuhku ke dalam memeknya.

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku. Ibu mertuaku meresponnya dengan memelukku dengan erat.

    “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan pejuhmu untuk Ibu…” kata Ibu mertuaku sambil tersenyum.

    Kucabut burungku yang sudah kembali ciut ukurannya dari jepitan memeknya, lalu berbaring di sampingnya. Aku terkulai lemas di sisi ibu mertuaku. Kemudian Ibu mertuaku mendekatiku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Tangan halusnya membelai-belai perut sixpackku lalu bergerak turun untuk meremasi batang burungku. Dia mainkan sisa cairan di ujung batangku. Aku sedikit kegelian begitu tangan Ibu mertuaku mengusap-usap kepala burungku yang sudah kembali menciut.Sesaat kami saling bercanda sambil berciuman mesra. Setelah puas, kucium bibir Ibu mertuaku lembut, kemudian pamit keluar kamar untuk mandi. Tak lama ibu mertuaku ikut menyusulku mandi.

    Begitu istriku pulang, kami bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi. Kami bertiga asyik mengobrol dan bercanda-canda. Namun saat kami berpandangan, dapat kulihat sorot matanya menatapku yang seakan-akan ingin mengulanginya kembali bersamaku.
    Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Bayangan Ibu mertuaku yang mendesah-desah nikmat merasakan pompaan burungku ini sering menghiasi mimpi-mimpiku. Saat aku sedang menyetubuhi istrikupun, tetap saja ingatanku melayang ke situ. Kadang kalau aku tak sengaja menatap cermin meja rias istriku, terbayang peristiwa nikmat di hari yang indah itu. Bayangan aku dan Ibu mertuaku yang sedang asyik bergelut menimba gairah birahi.

    Kami saling mencabik, bergelut liar, dan mengerang-erang penuh kenikmatan. Kalau sudah begitu, burungku akan bangun-tegak membesar memanjang-menuntut untuk dipuaskan kesenangan biologisnya. Akhirnya terpaksalah aku beronani untuk meredam kehausan seksual burung kesayanganku ini.
    Sudah empat hari ini Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya dalam acara koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Otomatis aku hanya bisa bertemu dengannya malam saja. Hingga sampai suatu hari. Saat itu Kamis jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.

    Sesampainya di rumah aku bergegas untuk mandi, karena aku sudah mampir dulu di sebuah gym tadi. Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat di kamar mandi ada orang yang mandi. Aku bertanya “Siapa di dalam?”

    “Ibu! Kamu sudah pulang Do..” balas Ibu mertuaku.

    “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk kamar.
    “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.
    Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan ke dapur hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku bermaksud kembali lagi ke kamar, mau ambil pakaian kotor sekaligus ingin mengecek HPku sebelum mandi. Saat lewat kamar mandi, kulihat Ibu mertuaku keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku menunduk mencoba untuk tidak melihatnya, tetapi dia tampak sengaja menubrukku.

    “Kamu mau mandi ya?” tanya Ibu mertuaku kepadaku.

    “Iya, emang kenapa Bu”? tanyaku. Mataku langsung saja tertumbuk pada payudaranya yang putih dan montok itu. Ingin rasanya kujilati dan kususui sepuasnya sampai dia keluar… aku menelan ludahku membayangkan itu.
    Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku, sambil berbisik dia berkata genit “Mau Ibu mandiin nggak?!”

    “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala” candaku.

    “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil mengerling nakal dan menarikku masuk ke kamar mandi.

    Sampai di kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melepaskan kausku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur tubuhku dengan air. Ibu mertuaku melepaskan handuknya dan kitapun telanjang bulat bersama. Matanya bersinar-sinar memandangi tubuh telanjangku, seakan-akan dia ingin menelan habis diriku.

    Melihat tubuhnya yang telanjang, aku spontan menelan ludahku. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana merangsang seperti itu. “Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertua menggodaku dengan mencubit pelan batang burungku. Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok tubuhku dengan sabun mandi.
    Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya, sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan, aktivitas olahraga, dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia ingin membuat pengalaman mandiku kali ini istimewa.

    Sambil terus bercerita, Ibu mertuaku tetap menyabuniku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Kadang sambil menyabuni, tangannya nakal bergerilya di tubuhku. Dicakarinya bukit dadaku. Burungku yang sudah tegang, dipegangnya dan disabuninya dengan lembut.
    Selesai disabun aku guyur kembali tubuhku dan sesudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana, Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum nakal. Kami lilitkan handuk di tubuh masing-masing. Setelah itu ditariknya diriku ke kamarnya.

    Sesampainya di sana, didorongnya dadaku ke atas kasurnya. Dia sendiri langsung mengunci pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Dia dekati aku, lalu dia lepaskan handuk di tubuhku dan tubuhnya. Burungku memang sudah hampir total berdiri. Dia langsung bergerak ke arah burungku dan mulai mengulum burungku. Pelan tapi pasti kurasakan batang burungku yang sudah berdiri, tambah mengeras, memanjang, dan membesar seiring kulumannya di burungku. Gairahku pun turut memuncak. Kupegangi kepalanya yang naik turun sambil mendesah-desah nikmat. Mataku merem melek merasakan kulumannya itu.
    Cuma sebentar dia ciumi burungku, sekitar 10 menitan, langsung dia menaikiku kembali. Dia arahkan burungku ke memeknya. “Sleeppp…slleepp…sslleepp…” tiga kali tusukan, masuk sudah seluruh burungku terbenam dalam memeknya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah rindu sekali ingin melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. Aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang ke awang-awang kenikmatan.
    Tak lama kuubah posisi bercintaku. Aku bangkit, kudekap dia sambil terus memompa burungku dalam-dalam ke memeknya, bibir dan tanganku bermain-main di payudaranya. Desahan nikmatnya tambah keras dan goyangan pantatnya tambah liar merasakan rambahan mulut dan tanganku di payudaranya. Dan efeknya, putaran pantatnya membuatku seperti gila, matanya merem melek keenakan, dan aku jadi tambah bersemangat untuk menyodok memeknya.
    Menit-menit berlalu, gerakannya semakin cepat dan dia bersuara pelan “Oh… oh… ahcch…” tibalah dia ke puncak kenikmatannya. Dan tak lama kemudian tubuhnya menegang kencang dan dia jatuhkan diri ke pelukanku yang sudah kembali berbaring. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan

    “Waduh.. enak banget ya?”

    “He-eh, enak” balasnya.

    “Emang ngeliat siapa di sana sampai begini?” godaku.

    “Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja…” bisik mesranya ke telingaku. Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremasi payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dengan rabaan tanganku di punggung dan pinggulnya, dan kubangkitkan gairahnya kembali.

    Kutidurkan dia, lalu kunikmati kembali sekujur tubuhnya senti demi senti, mulai dari payudara hingga ke pangkal pahanya. Sampai di daerah memeknya, kujilati dinding memeknya sambil memainkan lobang memeknya dengan tanganku. Kujilati klitorisnya, kusedoti cairan memeknya yang mulai membanjir, dan kutusukkan memeknya dengan jari-jariku.

    Ibu mertuaku mendesis-desis seperti kepedasan dan mengeluh nikmat karena gerakanku itu. Terkadang dia membuka dan merapatkan pahanya yang indah untuk mendekap wajahku, seakan-akan dia ingin agar kepalaku masuk ke lobang memeknya. Sekitar 10 menit kumainkan kemaluannya, Ibu mertuaku mulai tidak sabar.

    “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti…” kata Ibu mertuaku.

    Aku beranjak bangun dan menindihnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam memeknya. Kugesek-gesekkan dahulu kepala burungku di kelentitnya, lalu pelan mulai kumasukkan burungku ke lobang memeknya.

    Sleppp…sleppp… Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis seperti ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam memeknya.

    Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman mesra ke arah bibir Ibu mertuaku. Sambil kuciumi mulutnya, kumainkan kembali payudaranya. Kuraba dan kuremas payudaranya dengan lembut. Sesekali kumainkan juga kelentitnya. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan nikmat dengan matanya yang merem melek.

    Kulihat dia begitu nikmat merasakan pompaan burungku di dalam memeknya. Dia jepit pinggangku erat dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku, yang sejak tadi masih aktif mengocok lobang memeknya. Kedua tangannya memainkan rambut dan puting dadaku, sementara aku asyik menjilati lehernya. Cukup lama kami bermain, gerakan Ibu mertuaku bertambah liar.

    “Aku nggak kuat, Do..” desah ibu mertuaku. Tak lama kemudiannya, tubuhnya mulai kejang-kejang. Rupanya dia sudah mendekati puncaknya.

    “Ahhh…ohhh…Dohh…aku keluarrrr…” erang nikmat Ibu mertuaku.

    Pelukannya mengetat, dijambaknya rambutku yang membasah karena keringatku dengan tangan kanannya, dan dicakarnya punggungku dengan tangan kirinya. Dibenamkan wajahnya di dada bidangku. Digigitinya putingku, dan dihisapnya lembut. Lalu kurasakan batangku tersiram cairan memeknya yang meleleh karena orgasmenya yang kedua. Aku hentikan pompaanku di memeknya, kuberikan kesempatan dia untuk istirahat sejenak setelah keluar tadi.

    Setelahnya kuminta dia berganti posisi. Kali ini aku memintanya untuk menungging. Aku ingin menggaulinya dengan gaya doggie style. Ibu mertuaku tersenyum mendengar permintaanku.

    “Ohh…Puasin Ibu Doh…!”

    “Iya buh!” jawabku parau. Begitu dia menungging, kusaksikan pemandangan yang luar biasa dari posisi ini. Pantat Ibu mertuaku yang begitu bulat dan montok, begitu terawat berkat ketekunannya berolahraga dan minum vitamin, lobang kemaluannya yang begitu menggoda, dengan rambut kemaluannya yang terpotong rapi. Glekk… kutelan ludahku melihat pemandangan indah itu.

    Kujilati sebentar daerah kemaluan dan lobang anusnya itu. Kujilat dan kusedot-sedot memeknya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan lidah dan jari-jari tanganku secara bergantian. Ibu mertuaku mendesah-desah nikmat merasakan kenakalan tangan dan mulutku itu.

    “Ayyyoohhh…Ddohhh…Cepetannn masukiiinnn burungmuhh ituhhh…” Ibu mertuaku memohon dengan nada memelas. Sebenarnya aku masih ingin bermain di daerah miliknya, tapi khawatir istriku akan pulang sebelum perbuatan mesum kami ini selesai. Kuposisikan burungku ke arah memeknya. Kumasukkan perlahan demi perlahan burungku ke dalam miliknya. Sleeppp…sleep…bleeppp…masuk sudah seluruh burungku tertelan memeknya, dan mulai kupompa dia.

    Tak lama kurasakan memeknya mulai membasah, seiring dengan semakin cepatnya pompaan burungku di memeknya. Desah dan rintih penuh kenikmatan mulai terdengar kembali dari mulut kami berdua, seiring dengan meningkatnya intensitas persetubuhan itu. Keringat deras mulai bercucuran di sekujur tubuhku, dan beberapa di antaranya berjatuhan di tubuh Ibu mertuaku, yang juga sudah licin oleh keringatnya sendiri.

    “Dohh…ohhh…ahhh….ennaakkk…terusss…” desah nikmat Ibu mertuaku merasakan pompaan burungku yang semakin cepat dan liar di memeknya. Kuremas-remas payudaranya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan jari tengahku.

    “Ohhh…aahhh…asshh…beginihh…Buhhh…?” tanyaku sambil terus memompa, sesekali menghujam-hujamkan burungku hingga melesak jauh ke dalam memeknya.

