• HOT!! Myu Natsume Di Ngentot Secara bergantian

    HOT!! Myu Natsume Di Ngentot Secara bergantian


    2028 views

    Foto Ngentot Terbaru – Memang nikmat rasanya jika menikmati hiburan dewasa di Pagi hari yang Sejuk seperti ini. Apalagi kami sudah menyediakan gambar-gambar terbaru dan terpanas foto ngentot gadis Jepang hot banget dan bisa membuat anda crot ramai-ramai pagi ini. Inilah foto nya sebagai berikut.

  • Hotel Seks

    Hotel Seks


    2286 views

  • Hubungan Gelap dengan Selingkuhanku

    Hubungan Gelap dengan Selingkuhanku


    1818 views

    Duniabola99.org – Aku seorang wanita berusia 32 tahun menjalin hubungan dengan seorang pria muda beumur 23 tahun. hubungan yang kami lakukan sudah berjalan kurang lebih tiga bulan atau kurang karena aku tidak pernah menghitung kapan tepatnya aku menjalin hubungan serius ini. Aku bilang hubungan serius karena kami sering melakukan adegan layaknya dalam cerita seks.

     

    Namaku Putri dan pria muda yang aku cinta itu biasa aku panggil Yan, sebenarnya aku seorang wanita yang sudah menikah dan Yan adalah laki-laki selingkuhanku. Tapi aku begitu mencintainya tapi saat ini yang aku sesali adalah egonya padaku, masih aku ingat akan janji manisnya yang selalu tergiang di telingaku kalau dia bersedia mengajakku lari jika hubungan kami sampai ketahuan.

    Aku tergiur dengan semua janji manisnya bahkan aku rela menyerahkan semua yang aku punya untuknya, begitu juga dengan hatiku. Sejak kejadian pertama kali kami melakukan adegan seperti dalam cerita seks dia bersikap seolah punya hak atas diriku, apabila dia memintaku untuk meleyaninya akupun memenuhi keinginannya untuk melakukan hal itu.

    Tidak terkecuali jika kami bertemu di tempat biasa kami melakukan hubungan intim layaknya dalam cerita seks. Diapun bersikap dewasa di depanku tapi jika aku melakukan kesalahan sekecil apapun dia terlalu membesar-besarkannya, tanpa mengerti perasaanku yang hampir setiap waktu selalu memikirkannya dan aku juga ingin selalu bersamanya kapanpun dan dimanapun.

    Tapi Yan tidak menghargai aku meskipun sering kali kami melkaukan adegan cerita seks itu. Aku bingung dengan sikapnya bahkan aku takut jika dia sampai meninggalkan aku tapi aku harus mencoba belajar kalau suatu saat hal itu akan terjadi juga, dan aku harus bersiap-siap dnegan hatiku tapi kali ini tanpa alasan yang jelas kali ini dia tidak menghubungiku.

    Mungkin kali ini dia benar-benar benci padaku, tanpa dia tahu kalau saat ini aku selalu mengisinya dan terasa sesak dalam hatiku setiap mengenang apa yang telah kami laukan berdua. Sepertinya baru kemaren kami melakukan adegan seperti dalam cerita seks, meskipun aku merasa kurang puas dengannya tapi aku bersikap seolah aku puas dengan permainan sex yang dia berikan padaku.

    Hari itu seperti biasa aku menemuinya di tempat yang telah kita janjikan. Di sana kami langsung berciuman begitu kami sudah mendekat satu sama lain, dengan mesra juga aku kulum bibir manisnya diapun membalas kulumanku dengan hangat. Semakin bergairah hatiku ketika tangannya meremas tetekku bahkan aku menggelinjang di buatnya akupun merasakan nikmat tiada terkira.

    Dengan penuh kelembutan aku terus memainkan lidahku di dalam rongga mulutnya, diapun melakukan hal yang sama padaku ” Ooouuuggghhh…. oooouuuuggghh….. eeeeuuummmppphhh….. eeeeuuuummmppphh…. aaaaaggghh….. ” Desahku menikmati kuluman bibir manisnya aku begitu bergairah mendapatkan ciuman mesra darinya kini dia berani melakukan hal yang lebih memuaskan padaku.

    Dia benamkan wajahnya untuk menghisap putingku kembali aku mendesah sambil membelai rambutnya ” OOouuuggggghhhhh…. ooouuugggghhh…. oooouuugghh….. aaaaagggghhhh…. aaaaaggghhh…… ” Dengan lebih keras Yan terus memainkan putingku bahkan dia meremas kedua tetekku dengan gemasnya dan aku hanya bisa menikmati permainan tangannya.

    Bagai pemain dalam adegan cerita seks, diapun memintaku untuk menindih tubuhnya. Dengan mencoba mnyibak rokku akupun menuntun kontolnya untuk dapat menyelinap masuk dalam lubang memekku, tapi aku merasa kontolnya masih belum berdiri tegak juga namun Yan mencoba terus memasukan dalam memekku sedangkan aku merasa sudah agak kecewa pada kontolnya.

    Baca Juga : Perselingkuhan Dengan Mitra Bisnis Suamiku

    Tapi aku bersikap biasa saja di depannya, kasihan juga jika aku harus mengatakan hal itu. Lama kelamaan akhirnya kontol Yan menegang juga saat itulah aku bergerak di atas tubuhnya, kembali aku mendesah karena nikmatnya ” OOOuuuuuuuuuggghhh…. oooouuuggghh….. ooouuggghhh….. aaaaaggghhh…. terus….. aaaaaggghhh… ” Serasa hangat dan nikmat dalam memekku.

    Kini Yan memintaku untuk membalikan tubuhku, dengan posisi dia berada di atas tubuhku akupun terlentang di bawah tubuhnya ” OOouuugghhh….. ooouuugggghh…. aaaagggghhh…. aaaaggggghh…. ” Semakin cepat juga Yan menggoyangkan pantatnya dan aku terus mencoba mengimbanginya dengan cara melebarkan pahaku dari bawah tubuhnya yang terus bergerak cepat.

    Aku merasa ada sesuatu yang nikmat menjalar dari dalam tubuhku, semakin cepat Yan bergerak semakin nikmat rasa yang ada dalam tubuhku. Hingga akhirnya tidak berapa lama kemudian dia menumpahkan lendir kentalnya dalam memekku dan akupun menyuruhnya untuk segera bangun daripada sampai ketahuan orang lain, tapi aku puas dengan adegan layaknya dalam cerita seks yang baru kami lakukan.

    Aku melihat Yan masih terbaring lemas di atas tempat tidur sedangkan aku langsung membersihkan diri pergi ke kamar mandi. Tidak ada rasa sesal sama sekali dalam hatiku tapi jika mengingat apa yang telah dia lakukan pada hatiku ingin rasanya aku hilang di hadapanya tapi aku tidak tahu harus melakukan apa, karena masih ada yang harus aku lakukan yakni merawat anakku.

  • Hubungan Mesum Dengan Dokter Kandungan

    Hubungan Mesum Dengan Dokter Kandungan


    1685 views

    Duniabola99.org – Aku seorang wanita yang sudah menikah dengan pria yang begitu baik, tapi hingga saat ini kami belum di karuniai seorang anak. Segala macam cara sudah aku lakukan mulai dari beberapa program dari kedokteran hingga mengkonsumsi obat herbal. Tapi hingga kini belum membuahkan hasil juga, dan aku hanya bisa pasrah menghadapi semuanya paling tidak aku menjalani segala cara itu.

     

    Namaku Yanti dengan umur yang sudah menginjak 24 tahun, akupun memang berharap segera memiliki momongan di tambah kini mertuaku turut ikut campur dengan masalah perkawinanku tentang seorang keturunan. Terutama ibu mertuaku dia bilang kalau aku yang mempunyai masalah dengan rahimku padahal kami belum melakukan tes pada dokter, tapi dia terus saja menuduh aku yang bukan-bukan.

    Karena itu akupun menjadi stress jika berada dirumah apalagi ada mertuaku. Yang memang sering datang bahkan menginap di rumahku, akhirnya akupun keluar rumah dengan mencari kegiatan entah itu berguna atau tidak. Biasanya aku mengikuti kegiatan sosial yang di adakan oleh salah satu yayasan temanku tapi tidak jarang pula aku hanya keluar tanpa ada tujuan sama sekali.

    Baca Juga : Baru Sekali ini Aku Merasakan Enaknya Berhubungan Sex

    Bahkan hal itu membuat aku juga malas untuk melayani suanmiku melakukan adegan seperti dalam cerita hot. Karena yang ada bawaanku ingin marah saja pada suamiku yang tidak bisa membuatku hamil juga, sebenarnya aku sudah memintanya untuk pergi konsultasi ke salah satu dokter kandungan tapi dia tidak mau dengan alasan memang belum waktunya saja kami berdua di karuniai seorang anak.

    Karena ada temanku yang bisa mendapatkan keturunan setelah itu salah satu program dari dokter kandungan yang luamayan terkenal di kotaku. Namanya dokter Rafly akhirnya akupun mengikuti saran temanku untuk pergi konsultasi padanya, karena suamiku tidak mau akhirnya aku pergi dengan temanku pada awalnya tapi kemudian aku datang sendiri setiap kali aku melakukan program dari dokter Rafly.

    Sampai akhirnya akupun menjadi dekat lagi dngan dokter cakep itu. Entah dia merasa hal yang sama denganku apa tidak yang jelas aku selalu memikirkan wajah dokter Rafly hampir setiap waktuku, karena dia selalu bersikap baik padaku dan jarang aku temui ada dokter yang begitu peduli seperti yang dilakukan oleh Dokter Rafly padaku, dan hal itu membuat aku menjadi lupa diri.

    Akupun sering mengadakan janji kertemuan dengan dokter Rafly entah di rumah sakit tempat dia praktek ataupun di sebuah cafe. Sekedar makan siang bareng dan lainnya, sampai pada suatu hari aku bertemu dengannya di sebuah cafe hari itu waktu menunjukan jam 7 malam dengan alasan pergi berasam teman akupun meninggalkan rumah tanpa bertanya lebih banyak lagi suamiku mengizinkan.

    Mungkin dia mengira aku tidak betah di rumah akrena ada ibunya yang memang sering bersikap kasar di depanku. Padahal malam ini aku ada janji dengan dokter Rafly, setelah itu akupun langsung menuju tempat yang telah kami sepakati hingga akhirnya tidak lama dari itu dokter Rafly mengajakku ke sebuah hotel berbintang yang telah dia pesankan kamar sebelumnya.

    Karena sudah sama-sama dewasa akupun tidak banyak tanya pada dokter Rafly, setelah tiba di dalam kamar hotel aku tidak membuang waktu. Ketika dokter Rafly menutup pintu kamar hotel kamipun langsung berpelukan dan saling mendaratkan ciuman kami, dengan penuh gairah aku kulum bibir dokter Rafly diapun melakukan hal yang sama padaku hingga kami berdua sama-sama terbuai.

    Dengan penuh kelembutan dokter Rafly menggerayangi tubuhku dengan tangannya, dan hal itu membangkitkan gairahku ” Oooouuuggghh….. ooouuuggghhh…. aaaaaagggghh….. aaaaggggghh…… eeeeuuummmppphh….. ” DEsahku menikmati setiap sentuhan tangan lembut dokter Rafly, akupun semakin menngelinjang menikmatinya bahkan aku gigit separuh dari bibirku.

    Karena tidak tahan dengan kenikmatan yang di berikan oleh dokter Rafly. Kembali aku mendesah ketika tangannya menyentuh lembut tetekku, akupun memegang tangan dokter Rafly juga berusaha membuatnya lebih keras lagi meremas tetekku ” OOouuggghh.. terus…. sa… yang….. aaaaaggghhhhh….. aaaaggghh…. aaaaggghh.. nik… mat…… aaaaagggghh… lagi….. aaaggghh… ” Desahku setiap tangan dokter Rafly bermain.

    Kini tangannya semakin ke bawah hingga akhirnya tangan itu menyentuh bibir kemaluanku, aku tersentak kaget namun kembali mendesah saat tangaya meembelai lembut memekku ” OOOOuugghh….. ooouuugghh… nik… mat……. aaagggghhh…. terus…. sa.. yang… aaagggghhh… ” Ucapku sambil membelai bahkan menjambak rambut dokter Rafly sampai akhirnya dia berhenti sejenak.

    Aku lihat dokter Rafly membuka pakaiannya lalu dia lepas jga bajuku dan dengan perlahan dia masukkan kontolnya dalam memekku. Aku menggelinjang pasrah menikmati setiap goyangan pantatnya ” OOouugghhh… nikmat… aaaaaaaggghhh…. te.. rus…. sayang…… aaaaaaggghhhh… aaaaggghh… ” Melihatku mengeluarkan desahan berulang kali dokter raflypun mempercepat goyagannya.

    Dengan penuh airah dia bergoyang dengan kerasnya di atas tubhku ” Aaaaaaaaggggghhhh…. aaa.. ku… nggak… tahan….. aaaaggghhh… ” Aku merasa Sperma hangat dokter Rafly sudah memenuhi memekku, bagai pemain dalam adegan cerita hot akupun memeluk tubuhnya yang bersimbah keringat, lalu aku cium lengan dokter Rafly yang melinkar di antara leherku akupun merasa puas karenanya.

  • Hubungan Mesum Dengan Pacar Baruku

    Hubungan Mesum Dengan Pacar Baruku


    1587 views

    Duniabola99.org – Setelah memutuskan hubungan denganku sebulan yang lalu Henry kembali bertandang ke rumahku. Dia bilang kalau saat itu dia mengambil keputusan yang salah dan bermaksud untuk melanjutkan hubungan kami lagi. Tapi rasa sakit di hatiku masih terasa ketika dia dengan gampangnya memutuskan aku yang sudah hampir dua tahun menjalin hubungan dengannya namaku Nanda usiaku 23 tahun.

    Bersama Henry aku selalu berusaha mengalah setiap kali kami marahan. Bahkan dia dengan sifat egonya sering membuatku kecewa tapi aku tetap berusaha untuk setia padanya, karena kamipun sering melakukan seperti dalam adegan cerita ngentot. Dan aku tidak ingin merasakan hal itu untuk nafsu semata bagiku aku tulus mencintai Henry yang selama ini mengisi hari-hariku.

    Tapi aku kali ini aku tidak bisa memaafkan dia lagi. Karena waktu itu Henry datang dengan membawa seorang cewek dan berkata kalau dia adalah calon istrinya, akupun mendengar kalau wanita itu akhirnya pergi meninggalkan Henry setelah tahu Henry hanya memilihnya karena hartanya. Dimana dia merupakan wanita yang menyandang status janda kaya.

    Mungkin Henry kira aku tidak mendengar alasan kenapa dia memutuskan aku. Sakit hatiku sudah tidak dapat di bendung lagi karena itu akupun menjalin hubungan dengan Dion masih saudara sepupu dari Henry, Dion memang sejak dulu menaruh hati padaku tapi aku sudah menjalin hubungan dengan Henry waktu itu, dan akli inipun aku menerima cinta Dion hanya untuk membuat kesal Henry.

    Awalnya Henry tidak tahu kalau aku sudah berpacaran dengan Dion sepupunya. Hingga pada suatu hari kami berada di salah satu cafe langganan kami. Setiap pulang dai tempat kerja biasanya aku memang nongkrong di cafe ini sampai akhirnya ketika kami bercanda dengan teman kami datang Henry dengan muka ceria langsung duduk di sampingku saat itu.

    Aku membiarkannya dia melakukan hal itu sampai akhirnya waktu kami akan meninggalkan tempat ini aku mengejutkan Henry dengan berkata ” Ayo sayang.. kita pulang… ” Henry tersenyum tapi begitu tanganku memegang tangan Dion diapun terlihat kecewa, sedangkan aku melenggang dengan santai meninggalkan tempat itu dengan Henry yang memasang wajah marahnya.

    Dalam perjalanan pulang aku berterima kasih pada DIon, diapun memegang erat tanganku dan berkata ” Aku tahu kalau dalam hati kamu sebenanrnya belum ada tempat untukku… dan aku mau menunngu sampai kamu benar-benar cinta padaku… ” Tersentuh rasa dalam hatiku mendengar kata-kata yang di ucapkan Dion, akupun memeluk tubuhnya dengan mesra malam itu.

    Sejak saat itu aku merasa lebih dekat lagi dengan Dion, bahkan aku berniat dalam hatiku untuk mau melakukan hubungan intim seperti dalam adegan cerita ngentot yang telah aku lakukan dengan Henry sepupunya. Karena aku merasa kalau Dion begitu tulus mencintai aku dari dulu dia memang selalu baik padaku dan aku tidak pernah melihatnya berhubungan dengan cewek manapun.

    Hari ini Dion bilang mau datang kerumahku karena itu aku tidak ikut keluargaku, yang pergi ke salah satu acar keluarga besar kami. Dan aku menunggu Dion sendirian di rumah dan satu jam setelah kepergian keluargaku Dion datang dengan mengendarai sepeda motor akupun menyuruhnya memasukan motornya kedalam garasi biar aman ngobrol di dalam tanpa menghawatirkan motornya.

    Di dalam kami mengobrol agak lama juga sich. Sampai akhirnya Dion aku peluk dengan tubuhku mencondong kedepan, dia hanya melingkarkan tanganya memeluk tubuhku tapi dengan cepat aku lumat bibirnya, Dion terlihat kikuk mungkin ini hal yang baru pertama kali dia lakukan karena itu aku merasa senang dalam hatiku menemukan cowok baik dan keren seperti Dion.

    Kemudian aku mainkan lidahku di dalam rongga mulutnya diapun memejamkan mata, aku tersenyum dalam hatiku. Nampak kening Dion sudah basah oleh keringat ini menandakan kalau Dion merasa gugup melakukan adegan seperti dalam cerita ngentot ini. Perlahan aku tetap melumat bibirnya sampai akhirnya diapun membalas lumatan bibirku yang semakin menggairahkan.