    “Oohh…ahhh…Iyaahhhh…kaya…gituuhhh…” balas Ibu mertuaku, penuh kenikmatan. Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku. Hampir sejam sudah kami bergelut, bermandi keringat, lalu…

    “Acchh.. sshh.. ahhh.. ohhh” desah Ibu mertuaku sambil menjepit erat-erat burungku dalam memeknya. Keluar sudah cairannya membanjiri burungku. Semenit kemudian ketika aku hampir keluar, kutekan dalam-dalam burungku ke dalam memeknya. Dengan jeritan yang keras, kuhamburkan spermaku keluar dan masuk ke dalam memek Ibu mertuaku.

    “Crrroooottttt… ccrrrrooottttt…. Cccrrrrrooottttt….”

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. oohh…nikmatnya” desahku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya spermaku benar-benar banyak keluar, membasahi lobang dan dinding memek Ibu mertuaku. Untuk sesaat kami masih mempertahankan posisi seperti ini, sambil merasakan sisa-sisa nikmatnya orgasme. Aku terus memegang erat pinggulnya erat-erat sambil sesekali menekan burungku dalam-dalam, memastikan tak ada spermaku yang tersisa di kepala burungku. Lalu kutarik burungku dari dalam memeknya.

    Kuperhatikan spermaku dan cairan birahinya, meluap keluar dari lobang memeknya saat kutarik burungku dari sana.

    “Mungkin nggak ketampung makanya tumpah” komenku dalam hati.

    Ibu mertuaku langsung berbalik posisi dan berbaring disusul aku kemudian. Dia langsung merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk diriku mesra. Tangannya membelai-belai dadaku dan puting-putingnya. Sesaat kami masih saling bercanda, sambil berciuman mesra, dan meremas anggota seksual pasangannya. Sesudahnya aku beranjak bangkit, pamit ke kamar mandi lalu mandi lagi.Kubersihkan sekujur tubuhku dari sisa-sisa keringat dan sperma di burungku. Ibu mertuaku pun menyusul mandi tak lama kemudian.

    Setelah peristiwa nikmat yang kedua di hari itu, hubunganku dengan Ibu mertuaku menjadi tambah mesra saja. ‘Kuhajar’ dia di mana saja, di kamar mandi, kamarnya, kamarku, dapur, dan di ruang tamu kalau suasananya mendukung. Kadang kalau lagi nafsu-nafsunya dia sering mengajakku bercinta secara kilat di mana saja dia mau. Sebenarnya aku berusaha menghindar untuk berkencan lagi dengannya, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu.
    Aku selalu terangsang dengan kemolekan tubuh, kemampuan oral, dan jepitan memeknya. Sebaliknya dia tergila-gila dengan tubuh atletis, ukuran burung, dan keperkasaanku di atas ranjang. Hubungan mesum kami terus berlanjut selama enam bulan ke depan, hingga akhirnya dia memutuskan pindah dari rumahku. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksudnya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berperasangka negatif bahwa dia tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

  • Tante Cantik Supermodel Hot

    Tante Cantik Supermodel Hot


    1785 views

    Duniabola99.org – Cerita sex terbru, Itulah kata kata yg selalu ku ingat selama ini, dan aku selalu berharap kejadian itu berulang terus. Itu semua terjadi lima tahun lalu, ketika umurku masih 23 tahun. Aku bekerja sebagai montir panggilan, ya sampai sekarang pun tetap begitu. Hampir semua mobil bisa kuperbaiki asal ada saja alatnya, terkadang aku jg jadi guru pengganti untuk smk otomotif di kota kembang.

     

    Dgn paras yg tdk terlalu jelek akupun sering berganti ganti pacar, mulai dari berjilbab sampai yg bekerja di bar bar kota bandung pernah kupacari. Jadi, masalah sex aku sudah tak asing lagi. Jangan kau tanya berapa tinggiku, karena aku hanya biasa saja seperti pemuda lain ketika itu hanya sekitar 170cm.

    Smua itu berawal ketika aku pulang membetulkan mobil pa zakaria yg tinggal di sebuah komplek ternama di kota bandung, mobil pa zakaria itu rumit sekali untuk dibetulkan sehingga aku membawa semua perkakas di bengkelku. Dgn mobil avanza hitam, ku pacu mobil menuju rumah pa zakaria, meskipun sudah larut malam tetap aku kerjakan mobilnya pa zakaria, maklumlah sama pelanggan lama, kasian jg pa zakaria gapunya motor atau mobil lagi buat ngantor.

    Aku berangkat dari rumah jam 7 malam, dan membetulkan mobil sekitar 2 jam itu pun karena sambil diajak ngobrol oleh pa zakaria, seharusnya sih 30 menit jg selesai, tapi ya kunikmati sajalah, sekalian silaturahmi dgn beliau.

    Akupun pulang sekitar jam 9.30 malam, komplek pa zakaria tinggal adalah komplek besar, jalan nya saja lebarnya hampir 6 meter se arahnya, dan ditengah tengah jalan ada taman yg membatasi dgn lajur lain, mungkin bisa kalian bayangkan bagaimana besarnya komplek itu. Dgn type culdesac tentu saja taka da jalan lain selain lewat pintu utama untuk pulang.

    Komplek itu bukanlah komplek yg sering dilewati oleh masyarakat, komplek itu sepi sekali jika memasuki malam, dan lampu jalanan pun kadang tak dinyalakan karena alasan hemat. Ketika aku melewati jalanan yg agak sepi, aku melihat sebuah mobil yg mengepul asap dari dalam cap mesinnya. Akupun berhenti, tapi bukan karena asap itu aku berhenti, aku berhenti karena melihat wanita di dalam mobil itu.

    Aku pun memarkir mobil hitamku agak jauh di depan mobil itu, dan lalu aku turun, ternyata ketika ku membuka pintu, wanita yg ada dalam mobil itu sudah tiba tiba menghampiri aku, dan berkata,

    “de…ngerti mesin mobil ga ? tolongin tante dong..” ucap tante itu tanpa basa basi.
    “iya tante aku bisa ko, kebetulan aku montir hehe” jawabku dgn gagu.

    Tante itu berjalan mendahului ku kearah mesin mobilnya yg mengepul asap, meskipun jalanan itu agak gelap, tetap saja aku bisa melihat pantat besar tante itu yg bergoyang seirama dgn langkahnya, sungguh indah walaupun sedikit tak jelas. Sekilas aku berkhayal meremas pantat besar itu, bahkan aku gigit seperti yg sering ku lakukan pada mantanku yg bahenol si susan. Tapi aku tau dirilah, aku kan berniat menolong saja.

    Akupun tak banyak bicara selama memeriksa mesin, dan dalam 20 menit saja aku sudah mengetahui penyebabnya, ketika aku mau bicara pada tante itu ternyata tante itu sudah tertidur di dalam mobil dgn mulut menganga, aku tebak sih dia sudah memakai mobil ini dari luar kota, mungkin dia memang lelah sekali sampai sampai tidur seperti itu, tanpa kusadari aku menikmati melihatnya tertidur, dia tertidur di kursi tengah mobilnya, aku buka pintunya dan lampu dalam mobilpun menyala otomatis, dan aku pun akget bukan kepalang !

    Sexy banget nih tante, gilaaaa, bikin ngaceng…mana sudah seminggu aku memang tak onani, biasanya di sepong pacar, tpai kebetulan sekarang aku single, dan pikiran ku pun menjadi nakal.

    Tante itu berparas cantik, memakai kacamata, dan berambut panjang, terlihat dari wajahnya kalau dia sering perawatan di kecantikan kulit, bajunya yg modis berwarna biru tosca, dan memakai jeans panjang yg sedikit ketat. Buset..sangatlah masuk dgn seleraku.

    Aku pun tak lekas membangunkannya, karena ku pikir, aku akan memanfaatkan situasi ini. Tapi niat buruknya sirna seketika karena tante itu terbangun dan menatap takut padaku.

    “ehmm mas aduh maaf saya ketiduran nih…” seru tante sambil mengucek matanya..
    “iya tante gapapa ko, saya tau tante dari luar kota, iya kan ?” tanyaku sambil salah tingkah takut dia tau maksudku
    “iya betul tante baru pulang dari Surabaya.” Jawabnya sambil minum air mineral.
    “jadi gini tante, mobil ini cuman kepanasan saja, kurang air di radiatornya..tinggal tambah air saja ini sudah bisa nyala lagi, mungkin tante terlalu lama makenya, ga istirahat ya ?” aku mencoba akrab
    “ya gitu deh mas, pengen cepet sampe bandung sih, yaudah deh mas benerin aja mobilnya, saya pengen tau beres, berapapun saya bayar mas, asal harganya masuk akal saja hehhehe” dia bilang sambil memainkan handphonenya.
    “oke tante..siap” aku sambil berlalu..

    Dari caranya berkata aku tau dia itu memang biasa memerintah, mungkin dia bos suatu toko atau usaha sesuatu, ya ga aku pikiran deh yg kaya gituan, yg penting aku harus cepat membetulkan mobil itu.

    Dan selesailah membetulkan mobil itu, aku segera laporan ke si tante cantik.

    “tante sudah selesai mobilnya..”
    “oh bagus bagus, tapi ngomong ngomong nama km siapa ?” tanyanya dgn halus.
    “nama saya Kuriniawan tante, tapi panggil aja Iwan hehe” jawabku dgn malu.
    “oh Iwan , Iwan udah punya cowo belum ?” tanyanya dgn nada nakal
    “lah ko cowo sih tan haha, aku normal ko suka sama cewe..” jawabku dgn tertawa, tante ini bisa melucu jg ternyata..
    “haha ya aku becanda Wan, oh kamu normal ya ? kalau normal tante mau nanya dong..” bertanya dgn wajah seperti menyembunyikan sesuatu.
    “apa tante ?” tanyaku heran
    “kamu tertarik ga sama tante ?” dgn lancar si tante berkata…
    “hmm gimana ya tan, bingung jawabnya hehe” aku kaget dikasih pertanyaan seperti itu, memang sih aku tergoda, hanya saja tdk etis jika langsung aku katakan seperti itu.
    “ayo mengaku saja…tante lihat ko dari tadi kamu beneri mobil sambil bener benerin celana, bangun ya tuh penisnya..haha” ucap tante tanpa dosa..

    Buset entah bagaimana perasaanku saat itu, udara dingin ditambah percakapan yg tiba tiba menjadi aneh, dan ternyata tante ini memerhatikanku dari tadi, aku memang membetulkan celana karena melihat badan sexynya ketika tertidur tadi.

    “aduh ketawan deh hehe” sebisaku menjawab sambil bingung akan situasi.
    “nahloh Wan, ko bisa sih tiba tiba bangun penisnya..liat apa emang ?” dgn memasang wajah curiga.
    “ngga ko tante, ga liat apa apa..”
    “jujur saja Wan sama tante..km liat apa sampe ngaceng gitu..”

    Ingin sekali aku blak blakan dan bilang ngaceng liat tante, tapi seakan lidahku menjadi kaku dan tak bisa mengucap kata kata itu, di dalam diamku menjawab pertanyaan itu, tiba tiba tangan tante itu memegang penis…ah, rasa linunya benar benar aku rindukan, karena sudah lama penisku tak dipegang wanita.

    “aduh tante mau ngapain..”
    “udah cepet naik sini ke mobil, nanti ada yg lihat Wan..cepet..”

    Akupun segera naik mobil, aku duduk disebelah tante sexy itu. Tangan tante itu terus meremas penisku dari luar, aku bingung harus berprilaku seperti apa. Aku hanya diam saja menerima tindakan itu dan menikmati remasan tangan tante itu.

    Tante pun menuntun tanganku ke arah toketnya, akupun tak bodoh, aku langsung remas jg toketnya.

    “nah gitu dong Wan…ahhh geli Wan..remas terus Wan…keras jg gapapa…tante suka..” seraya melihat nakal kepadaku.

    Kami terus melakukan remas meremas di dalam keheningan dan kegelapan mobil, sesekali aku mencium dan menjilat pipi tante yg menggemaskan lidah. Dan tante pun sekarang sudah membuka sabuk dan seleting ku.

    “Wan..pernah ngentot kan sebelumnya ?” tanya tante sambil memainkan penisku
    “pernah tante, kenapa emang..” jawabku sambil terus meremas toketnya..
    “ko nanya sih Wan, entot tante dong sampe klimaks..tante rindu penis muda..” jawab tante sembari memposisikan badannya kearahku.

    Diapun menghentikan tanganku yg sedang meremas toketnya, dan langsung mengulum penisku yg sudah tegak sejak membetulkan mobil tadi.

    Blesssss,,penisku dikulum tante itu, rasa sensasi sepong menghinggapi sanubariku…rasa basah dan dingin air liur cepat aku nikmati, aku memegang rambut tante itu yg panjang, dan aku mengomandokan agar dia menyepong penis dgn cepat, aku jenggut rambutnya. Memaju mundurkan kepalanya sesuai ritme yg aku inginkan.

    Sekitar 5 menit tante itu menyepong penisku, lalu dia menghentikan aktifitas itu dan langsung menyandarkan tubuhnya yg sexy agak montok ke pintu dan membuka selangkangannya ke arahku.

    “Wan, sekarang kamu dong yg oral.” Sambil dia berusaha membuka celana jeans ketatnya di tengah mobil avanza hitam yg terasa sempit jika dipakai hubungan sex seperti ini.

    Dia melemparkan celana jinsnya kebelakang, dan semerbak harum vagina pun memenuhi mobil. Tanpa banyak bertanya aku langsung saja mengelus vagina tante itu, dia kaget dgn elusan ku yg tanpa peringatan, dan dia tersenyum sambil menikmati.

    Seperti tak mau ketinggalan kereta, aku langsung memposisikan badan menjilati vaginanya. Aku menjilat vagina seperti menjilat eskrim, hingga si tante tak kuat dgn jilatanku memukul mukul kepalaku minta aku berenti tapi tak kuturuti keinginannya, terus ku jilat sampai dia orgasme oleh lidahku.

    Cairan itu terkena muka ku dan sedikit mengucur ke jok. Muka tante itu aku tebak sedang memejamkan mata menikmati orgasme pertamanya, nafasnya terengah engah layaknya sudah lari sprint 100m. tante itu mengisyaratkan agar aku mengentotnya segera dgn menarik penis tegangku kearah vaginanya.

    Aku pun tak banyak lama, langsung ku serbu dengna penis panjang besar ku. Blesss….penisku pun masuk sarangnya. Sensasi vagina yg hangat sangat aku nikmati ditengah udara malam di bandung yg dingin seperti malam itu.

    Tante itu tak banyak bicara selama aku mengentotnya, dia terus saja merem melek menikmati entotan ku.
    Tiba tiba, suara telp memecahkan kesunyian itu. Dgn ringtone buka dikit joss.

    “buka dikit josss”
    “Stop dulu Wan, ada telp…”
    “ya halo….apa nak ?”
    “iya mama bentar lagi plg ko, ini udah di bandung..”

    Aku tetap mengentotnya meski dia memintaku stop, bahkan aku menambah intensitas masuk keluarnya penis ku. Membuatnya tak bisa menahan desahan.

    “eehhh aahhh~ ” mencubit perutku dgn tangah kirinya..
    “gapapa nak, mamahhh~ lagi makan aja nih, pedes aaahh~ basonya..” sambil merem melek kaya sebelumnya..
    Lalu diapun menutup telephone.
    “Wan..beresin sekarang cpt, aku mau plg ya sayang yaa..” kata si tante sambil menyimpan ho nya ke tas.

    Aku terus menggenjot vaginanya seperti tdk ada hari esok. Tangan kiri tante meremas jok dgn keras, tangan kanannya memegang gagang pintu diatas kepalanya.

    Tak lama aku pun tak kuat menahan spermaku, langsung aku semburkan di dalam tanpa tanya dulu.

    Muka tante itupun seperti kaget tapi sambil menikmati hangatnya spermaku didalam vaginanya.

    “kamu buang di dalem Wan ?? aku masih subur loh..kalau aku hamil gimana…” mengambil tisu dan membersihkan vaginanya.
    “maaf tante, ga kuat soalnya.”
    “yaudah gapapa, benerin tuh celananya, kalau engga aku gigit loh.” Sambil dia mengambil celana jeans nya dibelakang.
    “gigit aja nih…” aku arahkan penis ke mulutnya…

    Dan slupppppp~, dia mengenyot penisku yg tadinya sudah mulai melemas…dia menjilati penisku seperti lollipop.

    “nah kan udah bersih tuh…” sambil dia tersenyum.

    Setelah selesai akupun plg, dia memintaku pergi duluan.

    Aku menjadi ketagihan wanita yg berumur seperti dia semenjak kejadian itu, dan akupun mulai mencari petualangan yg aku sengaja buat, tdk kebetulan seperti dgn tante yg aku tak tahu namanya sampai sekarang. Aku masih selalu ingat bagaimana rasa legitnya vagina tante itu dan sedotan mulutnya yg luar biasa.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Foto Ngentot Majikan Dengan Pembantu Montok

    Foto Ngentot Majikan Dengan Pembantu Montok


    1785 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat Malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Cerita Sex Bersama Tante

    Cerita Sex Bersama Tante


    1785 views

    Cerita Seks Terbaru – Wajahnya yang cantik ditambah lekak-lekuk tubuhnya yang begitu seksi dan montok, bayangan bundar dua buah toket yang besar dan kencang dengan kedua putingnya yang lancip.

    Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan dan kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Donna yang masih berada di hadapanku dan kubawa kembali ke dalam pelukanku.

    Batang penisku terasa semakin besar apalagi karena posisi tubuh kami yang saling berpelukan erat membuat batang kejantananku yang menonjol dari balik celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Donna yang empuk, sejenak kemudian kulepaskan pagutan bibirku pada bibir Tante Donna.

    Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara burungku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang senggamanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur tersebut terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik kearah kelopak matanya melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, burungku semakin terasa membentur dasar liang senggama.

    “Ooohh.. aa.. aahh.. aahh.. mmhh gelii oohh enaknya, Vann.. ooh,” desah Tante Donna.
    “Yaahh enaak juga Tante.. oohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang keras Tante, nikmat sekali seperti ini, oohh enaakk.. oohh Tante oohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali.”Cerita Sex Bergambar” Tanganku yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan kemaluannya tertusuk burungku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula kemaluannya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.

    Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Donna terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, “Vann.. aahh aku nngaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..”
    “Taahaan Tante.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya Tante.. tahan dulu .. jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Donna menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “Ooo.. ngg.. aahh.. sayang sayang.. sayang.. ooh enaak.. Tante kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan kemaluannya disekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.

    Sementara itu makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah dibasahi oleh cairan dari kemaluan Tante Donna. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante Donna sedikit teriak.
    “Tante.. saya mau keluar nich.. eesshh..” desahku pada Tante Donna.
    “Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
    “Uuugghh.. aaggh.. eenak Tante..” teriakku agak keras dengan bersamaannya spermaku yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Tante Donna.

    “Hemm.. hemm..” suara itu cukup mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari tadi hanya menonton kini telah bangkit dan melepas kimononya. “Sekarang giliranku, terima kasih kau telah membangkitkanku kau boleh meninggalkan kami sekarang,” katanya seraya memberikan segepok uang padaku.

    Cerita Sex Bergambar – Aku segera memakai pakaianku, dan melangkah keluar. Tante Donna mengantarkanku kepintu sambil sambil menghadiahkanku sebuah kecupan kecil, katanya “Terima kasih yach.. sekarang giliran suamiku, karena ia butuh melihat permainanku dengan orang lain sebelum ia melakukannya.”
    “Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya lagi hubungi saya saja,” jawabku sambil membalas kecupannya dan melangkah keluar.

    “Akh.. betapa beruntungnya aku dapat ‘order’ melayani wanita seperti Tante Donna,” pikirku puas. Ternyata ada juga suami yang rela mengorbankan istrinya untuk digauli orang lain untuk memenuhi hasratnya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Video Bokep Jepang Aku Di Ijini Temanku Bercinta Dengan Istrinya

    Video Bokep Jepang Aku Di Ijini Temanku Bercinta Dengan Istrinya


    1785 views

  • Cerita Sex Sedarah Akibat Mansturbasi

    Cerita Sex Sedarah Akibat Mansturbasi


    1785 views

    Cerita Sexs – ini mengisahkan serunya seorang adik suka ngintip kakaknya cewek masturbasi. Ga cuman suka masturbasi, ternyata sang kakak adalah seorang cewek lesbian, suka berhubungan dengan sesama jenis. Bahkan si adik pernah diajak ngentot bareng dengan teman pasangan lesbinya sang kakak.

    Namaku Tedy. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung. Saat ini aku kuliah semester II jurusan TI. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Dewi” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 5 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua.

    Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Dewi. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Dewi saat ini bekerja disalah satu KanCab bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.

    Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Dewi, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Dewi saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Dewi.

    Namun dari semua kekagumanku pada kak Dewi, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Dewi memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus. Fortunebet99

    Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Dewi asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya.

    Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok sesore ini kak Dewi sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Dewi didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.

    Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Dewi menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!
    Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling.

    Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Dewi masih menindih batal guling.

    Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.

    Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…

    Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Dewi mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu.

    Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Dewi didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Dewi yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Dewi nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Dewi mencengkram seprai.

    Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku.

    Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Dewi. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Dewi yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras.

    Aku membayangkan tubuh kak Dewi aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)…………….

    Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Dewi mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Dewi sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! (maafkan aku kak Dewi !)

    Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Dewi. . ! mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Dewi sedemikian putih dan moligh. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu.

    Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.
    “Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya !“, kata kak Dewi sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Dewi, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?
    “Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Dewi menatapku dengan pandangan aneh.

    “Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Dewi bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.
    “OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Dewi yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
    “Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Dewi. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah.

    “Enggak…!”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.
    “Periksa semua kunci rumah ya Ted kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.
    “Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.
    Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.

    Setelah memastikan kak Dewi pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Dewi, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.
    Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak.

    Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Dewi bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Dewi. Aman ! sejauh ini kak Dewi tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.
    Benar rupanya hasil survai sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Dewi melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.

    Kasihan kak Dewi. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Dewi toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Dewi melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh…..
    Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Dewi ketika kak Dewi tengah menggeliat-geliat sendiri.

    Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?
    Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Dewi masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.
    “Mau kemana Ted ?”,
    “Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .

    “Jangan dulu dikunci, temen kak Dewi ada yang mau kesini !”,
    “Mau kesini ? siapa kak ?”,
    “Santi…yang dulu itu lho !”,
    “Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Sinta ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.

    Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Dewi berdering. Kudengar kak Dewi berbicara, rupanya temennya si Sinta brengsek itu udah mau datang. Huh !
    Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.

    Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild.

    Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Dewi udah pulang kali ?!.
    Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!
    Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan.

    Apa yang akan dilakukan kak Dewi dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Dewi ternyata menyukai sesama jenis (Lesbian).

    Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!
    Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.
    Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.

    Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Dewi dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum.