    Kini aku yang hanya terdiam menerima lumatan bibir Dion ” OOOuuggghh… Di… on….. aaaaaggggghhhh… sayang…… aaaaagggghhh…… ” Desahku begitu Dion mulai agresif bermain lidah dalam mulutku, akupun membalas kuluman bibirnya dengan penuh gairah, aku tekan kepala Dion dari arah belakang hingga diapun tidak bisa berkelit lagi dan semakin leluasa aku melumatnya.

    Perlahan aku lepas pakaian Dion yang membuat aku tersenyum ketika Dion tidak mau aku lepas celana dalamnya. Akupun kembali menciumnya tapi sambil melepas bajuku juga hingga akhirnya kamipun sama-sama telanjang bulat dan aku naik ke atas tubuhnya lalu aku tuntun kontol Dion menuju lubang memekku dan sekali tekan bleess memekku melahap habis kontol Dion.

    Lalu akupun bergerak di atas tubuhnya dan Dion mengerang bagai cewek ” Oooouuugggghhh…. oooouuuuggggggghhh….. aaaaaggggghhhh… aaaaagggghhh… aaaaagggghhh… ” Aku yakin kalau Dion menikmati gerakanku di atas tubuhnya. Akupun membuat variasi dengan memutar memekku dan kembali Dion menengadahkan kepalanya memandang ke arahku yang bergoyang sengit.

    Dia memegang bokongku dari bawah sambil terus mendesah ” OOooouuugggghh….. aaaaaaggghhh….. aaaaaggghh…… aaaaggggh… ” Akupun tidak mau kalah aku mendesah menikmati nikmat dalam memekku ” EEeeeuuummmpphhhh…. aaaaaggghhh….. eeeeuuuuummmppphhhh…. aaaaaaggghhh…. ” Sambil terus bergoyang aku terus memeletkan bibirku menikmati goyangan pantatku sendiri.

    Sedangkan Dion terus menggoyangkan pinggulnya di bawah tubuhku mungkin dia verusaha mengimbangi permainanku. Tapi hal itu justru membuatnya ridak dapat menahan kontolnya, karena saat itu juga kontol Dion menyemburkan sperma kentalnya dalam luang memeku ” OOooooouuuuuuggggggghhhhh…… oooooouuuggggggghhh…. ooooouuuggghh…. aaaagggghh.. ” DEsahannya begitu panjang.

    Hingga akhirnya tubuhnya terkulai lemas di atas tubuhku, dia menghela nafas berkali-kali tanpa menatap mataku. Aku yakin Dion masih merasa malu padaku karena hal ini baru pertama kali dia lakukan dan akupun memberinya pelukan hangat sambil terus memainkan kakiku menyentuh kakinya karena terus terang aku belum mencapai puncak klimaks yang sesungguhnya.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

  • Hubungan Terlarang dengan Atasan Seksi ku

    Hubungan Terlarang dengan Atasan Seksi ku


    1572 views

    Duniabola99.org – Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.

     

    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..

    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya.

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.

    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.

    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.

    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik. Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.

    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.

    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    Mbak Lia tersenyum manja sambil mengusap-usap rambutku

  • Ibu Guru Kesepian

    Ibu Guru Kesepian


    1907 views

    Kisah cinta dengan seorang guru masih muda memang sangat mendebarkan apalagi dia seorang guru, cerita ini mengisahkan tentang cerita seks dengan seorang guru mata pelajaran PKN. gima keseruan ceritanya? mari kita simak bersama cerita di bawah: Sebut saja aku Andy. Aku siswa SMA di sebuah sekolah negeri Jakarta. Aku merupakan siswa yang dibilang cukup pintar di kelasku. Apalagi setelah aku menang olimpiade komputer tingkat provinsi, namaku jadi makin dikenal di sekolahku. Nilai-nilai ku di sekolah juga bisa terbilang bagus. Selalu dapat nilai diatas 7. Kecuali pelajaran pkn, pelajaran yang paling susah menurutku. Aku tidak pernah mendapat bagus. Paling bagus cuman dapat 7. Hari rabu ini, aku belajar seperti biasa. Tapi saat pelajaran pkn, bu tanti, guru pkn ku tidak masuk. Biasanya bu tanti tidak pernah telat. Seperti biasa, kalau tidak ada guru masuk, kami sekelas selalu ngobrol di kelas. Tiba-tiba ada seseorang perempuan yang tidak kukenal masuk ke kelas ku.

    Bu guru : “Hayoo jangan pada berisik. Oh iya perkenalkan, nama saya ibu fara. Umur 21 tahun. Ibu ada disini karena ibu dipesen sama ibu tanti untuk ngajar disini karena beliau sakit dbd. Ibu seterusnya akan menggantikan ibu tanti mengajar disini selama 1 semester karena ibu lagi praktek kerja lapangan untuk belajar jadi guru.”

    Anak-anak : “Yaaaahhhhhh but anti engga masuk deh”, jawab teman-temanku serentak sambil senyum

    Bu fara : “halah ibu tau kalian pada seneng kan? Oke ibu dipesen kalo hari ini ibu ngajar bab 2. Coba buka buku kalian”

    Anak-anak : “Iya buu”

    Anak-anak begitu antusias ketika pertama kali diajar bu fara. Dulu selama diajar bu tanti tidak pernah seperti ini. Bu fara masih muda, cantik, baik lagi. Coba dia jadi pacarku, wah aku seneng banget, pikirku dalam lamunanku. Sejak kehadiran bu fara, aku lebih sering melamun. Terlalu sering liatin bu fara ketimbang liat buku. Bagiku, bu fara adalah cewe yang ideal. Tak terasa sudah bel istirahat sekaligus jam bu fara hari ini sudah selesai.

    Bu fara : “sebelum ibu keluar, ibu mau kasitau kalo minggu depan ulangan bab 2. Ibu dipesen bu tanti”

    Anak-anak : “yah kok baru diajar sebentar langsung ulangan sih? Bikin soal yang gampang ya bu”

    Bu fara : “yaudah ibu bikin yang gampang. Tapi kalian semua harus dapet bagus ya? Oke ibu keluar dulu. Selamat siang anak-anak”

    Anak-anak : “asiik ulangan nya dibikin gampang. Selamat siang bu”

    Sepulang sekolah aku langsung buka buku pkn. Aku belajar biar dapet bagus dan demi bu fara aku belajarnya hehehe. Tidak seperti biasanya, aku sepulang sekolah selalu belajar, kecuali pkn. Karena ada bu fara aku jadi semangat untuk dapet bagus.

    Seminggu kemudian, bu fara menepati janjinya untuk mengadakan ulangan. Bu fara membagi-bagikan soal ke setiap anak. Begitu aku menerima soal dan aku liat, agak susah menurutku. Aku kerjakan nomer yang aku bisa. Sisanya yang aku engga bisa aku lewatin dulu. Begitu aku liat temenku yang lain, udah hampir selesai padahal waktu ulangan masih 40 menit lagi. Terpaksa aku liat jawaban temenku yang duduk di sebelahku. Kebetulan bu fara lagi keluar sebentar, jadi ada kesempatan buat aku untuk nyontek. Baru nyontek 2 nomer, tiba-tiba bu fara masuk ke kelas dan sempet liat aku lagi nyontek, tapi bu fara tidak menegurku dan malah mengawasi anak yang lain. Sepertinya bu fara membiarkan saja dan pura-pura tidak tahu atas apa yang aku perbuat tadi, tapi apa urusanku. Yang penting sekarang ada 4 nomer kosong lagi yang harus diisi. Aku jadi lebih berhati-hati dan lebih memperhatikan situasi. Setiap kali bu fara mengawasi anak lain aku langsung nyontek temenku. Tak terasa sudah bel. Aku langsung mengumpulkan jawabanku ke bu fara. Dan setelah semua anak mengumpulkan jawaban, bu fara mengucapkan selamat siang sambil keluar kelas.

    Aku masih kawatir sama kejadian yang tadi. Apa bu fara engga marahin aku tapi nilaiku dibikin jelek nantinya? Ah sudahlah nunggu bu fara koreksi jawaban aja, pikirku. 2 hari setelah ulangan, bu fara masuk ke kelasku untuk membagikan hasil ulangan. Anak yang dipanggil namanya langsung maju dan menerima hasil ulangan nya. Begitu namaku disebut, aku melihat nilai 6,5. Sebelum aku kembali ke tempat duduk, bu fara bilang “nanti pulang sekolah kamu ke ruang guru ya. Ada yang mau ibu bicarain sama kamu.” Aku langsung deg-degan. Tapi aku sudah berusaha mencoba tenang dan tidak akan diomelin nanti.

    Sepulang sekolah, aku langsung menghadap bu fara.

    Bu fara : “andy, kok cuman kamu yang dapet jelek? Padahal kan gampang itu ulangan nya.”

    Andy : “saya udah belajar bu. Seminggu yang lalu pas ibu bilang mau ulangan saya langsung belajar pkn”

    Bu fara : “walaupun begitu, kamu masih tetep kurang maksimal belajarnya. Gimana kalo ibu kasih kamu tambahan biar kamu dapet bagus?”

    Andy : “wah boleh tuh. Dimana bu?”

    Bu fara : “ini alamat rumah ibu. Kamu dateng hari minggu siang. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya kalo kamu dapet tambahan”, memegang kedua tanganku sambil tersenyum.

    Andy : “Oke bu. Yang penting nilai saya jadi bagus”

    Aku langsung salaman sama bu fara dan bergegas pulang ke rumah. Alangkah senangnya aku hari ini, karena cuman aku yang dapet tambahan sama bu fara dan aku disenyumin bu fara. Bener-bener cantik. Aku jadi makin suka sama bu fara. Dari pulang sekolah, aku senyum terus. Sampe-sampe pas di bis aku diliatin sama ibu-ibu. Sampe rumah aku langsung mikirin bu fara terus. Seandainya bu fara jadi pacarku, terus aku mikir ah engga mungkin itu. Daripada mikir yang engga jelas terus mending belajar aja deh.

    Hari minggu jam 1 siang, aku pergi ke rumah bu fara. Rumahnya engga begitu jauh. 10 menit dari rumahku. Aku melihat rumah bu fara yang sederhana tapi bersih. Aku memencet bel 3x, bu fara keluar.

    Bu fara : “Oh andy ibu kirain siapa. Ayo masuk, engga dikonci kok”

    Aku langsung masuk begitu dipersilahkan. Bu fara memakai baju biru dengan rok hitam yang ketat. Aku jadi makin suka sama bu fara.

    Bu fara : “Kamu mau minum apa?”

    Andy : “Engga usah repot-repot bu. Apa aja boleh”

    Tak lama kemudian, bu fara membawakan aku air putih. Setelah aku meminum sedikit, bu fara langsung mengajariku bab 2. Aku jadi lebih mengerti kalau diajarin sama bu fara. Tak terasa sudah 2 jam belajar sama bu fara.

    Andy : “Bu makasih ya, saya jadi lebih ngerti kalo diajarin sama ibu. Saya pulang dulu ya”

    Bu fara : “Kamu jangan pulang dulu deh, masa cuman belajar? Oya kita ngobrolnya pake aku kamu aja. Nonton tv dulu aja”

    Andy : “yaudah terserah kamu aja deh”

    Akhirnya kami ke ruang tengah dan duduk di sofa sambil nonton tv. Tiba-tiba dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku beranikan diriku untuk membelai rambutnya.

    Fara : “Aku ada hadiah buat kamu nih, tapi tutup mata dulu ya”

    Andy : “Kenapoa engga langsung kasih aja?”

    Fara : “kamu nih disuruh tutup mata tapi masih buka, ih bandel”

    Aku mengalah saja. Kututup mataku sambil bertanya-tanya dalam hatiku, apa yang mau dia kasih. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lembut di bibirku, ketika aku membuka mataku, aku terkejut melihat guruku sendiri menciumku. Aku menyedot lidahnya sambil kucium-cium bibirnya, lalu kuteruskan dengan mencium-cium daun telinga dia sambil berkata “Aku sayang kamu”. Setelah daun telinga, kuterusi ke leher, kupegang-pegang leher bagian belakang dengan kedua tanganku sambil kucium-cium lehernya. Dia begitu menikmatinya hingga matanya merem melek dan mendesah. Dari leher tanganku turun ke dada, kuremas-remas dadanya sambil kujilati putingnya. Desahan nya semakin kencang, kugigit pelan puting kiri nya, tangan nya sambil mengocok penisku. Aku langsung ganti posisi 69. Aku bisa melihat dengan jelas memiaw fara… baunya harumdan segera kujilat, rasanya benar-benar enak. Pasti dia sering memelihara badan nya. Kumainkan lidahku di baguan klitoris dan labia mayora, sembari kumasukkan lidahku ke dalam liang vagina nya. Erangan nya tambah kencang. Sedotan fara juga enak, seluruh batang penisku dilumatnya, benar-benar enak. Saking enaknya, tak terasa aku sudah dibuat keluar oleh fara. Setelah aku mencapai kepuasan, kini gantian fara yg aku buat puas. Aku memasukkan jariku ke dalam lubang vagina nya sambil kujilat-jilati bibir vagina fara yang berwarna pink.

    “ahh… aku engga tahan nih”

    Kupercepat gerakan tanganku ke dalam vagina nya sambil kupegang klitoris nya dan akhirnya dia orgasme juga. Orgasme nya benar-benar deras sampe membasahi muka ku dan sebagian ranjang nya.

    “andy maafin aku ya, keluar sampe banyak gitu ngenain muka kamu”

    “kalo kamu yang keluarin engga apa-apa”, aku langsung mencium bibir nya.

    “masukin ademu ke dalem marmutku dong… kepengen nih aku”

    Aku ambil posisi missionary, kumasukkan adekku dengan perlahan, masuk ke dalam vagina nya benar-benar sempit. Dia masih perawan, kumasukkan dengan perlahan penisku agar dia tidak kesakitan. Kupercepat sedikit, fara tampaknya meringis kesakitan, ku tak perdulikan erangan itu. Langsung ku masukkan seluruh penisku ke dalam vagina nya. Yeah aku mendapat perawan nya fara. Dia tampak menangis kecil menahan kesakitan, langsung saja kucium untuk meredakan efek sakitnya. Aku mulai mempercepat permainanku. Expresi muka fara berubah, tadinya agak kesakitan sekarang berubah menjadi penuh nafsu. Fara makin menikmati permainanku, ditambah desahan nya makin kencang. Aku pikir penisku mengenai bagian g-spot nya. Kusodok penisku di bagian itu, tak lama fara pun mengalami orgasme yang kedua. Aku mengajak fara untuk ganti posisi wot. Penisku perlahan dimasukkan ke dalam vagina nya… Bless, benar-benar nikmat, ditambah dengan otot vagina nya yang meremas penisku membuat kenikmatan nya bertambah. Dia terus mendesah keenakan, goyangan nya hot juga, padahal baru pertama kali merasakan sex. 6 menit kemudian, goyangan nya makin cepat. “ahh aku mau keluar lagi nih”

    “eh jangan keluar dulu, barengan aja sama aku. aku juga bentar lagi kok”

    Akhirnya kami keluar secara bersamaan. Sperma ku banyak keluar di dalam dan dia orgasme juga cukup banyak. Setelah kami “bertarung”, fara memeluk ku dan menciumku. “makasih ya sayang, kamu udah bikin aku ngerasain nikmatnya bercinta”

    “ya sama-sama sayang. Ngomong-ngomong, kamu mau engga jadi pacarku? Aku sayang banget sama kamu. Sejak pertama kali liat kamu, mulai ada perasaan suka sama kamu. Aku selalu mikirin kamu terus di rumah. Aku juga dulu kepengen kamu jadi pacarku.”. fara terdiam sejenak. Dia menitikkan air mata.

    “aku juga sayang sama kamu. Aku engga mau kehilangan kamu.”

    Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tak terasa sudah jam 3 sore. Kemudian aku pamit sama fara untuk pulang.

    Hari-hari berikutnya berlangsung seperti biasa, tidak ada yang tahu tentang hubungan kami berdua. Sejak saat itu, kami mulai rajin bercinta setiap hari minggu dan sabtu. Mudah-mudahan hubunganku dan fara bisa langgeng.

  • Ibu Mertua Sange Ketika Melihat Kontolku

    Ibu Mertua Sange Ketika Melihat Kontolku


    1748 views

    Aku seorang laki-laki biasa, hobiku berolah raga, tinggi tubuhku 178 cm dengan bobot tubuh 78 kg. Aku mempunyai fisik yang ideal untuk seorang pria, tinggi, tegap, padat dan atletis. Tidak heran kalau banyak wanita yang menggoda dan mengajakku tidur karena sex appeal-ku ini. Empat tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugerahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

    Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku pulang naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan rutin berolahraga bersama teman-temannya yang lain. Sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH. Melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih, sering membuatku seperti kehilangan akal sehat.

    Pernah suatu hari selesai Ibu mertua mandi, telepon berdering. Lalu dia pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku yang sedang berolahraga angkat beban di luar, juga bermaksud mengangkatnya. Sesampainya aku di dekat telepon, ternyata kulihat Ibu mertuaku sudah mengangkatnya. Saat itulah aku melihat pemandangan yang menggiurkan. Dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya yang begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku tertegun dan menelan ludah, terangsang melihat kaki Ibu mertuaku. Dalam hati berpikir “Kok, sudah tua begini masih mulus aja ya..?”
    Aku terhentak dari lamunanku begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telepon. Lalu aku bergegas kembali ke luar, meneruskan olahragaku yang tertunda. Beberapa menit setelahnya aku hentikan olahragaku, masuk ke kamar, ambil handuk dan mandi. Saat aku hendak ke kamar mandi, kembali aku melihat pemandangan yang menggairahkan. Melalui celah pintu kamarnya yang tak tertutup, kuintip ke dalam, kulihat bagian belakang Ibu mertuaku yang bugil karena handuknya sudah dilepas dari tubuhnya. Serta merta Kontol ku mulai bangkit, dan gairahku memuncak. Segera kutenangkan pikiranku yang mulai kotor karena pemandangan itu.

    Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Tidak lama Ibu mertuaku menyusul ikutan nonton sambil mengobrol denganku.

    “Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja?” tanya Ibu mertuaku.

    “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana?” tanyaku kembali. Kami mengobrol sampai istriku datang dan ikut bergabung mengobrol dengan kami berdua.
    Besok malamnya, sekitar jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum. Kulihat TV di ruang keluarga masih menyala. Saat itu terlihat Ibu mertuaku ternyata sudah tertidur di depan TV. Ketika aku hendak mematikan televisi, tidak sengaja aku melihat ke arah rok Ibu mertuaku. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya masih begitu mulus, iseng kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging kemaluan yang ditutupi celana dalamnya. Ingin sekali rasanya kupegang dan kuremas gumpalan daging memek Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan Kontol ku langsung ikut bereaksi pelan.

    Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Esoknya aku telat bangun, dan kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah, aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali tertegun dan terangsang menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

    Hari ini aku pulang cepat, di kantorpun tidak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Saat pulang aku tidak melihat Ibu mertuaku, tampaknya dia berada di kamarnya karena pintunya tertutup. Sampai di rumah aku langsung berganti pakaian dengan kaus olahraga, dan mulai melakukan olahraga rutin yang biasa aku lakukan tiap pulang kerja. Sedang asyik-asyiknya aku melatih otot-otot dada dan lenganku, tiba-tiba kudengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Ibu mertuaku. Kusudahi latihanku, dan aku segera bergegas menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar. Kulihat Ibu mertuaku berdiri di atas kasur sambil teriak

    “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.
    “Tikus? Ada tikus di sini Bu?” tanyaku menegaskan.
    “Iya…ada tikus, tolong carikan!” katanya panik.

    Aku pun mulai mencari tikus itu.

    “Lho.. kok pintunya di buka terus? Nanti tikusnya susah ditangkap!” tandas Ibu mertuaku.

    Sambil kututup pintu kamar, kubilang “Mana.. mana tikusnya..?”

    “Coba kamu lihat di bawah kasur atau di sudut sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya. Kuangkat seprei kasur dekat meja rias. Memang ada seekor tikus kecil di situ yang tiba-tiba mencuit dan melompat ke arahku. Aku kaget dan spontan lompat ke atas kasur.

    Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga ya?” Sambil menggerutu pelan kembali kucari tikus kecil itu, sesekali mataku nakal melirik ke arah kaki Ibu mertuaku yang roknya terangkat itu.

    Saat sedang mencari tikus itu, tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat ke arahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, entah disengaja atau tidak, namun kurasakan payudara nya menempel di punggungku, terasa hangat dan kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang sudah mulai kecapaian itu terus kubuang keluar.

    “Udah dibuang keluar belum?” jelas Ibu mertuaku.

    “Udah, Bu.” Jawabku dari luar kamar.

    “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain… soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku.

    “Walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku.

    Aku kembali masuk ke kamar dan mengendus-endus di mana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku. Ibu mertuaku duduk di atas kasur sedangkan aku sibuk mencari. Begitu aku mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba di atas kasur. Aku kaget dan kusentakkan tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya. Aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum penuh misteri dan kembali meraba tanganku. Aku memandang aneh kejadian itu, tetapi kubiarkan dia merabanya terus.

    “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku setelah berkali-kali mencari. Tidak ada sahutan. Lalu tanpa berkata apa pun Ibu mertuaku beranjak dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan mulai panas dingin. Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”

    Rambutku dibelai, diusap seperti usapan seorang ibu pada anaknya. Dipeluknya aku erat-erat seperti takut kehilangan.

    “Ibu kenapa?” tanyaku.

    “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya sambil tersenyum genit.

    “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku.

    “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” rajuk Ibu mertuaku.

    “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan…” alasanku lagi.

    “Cuma apa… ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah tidak ada ruginya kok dibelai sama dia. Siapa juga lelaki yang tidak mau diraba dan diusap-usap sama wanita seksi seperti dia?

    Sambil membelaiku, kulihat pancaran birahi tersiar dari matanya. Aku merasa maklum, dengan kaos olahraga tipis yang melekat di tubuhku, tampilan otot-otot kekar di baliknya pasti terlihat dengan jelas. Hal itu ditopang dengan keringatku yang membekas di kaos itu. Pasti terlihat sangat menggairahkan bagi wanita mana saja yang melihatnya. Kuperhatikan Ibu mertuaku masih terus membelaiku. Belaiannya lalu berpindah, dari rambut terus turun ke leher sambil diciumnya perlahan. Aku merinding menahan geli, sementara tangan halusnya bergerilya menyusuri tubuhku. Kaos olahragaku diangkat dan dibukanya, bukit dadaku diusap dengan sesekali digigiti. Pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku semakin tidak beraturan. Dituntunnya aku ke atas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana. Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”.

    Aku bersikap pasif, tidak membalas tindakan mesra Ibu mertuaku itu. Aku berbaring di atas ranjang dengan posisi terlentang. Ibu mertuaku masih terus mengusap-usap dadaku yang lalu turun ke bagian perutku. Dicium, dijilati, dan terus dielusnya dada dan perutku. Aku menggelinjang geli dan berkata pelan berkata “Bu, sudah ya…”

    Dia diam saja, sementara tangan kanannya mulai masuk ke dalam celanaku. Aku mengeluh pelan. Kurasakan tangan kanannya meraba-raba dan sedikit meremas-remas Kontol ku dari luar celana dalamku. Merasakan hal itu, Kontol ku pun mulai mengeras dan membesar. Sambil terus meremas dan meraba Kontol ku yang sudah tegang, tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku pun beringsut membantunya untuk menurunkan celana pendekku. Tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

    Kontol ku pun sudah berdiri kencang, terus memanjang dan membesar seiring dengan rabaan dan remasan tangan Ibu mertuaku di batangnya.

    “Besar sekali burungmu, Do, panjang pula…!” puji Ibu mertuaku sambil menoleh kepadaku dan tersenyum mesum. Mulut Ibu mertuaku pun mulai beraksi di Kontol ku. Kepala Kontol ku diciumnya, sambil tangan kirinya memijit bijiku. Aku mengeluh, mengerang, dan mendesis nikmat, merasakan gerakan erotis yang dibuat Ibu mertuaku.

    “Ah, ah.. hhmmh… teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku. Ibu mertuaku terus melanjutkan permainan birahinya dengan mengulum Kontol ku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan gerakan mesra Ibu mertuaku.

    Setelah dikulum sekitar 15 menit lebih, aku mulai tidak tahan. “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” erang nikmatku.

    “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku. Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku semakin menggelinjang dibuatnya. Tubuhku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Tak lama tubuhku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang luar biasa, seiring dengan menyemburnya spermaku ke mulut Ibu mertuaku.

    “Aggghhh…oohhh…akkuuu keeluuaarrr…Buu…”
    “Crroootttt… cccrrrroootttt… ccrrrooottttt…”

    Kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan kepala kontol ku dengan kedua tangannya yang berlepotan sperma, memegang batang Kontol ku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi Kontol ku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.

    “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tandas Ibu mertuaku sambil menatap mataku.

    Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaos olahragaku tadi. Aku duduk di ranjang, telanjang bulat dan berkeringat, menghirup minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja riasnya. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan Kontol ku.

    “Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku sambil tersenyum.

    “Ibu cuma pengen aja kok..” balas Ibu mertuaku genit. Diusap-usapnya dengan mesra batang Kontol ku, sambil tersenyum khas wanita nakal.

    Aku belai rambutnya dan kuelus-elus pahanya sambil berkata “Ibu mau juga?” godaku sambil tersenyum. Dia menggangguk pelan, kusudahi minumku dan lalu kucium bibir Ibu mertuaku.
    Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe wanita yang haus akan seks, melainkan dia haus akan kasih sayang. Berhubungan intim pun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti seekor serigala di musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya. Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya. Kulitnya masih mulus, tak seperti kulit wanita seumurannya. Payudaranya masih kencang dan kenyal, perutnya rata dan singset, pinggang dan pinggulnya tampak montok, paha, betis dan kakinya kencang karena sering aerobik dan jogging dengan teman-teman arisannya.

    Kuraba dan kuusap semua tubuhnya dari pangkal paha sampai ke toket nya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium, menjilat, dan membelai setiap senti bagian tubuhnya. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium dan kugigiti putingnya. Kudengar desahan nikmat dan nafasnya yang tidak beraturan. Puas beraksi di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya yang indah itu, serta memainkan ujung lidahku di atasnya dengan putaran lembut yang membuat dia sedikit berkejang-kejang. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku, sementara lidahku melata pelan ke arah memeknya.

    Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, tercium aroma memeknya yang harum lalu kujilati bibir memeknya. “Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suara erotisnya pelan.
    Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding memeknya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti berada di awang-awang. Kujilati klitorisnya dan semua yang ada di daerah kemaluannya. Kusedoti cairan yang membanjir dari memeknya. Kulakukan ini terus menerus, dan kudengar desahan erotiknya yang semakin keras. Beberapa menit kemudian, ketika dia mulai di ambang orgasmenya tiba-tiba dengan tak sabar ditariknya kepalaku dan dia kembali melumat bibirku dengan panas. Dia membalikkan tubuhku dan mulai bergerak merayap ke atas tubuhku. Dipegangnya kembali Kontol ku yang sudah kembali siap menyerang. Lalu diarahkannya Kontol ku yang sudah siap tempur itu ke lobang memeknya…

    Setelah beberapa kali dicoba, ”Blesshhh…” masuk sudah seluruh batang Kontol kuku tertelan memek ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang pantatnya. Dia memutar-mutar pinggulnya, berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dari batangku seperti yang dia mau.

    “Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku. Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan mesra.

    “Aahhh…uuhh…bessarr…banggett…punnyaa…muuhh…Do ohh!” gerakan naik turunnya makin cepat.

    “Ohh…nikmaattt…ahhh…uhhh…dahsyaaatt…” desah Ibu mertuaku terus naik turun menikmati pompaan Kontol ku. Dicakarnya dengan gemas otot-otot kekar di dada dan di perutku….
    “Ohhh…aahhh…miiliikk…Ibu…juggaa…ennakk” erangku penuh nikmat sambil tak lepas kuremas-remas payudaranya.
    “Sempiitt…ohhhh…terusshh…jepiitt buruuunggkuu…ohhh…Buuhhh…” erangku berlanjut merasakan hisapan memeknya pada Kontol ku. Memek Ibu mertuaku memang masih nikmat kurasakan. Walau sudah berumur, rasanya tidak kalah dengan memek para perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. Tampaknya Ibu mertuaku sangat pintar menjaga kemaluannya itu.

    Setelah cukup lama naik-turun keluar-masuk, Ibu mertuaku mulai menunjukkan tanda-tanda.

    “Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang…” kata Ibu mertuaku. Aku mencoba membantunya mendapatkan kepuasan yang mungkin belum pernah dia alami sebelumnya. Gerakannya semakin cepat dari sebelumnya, dan tak lama dia berhenti sambil menarik tanganku agar aku bangkit. Diarahkannya wajahku ke arah payudaranya sambil berujar;
    “Ayyooo Ddoohhh… hisap dan susui toketku…” Kupenuhi permintaannya dengan senang hati. Kuhisap, kujilat dan kugigit gemas payudaranya yang bagus itu. Ibu mertuaku mengerang-erang merasakan nikmatnya perbuatanku itu….

    “Aaaahhh… aahhh… aaahhh… pintaarrsss kamuuhhh Sayanngghhh…”

    Kurangkul tubuhnya lembut dan terus

    menggoyangkan batang Kontol ku yang masih di dalam dengan keras dan bertenaga. Hingga akhirnya…
    “Ahh.. ah.. ahhss..” desah nikmat Ibu mertuaku. Keluarlah cairan kewanitaannya membasahi Kontol ku yang masih terbenam di liang memeknya.

    “Ahhss…ohhhh…nikmaattnya burungmu…Ddoohh!” desahnya lagi sambil tubuhnya yang mengkilat karena keringatnya itu berkejat-kejat, menerima gelombang kenikmatan yang datang menderanya. Kami sama ambruk ke ranjang. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya dan kuelus-elus punggung mulusnya. Dia terdiam dalam dekapanku. Kubiarkan dia menikmati sisa-sisa orgasmenya.
    Setelah kurasa dia sudah cukup beristirahat, kugoda dia lagi

    “Enak ya.. Bu… Mau lagi..?” Dia menoleh dan tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.

    “Kenapa? Kamu juga mau lagi?” canda Ibu mertuaku.

    Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkannya sambil mencium bibirnya kembali. Untuk sesaat kami saling berciuman dengan panas, saling tukar lidah dan ludah. Tangan-tanganku dan Ibu mertuaku bergerak nakal, tetapi tetap dengan gerakan yang lembut menggerayangi tubuh pasangannya. Kami juga tak lepas berciuman dalam posisi ini. Kemudian kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Hanya sebentar aku bermain dalam posisi itu, lalu kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain.
    Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Awalnya dia bingung dengan posisi baru ini. Tetapi untuk menutupi kebingungannya kuciumi tengkuk lehernya dan kujilati kupingnya. Kuputar tubuhnya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang Kontol ku sambil mengocoknya pelan, sementara kedua tanganku memainkan payudaranya. Kemudian kuangkat kaki kanannya dan kupegangi kakinya. Sepertinya dia mulai mengerti bagaimana aku akan bermain. Tangan kanannya menuntun Kontol ku ke arah memeknya, pelan dan pasti kumasukkan batang Kontol ku dan masuk dengan lembut… ”Bleeeppp…” Ibu mertuaku melenguh dan mendesah nikmat, kutarik dan kudorong pelan Kontol ku, sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku.
    Luar biasa nikmat kurasakan pengaruhnya pada Kontol ku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk-keluar, masuk-keluar, semakin lama semakin cepat. Kupegang erat-erat kaki kanannya agar tidak jatuh, kudekap Ibu mertuaku dengan tangan kiriku, sambil kumainkan payudara kirinya. Sesekali kuciumi tengkuk lehernya.

    “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” desahan erotis Ibu mertuaku mulai keras terdengar.

    Cukup lama kupompa memeknya, kurasakan tubuh Ibu mertuaku bergetar.

    “Ibu mau keluar lagi.. Do…” jeritnya. Mendengar kata-katanya, semakin kutambah kecepatan sodokan batangku dan…

    “Acchh…aaahhh…ooochhh” keluarlah cairan ejakulasi dari memek Ibu mertuaku, turun membasahi tangan dan pahaku. Ibu mertuaku berteriak-teriak erotis dalam pelukanku. Tubuhnya berkejat-kejat liar, bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur.
    Sesampainya di kasur kubalik tubuhnya dan kucium balik bibirnya. Kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Dia balas memelukku dan menjepit pinggang rampingku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun tambah cepat membuat Ibu mertuaku semakin meringkih kegelian.

    “Ayo Do, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku.

    “Dikit lagi, Bu..!” sahutku. Ibu mertuaku membantuku keluar dengan menambah gerakan erotisnya. Pantatnya berputar-putar mengimbangi pompaanku. Bermenit-menit kukocok kemaluannya, aku mulai merasakan tanda-tanda. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang, sementara Ibu mertuaku memutar-mutar pantatnya dengan cepat. Akhirnya…

    “Crrootttt… cccrrrrooottttt… ccrrroootttttt….”

    Kuhamburkan seluruh spermaku dalam-dalam ke memeknya. Ada sekitar 7 kali semburan pejuhku ke dalam memeknya.

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku. Ibu mertuaku meresponnya dengan memelukku dengan erat.

    “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan pejuhmu untuk Ibu…” kata Ibu mertuaku sambil tersenyum.

    Kucabut Kontol ku yang sudah kembali ciut ukurannya dari jepitan memeknya, lalu berbaring di sampingnya. Aku terkulai lemas di sisi ibu mertuaku. Kemudian Ibu mertuaku mendekatiku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Tangan halusnya membelai-belai perut sixpackku lalu bergerak turun untuk meremasi batang Kontol ku. Dia mainkan sisa cairan di ujung batangku. Aku sedikit kegelian begitu tangan Ibu mertuaku mengusap-usap kepala Kontol ku yang sudah kembali menciut.Sesaat kami saling bercanda sambil berciuman mesra. Setelah puas, kucium bibir Ibu mertuaku lembut, kemudian pamit keluar kamar untuk mandi. Tak lama ibu mertuaku ikut menyusulku mandi.

    Begitu istriku pulang, kami bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi. Kami bertiga asyik mengobrol dan bercanda-canda. Namun saat kami berpandangan, dapat kulihat sorot matanya menatapku yang seakan-akan ingin mengulanginya kembali bersamaku.
    Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Bayangan Ibu mertuaku yang mendesah-desah nikmat merasakan pompaan Kontol ku ini sering menghiasi mimpi-mimpiku. Saat aku sedang menyetubuhi istrikupun, tetap saja ingatanku melayang ke situ. Kadang kalau aku tak sengaja menatap cermin meja rias istriku, terbayang peristiwa nikmat di hari yang indah itu. Bayangan aku dan Ibu mertuaku yang sedang asyik bergelut menimba gairah birahi.

    Kami saling mencabik, bergelut liar, dan mengerang-erang penuh kenikmatan. Kalau sudah begitu, Kontol ku akan bangun-tegak membesar memanjang-menuntut untuk dipuaskan kesenangan biologisnya. Akhirnya terpaksalah aku beronani untuk meredam kehausan seksual burung kesayanganku ini.
    Sudah empat hari ini Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya dalam acara koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Otomatis aku hanya bisa bertemu dengannya malam saja. Hingga sampai suatu hari. Saat itu Kamis jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.

    Sesampainya di rumah aku bergegas untuk mandi, karena aku sudah mampir dulu di sebuah gym tadi. Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat di kamar mandi ada orang yang mandi. Aku bertanya “Siapa di dalam?”

    “Ibu! Kamu sudah pulang Do..” balas Ibu mertuaku.