    Tangan kiri kak Sinta mengelus-elus pundak kak Dewi. Sementara kuperhatikan tangan kak Dewi nampaknya mengelus-elus pinggang kak Sinta, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.

    Perlahan kepala kak Sinta mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Dewi. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita.

    Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih !
    Sesaat kak Sinta nampak menelusuri leher kak Dewi dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri.

    Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Dewi yang pasrah tengadah, sementara kak Sinta dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan melihat kak Dewi diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV.

    Situasi semakin seru, kak Dewi kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Sinta yang kini terlentang ditindih kak Dewi. Kepala kak Sinta mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya.

    Kemudian kak Dewi berpindah menciumi dada kak Sinta, sekarang baru nampak jelas wajah kak Sinta. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Dewi. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan.

    Kak Dewi benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Sinta. Wajah kak Sinta mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Dewi mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Dewi. Bergantian kak Dewi mengerjai kedua payudara kak Sinta. Kak Sinta menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Dewi menyelinap ke dalam selimut.

    Tiba-tiba kepala Kak Dewi muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Sinta tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Dewi.

    Sesaat kemudian kak Dewi menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Sinta tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Dewi, tapi menurut perkiraanku kepala kak Dewi tepat diantara selangkangan kak Sinta. Entah apa yang tengah dilakukannya.

    Namun yang terlihat, kak Sinta mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Dewi. Kepala kak Sinta bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama.

    Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !

    Tiba-tiba aku lihat kak Sinta mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Dewi. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam.

    Matanya terpejam. Kemudian kak Dewi muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Sinta tersingkap karenanya.

    Kak Sinta kemudian meraih kedua bahu kak Dewi, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Dewi, lalu merangkul kak Dewi ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.

    Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Dewi membaringkan badanya. Terlentang. Kak Sinta menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh.
    Kak Dewi kelihatan protes, tapi protes kak Dewi dibalas dengan lumatan bibir kak Sinta. Tubuh kak Sinta menindih tubuh kak Dewi. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.

    Saling menyentuh.
    Kak Sinta kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri.

    Kak Dewi nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Sinta nampak lebih terampil dari kak Dewi, hampir setiap inci tubuh kak Dewi dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Dewi dari arah perut dan terus bergerak ke awah.

    Kak Dewi hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Dewi yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Sinta menahanya, akhirnya kak Dewi menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad.

    Kak Sinta kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Dewi. Tangan kanan kak Dewi mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat.

    Tubuh kak Sinta kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Dewi. Kak Sinta menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Dewi, sehingga tubuh bagian bawah kak Dewi makin terangkat. Kepala kak Dewi terjepit persis diantara selangkangan kak Dewi.

    Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Dewi. Aku lihat tubuh kak Dewi mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Dewi menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya.

    Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Dewi dan kak Sinta.
    “Kak Dewiii… kak Sinta……, ini Tedy… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.
    Semakin lama kak Dewi kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Sinta.

    Semakin lama gerakan kak Dewi semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!
    Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Dewi dan kak Sinta pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan…….

    Dor ! Dor ! Dor !
    “Tedy… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.
    “Bangun…!”, suara kak Dewi kembali terdengar.
    “Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Dewi menjauh dari pintu kamarku.

    Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !
    Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.

    Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Dewi yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi.

    Didekat ruang makan aku berpapasan dengan kak Dewi yang membawa nasi goreng dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Dewi yang belum kering benar jelas terlihat.

    Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati.
    “Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Dewi menatapku heran.
    “Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum.

    Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.
    “Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Dewi sambil meletakan piring yang dipegangnya.
    “Jorokan juga kak Dewi, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga !

    Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Dewi tengah sarapan ditemani kak Sinta.
    “Ikutan Indonesian Idol dong ted !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Sinta.

    Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang.
    “Eh, maaf kirain gak ada kak Sinta, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.
    Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut.

    Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Sinta yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
    “Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Dewi yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai.

    Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin.
    “Tumben dihabisin ?”, kata kak Dewi melihat aku makan dengan lahap.
    “Abis enak sih !”,
    “Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”,
    “Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Dewi
    “Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Dewi memotong ucapanku. Kak Sinta hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya.

    Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu.
    Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Dewi dan kak Sinta. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Dewi. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.

    Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Dewi. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Dewi. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!

    Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Dewi membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
    Bahkan entah berapa kali ketika kak Dewi tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Dewi menjadi objek fantasiku.

    Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Dewi, ketika tidak ada kak Dewi tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Dewi kugenggam erat.

    Aku terlentang diatas spring bad kak Dewi. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Dewi. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Dewi biasanya pulang jam 6.30, sekarang

    baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
    Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
    Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Dewi Pulang !!!
    Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
    Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
    “Tedy…! Ngapain kamu ?”, mata kak Dewi menatapku tajam.
    “ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.

    Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Dewi ke atas tempat tidur, celana dalam ka Dewi, langerie kak Dewi, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!

    Kak Dewi menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Dewi pastinya dapat menebak kelakuanku.
    “Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Dewi tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.

    Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
    Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Dewi !
    “Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.

    “Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman.

    Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
    Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku.

    Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Dewi membuat semuanya lebih baik,
    “Tedy kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Dewi di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.
    “Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar.

    Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Dewi. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang.
    Tiba dirumah, tatapan kak Dewi menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”,
    “Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Dewi dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !
    Besoknya, suasana masih terasa amat hambar.

    Kak Dewi tak mengucap sepatah katapun. Ia membuang muka ketika berpapasan dengan aku yang bermaksud ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, kembali keruang makan. Aku dan kak Dewi sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana betul-betul mencekam.

    Kak Dewi nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku.
    “Kak, maafin Tedy yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
    Kak Dewi tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya.

    Entahlah.
    Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Dewi diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau bisa kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku kemudian duduk disofa, tepat dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar menyaksikan pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi.

    Pantat kak Dewi yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan…
    “Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Dewi membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya.
    “Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya.
    Kak Dewi merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.
    “Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,
    “Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas.

    “Takut gak abis”, katanya !
    “Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Dewi. Kak Dewi segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Dewi.
    “Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Dewi berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Dewi, aku memindah-mindah chanel.
    “Kebiasaan Tedy mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
    Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Dewi. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.

    Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat.
    “Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata.
    “Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.
    “ng…mmmm kenapa Tedy akhir-akhir jadi aneh yah ?”,
    “Maksudnya apa ?”,
    “Tapi kak Dewi jangan marah yah !”,
    “Akhir-akhir ini, tedy sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja.

    Gak siang gak malem, pusing deh !”,
    “Mikirin apa sih ?”,
    “Ah… kak Dewi ini. Maksud Tedy… mmm jangan marah yah. Rasanya Tedy gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Dewi. Lalu ia menghela nafas panjang.

    “Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”,
    “Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.
    ”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Dewi agak gusar menimpali pertanyaanku.
    “Kalau kata temen tedy sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”,

    Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata.
    “Sebenarnya gara-gara kak Dewi sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Dewi bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.
    “Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata.
    “Kata siapa kamu ?”,
    “Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,
    “Maksud Tedy apa sih…? Kakak jadi pusing !”,
    “Tedy tahu rahasia kak Dewi !”,
    “Rahasia apa ?”,

    “Kak Dewi suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Dewi membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya.
    “Kamu ngintip ?”,
    “Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya.
    “Tapi tenang aja. Rahasia kak Dewi aman kok ditangan Tedy.

    Dan rahasia Tedy ada ditangan kak Dewi.

    Sama-sama aman ok ?!”, Kak Dewi tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah.
    “Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Dewi kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.
    “Kak Sinta… !”, kataku. Kak Dewi benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Dewi.
    “Tenang aja. Tedy gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
    “Tedy tahu semuanya ?”, kata kak Dewi tiba-tiba.

    Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan.
    Aku menganggukan kepala.
    “Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah.

    Please !”, kak Dewi mengguncang bahuku.
    “Tenang…pokoknya aman !”,
    Kak Dewi nampak gelisah. Aku tidak tega melihatnya.
    Kak Dewi yang sangat baik padaku telah aku antarkan pada suatu kondisi serba salah dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah.

    Tiba-tiba terdengar dering telp, bergegas aku bangun dan mengangkat gagang telpon.
    “Halloo..!”, terdengar suara perempuan diseberang sana.
    “Hallo…!”, kataku
    “Ini tedy yah ?, kak Dewi ada ?”, suara itu terdengar lembut.
    “ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga.
    “Ini Sinta…kak Dewi-nya ada ?”,
    “Ada…sebentar ya kak !”, kataku.
    “Kak… ini kak Sinta !”, kataku pada kak Dewi. Kulihat tiba-tiba expresi kak Dewi menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan.
    “Haloo..”,

    Aku bergegas pergi, tak ingin mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
    Beberapa saat kemudian kudengar langkah kaki kak Dewi di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba aku mendengar ketukan dan suara kak Dewi.

    Aku terdiam, menunggu. “Tedy…!”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lalu membuka kunci pintu kamar.
    Tanpa kupersilahkan kak Dewi menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. “Tedy…”, kak Dewi tiba-tiba memecahkan keheningan.
    Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh.
    Kulihat kak Dewi menatapku dalam-dalam. Nampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya sehingga menghadap kearah kak Dewi. Lalu aku duduk dihadapan kak Dewi. “Tedy bisa pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya.
    “Masalah apa ?”,
    “Sinta…!”,

    “Oh…!”, aku mengangguk perlahan.
    “Jangan sampai Mamah tahu !’,
    Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum hambar.
    “Janji ?!”, kak Dewi menatapku dalam-dalam.

    “Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku.
    “Tedy boleh minta apa aja, pasti kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”,
    “Tenang…aman !’, kataku agak bergetar.

    “Tedy mau minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Dewi mencoba bernegosiasi, he he….
    “ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta sesuatu pada kak Dewi, lagi pula aku sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Dewi sungguh dinterpretasikan oleh kak Dewi.

    “Kakak tahu kok apa yang Tedy inginkan, sini…!”, kak Dewi menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku ragu sesaat.
    “Sini….!”, katanya mengulang.

    Meskipun ragu aku kemudian beranjak, dan dengan bingung aku duduk disebelahnya. Darahku berdesir saat jemari lembut kak Dewi mengusap punggung tanganku. Lalu ia meraih telapak tanganku.

    Jemari tanganku digenggamnya.
    “Pasti Tedy sekarang lagi error !”, tiba-tiba kak Dewi berkata datar,
    “Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah.
    “Pake pura-pura lagi !”, kak Dewi mendorong tubuhku.

    Karena Kak Dewi mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
    “Tedy pengen ini kan ?”, jemari kak Dewi merayapi pahaku.

    Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Dewi tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat parlahan, lalu kuturunkan lagi.
    “Kak…”, kataku lirih
    “sst…kakak tahu apa yang Tedy inginkan, tenang aja…”, kak Dewi benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu.

    “Pake malu-malu lagi !”, kak Dewi memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Dewi. “Ah…shhh..kak….!”,
    Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Dewi, meremasnya perlahan seiring geliat kenikmatan. Aku semakin berani karena kak Dewi tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.
    Tiba-tiba, “Udah ya…cukup segitu aja !”, tiba-tiba kak Dewi menghentikan remasan tanganya.

    “Ah kakak !”, aku merintih kecewa, hampir aku melonjak bangun.
    “Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda aku yang tengah konak.
    “Tanggung…please…!”, aku merintih dan memelas.
    “Dasar….”, katanya sambil memijit hidungku.
    Tanpa ragu aku melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh telah mengeras, mendongak…
    Nampak ada rasa jengah pada tatapan kak Dewi, aku bangkit dari tidurku, “Please…!”, lalu kuraih tangan kak Dewi agar menjamah kemaluanku. Akhirnya tak urung kak Dewi menuruti kemauanku.