    “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk kamar.
    “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.
    Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan ke dapur hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku bermaksud kembali lagi ke kamar, mau ambil pakaian kotor sekaligus ingin mengecek HPku sebelum mandi. Saat lewat kamar mandi, kulihat Ibu mertuaku keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku menunduk mencoba untuk tidak melihatnya, tetapi dia tampak sengaja menubrukku.

    “Kamu mau mandi ya?” tanya Ibu mertuaku kepadaku.

    “Iya, emang kenapa Bu”? tanyaku. Mataku langsung saja tertumbuk pada payudaranya yang putih dan montok itu. Ingin rasanya kujilati dan kususui sepuasnya sampai dia keluar… aku menelan ludahku membayangkan itu.
    Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku, sambil berbisik dia berkata genit “Mau Ibu mandiin nggak?!”

    “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala” candaku.

    “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil mengerling nakal dan menarikku masuk ke kamar mandi.

    Sampai di kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melepaskan kausku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur tubuhku dengan air. Ibu mertuaku melepaskan handuknya dan kitapun telanjang bulat bersama. Matanya bersinar-sinar memandangi tubuh telanjangku, seakan-akan dia ingin menelan habis diriku.

    Melihat tubuhnya yang telanjang, aku spontan menelan ludahku. Kontol ku mulai naik pelan-pelan melihat suasana merangsang seperti itu. “Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertua menggodaku dengan mencubit pelan batang Kontol ku. Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok tubuhku dengan sabun mandi.
    Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya, sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan, aktivitas olahraga, dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia ingin membuat pengalaman mandiku kali ini istimewa.

    Sambil terus bercerita, Ibu mertuaku tetap menyabuniku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Kadang sambil menyabuni, tangannya nakal bergerilya di tubuhku. Dicakarinya bukit dadaku. Kontol ku yang sudah tegang, dipegangnya dan disabuninya dengan lembut.
    Selesai disabun aku guyur kembali tubuhku dan sesudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana, Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum nakal. Kami lilitkan handuk di tubuh masing-masing. Setelah itu ditariknya diriku ke kamarnya.

    Sesampainya di sana, didorongnya dadaku ke atas kasurnya. Dia sendiri langsung mengunci pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Dia dekati aku, lalu dia lepaskan handuk di tubuhku dan tubuhnya. Kontol ku memang sudah hampir total berdiri. Dia langsung bergerak ke arah Kontol ku dan mulai mengulum Kontol ku. Pelan tapi pasti kurasakan batang Kontol ku yang sudah berdiri, tambah mengeras, memanjang, dan membesar seiring kulumannya di Kontol ku. Gairahku pun turut memuncak. Kupegangi kepalanya yang naik turun sambil mendesah-desah nikmat. Mataku merem melek merasakan kulumannya itu.
    Cuma sebentar dia ciumi Kontol ku, sekitar 10 menitan, langsung dia menaikiku kembali. Dia arahkan Kontol ku ke memeknya. ”Sleeppp…slleepp…sslleepp…” tiga kali tusukan, masuk sudah seluruh Kontol ku terbenam dalam memeknya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah rindu sekali ingin melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. Aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang ke awang-awang kenikmatan.
    Tak lama kuubah posisi bercintaku. Aku bangkit, kudekap dia sambil terus memompa Kontol ku dalam-dalam ke memeknya, bibir dan tanganku bermain-main di payudaranya. Desahan nikmatnya tambah keras dan goyangan pantatnya tambah liar merasakan rambahan mulut dan tanganku di payudaranya. Dan efeknya, putaran pantatnya membuatku seperti gila, matanya merem melek keenakan, dan aku jadi tambah bersemangat untuk menyodok memeknya.
    Menit-menit berlalu, gerakannya semakin cepat dan dia bersuara pelan “Oh… oh… ahcch…” tibalah dia ke puncak kenikmatannya. Dan tak lama kemudian tubuhnya menegang kencang dan dia jatuhkan diri ke pelukanku yang sudah kembali berbaring. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan

    “Waduh.. enak banget ya?”

    “He-eh, enak” balasnya.

    “Emang ngeliat siapa di sana sampai begini?” godaku.

    “Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja…” bisik mesranya ke telingaku. Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremasi payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dengan rabaan tanganku di punggung dan pinggulnya, dan kubangkitkan gairahnya kembali.

    Kutidurkan dia, lalu kunikmati kembali sekujur tubuhnya senti demi senti, mulai dari payudara hingga ke pangkal pahanya. Sampai di daerah memeknya, kujilati dinding memeknya sambil memainkan lobang memeknya dengan tanganku. Kujilati klitorisnya, kusedoti cairan memeknya yang mulai membanjir, dan kutusukkan memeknya dengan jari-jariku.

    Ibu mertuaku mendesis-desis seperti kepedasan dan mengeluh nikmat karena gerakanku itu. Terkadang dia membuka dan merapatkan pahanya yang indah untuk mendekap wajahku, seakan-akan dia ingin agar kepalaku masuk ke lobang memeknya. Sekitar 10 menit kumainkan kemaluannya, Ibu mertuaku mulai tidak sabar.

    “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti…” kata Ibu mertuaku.

    Aku beranjak bangun dan menindihnya sambil mengarahkan Kontol ku masuk ke dalam memeknya. Kugesek-gesekkan dahulu kepala Kontol ku di kelentitnya, lalu pelan mulai kumasukkan Kontol ku ke lobang memeknya.

    Sleppp…sleppp… Pelan-pelan aku goyangkan Kontol ku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah Kontol ku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis seperti ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali Kontol ku masuk ke dalam memeknya.

    Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman mesra ke arah bibir Ibu mertuaku. Sambil kuciumi mulutnya, kumainkan kembali payudaranya. Kuraba dan kuremas payudaranya dengan lembut. Sesekali kumainkan juga kelentitnya. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan nikmat dengan matanya yang merem melek.

    Kulihat dia begitu nikmat merasakan pompaan Kontol ku di dalam memeknya. Dia jepit pinggangku erat dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang Kontol ku, yang sejak tadi masih aktif mengocok lobang memeknya. Kedua tangannya memainkan rambut dan puting dadaku, sementara aku asyik menjilati lehernya. Cukup lama kami bermain, gerakan Ibu mertuaku bertambah liar.

    “Aku nggak kuat, Do..” desah ibu mertuaku. Tak lama kemudiannya, tubuhnya mulai kejang-kejang. Rupanya dia sudah mendekati puncaknya.

    “Ahhh…ohhh…Dohh…aku keluarrrr…” erang nikmat Ibu mertuaku.

    Pelukannya mengetat, dijambaknya rambutku yang membasah karena keringatku dengan tangan kanannya, dan dicakarnya punggungku dengan tangan kirinya. Dibenamkan wajahnya di dada bidangku. Digigitinya putingku, dan dihisapnya lembut. Lalu kurasakan batangku tersiram cairan memeknya yang meleleh karena orgasmenya yang kedua. Aku hentikan pompaanku di memeknya, kuberikan kesempatan dia untuk istirahat sejenak setelah keluar tadi.

    Setelahnya kuminta dia berganti posisi. Kali ini aku memintanya untuk menungging. Aku ingin menggaulinya dengan gaya doggie style. Ibu mertuaku tersenyum mendengar permintaanku.

    “Ohh…Puasin Ibu Doh…!”

    “Iya buh!” jawabku parau. Begitu dia menungging, kusaksikan pemandangan yang luar biasa dari posisi ini. Pantat Ibu mertuaku yang begitu bulat dan montok, begitu terawat berkat ketekunannya berolahraga dan minum vitamin, lobang kemaluannya yang begitu menggoda, dengan rambut kemaluannya yang terpotong rapi. Glekk… kutelan ludahku melihat pemandangan indah itu.

    Kujilati sebentar daerah kemaluan dan lobang anusnya itu. Kujilat dan kusedot-sedot memeknya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan lidah dan jari-jari tanganku secara bergantian. Ibu mertuaku mendesah-desah nikmat merasakan kenakalan tangan dan mulutku itu.

    “Ayyyoohhh…Ddohhh…Cepetannn masukiiinnn burungmuhh ituhhh…” Ibu mertuaku memohon dengan nada memelas. Sebenarnya aku masih ingin bermain di daerah miliknya, tapi khawatir istriku akan pulang sebelum perbuatan mesum kami ini selesai. Kuposisikan Kontol ku ke arah memeknya. Kumasukkan perlahan demi perlahan Kontol ku ke dalam miliknya. Sleeppp…sleep…bleeppp…masuk sudah seluruh Kontol ku tertelan memeknya, dan mulai kupompa dia.

    Tak lama kurasakan memeknya mulai membasah, seiring dengan semakin cepatnya pompaan Kontol ku di memeknya. Desah dan rintih penuh kenikmatan mulai terdengar kembali dari mulut kami berdua, seiring dengan meningkatnya intensitas persetubuhan itu. Keringat deras mulai bercucuran di sekujur tubuhku, dan beberapa di antaranya berjatuhan di tubuh Ibu mertuaku, yang juga sudah licin oleh keringatnya sendiri.

    “Dohh…ohhh…ahhh….ennaakkk…terusss…” desah nikmat Ibu mertuaku merasakan pompaan Kontol ku yang semakin cepat dan liar di memeknya. Kuremas-remas payudaranya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan jari tengahku.

    “Ohhh…aahhh…asshh…beginihh…Buhhh…?” tanyaku sambil terus memompa, sesekali menghujam-hujamkan Kontol ku hingga melesak jauh ke dalam memeknya.

    “Oohh…ahhh…Iyaahhhh…kaya…gituuhhh…” balas Ibu mertuaku, penuh kenikmatan. Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku. Hampir sejam sudah kami bergelut, bermandi keringat, lalu…

    “Acchh.. sshh.. ahhh.. ohhh” desah Ibu mertuaku sambil menjepit erat-erat Kontol ku dalam memeknya. Keluar sudah cairannya membanjiri Kontol ku. Semenit kemudian ketika aku hampir keluar, kutekan dalam-dalam Kontol ku ke dalam memeknya. Dengan jeritan yang keras, kuhamburkan spermaku keluar dan masuk ke dalam memek Ibu mertuaku.

    “Crrroooottttt… ccrrrrooottttt…. Cccrrrrrooottttt….”

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. oohh…nikmatnya” desahku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya spermaku benar-benar banyak keluar, membasahi lobang dan dinding memek Ibu mertuaku. Untuk sesaat kami masih mempertahankan posisi seperti ini, sambil merasakan sisa-sisa nikmatnya orgasme. Aku terus memegang erat pinggulnya erat-erat sambil sesekali menekan Kontol ku dalam-dalam, memastikan tak ada spermaku yang tersisa di kepala Kontol ku. Lalu kutarik Kontol ku dari dalam memeknya.

    Kuperhatikan spermaku dan cairan birahinya, meluap keluar dari lobang memeknya saat kutarik Kontol ku dari sana.

    “Mungkin nggak ketampung makanya tumpah” komenku dalam hati.

    Ibu mertuaku langsung berbalik posisi dan berbaring disusul aku kemudian. Dia langsung merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk diriku mesra. Tangannya membelai-belai dadaku dan puting-putingnya. Sesaat kami masih saling bercanda, sambil berciuman mesra, dan meremas anggota seksual pasangannya. Sesudahnya aku beranjak bangkit, pamit ke kamar mandi lalu mandi lagi.Kubersihkan sekujur tubuhku dari sisa-sisa keringat dan sperma di Kontol ku. Ibu mertuaku pun menyusul mandi tak lama kemudian.

    Setelah peristiwa nikmat yang kedua di hari itu, hubunganku dengan Ibu mertuaku menjadi tambah mesra saja. ‘Kuhajar’ dia di mana saja, di kamar mandi, kamarnya, kamarku, dapur, dan di ruang tamu kalau suasananya mendukung. Kadang kalau lagi nafsu-nafsunya dia sering mengajakku bercinta secara kilat di mana saja dia mau. Sebenarnya aku berusaha menghindar untuk berkencan lagi dengannya, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu.

    Aku selalu terangsang dengan kemolekan tubuh, kemampuan oral, dan jepitan memeknya. Sebaliknya dia tergila-gila dengan tubuh atletis, ukuran burung, dan keperkasaanku di atas ranjang. Hubungan mesum kami terus berlanjut selama enam bulan ke depan, hingga akhirnya dia memutuskan pindah dari rumahku. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksudnya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berperasangka negatif bahwa dia tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

  • Ibuku Seorang Germo

    Ibuku Seorang Germo


    1858 views

    Namaku Shinta. Aku seorang gadis remaja, usiaku 15 tahun. Semua temanku menyukai ku karena keceriaan aku dalam berteman. Duduk di bangku smp aku biasa disebut gadis yang suka bergaul, lincah dan centil. Namun berjalannya usiaku yang semakin dewasa.

    Banyak pembicaraan yang aku dengar dari tetanggaku. Maupun dari teman-temanku. Bahwa aku dari anak seorang pelacur murahan. Tempat pelacuran yang terkenal di daerah bekasi. Komplek pelacuran tanah merah Kedung Waringin. Yang berdiri di atas tanah tanggul.

    Disanalah ibu ku mencari nafkah, dengan menjual dirinya kepada laki-laki pemburu shahwat. Aku tidak perduli, karna memang aku belum mengerti tentang apa itu pelacuran. Akupun tak perduli apa yang di lakukan ibuku dengan profesinya. Yang aku tau aku mempunyai seorang Ayah tiri dan ibu kandung.

    Aku pernah bertanya dengan ibu ku. Siapa ayah kandungku. Namun ibu hanya terdiam dan menganggap ku anak yang masih kecil, yang penting kamu bisa jajan ga usah nanya-nanya soal ayahmu..Itulah yang keluar dari mulut Ibu ku kalo aku menanyakan tentang siapa Ayah kandungku.

    Aku lihat ibu bersolek dengan Farfum bau yang menyengat hidungku. Sore pukul 18.00 Ibu bersiap untuk pergi bersama ayahku seperti biasa. “Kamu jaga rumah nak..kalau mau keluar tolong pintu di kunci yang rapat” Pesan ibu ku di kala setiap mau pergi.

    Yang aku tahu kepergian mereka setiap malam, untuk mencari uang. Aku tidak perduli dan memang gak harus peduli. Yang penting aku dapat sekolah dan bisa jajan yang di berikan orang tua ku.

    ***

    Pukul 07.00 Aku bersiap untuk berangkat sekolah. Kulihat di kamar orang tuaku mereka belum terlihat, berarti mereka belum pulang dari tempat mereka mengais rejeki. Aku bergegas mandi. Waktu hampir menunjukan setengah delapan kurang berarti aku telambat, karna memang hari ini akan ada acara OSIS, jadi harus pagi sekali aku berangkat ke-sekolah.

    Terbiasa hidup sering di tinggal orang tua membuatku menjadi gadis belia yang bebas tampa ada yang melarang kemana pun aku pergi bermain. Tidak perdulinya orang tua ku dengan apa yang aku lakukan membuat ku menjadi anak yang kuarang perhatian dan kasih sayang. Termasuk urusan aku sekolah pun Orang tua ku tidak memperdulikan.

    Bergegas aku berangkat ke sekolah. Bagas sahabat karib kekasih ku, Rian sudah membully ku

    “Widiiih.. cantik bener loe hari ini Shin…!” ” Rayu bagas teman tapi mesra-ku

    “Mmm…mau cantik kek, mau jelek kek, masalah buat loe.” Ku perlihatkan mukaku dengan jutek. Aku pun berlari menuju ruang kelas dengan berlari kecil. “Shiin.. di cari’in ama Rian..” Teriak bagas. “Bo’do amat cowok kurang kurang berani ..hehehe.” Cela ku.

    Rian adalah kekasih ku, juga sebagai kakak kelas ku. Dengan nya aku selalu mengungkapkan curhatanku padanya. Namun hari-hari ini dia selalu menghindar dari ku. Entah kenapa yang membuat dia selalu menghindar dariku. Bahkan sms ku jarang di balas, pon pun sering di rijek. Namun aku tidak memperdulikan, karna aku memang bebas lepas tampa ikatan apapun dari orang tuaku maupun dari pacarku Rian.

    Memang seminggu sebelumnya. Rian mencoba datang kerumahku di malam minggu. Mencoba untuk mengetahui siapa dan apa keluargaku. Mungkin itu dia mulai memberanikan main kerumahku. Sebelumnya Rian hanya berani menemuiku di jalan dan mengobrol di tempat yang gelap.

    Bisa di katakan Rian sangat pemalu, justru yang bertentangan dengan sifatku yang bebas. Namun di balik pemalunya aku suka. Suka untuk menggoda dia agar menjadi Cowok yang gentleman. Apalagi dengan yang polos membuat aku menambah suka padanya.

    Bisa di katakan kami pasangan remaja yang Fenomenal di sekolah kami. Dengan gaya tomboy tapi seksi dan Rian seorang anak cowok yang kuper dan pemalu. Sehingga menjadikan kami sepasag yang gak nyambung dalam sifat.

    “Riaan nanti malam main yah kerumah.. jangan di tanggul mulu ah, ketemuannya .” Aku mengirim Sms.
    “Gak ah.. aku takut lihat ibu mu say..” Balas Rian.
    “Ih kamu mah masa sama ibu ku aja takut.. gimana mau pacaran di rumah kalau lihat ortu ku takut.” Jawabku dalam sms itu.
    “ii ya dah nanti yah jam delapan..” Balas Rian.
    ” Ok sayaang aku tunggu yahh..” Balas ku kembali.

    Rasa gembira di hatiku ketika Rian bersedia untuk main kerumahku..

    ***

    Tidak seperti biasa. Aku melihat ibu ku tidak bersama ayahku. Biasanya mereka kalau mau berangkat ke tempat warung remang-remang yang mereka kelola, selalu berdua. Namun kali ini aku melihat ibu ku sendiri berdandan dan menghias diri.