    Kembali kuhempaskan tubuh, lalu menunggu kak Dewi melakukan hal yg seharusnya. Tangan lembut dan halus kak Dewi menggenggam kemaluanku, nampaknya ia agak ragu, badanku mengerjap sesaat, ketika tangan kak dewi mulai meramas kemaluanku dengan perlahan. Kupenjamkan mata, menikmati setiap kenikmatan yang datang.

    Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.
    Remasan tangan kak Dewi memang nikmat, namun semakin lama aku menginginkan lebih, lalu aku meraih Hand Body dari sela-sela pinggir springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Dewi.
    “Apa ini ?”,
    Meski terlihat ragu, perlahan kak Dewi meraih Hand Body Lotion, membuka tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya.

    Lalu ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
    “Maafin Tedy ya kak !”,
    “Iya anak nakal !”, katanya. Mungkin seharusnya ia tersenyum tapi aku tidak melihatnya.
    “Digimanain ?”, katanya berbisik perlahan.
    “Urut aja, keatas dan kebawah, pelan-pelan !”,
    “Begini…!”,

    “Ya…ah… shhh… kak Dewi…!”, akupun tenggelam dan terbuai dalam kenikmatan. Belaian lembut tangan Kak Dewi sungguh membuat aku terlena. Dan tanpa kuminta kak Dewi telah cukup paham ketika sudah agak mengering dan kesat ditambahkannya lagi cairan Hand Body itu. Ia telah tahu yang kuinginkan.

    Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. Aku kemudian hanya bisa pasrah, merintih dan mendesah.
    “ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak !”,
    Aku terus merintih dan merintih. Kak Dewi benar-benar memanjakan aku. Ia mengurut dan membelai membuat aku terasa melambung-lambung. Tapi lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku.

    Makin lama makin ngilu.
    “kenapa ? udah ?”, kak Dewi bertanya ketika tanganku menahan gerakan tanganya yang masih mengurut dan membelai. “Ngilu…!”, kataku berbisik.
    Lalu aku bangkit dari tempat tidurku, sehingga kami duduk berdampingan. Kak Dewi terlihat berusaha mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku menjadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody.

    Kami terdiam, beberapa saat.
    “Tahu enggak sebenarnya Tedy suka pake bantal guling. Seperti Kak Dewi !”,
    “Apa enaknya…!”, pertanyaan itu seolah terlontar begitu saja.
    “Ya enak aja. Gesek-gesek. Sambil membayangkan sedang memeluk kak Dewi !”.
    “Dasar !”, ia memelintir kupingku.
    “kak Dewi…!”,
    ‘Apa..?”,
    ‘Tanggung nih !”,
    “Tanggung apanya ?”,
    “Pura-pura jadi bantal guling mau ?”,
    “Apalagi nih !”,

    “Tedy gak tahan nih. Tapi kak Dewi gak usah khawatir. Tedy gak merusak apapun. Kak Dewi tetap berbaju lengkap. Kak Dewi hanya berbaring aja. Nanti Tedy…!”, kak Dewi terdiam tak menjawab.
    “Cuma gesek-gesek aja !”, aku kemudian menandaskan.
    “Gimana ? kamu ini aneh-aneh aja ?”,
    “Berbaring dulu kak Dewi-nya. Pokonya aman deh.

    Tedy gak bakalan merusak apapun. Janji !”, kataku sambil setengah mendorong tubuh kak Dewi.
    Kak Dewi tak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, lalu kubaringkan tubuhnya hingga terlentang.
    Dengan bergetar kemudian aku berbaring menyamping. Lalu kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku kini menempel ke pahanya. Sayang masing terlindung pakaian yang dikenakannya. Tapi lumayan enak.

    Lalu aku mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Dewi. Rasa nikmat perlahan mengalir seiring gesekan itu. Makin lama makin terasa enak. Tangan kak Dewi kupaksa agar mau melingkari pinggangku. Aku terus menggesek dan menggesek. Sesaat aku lepaskan bajuku, aku kini telanjang bulat, menelungkup tubuh kak Dewi yang masih terbungkus Langerie…

    ”shhhh…. Mmmm enak kak. Enak ! shhhhh ahhhh shhh !”, tanpa sadar aku menciumi bahu kak Dewi. Aku semaki berani karena kak Dewi membiarkan aku menciumi pundaknya. Makin lama tubuhku makin bergeser. Tahu-tahu aku kini berada diantara dua paha kak Dewi. Kemaluanku menggesek-gesek persis kemaluan kak Dewi. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi makin memuncak.

    Aku mendesis dan merintih sambil sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Dewi. Lambat laun aku menyadari, setiap aku bergerak dan menggesek, tubuh kak Dewi ikut bergerak seirama gerakan tubuhku. Bahkan beberapa kali ia membetulkan posisi pinggangku.

    Kemaluanku terus menggesek-gesek kemaluan kak Dewi. Dan terus bergoyang-goyang berirama.
    “Kurang keatas…sakit tahu !”, suara ka Dewi terdengar memburu.
    Aku menurut. Aku bergerak lebih keatas. Paha kak Dewi bergerak seolah memberi ruang agar tubuhku bergerak lebih leluasa.

    “Pelan…pelan…”, ia mendesis,
    “Enak kak?’, akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Dewi terdiam. Namun nafasnya semakin terdengar memburu. Jemari tangannya terasa meremas-remas punggungku.
    Tanpa meminta persetujuan aku berusaha meraih celana dalam kak Dewi.
    “Mau apa ?”,
    “Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya.
    “Please !”, kataku. Akhirnya kak Dewi menurut.

    Bahkan kakinya bergerak-gerak membantuku melepaskan celana dalam itu. Aku tidak bermaksud menyetubuhi kak Dewi. Tidak benar-benar maskudku. Biar bersentuhan lebih dekat aja. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku. Kemaluanku menempel pada kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar biasa.

    Kemaluanku mengarah kebawah, terjepit diantara paha kak Dewi. Lalu aku mulai menggesek-kesekanya. Ada sesuatu yang hangat namun basah dibawah sana. Semakin kugesekkan semakin terasa nikmat. Tiba-tiba aku mendengar kak Dewi mendesah pelan. Kepalanya mendongak. Kuulangi gerakan dan gesekanku, kembali ia mendesah. Akhirnya kuulangi gesekan diwilayah itu. Aku senang mendengar kak Dewi mendesah-desah dan merintih. Kami ternyata berada pada posisi saling berdekapan.

    Wajah kami begitu dekat. Aku merasakan semburan nafas hangat kak Dewi. Dengan lembut kudaratkan bibirku didagunya. Kemudian bergeser, perlahan. Akhirnya bibir kami bertemu. Bibir kak Dewi awalnya diam tak bereaksi ketika bibirku berusaha melumat, tapi lama kelamaan bibir itu membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan dan saling melumat.

    Semakin lama segalanya semakin liar. Aku kini bahkan sudah mengecap, menjilat bahkan setengah menggigit leher kak Dewi. Ketika jilatan lidahku menyerang pangkal leher dibawah telinganya, kak Dewi mendesah dan merintih. Aku kini benar-benar membuat kak Dewi menjadi hilang kesadaran. Ia telah menjadi benar-benar liar.

    Diarahkannya kepalaku untuk menciumi dadanya. Aku maklum dengan apa yang diinginkan kak Dewi. Aku bangit dari cengraman tubuhnya. Lalu dengan gemetar kubuka Langerie yang dikenakan kak Dewi. Kemudian Bra yang dikenakannya. Kini tubuh kak Dewi tak berbalut selembar benangpun, sebagaimana aku. Tak tahan berlama-lama aku merangkul tubuh kak Dewi.

    Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Aku jilat setiap inci tubuhnya, semakin kak Dewi merintih semakin aku mejilat dan menggigit. Putting susunya bergantian aku lahap. Aku bagai orang yang kesetanan. Tanpa terasa aku mulai menjilati tubuh kak Dewi bagian bawah. Bahkan aku kini mulai menciumi pangkal paha dan selangkangannya. Kak Dewi merintih dan melenguh. Aku tak tahu bagaimana cara menjilat yang baik dan benar.

    Pokonya semakin keras rintihan kak Dewi semakin lama aku menjilat. Kupingku terasa berdenging dan pekak karena terjepit kedua paha kak Dewi. Aku menjilat dan terus menjilat kemaluan kak Dewi. Meskipun hidungku mencium aroma yang aneh, dan lidahku mengecap rasa yang aneh pula. Aku terus menjilat. Bahkan bibirkupun mencium bagian-bagian kemaluan kak Dewi. Aku bahagia mendengar kak Dewi Merintih-rintih dan menjerit. Sampai kemudian kak Dewi menarik kepalaku.

    “Sudah-sudah ! ngilu !”,
    “Ngilu ?”, batinku. Bukanya enak ?
    Nafas kak Dewi tersengal-sengal. Aku segera mengelap mulutku dengan baju kak Dewi, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Namun aku masih bernafsu. Ketika aku bermaksud menaiku tubuh kak Dewi.
    “Tunggu sebentar. Masih ngilu !?”, katanya.

    Akhirnya aku hanya dapat menciumi perut dan dada serta payudara kak Dewi. Kedua tangan kak Dewi membelai-belai rambutku.
    Tubuhku perlahan mulai merayap kembali. Masuk kedalam dekapan hangat tubuh kak Dewi. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Kemaluan kami kembali bergesekan. Dan aku mulai meracau…
    “Jangan !”, kak Dewi menahan tubuhku. Aku tak tahan lagi. Aku ingin memasukannya. Aku ingin merasakan terbenam dalam lembah kenikmatan itu.

    “Jangaaaaannn… please ! Tedy jangan !”, kak Dewi memohon ketika aku mencoba dan memaksa untuk kedua kalinya.
    “Tedy udah gak tahan kak ! gak tahan lagi !”,
    “Tapi Tedy udah janji, gak bakalan merusak.!”, kak Dewi menghiba.
    “Tedy udah gak tahannnnnn….shhhh !”,
    “Kak Dewi juga sama. Tapi please jangannnn shhh !”,
    Kak Dewi berbisik dengan nafas memburu.

    Aku tak tahan lagi. Namun kemudian otak warasku hadir. Kalau dengan bantal guling saja aku bisa puas, kenapa sekarang enggak.
    Aku ambil celana dalam kak Dewi, lalu kugunakan untuk menutupi kemaluan kak Dewi. “Tedy pengen keluar disini, boleh yah !”. setengah memohon aku berbisik.

    Karena tak dilarang segera aku memposisikan kemaluanku. Mengarah kebawah dan terjepit paha kak Dewi. Kedua Kemaluan kami hanya dipisah selembar celana dalam. Dan aku kemudian mulai menggesek. Mencari sensasi kenikmatan itu. Aku menggesek dan menggesek. Tak beberapa lama, gelombang kenikmatan itu datang. Cratt cratt…..

    Aku terkapar diatas tubuh kak Dewi. Terdiam beberapa saat, sebelum kak Dewi mendorong tubuhku yang menindih tubuhnya. Aku terbaring ke samping. Ingin rasanya aku memeluk kak Dewi berlama-lama. Tapi kak Dewi buru-buru bangkit. Dikenakannya Langerie-nya kembali. Lalu bergegas ia keluar dari kamarku. Celana dalamnya yang basah berlumuran ditinggalkannya !

    Sejak saat itu, rahasia dirumah ini bertambah, sampai sekarang kami terus melakukanya, tidak terlalu sering memang, namun ketika aku menginginkan atau ketika kak Dewi “kepengen” (begitulah istilah kak Dewi), maka kami akan melakukannya. Didapur, dikamar mandi, diruang tengah, bahkan diruang tamu. Satu hal yang tetap kami jaga, kami tidak benar-benar bercinta, sungguh akupun komit dengan janjiku, aku teramat menyayangi kak Dewi, aku tak ingin merusaknya, semua yang kuperoleh telah lebih cukup bagiku. Dan mudah-mudahan akan tetap saperti itu.

  • Foto Ngentot Si Bening Rie Tachikawa Yang Sangat Hot Dan Menggoda

    Foto Ngentot Si Bening Rie Tachikawa Yang Sangat Hot Dan Menggoda


    1785 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini. Agen Judi Online

  • Kumpulan Cerita Sex Cewek Desa Polos

    Kumpulan Cerita Sex Cewek Desa Polos


    1785 views

    Cerita Memek – Ini adalah pengalamanku yang kesekian kalinya bersetubuh dengan wanita setengah baya Kejadiannya pada saat kenaikkan kelas, aku mendapat liburan satu bulan dari sekolah Untuk mengisi waktu liburanku, aku mengiyakan ajakan Mas Iwan sopir Pak RT tetanggaku untuk berlibur dikampungnya Disebuah desa di Jawa Barat

    Katanya, sekalian mau nengok istrinya Aku tertarik omongan Mas Iwan bahwa gadis-gadis di kampungnya cantik-cantik dan mulus-mulus Aku ingin buktikan omongannya Dengan mobil pinjaman dari ayahku, kami berangkat ke sana Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sekitar jam 5 sore kami tiba di kampungnya

    Rumah Mas Iwan berada cukup jauh dari rumah tetangganya Rumahnya cukup bagus, untuk ukuran di kampung, bentuknya memanjang di rumah Mas Iwan kami disambut oleh Mbak Irma, istrinya dan Tante Sari mertuanya Ternyata Mbak Irma, istri Mas Iwan, seorang perempuan yang sangat cantik

    Kulitnya putih bersih dan bodynya sangat seksi Sedangkan Tante Sari tak kalah cantiknya dengan Mbak Irma Meskipun sudah berumur 40an, kecantikannya belum pudar Bodinya tak kalah dengan gadis remaja Oh ya, Tante Sari bukanlah ibu kandung Mbak Irma Tante Sari kawin dengan Bapak Mbak Irma, setelah ibu kandung Mbak Irma meninggal Tapi setelah lima tahun menikah, bapak Mbak Irma yang meninggal, karena sakit Jadi sudah sepuluh tahun Tante Sari menjanda

    Sekitar jam 20 00 WIB, Mas Iwan mengajakku makan malam ditemani Mbak Irma dan Tante Sari Sambil makan kami ngobrol diselingi gelak tawa Walaupun kami baru kenal, tapi karena keramahan mereka kami serasa sudah lama kenal

    Selesai makan malam Mas Iwan dan Mbak Irma permisi mau tidur Mungkin mereka sudah tak sabar melepaskan hasrat yang sudah lama tak tersalurkan Tinggal aku dan Tante Sari yang melanjutkan obrolan Tante Sari mengajakku pindah ke ruang tamu Pas di depan kamar Mas Iwan

    Saat itu Tante Sari hanya mengenakan baju tidur transparan tanpa lengan Hingga samar-samar aku dapat melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sexy Tante Sari yang seksi duduk seenaknya hingga gaunnya sedikit tersingkap Aku yang duduk dihadapannya dapat melihat paha mulusnya, membangkitkan nafsu birahiku Penisku menegang dari balik celanaku Tante Sari membiarkan saja aku memelototi paha mulusnya Bahkan dia semakin lebar saja membuka pahanya

    Semakin malam obrolan kami semakin hangat Tante Sari menceritakan, semenjak suaminya meninggal, dia merasa sangat kesepian Dan aku semakin bernafsu mendengar ceritanya, bahwa untuk menyalurkan hasrat birahinya, dia melakukan onani Kata-katanya semakin memancing nafsu birahiku

    Aku tak tahan, nafsu birahiku minta dituntaskan Akupun pergi kekamar mandi Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku Kukocok-kocok sekitar lima belas menit Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat kelantai kamar mandi Lega sekali rasanya

    Setelah menuntaskan hasratku, aku balik lagi ke ruang tamu Alangkah terkejutnya aku Disana di depan jendela kamar Mas Iwan yang kordennya sedikit terbuka kulihat Tante Sari sedang mengintip ke dalam kamar, Mas Iwan yang sedang bersetubuh dengan istrinya. Situs Judi Online

    Nafas Tante Sari naik turun, tangannya sedang meraba-raba buah dadanya Nafsu birahiku yang tadi telah kutuntaskan kini bangkit lagi melihat pemandangan di depanku Tanpa berpikir panjang, kudekap tubuh Tante Sari dari belakang, hingga penisku yang sudah menegang menempel hangat pada pantatnya, hanya dibatasi celanaku dan gaun tidurnya

    Tanganku mendekap erat pinggang rampingnya Dia hanya menoleh sekilas, kemudian tersenyum padaku Merasa mendapat persetujuan, aku semakin berani Kupindahkan tanganku dan kususupkan kebalik celana dalamnya Kuraba-raba bibir vaginanya

    “Ohh Don Enakk,” desahnya, ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang telah basah Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan dekapan dari tubuhnya Kemudian aku berjongkok di belakangnya Kusingkapkan gaun tidurnya dan kutarik celana dalamnya hingga terlepas

    Kudekatkan wajahku ke lubang vaginanya Kusibakkan bibir vaginanya lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya Tante Sari membuka kedua pahanya menerima jilatan lidahku Inilah vagina terindah yang pernah kurasakan

    “Oohh Don Nik mat,” suara Tante Sari tertahan merasakan nikmat ketika lidahku mencucuk-cucuk kelentitnya Dan kusedot-sedot bibir vaginanya yang merah “Ohh Don Luarr Biasaa Enakk Sedott terus,” pekiknya semakin keras

    Cairan kelamin mulai mengalir dari vagina Tante Sari Hampir setiap jengkal vaginanya kujilati tanpa tersisa Tante Sari menarik vaginanya dari bibirku, kemudian membalikkan tubuhnya sambil memintaku berdiri Dia mendorong tubuhku ke dinding Dengan cekatan ditariknya celanaku hingga terlepas, maka penisku yang sudah tegang, mengacung tegak dengan bebasnya

    “Ohh Luar biaassaa Don Besar sekali,” serunya kagum “Isepp Tante, jangan dipandang aja,” pintaku

    Tante Sari mengabulkan permintaanku Sambil melepaskan gaun tidurnya, dia lalu berjongkok dihadapanku Wajahnya pas di depan selangkanganku Tangan kirinya mulai mengusap-usap dan meremas-remas buah pelirku

    Sedangkan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku dengan irama pelan tapi pasti Mulutnya didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku Lidahnya berputar-putar dikepala penisku Aku meringis merasakan geli yang membuat batang penisku semakin tegang

    “Ohh Akhh Tan Te Nikk matt,” seruku tertahan, ketika Tante Sari mulai memasukkan penisku kemulutnya Mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang besar dan panjang penisku keluar masuk di mulutnya Tante Sari sungguh lihai memainkan lidahnya Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang-awang

    Tante Sari melepaskan penisku dari kulumannya setelah sekitar lima belas menit Kemudian dia memintaku duduk dilantai Dia lalu naik kepangkuanku dengan posisi berhadapan Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya

    Perlahan-lahan dia mulai menurunkan pantatnya Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang yang sempit Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit Mungkin karena sudah sepuluh tahun tidak pernah terjamah laki-laki Meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya

    Tante Sari mulai menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan Diiringi desahan-desahan lembut penuh birahi Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa diaduk-aduk dilubang vaginanya Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas Seirama gerakkan pantatnya

    Oh, senangnya melihat penisku sedang keluar masuk vaginanya Bibirku menjilati buah dadanya secara bergantian, sedangkan tanganku mendekap erat pinggangnya Semakin lama semakin cepat Tante Sari yang seksi menaik turunkan pantatnya Nafasnya tersengal-sengal Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras

    “Ohh Don Aku Mau Keluarr,” pekiknya “Tahan Tan Te Akuu Belumm Mauu,”sahutku “Akuu Tak Tahann Sayang,” teriaknya keras Tangannya mencengkeram keras punggungku “Akuu Ke Ke Luarr Sayangg,” jeritnya panjang

    Tante Sari yang seksi tak dapat menahan orgasmenya, dari vaginanya mengalir cairan yang membasahi seluruh dinding vaginanya Tante sari turun dari pangkuanku lalu merebahkan tubuhnya dipangkuan Kepalanya berada pas diselangkanganku Tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku Dan mulutnya mengulum kepala penisku dengan lahapnya

    Perlakuannya pada penisku membuat penisku berkedut-kedut Seakan-akan ada yang mendesak dari dalam mau keluar Dan kurasakan orgasmeku sudah dekat Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkanganku Hingga penisku semakin dalam masuk kemulutnya

    “Akhh Tante Akuu Mau keluarr,” teriakku “Keluarin Dimulutku sayang,” sahutnya Tante sari semakin cepat mengocok dan mengulum batang penisku Diiringi jeritan panjang, spermaku muncrat ke dalam mulutnya “Ohh Kamu Hebatt Don, aku puas,” pujinya, tersenyum ke arahku Tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa spermaku

    Suara ranjang berderit di dalam kamar, membuat kami bergegas memakai pakaian dan pergi ke kamar mandi membersihkan badan Kemudian masuk ke kamar Masing-masing Beberapa menit kemudian kudengar langkah kaki Mbak Irma ke kamar mandi

    Dari balik jendela kamarku dapat kulihat Mbak Irma yang seksi hanya mengenakan handuk yang yang dililitkan ditubuhnya Memperlihatkan paha mulus dan tubuh seksi nya Membuatku mengkhayal, alangkah senangnya bisa bersetubuh dengan Mbak Irma

    Sekitar jam 02 00 dinihari, aku terbangun ketika kurasakan ada yang bergerak-gerak di selangkanganku Rupanya Tante Sari sedang asyik mengelus-elus buah pelirku dan menjilati batang penisku

    “Akhh terus Tante terus,” gumanku tanpa sadar, ketika dia mulai mengulum batang penisku Dengan rakus dia melahap penisku Sekitar sepuluh menit berlalu kutarik penisku dari mulutnya Kusuruh dia menungging, dari belakang kujilati lubang vaginanya, bergantian dengan lubang anusnya

    Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya yang basah dan memerah Sedikit demi sedikit penisku memasuki lubang vaginanya Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisku amblas tertelan lubang vaginanya

    Aku mulai memaju mundurkan pantatku, hingga penisku keluar masuk lubang vaginanya Sambil kuremas-remas pantatnya

    “Ooh Don Nikk Matt Bangett,” rintihnya

    Aku semakin bernafsu memaju mundurkan pantatku Tante sari yang seksi mengimbangi gerakkanku dengan memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku Membuat buah dadanya bergoyang-goyang Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya

    “Don Donnii Akuu Tak Tahann,” jeritnya “Akuu Mauu Ke Keluarr,” imbuhnya

    Kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan menjepit penisku Tangannya mencengkeram dengan keras diranjang

    “Ooh Oo Aku Keluarr,” lolongnya panjang

    Dan kurasakan ada cairan yang merembes membasahi dinding-dinding vaginanya Tante Sari yang seksi terlalu cepat orgasme, sedangkan aku belum apa-apa Aku tak mau rugi, aku harus puas, pikirku Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kuarahkan ke lubang anusnya