    “Bu Ayah kemana ko gak kelihatan,” Tanya ku pada ibu ku yang masih bertelanjang, hanya BH dan celana dalam yang ia kenakan yang menurut ku sangat seksi di kenakan ibu ku yang setengah baya itu. Dengan stockingnya yang hitam dan tembus pandang, terlihat seksi aku lihat. Ayah duluan ada urusan sama teman-temannya. kamu gak keluar malam ini..” Kata ibuku.

    “Mmm… gak bu.. ooh nanti temen Shinta mau maen kemari bu..” Kilah ku.
    “Cowok yah.” Kata ibu ku.
    “Iya bu namanya Rian temen sekolah ku..”
    “Temen apa pacar,..” Ledek ibu sambil menggunakan lipstick di bibirnya.
    “Temen..bu..” Aku sedikit berbohong.

    “Ya udah yang penting kamu hati-hati jaga diri dan rumah. Ibu mau berangkat yah..” Kata ibu ku sambil memegang hp nya sepertinya mau menelpon seseorang entah ayahku atau lelaki lain, selain Ayahku. “Haloo sayang.. aku sudah siap nih.. jemput aku yah..” Kata ibu ku dalam pembicaraan di hand phon-nya.

    Rupanya Ibu mau berangkat bersama lelaki lain dan bukan Ayah tiriku.

    “Ibu berangkat sama siapa.?” Tanyaku.
    “Ini temen Ayahmu, sesama Preman di sana ” Kata ibu ku

    Aku hanya mengangguk walaupun gak aku mengerti apa yang ibu maksud.. Terlihat seseorang lelaki yang ibu maksud. Dengan menggunakan motor gede, berjaket hitam, dan berperawakan cukup tegap, memakir motor di depan rumah ku. Rupanya teman pria ibuku.

    “Permisi dee.. ibu ada.?” Sapanya
    “Ada pak.. tunggu yah.. ibuu ada yang nyariin .” Teriak ku dan segera kedalam menghampiri ibu yang masih berada di kamar.

    Ibu pun keluar. Rupanya ibu belum selesai berdandan.

    “Silahkan masuk mas.. mmm.. aku belum selesai dandannya mas.” Kata ibu ku dengan manja.
    “Ok aku tunggu yah.. cepetan dandannya.. ” Kata pria itu sambil duduk di sofa.

    Setelah berapa lama ibu tidak kunjung keluar dari kamarnya, ternyata membuat lelaki itu gelisah menunggu. Sebentar berdiri sebentar duduk. Melihat tingkah laku Pria itu, aku pun jadi risih melihatnya. Akhirnya aku memutus untuk keluar, dan menunggu Rian yang mau datang menemuiku.

    Selang berapa lama aku mencoba untuk kembali kedalam. Aku terkejut ternyata pria itu tidak ada di dalam, aku cari kesetiap pojokan ruangan. “Mmm.. kemana om-om tadi ,” Bathinku. Terlihat daun pintu Ibu ku terbuka, aku penasaran, ‘Apakah om-om tadi ada di kamar Ibu ku.’

    Dugaan ku benar, ternyata om-om itu sudah ada di dalam kamar Ibuku. Namun aku gak berani mengintipnya, aku hanya mendengarkan suara dari balik daun pintu mamahku. “Mas jangan sekarang kita kan mau pergi.. nanti telambat looh.. eehh” Sekilas aku mendengar ibuku berbicara dengan om-om itu.

    “Sebentar aja .. nanti dah selesai baru kita berangkat..” Kata om-om itu dengan manja.

    “Ya udah tapi ingat yah, sebentar saja… buru-buru kamu keluarin… awas loo mas, takut suami ku menunggu.” Terdengar ibuku berucap manja. “Tenang aja maam.. aku tau cuma sekalii aja selagi suami kamu disana! kapan lagi aku bisa menikmati memek Mamih..” Ucap om-om itu yang memilukan telinga ku.

    Rasa penasaran terlintas di hatiku, untuk melihat apa yang di lakukan om-om itu di kamar Ibu ku. Rasa untuk mengintip akhirnya aku lakukan. Rasa jantung ini berdebar kencang, saat-saat aku membuka daun pintu itu, secara perlahan-lahan. “Astaga… aku melihat Ibuku di cumbu dan di cium dengan rakusnya. uleh om-om itu. Sudah dalam keadaan bertelanjang tidak sehelai benang pun yang menempel dubuh nya.

    Sambil duduk di samping tempat tidur. Dan aku meliahat om-om itu berdiri di hadapan Ibu ku, entah apa yang di lakukan Ibu ku. Ibu ku berhadapan deket sekali dengan selangkangan om-om itu. Aku kurang jelas melihatnya, karena pantat om-om itu menghalagi muka Ibu ku. Aku penasaran apa yang di lakukan Ibu.

    Tak berapa lama, om-om itu membuka celana jiens nya, aku lihat bokong nya yang kekar walaupun hitam. Dengan terhalang bokong om-om itu, aku kurang tau apa yang di lakukan ibu ku, terlihat ibu ku sedang memainkan penis om-om itu. Aahh.. makin penasaran aku dengan mereka, apa yang mereka perbuat dengan begitu, maklum aku belum pernah mengetahui apa yang mereka perbuat

    Sedikit aku pejamkan mata, rasa takut dan penasaran, menyelimutiku. Ku lihat kembali ternyata mereka sudah keadaan bugil. Ku lihat ibu sedang asik memainkan selangkangan om-om itu. Si om hanya meringis terdengar desahannya. “Ahhh…eehmm.. enak sayaang aahh aku suka aahh uuuhhh..” desah om-om itu.

    “Ayoo.. mas buruan kuarin… uuhuhuhu..” Terdengar desahan ibu ku yang merintih nikmat.

    Aku perhatikan dengan penuh penasaran, aku kaget ketika si om-om itu membalikan tubuhnya dengan kaki kanannya yang di angkat ke sisi tempat tidur, dan menyamping. Kini aku melihat jelas apa yang di lakukan ibu ku.

    Ternyata sedari tadi Ibu ku sedang memainkan penis om-om itu dengan mulutnya. Aku merasa jiik melihatnya, namun rasa penasaranku semakin mem beranikan diriku untuk mengintipnya. Terlihat ibu sangat menikmati Penis om-om itu, terliahat besar dan memanjang.

    Dengan lidah nya ibu ku menjilati setiap sisi batang penis om-om itu. Om-om itu hanya mendangak keatas, dan terkadang tersenyum puas memandang wajah ibu ku yang sedang bernafsu menikmati batang penis om-om itu. Di masukan dalam-dalam, di jilati kepala penis itu. “Mmm…. enak mas..mm.. besar banget si mas..mmm.. pakai obat yaah..” Desah ibu ku terdengar sayup-sayup.”. Si om-om itu hanya tersenyum mendengar gumamam ibu ku. “Suka yah sayaang.. suka kan yang gede-gede..hehehe.” Ledek om-om itu dengan senyum puas.

    Om-om itu bergerak kembali kehadapan ibu ku. dan memaksa ibu ku bertelentang. Dengan posisi berdiri om-om itu mencelentangkan ibu ku. Ibu ku menuruti apa yang di minta om-om itu. Dengan posisi kaki di angkat ke atas, Ibu ku mengangkangkan ke dua pahanya yang terlihat besar dan putih. Terangkat setinggi-tingginya membuat Vagina ibu ku begitu nyata terlihat tebal, tembem dan di tumbuhi bulu-bulu yang lebat di sekeliling vaginanya. Om-om itu pun segera berjongkok di sisi di mana ibu ku sedang mengangkangkan ke dua paha nya.

    “Mmm… sayang besar banget memek kamu.. uh.. mmm.. aku jilatin yah.” Kata om-om itu.

    Sssst… Om-om itu mulai memainkan lidahnya. Dengan rasa rakus Vagina ibu ku di santapnya, di gigit lelentit yang sedari tadi sudah membesar dan memerah.

    “Mm.. iyaah… ahh.. geliii…” Rintih ibu ku sambil bergelenjang nikmat dan gerakan yang tidak teratur dan nafas tersengal-sengal, membuat ibuku mengayun-ngayun kan kakinya ke atas.bak seperti mengayuh sepeda. “Ahhh,,, mas uhh…oyo mas …uuhh ..ssst..ehmmm…isep terus mas uuhhh…” Ibu ku makin bergelinjang nikmat.

    Merasa nikmat yang sangat luar biasa yang di lakukan om-om itu di vagina ibu ku, membuat ibu bergelinjang dan menaikan bokongnya berulang-ulang, sehingga membuat om-om itu sulit untuk menjilati. Si om-om itu tidak kehabisan akal, di dekapnya kedua kaki ibu ku dengan kedua tangan nya, sehingga membuat ibu ku tidak lagi bergelinjang.

    “Maaass….eeenakk…ahh… geli maass… ssst..” Ibu mendesah dengan muka menoleh kearah om-om itu. Tangan nya memegang kepala om-om itu yang berrambut cepak.

    Om-om itu asik menjilati vagina ibu ku yang terlihat tembem, dan penuh dengan bulu-bulu yang menghiasi di sisi-sisi vaginannya dengan sangat indahnya dan teratur rapi. Karna ibu ku memang suka merawat tubuhnya, apalagi veginanya yang selalu di jaga kebersihannya.

    Dengan rakusnya om-om itu menjilati vagina ibu ku, dan membuat ibu ku bergelinjang nikmat dengan desahan dan nafas yang tersengal-sengal yang membuat suasana menjadi mencekam. “Aaahh…eeennaak ..mas uh.. ayo mas isep terus uh.. aah..” Desah ibu ku. “Mmm…ssssst….” Om-om itu pun berdesah sambil menghirup air yang keluar dari vagina ibu ku.

    “Ahh…slursuslp…ssst ..mmm,,oh..” Dengan bangganya om-om itu bisa membuat ibuku puas dengan mainan lidahnyanya di kelentit ibu ku yang terlihat membesar dan memerah.Terasa seperti mementil, lidah om-om itu mengulum-ngulum kelentit ibu ku. Tak puas dengan perminan lidahnya di liang vagina ibu ku, om-om itu mulai mengocok-ngocok penisnya dengan tangannyasendiri. Rupanya si Om sedang membangkitkan penisnya kembali.

    “Cepat.. memebesar doong..Cepet keluarin.. aku takut mas.. suami ku menunggu ..ahh” Teriak ibu ku. Rupanya ibu ku tersadar bahwa ia sedang di tunggu ayah tiriku di warung, di mana para wanita anak buah ibu ku menjajahkan kenikmatan sesaat.

    Mendengar ibu sedang di tunggu ayah, aku jadi takut kalau ayah tiri datang menjemput ibu ku. Dan ternyata ada laki-laki yang menggauli ibuku. “Ah biar lah toh sudah terbiasa mungkin.” Bathin ku. Setelah kupandang lagi. Ternyata ibu ku sudah bergumul dengan om-om itu.

    Terlihat dengan posisi ke dua kaki ibu ku berada di pundak om-om itu. dan si om posisi berdiri dan berpegangan dengan kedua tangannya ke kasur. Pantatnya yang terlihat besar membuat aku ikut merangsang memperhatikan bokong om-om itu.

    ‘cpluk, cpluk, cpluk,’ Terdengar suara dari sentuhan kulit ibu ku dan om-om itu.
    “Ahh…enaaak…mam…ah.. uh uh uh..” Om itu dengan cepatnya menghujamkan penis nya ke vagina ibu ku.
    “Eeeeh…aaahh…pelan-pelan mas.. ah.. uuh..aaah..” Sangat berdesir aku mendengarnya.

    Desahan mereka membuat aku gak bisa diam melihatnya. Tampa ku sadari aku pun terbawa nikmat seiring gerakan dan desahan mereka. “Eeegghht… aku merabah sedikit celana dalam ku yang ku kenakan. tak sadar aku pun merabah vaginaku..”Ohh…mmm.”

    Ternyata vaginaku ikut basah. “Ahhh…eeeemm…” Ku rasakan denyut di dinding vaginaku dan tersa gatel “eeehss..” Aku terus berdesah, meracau sendiri. Tiba-tiba sms berbunyi.. triliiing..Ku baca sms itu ternyata dari cowokku. Aku pun teringat kalau Rian yang berniat mau main kerumahku.

    “Aku di depan rumah nih.” Tulis sms nya
    “Oh yah masuk aja kerumah. ” Balas ku.

    Suara motor terdengar, ia pun memakirkan motornya di sebelah motor om-om itu.

    “Ini motor siapa say.” Tanya Rian
    “Motor tamu Ibu ku.” Jawabku.

    “Ohh.. ada tamu yah. gak mengganggu say..” Rian kembali berujar. Rupanya masih ada ragu di hati Rian untuk berkenalan dengan Ibuku ku. “Gak apa-apa ko ayo masuuk..”Ajak ku, dan segera menarik tangan Rian ke ruang teras depan rumah.

    Rian pun duduk di bangku yang khusus untuk tamu yang mau bersantai di ruang teras rumah.. Aku pun duduk sebelumnya aku mengambilkan minuman untuknya. “Di minum sayang….” Tawar ku.

    Aku pun segera mengambilkan minuman untuk Rian. Ketika langkah ku mau menuju dapur untuk mengambilkan minuman untuk Rian. Terbesit di hatiku ingin mengintip sekali lagi apa yang di lakukan ibu ku terhadap om-om itu. “Ahhh.. ..” Kucoba untuk membuang rasa penasaranku. Aku pun menuju ruang dapur. Namun desahan ibu ku membuat aku semakin penasaran untuk melihatnya lagi.

    “Ah .. ah .. ah… eeehhgt… ssst..” Terdengar desahan ibu ku yang semakin menggila ku mendengarnya.

    Untuk menghilangkan rasa penasaranku ku coba untuk mengintip kembali. “Enak..mas..aaahh..enaaakkk” Teriak om-om itu dengan nafsunya menghujamkan vagina ibu ku dengan posisi Doggy Style. “Uhh.. aahh..” Kulihat ibu posisi menungging dan dengan leluasa-nya om-om itu mengocok-ngocok penis nya maju mundur dengan cepat

    ‘plok plok plok.. “aahhhh..uuh..gilaa..aaght..ehm.. masih enak memekmu mam..eeh..”om-om meracau. “Setan lo mas..eehh.. dah tua-tua juga masih doyan meemeekk bini .. oorang uuhh..ahhh..” Hardik nikmat terdengar dari rintihan nikmat ibu ku.

    Om-om itu mencoba memegang rambut ibu ku yang panjang terurai. Di jambak dan di kepal rambut ibuku yang terlihat masih tebal. Dengan mengepal rambut ibuku seperti menarik delman om-om itu dengan asiknya mengocok-ngocok vagina ibu ku dengan gerakan maju mundur dengan cepat

    “Aw aw aw.. kamu nakal mas uuh mau di apakan rambut ku.” Kata ibu dengan mata sayu nikmat. Ibu ku hanya pasrah dan menikmati vaginanya “Uuuh..ee..eenaakk aaahh….”. Merasakan begitu terasa nikmatnya, dan lebih nikmat dari penis ayah tiriku. Mungkin itu yang terukir di hati ibu ku saat sedang merasakan vaginannya di kocok-kocok sama om-om itu

    “Ayo… maas.. sayang uuhh enaakk..aahh ” Ibu ku kembali mendesah “Ini aaa..eeehh gurih memek kamu sayaaang, aahhh..eenakk.. say…enak memek kamu oohh…” Racau om-om itu. ‘plok plok plok’ Suaranya begitu jelas aku dengar, sentuhan dari kulit mereka. sleb bleb sleb bleb “Ahh,,, uuhhh.” “Maass…sssstt gila kamu mas kontolmu giilaaa..uhh..” Lagi-lagi ibu ku meracau nikmat “Ahhh..” Dengan gerakan volume yang cepat, terlihat jelas di mataku, penis om-om itu keluar masuk ke vagina ibu ku.

    “Ah.. pelan-pelan maaas..” Uh ibu sangat menikmatinya. “iya sayaaang aku kayanya ma ma mau keluar nih..eeegh..” Terdengar suara om-om itu dengan terbata-bata. Om-om itu semakin bersemangat mengocok vagina ibu ku dengan penisnya yang terlihat batang dan urat-uratnya sudah mengencang “Aku siaap maas..menerima peju mu ..aah..” desah ibu ku..”

    Om-om itu mengejang otot-ototnya, sepertinya akan keluar sesuatu dari penisnya, yang telah mengacak-ngacak vagina ibu ku. “Aght… aku keluar sayang uuuh..” Tiba-tiba om-om itu naik keatas punggung ibuku, yang masih posisi meningging. “Eehh mau kemana kamu maas..” Kata ibu ku, sambil membalikan kepalanya keatas. Yang ternyata terlihat penis om-om itu sudah berada di muka ibu ku. Dengan di kocok-kocok sendri dengan tanganya si om-om.

    Terlihat kepala penis om-om itu sudah memerah dan mengkilap dengan air mazinya. Dengan di acung-acungkan ke mulut ibu yang sedang mendangak keatas. “Uhhh ayo sayang kamu nga-nga.” suruh om-om itu. Mendengar perintah dari om-om itu ibu ku hanya menurut. “Ahh,,… ” Mulut ibu ku terbuka lebar dan siap menerima apa yang akan datang dari penis om-om itu.

    ‘Crot crot crot crot’ “aahh uhhh..” Terlihat cairan putih kental keluar dari penis om-om itu. Entah apa namanya air kental itu, aku tak tahu, karna aku belum tahu air putih kental itu. Aku mendengar ibu menceloteh. “Uwweekk… uuh.. bau tau mas…mmm.. uuh.. kesat sepet… sialan kamu maa..s…” Ucap ibu ku dengan mata kosong menatap om-om itu.

    “Uhh.. gila ibu ku rakus amat sampai di minum air yang menjijikan dari penis om itu.” Bathinku ku. Setelah puas dengan cairan yang kental putih itu keluar dari penis om-om itu. Kulihat ibu ku sangat menikmati air putih kental itu, yang belumuran di seluruh rongga mulutnya.