    “Akhh Donn Jangann Sakitt,” teriaknya, ketika kepala penisku mulai memasuki lubang anusnya Aku tak memperdulikannya Kudorong pantatku lebih keras hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya Dan kurasakan nikmatnya jepitan lubang anusnya yang sempit Perlahan-lahan aku mulai menarik dan mendorong pantatku, sambil memasukkan jari-jariku ke lubang vaginanya Tante sari yang seksi menjerit-jerit merasakan nikmat dikedua lubang bawahnya

    “Enak khan Tante?” tanyaku “Hemm Enakk Banget Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu

    Semakin lama semakin cepat kusodok lubang anusnya Sambil kutepuk-tepuk pantatnya Kurasakan penisku berkedut-kedut ketika orgasmeku akan tiba dan crott! crott! crott! Kutumpahkan spermaku dilubang anusnya

    “Penismu yang pertama sayang, memasuki lubang anusku,” katanya sambil membalikkan tubuhnya dan tersenyum padaku “Kamu luar biasa Don, belum pernah kurasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini,” imbuhnya “Tante mau khan, setiap malam kusetubuhi?” tanyaku “Siapa yang menolak diajak enak,” sahutnya seenaknya

    Sejak saat itu, hampir setiap malam kusetubuhi Tante sari Ibu tiri Mbak Irma yang haus sex, yang hampir sepuluh tahun tidak dinikmatinya, sejak kematian suaminya Tak terasa sudah lima hari aku berada di rumah Mas Iwan

    Selama lima hari pula aku menikmati tubuh Tante Sari, mertuanya yang haus sex Tante Sari yang sepuluh tahun menjanda, betul-betul puas dan ketagihan bersetubuh denganku Meski telah berusia setengah baya, tapi nafsu birahinya masih meletup-letup, tak kalah dengan gadis remaja

    Sore itu, sehabis mandi dan berpakaian, Mas Iwan yang seksi mengajakku jalan-jalan Katanya mau ketemu seorang teman yang sudah lama dirindukannya Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami di rumah teman Mas Iwan

    Sebuah rumah yang berada dikawasan yang cukup elite Kedatangan kami disambut dua orang wanita kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira Keduanya sama-sama cantik dan seksi Mas Iwan memperkenalkanku pada kedua teman wanitanya

    “Mas Iwan, aku kangen banget,” katanya sambil memeluk Mas Iwan “Aku juga Rin,” sahut Mas Iwan

    Sambil meminum kopi susu yang disuguhkan Mbak Rina, kami bercakap-cakap Mbak Rina duduk dipangkuan Mas Iwan Dan Mas Iwan merangkulnya dengan mesra Mbak Rina tanpa malu-malu menceritakan, kalau Mas Iwan adalah pacar pertamanya dan Mas Iwanlah yang membobol perawannya

    Mbak Vira hanya tersenyum mendengar cerita kakaknya yang blak-blakan Makin lama kelakuan Mbak Rina yang seksi makin mesra saja Tanpa malu-malu, dia mengecup dan melumat bibir Mas Iwan dan Mas Iwan menyambutnya dengan sangat bernafsu Aku jadi risih menyaksikan kelakuan mereka Sekitar sepuluh menit mereka bercumbu di depan kami

    “Kita lanjutin di kamar aja say,” kata Mbak Rina pada Mas Iwan Mas Iwan mengangguk tanda setuju, sambil membopong tubuh Mbak Rina ke dalam kamar “Kalian jangan ngintip ya,” kata Mas Iwan pada kami sambil tersenyum

    Aku dan Mbak Vira hanya bengong melihat kemesraan mereka Tanpa menghiraukan larangan Mas Iwan, Mbak Vira beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tanganku menuju kamar Mbak Rina Kami kemudian berdiri di depan pintu kamar Mbak Rina yang terbuka lebar

    Dari situ aku dan Mbak Vira melihat Mas Iwan merebahkan tubuh Mbak Rina yang seksi diatas ranjang dan mulai melepaskan gaun Mbak Rina Aku terkesima melihat mulusnya dan seksi nya tubuh Mbak Rina, ketika seluruh pakaiannya dibuka Mas Iwan

    Nafsu birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku Tanpa sadar kupeluk tubuh Mbak Vira yang berdiri di depanku Mbak Vira diam saja dan membiarkanku memeluknya Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke balik celanaku Mendapat perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang Apalagi saat Mbak Vira menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang penisku

    Sementara di dalam kamar, Mas Iwan menarik tubuh Mbak Rina ketepi Ranjang Kedua paha Mbak Rina dibukanya lebar-lebar Maka terpampanglah vagina Mbak Rina yang indah, dihiasi bulu-bulu yang dicukur rapi Mas Iwan kemudian berjongkok dan mendekatkan mulutnya kebibir vagina Mbak Rina

    “Ohh Say Yang Nikk Mat,” desah Mbak Rina tertahan, ketika Mas Iwan mulai menjilati vaginanya Lidah Mas Iwan menari-nari dan mencucuk-cucuk vagina Mbak Rina Pantat Mbak Rina terangkat-angkat menyambut jilatan Mas Iwan Kedua pahanya terangkat dan menjepit kepala Mas Iwan

    “Sudah Say Aku nggak tahan Masukin punyamu say,” pinta Mbak Rina yang seksi penuh nafsu Mas Iwan kemudian berdiri dan melepaskan semua pakaiannya

    Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mas Iwan memegang penisnya dan mengarahkannya ke lubang vagina Mbak Rina yang telah basah dan merah merekah Slepp! Kepala penis Mas Iwan mulai memasuki vagina Mbak Rina

    “Aow terus Say terus Genjot,” seru Mbak Rina, ketika Mas Iwan mulai mendorong pantatnya naik turun Penisnya keluar masuk dari vagina Mbak Rina

    Melihat Mas Iwan dan Mbak Vira sedang bersetubuh di depanku, membuat nafsu birahiku semakin tinggi Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya Dapat kurasakan vaginanya yang telah basah, pertanda Mbak Vira juga bangkit nafsu birahinya

    Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku Dia mendesah penuh nafsu Mbak Vira mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku Sekitar sepuluh menit Mbak Vira yang seksi mengocok penisku Mbak Vira kemudian menyudahi kocokkannya dan membalikkan badannya, menghadap ke arahku Ditariknya celanaku hingga terlepas

    Setelah celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung dengan bebasnya Mbak Vira terpukau melihat penisku yang besar dan panjang Mbak Vira kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan selangkanganku Mbak Vira mendekatkan mulutnya kebatang penisku Mula-mula dia menjilati penisku dari kepala hingga pangkalnya Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala penisku

    Kemudian sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai kepala penisku menyodok ujung mulutnya Dan mulutnya penuh sesak oleh batang penisku Dengan lihainya, Mbak vira mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya Mataku merem-melek merasakan nikmat dan badanku serasa panas dingin merasakan kulumannya

    Mbak Vira sangat lihai mengulum penisku Kudorong maju pantatku dan kujambak rambutnya, membenamkan kepalanya ke selangkanganku Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Vira yang seksi menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya Kemudian dia berdiri menghadap ke dinding

    “Oohh Akhh Akuu nggak tahann Don,” serunya tertahan “Entot aku Entott Don,” imbuhnya

    Kutarik sedikit tubuhnya dari belakang, hingga dia menungging Kuraih batang penisku dan kuarahkan pas ke lubang vaginanya Dan aku mulai mendorong maju pantatku, hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya

    “Aow Pelan-pelan Don,” pekiknya, ketika seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya yang masih sempit Pekikkan yang keluar dari mulutnya membuatku semakin bernafsu dan pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku

    “Akhh Enakk Don Enakk Banget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum padaku “Akhh Akuu Ke luarr, Rin,” teriakkan Mas Iwan dari dalam kamar mengejutkanku, namun tak menghentikan sodokkanku pada Mbak Vira “Aku jugaa Sayang,” sahut Mbak Rina pada Mas Iwan

    Sedetik kemudian Mas Iwan dan Mbak Rina mencapai orgasme bersamaan Mas Iwan menumpahkan spermanya di dalam vagina Mbak Rina Kemudian Mas Iwan merebahkan tubuhnya disamping tubuh Mbak Rina, dan tertidur pulas

    Sementara itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Mbak Vira berteriak-teriak saking nikmatnya Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin lama semakin cepat dan menjepit penisku

    “Donn Donii Akuu Mauu Keluarr,” teriaknya panjang “Tahann Mbak Aku Belum Apa-apa,” sahutku “Akhh Akuu Tak Tahan Don Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit penisku

    Tak lama kemudian Mbak Vira yang seksi mencapai orgasme Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes didinding vaginanya Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia berjongkok dihadapanku Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku Mbak Vira mengerti maksudku Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu mengulumnya Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku

    Sedetik kemudian Mbak Rina datang membantu, dan langsung berjongkok dihadapanku Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku Tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku Secara bergantian, kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira, mengocok-ngocok, menjilati dan mengulum penisku Penisku keluar dari mulut Mbak Vira kemudiam masuk ke mulut Mbak Rina, kemudian keluar dari mulut Mbak Rina lalu masuk kemulut Mbak Vira, begitulah seterusnya Hingga kurasakan penisku berkedut-kedut

    “Mbakk Akuu Mauu Ke Keluarr,” jeritku “Keluarin di mulutku Don,” sahut mereka hampir bersamaan

    Dan crott! crott! crott! Spermaku muntah dimulut Mbak Vira yang seksi yang sedang kebagian mengulum Mbak Vira menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun Kemudian Mbak Rina merebut penisku dari Mbak Vira dan memasukkan ke mulutnya Dan tak mau kalah dengan adiknya, sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih

    “Kamu puas Don,” kata Mbak Vira
    “Puas sekali Mbak, Mbak berdua luar biasa,” sahutku
    “Kamu mau yang lebih seru nggak,”kata Mbak Rina
    “Mau, mau Mbak,”sahutku

    Mereka kemudian mengajakku ke kamarnya, dimana Mas Iwan sedang tertidur pulas sehabis bersetubuh dengan Mbak Rina Mbak Rina menyuruhku tidur terlentang diranjang Mbak Rina kemudian menarik kakiku, hingga pantatku berada ditepi ranjang dan kakiku menjuntai kelantai

    Lalu Mbak Rina berjongkok dilantai dengan wajah berada pas di depan selangkanganku Mbak Rina mulai mengusap-usap dan mengocok-ngocok batang penisku yang masih layu, sehabis orgasme Kurasakan sedikit ngilu tetapi kutahan

    Mbak Rina yang seksi menyudahi usapan dan kocokannya Dan mulai menjilati dan menghisap-isap penisku dimulai dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya Lidahnya berputar-putar dan menari-nari diatas batang penisku Puas menjilati penisku, Mbak Rina kemudian memasukkan penisku ke mulutnya

    Hampir seluruh batang penisku masuk kemulutnya Dan kurasakan sedikit demi sedikit penisku mulai menegang didalam mulutnya, hingga mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang sudah tegang penuh Mbak Rina sangat pintar membangkitkan birahiku Mulutnya maju mundur mengulum penisku Pipinya sampai kempot, saking semangatnya mengulum penisku

    Melihat kakaknya yang sedang menjilati dan mengulum batang penisku, Mbak Vira nafsunya bangkit lagi Dia meraba-raba dan memasukkan jari-jari tangan kirinya ke dalam vaginanya sendiri, sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah dadanya hingga mengeras dan padat Diiringi desahan-desahan penuh birahi

    Puas bermain-main dengan vagina dan buah dadanya sendiri, Mbak Vira yang seksi kemudian naik ke atas tubuhku Dan mengangkangi wajahku Lubang vaginanya berada pas diatas wajahku Dia menurunkan pantatnya, hingga bibir vaginanya menyentuh mulutku