    “sayang gimana rasanya hehehe..enak yah” Tanya om-om itu kepada ibu ku dengan senyuman bangga. “Ssst.. sepet mas uuh hehehe.bauuu…” Jawab ibu ku manja .”Tapi suka kaan..” Ledek om itu.

    Ibu ku hanya mengangguk. Mereka pun berpelukan dan mencium bibir ibu ku dengan mesra. “Ya udah pakai lagi pakaian kamu! Ayo kita berangkat.” Om-om itu pun bergegas memakai celananya.

    Ibu ku segera merapikan rambutnya. Dan memakai bajunya kembali seperti semula. Entah apa yang di rasakan di kepala mereka. Mereka pun segera beranjak keluar kamar. Melihat ibu dan om-om itu mau keluar, aku pun segera menjauh dari pintu. Rupanya aku lupa aku sedang membawakan minuman untuk Rian yang sudah lama menunggu.

    “Ma.. maaf yah say..hehehe lama..” Sapaku dengan tersenyum.
    “Iya iya..” Rian mengangguk.

    Terdengar langkah keluar. Rupanya ibu ku yang mempunyai farfum khas yang di pakai jika mau berangkat ke warung remang-remang yang ibu miliki tentu dengan puluhan PSK yang di bimbing oleh ibu ku.

    “Nak ibu berangkat yah..ooh.. teryata ada tamu.” Sapa ibu ku sambil bersalaman dengan Rian.
    “Kenal kan Rian ini ibu ku.” Aku memperkenalkan Rian agar tidak canggung.

    ‘Ya udah ibu mau berangkat mencari nafkah buat Shinta anak ibu yang manja ini.. kamu jaga rumah baik-baik yah nak.” Kata ibu ku sambil membawa tas kecilnya, dan menuju motor om-om itu. Om-om itu hanya tersenyum melihat aku dan Rian. Dan segera menaiki motornya. Ibu ku telah siap sedari tadi menunggu untuk berangkat.

    Di dalam kencan pertama Rian kerumahku, membuat aku gugup. Di tambah lagi aku baru saja melihat adegan yang tidak aku mengerti. Adegan yang sangat aku berimajinasi apa yang di lakukan ibu dengan om-om itu. Rian hanya diam, dia emang sangat pemalu untuk bicara dulu, makanya aku kalau mau ngobrol sama dia harus aku dulu buka pembicaraan, setelah itu baru Rian membuaka pembicaraan.

    ‘Udah minum jangan di lihatin doaang.” Ucapku untuk memulai obrolan.
    “Yang laki-laki tadi ayhamu..” Tanya Rian yang membuat terkejut.
    “Mmm.. bukan itu temannya ibu ku..” Kataku mencoba meyakinkan dengan wajah semeringah.

    Aku takut Rian memperpanjang pembicaraan yang tentu akan menanyakan asal-usul aku dan siapa sebenarnya orang tua ku. Akhir ya ku coba mengalihkan pembicaraan.

    “Say masuk apa mau di luar aja.. masuk juga boleh kita nonton tv nyo..” Ajak ku.
    “Mmm… ga baik ah,, berduan di dalam. orang tua mu kan gak ada.” Kilah Rian dengan wajah lucunya.

    “Ok dah.. gak mauya udah.. di sini ajah..” Aku pun terdiam. Aku masih teringat apa yang barusan aku lihat. Pengalaman aku melihat sepasang manusia yang bergumul, saling merabah, menjilati, yang ternyata yang aku lihat itu adalah ibu ku sendiri.

    Dan yang membuat aku sedih ternyata Ibu masih suka melayani lelaki hidung belang. Dan pasti menghianati cinta tulus ayah tiriku. Atau memang ayah tiriku cuek-cuek aja jika ibu di gauli lelaki lain. Entahlah.

    Masih teringang-ingang di telingaku mendengar desahan dan racauan yang membuat darahku berdesir cepat, desahan orang-orang dewasa yang belum aku mengerti arti sebuah desahan kenikmatan. setelah aku menyaksikan erangan yang sangat memilukan telingaku. Erangan dan racauan yang keluar dari Mamahku sendiri saat Ia di senggama oleh lelaki yang bukan Ayah tiriku. Entah apa yang ada dipikiran mereka.

    “Eh!..Bengong aja,” Rian mengejutkan aku.

    Aku, tertawa dingin untuk menutupi apa yang ada di pikiranku.

    “Say..kamu mau kedalam gak, di sini dingin tau,” kata ku.

    “Em..gimana yah aku takut kalau kita kedalam, nanti ada yang curiga sama kita.” Aku mengerti apa yang Rian maksud, memang Rian lelaki yang cukup dewasa, bisa membaca situasi dan keadaan. “Em..terus kita ngapain, kalau di dalam kan kita bisa nonton tivi,” ujarku. “Seterah kamu sih, aku hanya ngajak aja, itu juga kalau kamu mau!”

    “Sepertinya kamu seperti ada pikiran dah!” Rian mencoba menebak-nebak apa yang ada di pikiranku. “Kalau ku lihat, wajah kamu agak sedikit gimana gitu?!..”
    “Ah perasaan kamu aja kali say,” ucapku.

    “Cerita dong sayang..” katanya membujukku. “Wajahmu tampak gelisah gitu, apa habis di marahi Mamah kamu sebelum berangkat tadi sama teman cowoknya?.” Rian mulai merocos menanyai aku dengan kepo.

    Aku menggeleng kepala, berusaha untuk menyembunyikan apa yang mengganggu di pikiranku ketika aku melihat Mamahku bergumul sama lelaki yang tidak aku kenal, lelaki dari dari teman Mamahku.

    Aku berdiam sejenak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Rian pun begitu, dia hanya memandang awan yang cerah dengan bintang-bintang bertebaran di angit nan jauh. Aku pun ikut menyaksikan keindahan kelap-kelip bintang itu. Mereka saling bergugus-gugus dengan teraturnya. Sungguh sangat mengesankan di kala aku bersamanya, laksana dunia ini di miliki untuk selamanya dan hanya berdua, “he..he..he..” aku tertawa di dalam hatiku.

    Melihat Rian yang diam dan hanya melongong-longong melihat ke atas langit, membuat ku tertawa cekikikan di dalam hati. Wajahnya yang terlihat pilon dan culun, menambah lucu dan jenaka. Sungguh aku makin cinta sama kamu Rian..

    Engkau kakak kelasku berpikiran dewasa, gak seperti cowok yang lain yang bisanya hanya mengajak pacaran di tempat yang gelap sekedar hanya ingin mengecup bibir. Tetapi kamu, pintar menepati keadaan, padahal kesempatan banyak untuk berbuat, tapi sungguh ia menjaga etika dan adab, itulah yang membuatku kagum padanya.

    “Eh..jam berapa ini?” Rian membuka suara. Lalu ia melirik jam tangannya. “Sudah jam sembilan lewat, aku rasa cukup untuk kita bermain-main sayang, dan juga kamu sudah terlihat mengantuk.”

    “Gak kok..santai aja lagi, abis kamunya sih banyak bengong ngitungin bintang, aku jadi ngantuk dah hehehe,” candaku. Rian pun sunggingkan senyum tampak manis di pipi terlihat lesung di pipinya. “Em..jarang sekali cowok mempunyai lesung di pipi,” batinku.

    “Ya udah, toh masih ada hari esok,” ujarnya. “Aku pulang dulu ya say!” Ia pun berdiri, lalu memandangku dengan mata yang sayu, mungkin pusing kali abis ngitungin bintang hehehe. “Ok..dah sayangku..” aku pun berdiri sambil ku cium telapak tengannya, seperti layaknya suami istri dan wanita baik-baik mencium tangan sang suami kalau ingin berpamitan kerja hehehe jiaaah…

    Ia pun melangkah pulang. Motor yang terpakir di halaman rumahku telah di nyalahkannya. Suara menggerung seperti anak motor atau seperti motor yang kurang di rawat, tentu sangat bising di dengarnya.

    Tak beberapa lama Ia pun melaju dengan roda duanya. Di tikungan ia mulai tak terlihat dari pandanganku. Aku sungguh berbunga-bunga, melihat Rian telah memberanikan diri untuk bermain kerumahku, walaupun desas-desus orang-orang yang ada di sekitar rumahku, memvonis rumah sarang jablay dan aku di beri makan uang lendir.

    Emm…aku masuk kamar, seperti biasa dengan handset yang kupasang di telingaku, lalu aku putar untuk mendengarkan lagu-lagu kesayanganku.Kamar yang sangat indah aku rasakan, walaupun aku jarang sekali tidur di kamarku sendiri.

    Terkadang aku tidur di rumah teman sesama cewek, hanya untuk menghilangkan suntuk hidup sendiri di kala malam karena tidak ada teman untuk mengobrol karena Mamahku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ketua dari wanita-wanita penghibur para lelaki yang mencari kenikmatan malam, itu juga kata orang yang selalu aku dengar dengan menjelek-jelekan keluargaku.

    Mata ku belum terpejam, pikiranku menerawang keatas mengingat kembali apa yang Mamah lakukan di dalam kamarnya bersama om-om itu. Ahh…mereka sungguh gila dan rupa daratan. Kenapa aku harus mengintip Mamahku sendiri, oh sungguh anak yang tak tahu diri.

    Aku gelisah merasa bersalah apa yang aku lakukan. Tubuhku terasa gak nyaman malam ini, rasanya selalu teringat terus saat Mamahku bergelinjang ketika Vaginanya di colok-colok oleh penis om-om itu. “Apa rasanya, jika memekku juga di colok-colok sama punya Rian,” batinku. Aku berhayal seandainya tadi aku bermain sama Rian, terus Rian mencolok-colok memekku ooh…pasti aku akan bergelinjang apa yang di lakukan oleh Mamahku, enak kali yah.

    Tampa aku sadari ketika aku berhayal dan ingat kembali apa yang aku lihat perbuatan Mamahku. Tanganku merabah celana yang aku kenakan. Celana yang hanya terbuat dari bahan tenun yang tipis sehingga apabila aku sentuh, jelas sekali batok Memekku. Uh.. yah batok memek yang masih putih dan belum di tumbuhi bulu-bulu ini. Aku mengusap-ngusap dengan perasaan. Semakin lama semakin berdesir darahku. Aku rasakan ada yang beda.

    Vaginaku terasa cenat-cenut. “Ohh…yeeaah..ssst…sungguh uuh..pantesan Mamahku terlihat menikmati ketika Memeknya di jilati. Ohh…uh…sungguh enaak ssst ahh…” Aku terus mengusap dan membelai vaginaku yang masih tertutup oleh celana rajutan jarang. Karena merasa ada yang lain dalam desiran darah ku. Aku pun memcoba untuk bertelanjang dada.

    Baju kaos yang kau kenakan aku lepaskan. Kini hanya BH yang masih terlihat, serta celana ngetrit yang aku pakai. Ku pandang buah dadaku yang terlihat kecil, gak seperti punya Mamahku yang terlihat besar dan menggandul hehehe.

    Emm…ku pandangi puting meranum sangat indah, oh.. mungkin ini untuk menetek ketika aku punya beby. Ssst..Aku gak tahan akhirnya aku buka BH yang aku kenakan oh..aku merabahnya, seperti apa yang aku lihat pada Mamahku yang di isap dengan rakus oleh om-om itu, dan di remas-remas dengan rakus. “Emang enak yah!”

    Emm.. Eght.. uh…aku mulai meremas-remas payudaraku. Sttt…eght.. agak berdesir aku rasakan tiba-tiba aku merasakan payudaraku mengembang dan mengeras dengan kencang dan padat. Entah apa yang membuatnya begini aku tidak tahu. Yang aku rasakan bergelinjang seluruh urat-uratku.

    Sungguh sensasi sangat luar biasa yang aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Em…rupanya ini yang membuat Mamahku merasa ketagihan dan terasa nikmat di rasakannya. Oh..Mamah enak mah..sstt..enaaak.. Tampa aku sadari tangan kanan yang terus meremas-remas payudaraku, aku mencoba untuk turun ke lebih bawah lagi. Aku ganti tangan kiriku untuk merabah buah dada ku, dan tangan kanan aku turun kan untuk merasakan sensasi Memek ku.

    Celana tipis yang aku pakai masih merekat, ku coba merabah gundukan di dalamnya yang bukan lain gundukan memek ku, yeaah..aku merasa geli oh… terasa berdesir masuk ke rongga liang memekku. Oh…sungguh sangat menggidikan bulu kuduk. Yeahh…aku meronta-ronta aku ikuti irama desiran di mana tubuhku klepek-klepek bergelinjang tak tentu arah.

    Terkadang-kadang aku naikan bokongku sambil terus merabah memek ku, lalu aku putar-putar oh.. sunguh sangat nikmat walaupun masih terhalang celana dalamku. em…Mamah inikah yang Mamah rasakan ketika om-om itu mengelus-ngelus memek Mamah. Ssstt…benar-benar enak Mah.. Sensasi onani ku yang pertama aku rasakan walaupun aku belum berani untuk merabah lebih dalam lagi.

    Tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara Hape ku. Rupanya Rian yang menelponku. “Tumben Rian jam segini belum tidur?!” pikrku. Memang gak biasanya Rian menelpon aku jam-jam saat-saat orang-orang sedang terlelap tidur. Dan sebenarnya Rian anak yang penurut sama orang tuanya, dia sangat pandai dalam mengatur waktu belajar, bermain dan tidur.

    “Haloo.. sayang,” jawabku, sebelumnya ia mengucap kan Halo. “Kamu belum tidur sayang?” Rian bertanya dengan suara yang agak berat mungkin grogi kalau telponan di malam hari, takut di dengar sama keluarganya jadi suaranya di sembunyikan dengan kecil.

    “Belum,” jawabku. “Kamu sendiri kenapa belum tidur, tumben ih!”
    “Ia gak papa kan, aku nelpon kamu!”
    “Sayang..Malah aku senang kebetulan aku memang belum bisa tidur.”
    “Kamu lagi apa?”

    Ah..Pertanyaan yang menggoda, kalau aku jujur pasti aku di tertawakan. Tetapi hati ku terbesit untuk bercerita pada kekasih ku Rian. Cuma aku malu sama saja membuka aib Mamahku.

    “Em…coba tebak lagi apa?!” ku coba untuk mengajaknya becanda.
    “Pasti lagi dengar musik kesukaan kamu sambil tidur-tiduran. Benarkan!”

    “Em…mau tahu aja kepo nih hehehe,” dia memang membuat aku tertawa, masalahnya aku yang lebih dulu untuk membuka canda dan tawa. Rian jarang sekali untuk membuka suara lebih dulu kalau aku yang lebih dulu membuaka pembicaraan, baru Ia menjawabnya. Entah apa yang membuatku melemparkan pertanyaan padanya. “Say tebak aku pakai baju, apa telanjang?”

    “Maksud kamu apa sih,” terdengar dengan nada bingung.
    “Ia.. Aku sedang pakai baju apa bugil?” lanjutku memberikan pertanyaan menggoda.
    “Gila kamu bertanya seperti itu!” Rian sedikit membentak aku.

    “Ih… ini kan cuma pertanyaan kok! Kalau gak mau di jawab ya udah gak papa kok!” balasku. Entah apa aku tak memperdulikan tercengangannya saat aku memberikan pertanyaan seperti itu. Aku rasakan ada yang beda pada diriku. Disaat aku dalam keadaan bugil walaupun masih memakai celana sedikit ada rasa ingin memberitahu kepada Rian bahwa apa yang aku lakukan sangat luar biasa nikmatnya. Mungkin Rian belum pernah melakukan apa yang aku lakukan. “Ah.. telanjur Horny aku”

    “Sayang…oh..aku lagi bugil nih,” kata ku. “Sstt..sayang tetek ku oh..tetek ku sst..”
    “Et dah!.. Say kamu jangan macam-macam dah!” terdengar Dia bertambah bingung. “Kamu membuat aku binggung tau..” katanya lagi.
    “Kamu mau nenen gak?” godaku. “he..he..he Kamu lagi apa say?”

    “Tau ah,” terdengar agak sinis Rian menjawab. Namun aku tidak perdulikan. Aku sambung lagi remasan payudara ku yang sempat tertunda tampa mematikan Hape. Aku sengaja untuk berdesah di telinga Rian. Lalu aku melepaskan celana ku.

    Uh..kini memek ku terlihat, putih gempal tampa bulu. Aku mengangkang kan kedua kaki ku dan paha terbuka lebar dan aku angkat kedua kaki ku tinggi-tinggi. Uh…seperti apa aku melihatnya gak tahu lah, “Sayang…oh…sayang…”

    “Gila kamu Shinta! Dia menyentakku.

    “Uh…ah..eeght..enak say..enak..sst..”

    Aku terus mengusap-gusap dinding selangkanganku, sambil membayangkan apa yang aku lihat terhadap Mamahku dengan om-om yang tidak aku kenal namanya. Ssstt…berdenyut oh berdenyut liang vaginaku uh…ternyata memainkan selangkangan memang enak. Aku membatin tak memperdulikan Rian, apakah dia masih mendengar desahanku, apa sudah di putus teleponnya. “Rian…sayang..kemana kamu?” tanya ku.

    Aku coba untuk posisi telungkup. Dengan tangan kanan memegang Hape. Sedangkan tangan kiriku menyelusup kebawah perut tentu untuk mengobel-ngobel selangkanganku ssst…gila.. enak oh.. enak..Memek kurasakan sedikit basah, entah kenapa terasa lembab aku rasakan, eegh..bahkan aku mau pipis tapi beda rasanya, tidak seperti pipis sehari-hari. Pipis ini terasa ada yang mengganjal dan seperti tertahan di dalam menunggu aba-aba untu di semprotkan begitu rupa.

    Sela paha aku renggangkan, sedikit di angkat bokongku, menambah mudah aku untuk memainkan vaginaku sambil aku putar-putar dan aku kait seperti ingin mencongkelnya. Mamah uh pantesan Mamah bergelincang dan membuncah disaat om-om itu memainkan vagina Mamah. Ssst ternyata enak mah..oh..enak…ssst..

    “Haloo….hei…Shinta..halo….!?” Rian rupanya ingin menyadarkan aku. Aku tak perduli, uh…bahkan aku menantang Dia untuk mengikuti apa yang aku lakukan. “Sayang..Aku lagi ngobel memek sayang..oh..memek Shinta jadi enak nih!..”

    “Gila.. kamu sungguh gila Shinta..”

    Tiba-tiba aku mendengarka suara Rian berdesis. Entah apa yang di lakukan Rian terdengar suaranya agak berdesis.

    “Sayang.. Kamu lagi apa? tanya ku.
    “Eght…..ah…aku jadi berdiri nih.” katanya.
    “Berdiri apanya?” tanyaku lagi.

    “Punya ku sayang..oh punya ku jadi berdiri nih! Ohhh..duh..gara-gara dengar ocehan kamu punya ku jadi tegang nih!” “Ssst…oh gitu yah.. ucapku pura-pura gak mengerti. Aku terus memainkan selangkanganku dengan irama cepat.

    Aku rasakan sebentar lagi aku akan pipis. Ya sst mau pipis ssstt..eght…oh sungguh sensasi yang sangat luar biasa aku rasakan pertama kali aku melakukan seperti ini, apalagi sekaligus aku dengarkan desahanku kepada kekasihku Rian.

    “Sayang.. oh.. aku gaceng sayang.. oh..aku jadi ngocok nih!” terdengar suara polos Rian. Rupanya Dia sedang memainkan penisnya.
    “Sayang..uh..uh..uh sayang..ssst aku mau pipis sayang,” kataku
    “Ia…say..aku juga oh..kontolku oh panjang banget sayang..ssst..merah nih sst…” ujar Rian kepadaku, bertambah nikmat aku rasakan ketika Ia juga melakukan apa yang aku lakukan.
    “Diapakan punya kamu sayang?”
    “Eght…aku kocok-kocok say..ssst enak…” kata Rian, “Kalau kamu di apain sayang, sst..memek kamu di apain tuh?…”
    “Aku di kobel nih sst enak say..oh..enak…berdenyut say..memek ku berdenyut nih uh uh uh”
    “Ia sayang..aku juga enak nih sst..eah…enak eah..sst uhh…sst enak…” desah Rian membuat aku membuncah.

    Benar tak lama kemudian vaginaku terasa ada yang ingin keluar. Uh seperti mau keluar dengan tertahan untuk di muncratkan. Eahh….ssst….eah…aku cepatkan kobelanku. Lendir yang melumuri telapak tanganku, licin rasanya memek ku dengan sangat becek dan basah aku rasakan uh uh uh.

    “Oh……say…oh…aku . aku . aku sst…eeght…aku mau pipis sayang. Aku mau pipis nih.” desisku.
    “Sama say…ah.. ah..ah..ah aku juga uh uh uh uh keluarin say, kuarin, ssst”

    Tak lama kemudian.

    ‘Ciiit..ciiit…ciiit’
    Oh…….
    “Aku pipis sayang, aku pipis oh..” ujarku dengan suara parau.
    “Rian..oh…” panggilku.
    “Uh..uh..uh..Aku juga nih uh..uh..uh.. oh..aku ngecret say sst..ah..” ujar Rian. “Tanganku ku jadi lepek nih, ssst.. gila..banjir sayang!”

    Rian berdesis. Aku pun terkulai dengan posisi telungkup dan aku turunkan kembali bokong ku. Uh..aku rasakan kasurku banjir, seperti aku mengompol waktu kecil dulu. Pipis yang sangat enak. Pipis yang sangat sensual sungguh aku baru pertama kali menikmati kelakuan seperti ini.

    Kini aku mengerti apa yang aku lakukan itu adalah Masturbasi atau onani. Mungkin kaum pria semua melakukannya termasuk Rian kekasihku. Semenjak itu aku jadi pecandu Masturbasi. Kalau pikiranku sedang membuncah aku melakukannya bersama Rian via Phone. Walaupun Rian sendiri kadang-kadang menasehatiku jangan terlalu keseringan melakukan berbuatan seperti ini. Katanya.

    Tetapi aku punya prinsip dalam hidupku, aku tak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah, walaupun bersama Rian sendiri kekasihku. Dan juga aku dan Rian masih menjenjang pendidikan di bangku sekolah. Masih banyak tugas yang harus di kerjakan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

    Dan aku berjanji di dalam hatiku yan paling dalam. Tidak akan mengikuti jejak Mamah ku sebagai seorang Germo. Biarlah sebatas Mamahku mendapat gunjingan dari orang-orang terdekat. Aku tahu Mamahku juga tak mau aku seperti dirinya. Dia ingin aku menjadi wanita yan baik-baik dan bekerja di tempat yang baik-baik pula, agar aku dapat menutupi Aib Mamahku sebagai seorang germo.

    Aku akui, sampai kapanpun aku akan meneruskan pendidikanku sampai kuliah, itu permintaan Mamahku, walaupun uang yang di hasilkan untuk menyekolahkan ku dari hasil menjadi seorang Germo, bahkan terkadang hasil menjual dirinya sendiri.

  • Impressive Squirting Along Juicy Rosa Kawashima

    Impressive Squirting Along Juicy Rosa Kawashima


    1489 views

  • In a Warehouse Love

    In a Warehouse Love


    1844 views

  • IN CAR DO SEKS

    IN CAR DO SEKS


    2043 views

  • In office do seks

    In office do seks


    2062 views

  • Indahnya Ngecrot di Mulut Cewek SMA Bibir Tipis

    Indahnya Ngecrot di Mulut Cewek SMA Bibir Tipis


    1556 views

    Duniabola99.org – Sekarang saya kuliah di perguruan tinggi swasta di Bandung. Pengalaman ini saya alami 1 tahun yang lalu tepatnya dibulan Oktober. Saya termasuk anak yang pandai bergaul. Tapi sayang kebanyakan teman saya di kuliahan rata-rata pria. Hal ini dikarenakan pacar saya 1 kelas dengan aku. Jadi sulit untuk melihat kesana dan kesini. Saat itu saya pacaran dengan pacar saya (sebut saja namanya Ina) hampir 5 tahun, tapi sekarang kita udah putus. Kami pacaran dari SMU, dan hubungan suami-istri sudah sering kami lakukan.

    Hingga suatu saat pada bulan september saya bertemu dengan teman lama di SMA dan satu kuliahan dengan saya. Sebut saja namanya Indah. Saat smu Indah termasuk anak yang paling cantik di sekolah. Suatu kebanggaan bagi kaum pria jika berhasil berteman apalagi menjadi pacarnya. Tapi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjadi temannya. Dalam berteman ia selalu memilih-milih, apalagi dalam menjadi pacar. Saat itu pun aku tidak berhasil menjadi temannya. Wajar jika dia tidak mau berteman dengan ku karena aku hanya cowok biasa yang mempunyai tampang biasa juga.

    Indah adalah cewek idola disekolah kami. Hampir semua anak dari kelas 1-3 mengenal dia. Dia termasuk anak orang kaya dan pintar. Kalau dibilang ukuran tubuhnya hampir mendekati sempurna ditambah dengan adanya tahi lalat di bawah bibir. Bibirnya tipis dan ukuran dadanya pun ditaksir kira-kira 34B. ditambah dengan badannya yang ideal dan kulitnya yang kuning bersih.

    Kejadian ini terjadi pada awal september, saat saya bersama dengan Ina hendak makan siang di belakang kampus. Tidak sengaja kami berdua berpapasan dengan Indah. Kami pun senyum duluan dan sesudah itu dibalas dengan senyuman dan ucapan oleh Indah. “Masih awet yah dari sma”? katanya. Kami hanya membalas ucapan dia dengan senyuman saja. Melihat body nya yang aduhai membuat saya ingin memiliki dia, tapi mana mungkin pikir ku.

    Keesokan harinya saya terlambat kuliah dan tidak diijinkan masuk oleh dosen, karena saya terlambat lebih dari 15 menit. Dengan kesal saya memaki-maki dosen dalam hati, karena jarak dari rumah ke kuliahan cukup jauh. Tidak sengaja ketika turun dari tangga saya melihat Indah sedang duduk di teras sendirian. Saat itu saya memberanikan diri untuk menyapa dia, mumpung gak ada Ina. Saya langsung duduk disebelah Indah dan berkata, “ga ada kuliah ndah”? tanyaku. Indah langsung menjawab “ga ada dosen tuh”? “kamu sendirian, mana Ina”? tanya dia. “ga ada, aku sendirian”. Saat itu ga sengaja aku ngelihat ke bagian dadanya sebentar. Ya ampun, antara kancing atas dan bawahnya sedikit kebuka dan kelihatan bentuk dadanya yang kuning bersih. Saat itu aku langsung melihat mukanya lagi sambil jantung ini berdetak lebih keras, dan kamipun melanjutkan pembicaraan kira-kira 1/2 jam lamanya.

    Setelah itu saya masuk kuliah jam 09.30. Di dalam kelas saya tidak bisa kosentrasi belajar, pikiran selalu tertuju pada muka dan dada Indah yang kenyal. Dalam hati ku berfikir, gimana caranya tuk dapatin Indah dan bodinya. Selama 1 jam aku berfikir terus, dan aku mulai dapat ide tuk deketin dia. Setelah itu kususun rencana serapi mungkin agar gak kelihatan kalo semua itu sudah aku atur.

    Pulang kuliah gak sengaja aku ketemu dengan Indah. Dia sedang melihat papan pengumuman. Aku diam sebentar karena ku akui aku juga grogi setengah mati. Setelah agak tenang sedikit aku mulai mendekati dia. “Hei, lagi ngapain?” tanyaku. “hei, ketemu lagi, lagi liat pengumuman nih.” Jawab dia. “eh ndah, tau gak jalan pasir pogor dimana?” tanyaku. Sebenarnya aku sudah tahu dimana jalan pogor itu. Sengaja aku pilih jalan itu karena jalan pasir pogor melewati rumahnya dulu.

    “Kalo ga salah di deket Ciwastra deh? Emang mo ngapain kesana?” jawab dia. Wah kena juga nih, pikir ku. “mo ketemu temen aku di sana, Cuma ga tau jalannya kemana. Kalo ga salah rumah kamu di daerah Ciwastra kan?” pancing aku. “iya, emang kenapa?” “Anterin donk kesana, ntar aku anter balik dech ke rumah kamu”. “gimana yah, soalnya temenku ada yang mo nganterin balik, tapi ya udah dech aku ngomong bentar ama temen aku, kamu tunggu aja di kopma yah?” jawab dia. Wuihh, rencana ku berhasil nih.

    Tidak sampai 10 menit Indah menghampiri ku yang sedang duduk bersama temenku. “ayo, mau balik sekarang?” dengan gesit aku berdiri dan pergi bersamanya. Temanku hanya bengong, karena tidak menyangka aku akan jalan bareng ama Indah. Kami pergi menuju tempat parkir mobil, karena aku saat itu memakai mobil Feroza.

    Di tengah perjalanan kami hanya berbicara mengenai masa sma dan mengenai ina. Tapi setiap pembicaraan mengarah pada Ina, aku selalu bilang kalo aku sudah putus dari Ina. Dan aku bilang ama Indah supaya jangan ungkit-ungkit masalah Ina lagi. Mobil sengaja kuperlambat supaya aku dapat bicara lebih lama dengan dia. Dan saat itu, kancing baju atasnya terbuka dan dia duduk sambil miring ke pintu mobil. Sehingga kelihatanlah BH nya yang berwarna hitam. Aduh ma, ucapku. Ngga terasa kontolku sudah mengeras. Ku coba diam sejenak, karena kalau salah sedikit sikapku maka gagal juga tuk dapetin bodinya.

    Setelah ditunjukin jalan pasir pogor, aku pun mengantarnya balik. Sesampai nya didepan pintu rumah yang lumayan mewah, ia berkata sambil tersenyum. “makasih yah, dah mo nganterin. Mo masuk dulu ga ke rumah?” wah kesempatan nih pikirku. Tapi rencana sih harus tetap kujalanin. “ga deh ndah, makasih. Lain kali aja yah, aku mesti ke pasir pogor lagi nih. Oh ya, besok balik jam berapa? Bareng yuk?” pancing aku. “Besok aku balik jam 9.30, ya udah kalo mau nganterin tungguin di papan pengumuman besok yah?” wah, rencana pertama aku sukses nih. Tinggal jalanin rencana ke 2.

    Besoknya aku sudah stand by di papan pengumuman. Dan tak lama kemudian Indah datang menghampiriku. “mo nganterin lagi nih, kalo mau sekarang aja”, tanyanya. “ayo dech sekarang aja”. Jawabku. Dalam hati ini juga deg-degan banget. Bukan karena mau jalan ama Indah, tapi takut ketahuan ama Ina. Wah bisa berabe nih urusan kalo ketahuan. Akhirnya kamipun pulang samaan. Di tengah perjalanan pulang kami ngobrol sampai terbahak-bahak. Memang aku pintar untuk membuat orang lain ketawa, dan kuakui itulah kelebihan ku dalam menaklukan hati wanita. Ditengah tawa kami akupun mulai bertanya kesukaan dia? Saat itu terpikir oleh ku untuk mengajak dia berenang, karena dengan berenanglah aku dapat melihat bodinya secara langsung. Memang Indah selama di smu tidak pernah 1 kali pun ikut pelajaran berenang, entah kenapa? “mau kemana lagi ntar habis nganterin aku?” “Aku mau berenang nih ndah, kamu bisa berenang gak?” pancing aku. “gak bisa nih” jawab dia.

    “Ya udah, kamu mau berenang samaan ga ama aku, ntar aku ajarin dech” jawab aku. “tapi aku gak punya baju renang, soalnya aku gak suka renang sih”! Katanya. “yah kamu cari dulu donk, ntar kalo ga ada kan beda urusannya lagi, jadi besok jam 2 sore yah?” tanyaku. “iya deh jam 2 sore jemput aku di rumah yah” jawabnya. Sesudah itu aku anterin dia balik kerumahnya. Sesudah itu aku hanya tertawa kecil dan menggumam, “udah kena perangkap aku nih, tinggal rencana ke 3 nih besok. Wah, udah kebayang bentuk dadanya, pahanya dan sentuhan tangannya saat aku ajarin dia berenang besok, terlebih tangannya di tumbuhin bulu-bulu halus”.

    Besoknya kamipun pergi berenang samaan ke pemandian Cipaku. Saat ganti baju aku sudah membayangkan bentuk dadanya, pahanya yang putih dan lain-lainlah pikiran ku saat itu. Saat ketemu hati ku langsung berdetak lebih kencang, karena Indah yang ada di depanku sekarang sedang memakai baju renang. Dan dadanya mulai kelihatan sedikit menyembul ditambah dengan pahanya yang indah banget. Suerr, kontolku saat itu langsung tegang terlebih dia menggandeng tanganku menuju tempat penyimpanan tas di samping kolam renang.

    Sesudah itu aku pun langsung masuk ke kolam renang dan disusul oleh dia. Dan saat itu mulai aku mengajari dia sebatas aku bisa. Saat memegang tangannya terasa jantung berdetak lebih cepat. Tangannya halus banget. Ditambah senyuman bibirnya yang tipis dan merah. Hampir 1/2 jam aku mengajari dia berenang. Tapi kontol ini masih tegang terus. Pada saat aku sedang mengajari dia berenang tak senggaja dia menyenggol batang kemaluanku karena saat itu aku sedang mengajari dia gaya katak. Aku malu banget, karena takut dipikir Indah, belom apa-apa sudah tegang duluan. Tapi aku coba buang pikiran itu jauh-jauh.

    Saat itu aku sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Dengan sengaja saat dia hampir tenggelam sengaja aku peluk dan dekatkan kontolku di depan atau di belakang dia. Dan dengan sengaja juga aku mencoba agar tanganku sekali-kali mengenai dadanya dia. Rencana ku berhasil, kami semakin akrab saja. Tapi aku ngga tahu, apa mungkin ia suka ama aku, atau hanya sebatas teman. Kami berenang hampir 2 jam.

    Sesudah itu aku terlebih dahulu mengajaknya pulang karena hari hampir malem jam 6 malam. Kami makan di hoka-hoka bento yang ada di jalan setia budi. Dan dalam perjalanan pulang pun kami masih tertawa bersama. Dalam hatiku berkata, sebentar lagi kamu masuk dalam pelukan ku ndah! Sesampainya di rumah Indah, ia mengajak aku masuk supaya minum the dahulu. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan lagi. Inilah rencana akhirku. Aku masuk dan duduk disebelah dia sambil posisi 1/2 tidur. 15 menit kami mengobrol. Otak ku berputar terus saat kami ngobrol bersama. Dalam pikiran ku, gimana aku dapat menyentuh dia, sedangkan dari Indah tidak ada sinyal sama sekali pada ku.

    Sampai pukul 7.20 aku masih terdiam. Sampai suatu saat Indah bertanya padaku. “maaf yah kalo ini nyakitin kamu, cuma aku mau nanya. Kenapa kamu kok bisa sampai putus dari Ina, kan dia orang nya baik banget”. Wah dengan pertanyaan itu aku mulai dapat ide lagi. “ga tau deh ndah, aku juga bingung. Aku ngerasa kita ngga cocok lagi dech”. Kataku. Dengan perasaan sedih aku coba genggam tangan dia sambil berkata,”tapi kamu jangan bilang siapa-siapa kalo aku sama Ina udah putus yah, please..” Ya ampun aku deg-degan banget saat itu, tapi aku coba bersikap tenang. Dia cuma diam saat aku pegang tangannya. “Tenang aja kok, aku bisa jaga rahasia”.