    Kujulurkan lidahku untuk menjilati vaginanya yang telah basah Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya, dia mengerang-erang merasakan nikmat Mbak Vira menarik rambutku, membenamkan wajahku diselangkangannya Kepalaku dijepit dengan kedua paha mulusnya

    Kini kami bertiga, aku dan kakak beradik sedang berlomba mencari kepuasan Mbak Vira sedang kujilati vaginanya, sedangkan pada bagian bawah tubuhku Mbak Rina dengan asiknya mengulum batang penisku Beberapa waktu berlalu Mbak Rina melepaskan kulumannya, dan berjongkok diatas selangkanganku Dengan tangannya, diraihnya batang penisku dan diarahkannya ke lubang vaginanya Bless! Dengan sekali dorongan pantatnya, masuklah seluruh batang penisku ke dalam vaginanya yang basah tapi hangat

    Lalu Mbak Rina menaik turunkan pantatnya, sambil mengeluarkan desahan-desahan nikmat dari mulutnya Sesekali pantatnya diputar-putar hingga penisku serasa dipelintir Saat menikmati goyangan Mbak Rina, aku terus menjilati vagina Mbak vira sambil memasukkan jari-jariku ke lubang anusnya Sedang asiknya aku menjilati vagina Mbak Vira, kurasakan vaginanya berkedut-kedut

    Beberapa detik kemudian ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya Mbak Vira yang seksi mencapai orgasme Pahanya makin keras menjepit kepalaku Tanpa rasa jijik kusedot dan kutelan cairan vaginanya Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, Vagina Mbak Rina juga berkedut-kedut, otot-otot vaginanya menegang

    “Ohh Don Aku Keluar,” teriak Mbak Rina

    Air maninya mengaliri deras dan membasahi batang penisku Kemudian dia terkulai lemas sampingku Membuat penisku yang masih tegang terlepas dan mengacung-acung Mbak vira yang kondisi sudah pulih sehabis orgasme, kemudian berjongkok diatas selangkanganku, menggantikan kakaknya

    Piraihnya penisku dan diarahkannya ke lubang anusnya Mbak Vira menurunkan pantatnya sedikit demi sedikit hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya Kurasakan penisku seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang snusnya

    “Oohh Mbak Nikk Matt Enakk,”teriakku, ketika Mbak Vira mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penisku keluar masuk dari lubang anusnya Sesekali dia menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, membuatku merasakan nikmat yang luar biasa Sekitar tiga puluh menit Mbak Vira yang seksi menggenjot tubuhku

    “Mbakk Akuu Ke Keluarr,” jeritku

    Kurasakan penisku berkedut-kedut dan crott! crott! crott! kutumpahkan seluruh spermaku di dalam lubang anusnya Mbak Vira yang seksi kemudian merebahkan tubuhnya diatas tubuhku Sambil menindihku dia tersenyum puas Malam itu, aku dan Mas Iwan menginap disana. Dan ber pesta seks sampai pagi, sampai kami sama-sama puas dan kelelahan.

  • Guruku Mengajarkan Ku Seks

    Guruku Mengajarkan Ku Seks


    1784 views

    Duniabola99.org – Yang saya suka dari Bu Asmi yaitu bila mengajar ia seringkali tidak sadar bila sisi atas pakaiannya agak terbuka hingga tali BH di bagian pundaknya seringkali tampak oleh saya yang bila pelajarannya senantiasa ambil duduk dimuka dekat meja guru. BH yang dia pakai senantiasa warna hitam serta itu senantiasa jadi tontonan gratisku tiap-tiap pelajarannya.

    Pagi itu sekitaran jam delapan lewat kami telah dipulangkan karna juga akan ada rapat guru. Saya agak jengkel karna pelajaran ke-2 matematika berarti saya tidak dapat ngeliat panorama indah hari ini, serta untuk menyingkirkan jemu saya juga pergi main ketempat kawanku. Saya masih tetap tidak tahu saya akan rezeki nomplok.

    Sekitaran jam sembilan lewat saya pergi pulang, serta ketika lewat sekolah saya lihat Bu Asmi tengah menanti angkot, saya juga mengajaknya
    ” mari saya antar Bu ” ajakku tanpa ada mengharapkan dia mau
    ” namun tempat tinggal ibu agak jauh ko ” ia coba menampik
    ” tidak pa-pa kok bu, tidak enak sama guru PPKN ” candaku
    sesudah berfikir sebentar pada akhirnya ia ingin ” iya deh namun ibu pegangan ya soalnya ibu sempat jatuh dari motor “
    ” silakan Bu ” kemudian kau menjalnkan motorku dengan kecepatan tengah.
    Tangan Bu Asmi yang berpegangan pada pahaku mengakibatkan reaksi pada penisku, terlebih bila mengerem pada lampu merah saya terasa ada suatu hal yang empuk menghimpit dari belakang.

    Hingga dirumahnya yang agak berjauhan dengan bebrapa tempat tinggal yang beda saya diminta masuk dahulu. Serta saat telah duduk di sofa empuk Bu Asmi bicara
    “ibu ganti baju dahulu ya ko “
    kemudian ia masuk kamar serta tutup pintu mungkin saja karna kurang rapat hingga pintu itu terbuka sekali lagi sedikit. Tak tahu setan mana yang masuk kekepala ku hingga saya membulatkan tekad untuk mengintip kedalam. Didalam sana saya dapat lihat bagaimana Bu Asmi tengah buka satu persatu kancing pakaiannya serta sesudah kancing paling akhir ia tidak segera melepaskan pakaiannya, namun itu telah cukup buat napasku buat nafasku memburu karna kau dapat lihat bila sepasang dadanya yang besar seperti akan melompat keluar. Karna sangat asik pintu itupun terbuka lebar. Saya kaget serta cuma dapat mematung karna ketakutan. Bahkan juga penisku segera mengkerut.

    Lihat saya, Bu Asmi tidak tampak kaget serta tetaplah membiarkan pakaiannya terbuka. Kemudian ia mendekati aku
    ” anda seringkali ngeliat BH ibu kan ” tanyanya didekat telingaku
    ” i.. iya Bu ” jawabku ketakutan.
    ” bila gitu ibu kasih anda hukuman ” lantas ia menarikku serta didudukkan di pinggir tempat tidur.
    ” saat ini anda baring tutup mata serta janganlah gerak jika teriak bisa saja ” tuturnya dengan nada nafas yang agak memburu.
    Saya juga menurut karna terasa bersalah. Lantas ia buka retsleting celana sekolahku turunkan CDnya serta mengelus-elus penisku dengan lembut, sesudah penisku tegak sekali lagi dia berjongkok serta menjilatinya.
    “auh.. uh.. uuh.. ” rintihku menahan kesenangan semantara Bu Asmi repot dengan aktivitasnya
    “ah.. mmhh.. Bu stop bu” rintihku karna saya terasa seperti ingin meledak
    Dia tidak menjawab, jadi makin hebat menyedot penisku. Badanku makin mengejang serta tanpa ada dapat kubendung sekali lagi, muncratlah cairan putih itu serta saya segera terduduk sembari berpegangan pada pinggir ranjang.

    Rasa-rasanya seperti tengah melayang-layang, ia telan habis spermaku sesaat saya masih tetap terduduk kaku, malu takut serta suka bercampur jadi satu. Bu Asmi lantas berdiri serta tersenyum
    “gimana.. lebih enak daripada hanya simak khan..? ” sembari ke-2 tangannya menjambak rambutku
    “iya Bu enak sekali” jawabku mulai berani sembari turut berdiri.
    Sesudah muka kami bertemu ia menciumku dengan lembut, lantas menuntunku duduk di tempat tidur. Kami berpelukan serta Asmi kembali menciumku, lantas melumat bibirku sesaat tangannya melepaskan semua baju ku, dengan tangkas saya menyeimbangi pergerakan tangan itu hingga pada akhirnya kami keduanya sama tanpa ada baju. Bedanya saya telanjang bulat sesaat Asmi masih tetap menggunakan BH hitamnya karna memanglah berniat tidak ku terlepas.

    Asmi melepas ciuman dibibirku lantas mengarahkan kepala ku kebawah yakni payudaranya, saya selekasnya melepas BH nya serta mulai meremas-remas dadanya, sesekali saya puntir putingnya hingga ia melenguh panjang. Senang meraba saya lantas menyapu semua dadanya dengan lidahku serta menyedot ujung putingnya sembari digigit-gigit sedikit. Akhirnya hebat sekali Asmi bergoyang sembari meracau dengan kalimat yang tidak terang. Kemudian Asmi berdiri hingga saya bertemu dengan vaginanya, wangi yang baru sempat kucium itu membuatku jadi bertambah panas hingga kujilati semuanya permukaan vaginanya yang telah banjir itu.

    Kemudian Asmi merebahkan diri di ranjang tangannya mendekap kepalaku pahanya di buka. Hingga mempermudah saya menjilat serta memasukkan lidahku dalam vaginanya serta menggigit-gigit sisi daging yang merah jambu. Hingga badan Asmi makin mengejang hebat
    “sshh.. aahh.. selalu ko” pintanya dibarengi desah nafasnya.
    Sekitaran lima menit ku sapu vaginaya saya melepas dekapan pada kepalaku serta kembali mengulum bibirnya. Ia lantas mencapai penisku
    “masukkan ya ko telah tidak tahan” tuturnya dengan terengah serta menuntun penisku menerobos goa kepunyaannya yang tek sempat sekali lagi rasakan penis sejak suaminya wafat.
    Saya rasakan kesenangan yang kebih hebat dibanding waktu dimasukkan kemulutnya.
    “slep.. slep.. slep” kuputar-putar di dalam sembari ikuti goyangan pantat Asmi. sembari kupompa bibir kami selalu berperang serta tanganku meraba serta meremas payudaranya serta sekali kali memuntir putingnya.
    “uh.. ah.. mm.. ssh.. selalu ko.. mmh” desahnya sembari meremas pantatku.
    Penisku merasa makin menegang serta vaginanya makin hebat berdenyut memijit penisku, tidak merasa telah sepuluh menit kami “bergoyang”.
    “ooh.. mmh.. ah telah tidak kuat.. biarin saja di situ ko mmh.. ” rintih Asmi terpejam.
    Akupun makin memperdalam tusukanku serta percepat tempo karna juga rasakan suatu hal yang juga akan keluar.
    “sshh.. aarrgghh” jeritnya sembari mencengkram punggungku,
    “aahh.. aahh” desahku ketika yang berbarengan sembari mulutku menyedot ke-2 puting susunya kuat-kuat dengan bertukaran.
    Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang merasa memandikan penisku di dalam vaginanya. Kami nikmati puncak orgasme hingga benar-benar habis, baru saya mencabut penisku sesudah begitu capek serta bebaring di sampingnya sembari meremas dadanya bebrapa perlahan.

    Lalu dia menindihku dari atas serta ajukan pertanyaan “gimana hukuman dari saya ko..? ”
    “enak Bu hukuman terenak di dunia terima kasih ya”
    “ibu yang terima kasih telah lama ibu bendung keinginan, hari ini dan sebagainya ibu juga akan tumpahkan kekamu semuanya” sembari mencium ku.

    Sesudah istirahat sekian waktu kami kembali meneruskan kesibukan itu sudah pasti dengan teknik serta style yang tidak sama. Tidak terhitung berapakah kali saya mengerjakannya pada saat SMA yang pasti bila saya pulang ke sana tentu kami lakukan sekali lagi serta sekali lagi.

     

  • TIFFANY WAT SON HELL

    TIFFANY WAT SON HELL


    1784 views