    Nafsu ku sudah nggak terkendali lagi, terlebih ruang tamu saat itu terutup rapat. Dan saat itu penghuni rumah yang lain sedang asik nonton TV. Tanganku saat itu sedang mengenggam tangannya. Dan perlahan lahan aku mengusap bulu halus yang ada di tangannya dan mengusapnya perlahan-lahan sambikl berkata, “kamu cantik banget ndah, aku seneng banget bisa samaan ama kamu”. Perlahan kulihat gerakan tangan, muka dan kakinya dia. Ternyata dia sudah gelisah. Merasa ada jawaban aku meneruskan elusanku, sambil kucoba dekatkan bibirku ke bibirnya dia. Senggaja aku mengecup secara perlahan dan lembut dan diiringi desahan nafas perlahan. Memang aku pintar dalam merangsang cewek, karena aku sudah pengalaman dari Ina.

    Sesudah kukecup bibirnya secara perlahan dia memejamkamkan mata dan terasa getaran kakinya yang mulai gelisah.

    Perlahan kukecup bibir lagi. rupanya kali ini ciuman ku berbalas juga. ia balik mencium ku dengan lembut. perlahan ku lepas ciuman ku di bibirnya dan bergerak menuju lehernya. walaupun aku sudah terangsang banget tapi aku masih bisa berfikir apa yang mesti aku lakukan lagi tuk dapetin body nya. ciumanku bergerilya disekitar leher dan dekat telinga. terdengar nafasnya yang sudah memburu. Perlahan-lahan tanganku memegang pipinya secara lembut, lehernya dan mencoba memegang toketnya yang aduhai. aku usap toket Indah dari luar baju. ia masih diam dengan mata tertutup. dengan perlahan tanganku masuk ke dalam bajunya lewat bawah dan tanganku mulai mengenai BH nya. ku coba angkat sedikit BHnya secara perlahan-lahan. dan terasa saat itu toket Indah sudah dalam genggamanku. kuusap dan kepelintir putingnya secara perlahan. saat itu juga kucoba tangan yang satu lagi tuk membuka kancing bajunya. setelah kubuka bajunya terlihatlah Bh yang berwarna hitam, dengan gunung kembar yang indah banget dibaliknya. saat itu nafsu ku sudah tidak terkontrol lagi. kontolku sudah ngaceng banget.

    Tapi aku belum puas sebelum melihat memeknya. kucoba tuk buka rok nya secara perlahan, dan terlihat pula gundukan daging di balik celana dalam hitamnya. aku terdiam sebentar karena tidak menyangka Indah cewek yang cantik banget, dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendekatinya kini sudah bugil di depan mataku.

    “Aghh.. kamu kok gini sih an” desahnya. aku cuma tersenyum puas. dan kucoba tuk menarik tangannya ke arah kontolku. dan memang sudah sengaja sleting celanaku sudag aku buka. dan merosotlah celanaku. rupanya Indah sudah bernafsu banget. diangkatnya bajuku dan di lepaskannya celan dalamku.

    Kini matanya sudah terbuka dan melihat kontolku yang lumayan gede. “ihh.. gede banget yang kamu an”? aku coba bangkit berdiri agar dia mau mengulum kontolku. “kamu mau cium kontolku kan”? tanpa menunggu komando lagi kepala Indah ku arahkan ke kontolku yang sudah keras banget. diciumnya perlahan-lahan kontolku dan dijilatinnya kontolku. “muahh.. mchh..” terdengar bunyi dari mulutnya yang tipis. “terus ndah.. achh.. terus.. enak banget loh .., kamu pinter banget ndah.. achh..”

    Pikiranku sudah tidak dapat kukontrol lagi. 15 menit sudah berlalu. dan perlahan ku angkat tubuhnya ke atas sofa ruang tamu dan kutidurkan. kucium lehernya terus turun ke menuju susunya yang kenyal dan indah. “gilaa banget nih cewe bodynya, susunya, pantatnya yang kenyal, terlebih bulu-bulu yang lumayan banyak dan halus”. gumamku dalam hati”. kucium toketnya yang lumayan besar dan kenyal. “muachh.. muachh.. ” “aduh an.. terusin.. achh..” dia mengerang terus. sambil ku jilatin toketnya, tangan kananku perlahan-lahan menuju memeknya. Astaga.. basahh banget nih.. terus ku elus dengan lembut dan ku belai klitorisnya yang sudah mencuat.

    “Achh.. euhh..” ia mengerang keenakan. perlahan ciumanku turun kebawah vaginanya. ku jilatin memeknya yang basah. mhh.. mhhachh.. dia menarik kepalaku dan mengejang. “acchh an, kayanya aku mau kencing nih..” “kencingin aja ndah, itu bukan kencing kok yang mo keluar, itu namanya mau orgasme..” “achh an, ennaak banget nih.., ahh.. terusin sayang kata nya”. aku tersenyum kecil saat ia memanggilku dengan kata sayang. “hahaha.. kamu udah masuk dalam genggamanku sekarang ndah..” kataku dalam hati. “achh.. terusin an.. terusin yah sayang.. katanya”. kujilatin memeknya terus dan teruss.. “ohh indahnya memekmu ndah. beruntung banget aku bisa dapetin memek dari cewek secantik kamu” kataku dalam hati. kali ini ia merapatkan kakinya dan kembali mengejang. ahh.. an kayanya aku mau keluar lagi nihh.. achh..”

    “Keluarin aja semuanya sayang.. terus keluarin aja..” kataku. setelah kurasa cukup, mulai ku arahkan kontolku yang sudah keras dan panas ke memeknya Indah. “tahan bentar yach kalo sakit.. ntar juga nggak sakit lagi kok..” kataku pada Indah. kumasukan kontolku perlahan-lahan ke memeknya. achh .. erangku karena kontolku masih agak susah masuknya. maklumlah memek perawan pertama kali pasti susah simasukinnya. “achh.. ohh.. masukin langsung aja dech an..” pintanya. “kamu ngga akan nyesel ndah..? “ga akan kok, aku rela ama kamu diambilnya”. “Achh.. terus.. ” dengan sedikit kekuatan kutekan kontolku makin kedalam. dan kini sudah masuk semua kontolku kedalamnya. “ohh.. hangat banget memeknya..” “aduh sakit an.. akhh..”

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    Terasa darah segar keluar dari vaginanya dan membasahi bajunya yang memang sudah sengaja kusimpan dibawah pantatnya. “ya ampunn.. banyak banget darahnya nih..” gumamku dalam hati. tak perduli dengan darah yang mengucur aku enjot dia perlahan-lahan, dan kelama-lamaan maikin kencang. “achh.. ohh.. ahh.. terusin an.. makin lama makin enak nih..achh.. genjotanku makin ku percepat lagi. achh ..ohh enak banget.. terusin yahh..” hampir 15 menit aku menggumuli dia. perlahan-lahan ku genjot dia secara pelan dan pelan. sehingga dia bisa menikmatinya. “pelan-pelan aja yah ndah, biar aku bisa cium toket kamu”.

    Sambil menggesek-gesek kontolku kedalam vaginanya. kucium perlahan-lahan puting toketnya. kuatru perlahan-lahan gesekan ku. dan tak lama kemudian terdengar ia mengerang dan mengejang. “achh.. kaya ada yang mau keluar nih.. achh.. aduh mau keluar nihh..” “kembali kuatur gesekanku secara perlahan agar ia bisa keluar”. dan benar saja sebentar kemudian dia mengalami orgasme untuk ke 2 kalinya. “achh.. achh.. ohh.. mau keluar nih.. ann..achh..”

    Indah sudah mengalami orgasme sedang aku sebentar lagi mau keluar. setelah kurasa cukup maka kupercepat gerakan kontolku ke memeknya dia. “achh.. mau keluar lagi nih an.. achh..” “bentar lagi aku juga mau keluar nih ndah.. ahh” erangku. “keluarin didalem aja yah ann.. achh..”

    Walaupun dia sudah bersedia menerima sperma ku di vaginanya, tapi aku tidak sebodoh itu, aku masih ga mau terikat oleh dia. dengan menambah kecepatan aku terus mengenjot dia semakin cepat. “achh.. aku mau keluar nihh.. kamu mau minum sperma ku kan.. achh.” “kenapa gak dikeluarin di dalam aja sih, ya udah ga pa pa kok di mulut ku juga.” “achh.. terusinn.. ann aku juga

    mau keluar lagi nih..achh..” “aku juga mau keluar nih ndah..” dan saat itu kamipun keluar bersamaan. “achh.. kuangkat langsung kontolku yang sudah hampir menyemburkan sperma.. achh ..kukocokan kontolku ke arah mulut dan dadanya dia. “croot..crott.. spermaku membasahi mulut dan susunya”. “achh..srepp.. enak banget sperma kamu an.. cape banget nih.. liat tuh badanku sampe keringatan semua.” aku hanya tersenyum dan berkata. “tapi enak kan..” kubersihkan cairan spermaku dengan tissue nya. dan ia pun pergi kekamar mandi tuk membersihkan badannya. achh.. lega banget hatiku setelah dapetin cewek yang pernah menjadi idola di smu dulu. Setelah Indah membersihkan badannya sayapun minta ijin untuk pulang.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

     

  • Ines Keponakanku Yang Hot

    Ines Keponakanku Yang Hot


    1543 views

    Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya keponakanku dan istrinya, Ines, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan
    diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.

    Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.

    “Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.

    Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi. Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.

    Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya. Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

    Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya. Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.

    “Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian. Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

    Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa
    memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”

    kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.

    Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines. Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang. Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya. Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

    Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”
    Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi
    keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”

    Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat
    kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku. Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar
    biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

    Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku. “Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.

    Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

    “Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku. Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya. Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.

    Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines. Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas. toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

    Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.
    kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.


    “Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”

    Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya. Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.

    “Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya. “Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

    aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

    “Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…
    sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.

    Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.

    “Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.”Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”

    kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok. Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:
    “Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”
    “Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”

    Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.

    Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi. Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.

  • Interview Must Nacked By Japan Xxx

    Interview Must Nacked By Japan Xxx


    1936 views

    Bandar Bola Online

  • Istri Atasanku Ku Embat Juga

    Istri Atasanku Ku Embat Juga


    1719 views

    Seperti yang kujanjikan, beberapa teman kantorku akhirnya menjadi langganan pijatan Bu Mumun setelah aku mempromosikannya. Rupanya pijatannya benar-benar disukai para pria. Termasuk Pak Marmo, atasanku.

    Bahkan ada dua temanku yang menanyakan kemungkinan untuk tidak sekadar mendapat layanan memijat dari Bu Mumun tetapi lebih dari itu. “Kayaknya bisa nggak To kalau Bu Mumun diajak begituan. Aku suka lho wanita tipe seperti dia. Sudah tua tapi tubuhnya masih bagus dan terawat,” kata Rizal, teman sekantorku suatu hari setelah hari sebelumnya dipijat Bu Mumun di rumahnya.

    Rizal juga cerita, saat dipijat ia sempat menggerayang ke balik daster yang dipakai Bu Mumun. Tetapi ternyata, kata Rizal, Bu Mumun di samping memakai celana panjang ketat sebatas lutut juga memakai celana dalam rangkap. “Entah rangkap berapa celana dalam yang dipakainya. Aku sampai nggak bisa merasakan empuknya memek dia,” ungkap Rizal menambahkan.

    Mendengar ceritanya aku jadi ingin ketawa sekaligus bangga. Sebab ide memakai pakaian seperti itu saat memijat memang atas saranku. Karena kuyakin para pria pasti tertarik untuk iseng dan coba-coba. Tetapi agar Rizal menjadi penasaran dan tetap menjadi langganan pijat, kukatakan padanya kalau aku tidak tahu bisa tidaknya Bu Mumun memberi layanan seks selain memijat.

    “Selama ini sih aku hanya tahu ia tukang pijat yang baik dan pijatannya enak. Kalau sampai ke masalah itu saya tidak tahu. Mungkin kalau pendekatannya pas bisa saja ia mau melayani. Apalagi kan udah cukup lama ia ditinggal suaminya,” ujarku.

    Pria lain yang juga terang-terangan menyatakan ketertarikannya pada Bu Mumun adalah atasanku. Bahkan setelah aku sering mengantar Bu Mumun untuk memijat, karena Pak Marmo lebih senang pijat di rumahnya, ia menjadi semakin dekat denganku. Aku juga dipercaya memegang sebuah proyek dengan nilai cukup besar, sesuatu yang belum pernah dipercayakan padaku.

    Menurut Pak Marmo, pijatan Bu Mumun bukan hanya enak tetapi juga mampu menggairahkan kejantanannya. “Jangan cerita ke siapa-siapa ya. Saya dengan ibu sudah lama tidak jalan lho. Nggak tahu kenapa. Tetapi melihat pemijat tetanggamu itu dan mendapat pijatannya, sepertinya mulai agak bangkit. Suaminya sampai sekarang belum pulang?” kata Pak Marmo ketika aku menghadapnya di ruang kerja.

    Pak Marmo mengundangku karena nanti malam jadwalnya dia dipijat Bu Mumun. Tetapi menurut dia, istrinya juga ada rencana belanja ke supermarket dan menemui salah satu koleganya pedagang permata. Selain mengantar Bu Mumun ke rumahnya, aku diminta bantuan menyopir mobil untuk mengantar istrinya.

    Sebagai seorang bawahan terlebih karena kebaikannya mempercayakan sebuah proyek berdana besar kepadaku, kusampaikan kesediaanku. Namun sebelum aku keluar dari ruangannya ia kembali mencegah dan berbisik. “Eh Ton, kira-kira bisa nggak tukang pijat itu memberi layanan lebih? Kamu bisa bantu atur?”

    Aku paham kemana arah pembicaraan atasanku itu. Maka seperti yang kusampaikan kepada dua temanku yang menjadi langganan pijat Bu Mumun, kukatakan bahwa selama ini yang kutahu ia hanya berprofesi sebagai pemijat dan soal yang lain-lain belum tahu. Hanya kepada Pak Marmo kukatakan akan mencoba melakukan pendekatan ke Bu Mumun.

    Setelah keluar dari ruang kerja atasanku, aku menemui Bu Mumun. Sambil berpura-pura cemburu kuceritakan soal ketertarikan atasanku kepadanya. Tetapi juga kuceritakan tentang kebaikan Pak Marmo termasuk kepercayaannya memberikan proyek besar di bawah penangananku.

    Bu Mumun cerita, setiap dipijat Pak Marmo memang berusaha merayunya. Juga berusaha menggerayang ke balik pakaian seperti temanku yang lain. “Tetapi kelihatannya punya Pak Marmo sudah sulit bangkit kok,” ujar Bu Mumun.

    “Oh jadi cerita Pak Marmo soal kemampuan seksnya yang sudah berkurang itu bener?” Kataku pura-pura kaget.

    “Jadi enaknya sikapnya gimana Pak Anto. Dia kan atasan bapak dan juga baik sama bapak,” ujarnya lagi.

    Akhirnya dengan seolah-olah sebagai sesuatu yang sangat sulit untuk kuputuskan, kukatakan padanya bahwa karena kondisi kemampuan seks atasanku tidak normal maka sebaiknya Bu Mumun membantunya. Saat memijat, sebaiknya tidak memakai celana dalam rangkap tiga dan juga tidak memakai celana panjang di balik daster yang dipakai.

    “Maksud saya agar Pak Marmo terangsang karena dia suka sama ibu. Memang resikonya Pak Marmo jadi leluasa menjahili ibu sih. Tetapi niatnya kan untuk membantu menyembuhkan dia. Gimana menurut ibu?”

    “Kalau itu yang terbaik menurut Pak Anto saya sih nurut saja. Tetapi Pak Anto jangan cemburu ya,”

    Bu Mumun langsung kupeluk. Kukatakan padanya bahwa sebenarnya aku sangat cemburu dan tidak suka tubuh Bu Mumun diraba dan dipegang-pegang orang lain. Tetapi demi menolong atasanku itu dan demi membalas kebaikannya aku akan berusaha untuk tidak cemburu. “Asal yang ini jangan diberikan semua ke Pak Marmo ya bu. Saya suka banget dengan yang ini,” ujarku sambil meraba memek Bu Mumun setelah menyingkap dasternya.

    Tadinya aku berniat melepaskan hasratku untuk menyetubuhi tubuh montok tetanggaku itu. Tetapi setelah saling memagut dan hendak saling melepaskan baju, kudengar anak-anak Bu Mumun pulang dari sekolah. Hingga kuurungkan niatku dan langsung kebur menyelinap lewat pintu belakang.

    Seperti yang kujanjikan, sekitar pukul 17.00 kujemput Bu Mumun dan kuantar ke rumah Pak Marmo. Bu Mumun memakai seragam baju terusan warna putih seperti yang biasa dipakai suster rumah sakit. Itu memang baju seragamnya saat memijat. Tetapi dari bentuk cetakan celana dalam yang membayang di pantatnya yang besar, kuyakin ia tidak pakai celana panjang dan celana dalam rangkap seperti biasanya. Rupanya ia benar-benar memenuhi janjinya untuk melayani Pak Marmo dengan lebih baik seperti yang kusarankan.

    Kulihat Pak Marmo sedang menyiram bunga di halaman rumahnya saat aku datang. “Eh To, silahkan masuk. Tuh istriku udah uring-uringan karena sudah dandan dan siap berangkat,” ujarnya mempersilahkan.

    Benar Bu Marmo sudah berdandan rapi dan siap pergi. Bahkan ia langsung menyerahkan kunci kontak mobil kepadaku. “Wah ibu takut Nak Anto telat datang. Soalnya selain belanja ibu kan harus ke rumah Bu Ramli, jadi takut kemalaman,” kata Bu Marmo.

    Bu Marmo menyapa Bu Mumun ramah dan mempersilahkan masuk ke ruang tamu rumahnya. Ia meminta Bu Mumun menunggu karena suaminya belum mandi. Bahkan kepada Bu Mumun juga berpesan untuk istirahat di kamar tamu rumahnya kalau selesai memijat nanti ia belum pulang. “Santai saja Mbak Mumun nggak usah sungkan-sungkan. Kalau mungkin nanti saya juga ikut dipijat,” ujar Bu Marmo yang langsung mengahmpiriku yang sudah siap dengan mobil Kijang keluaran terbaru milik keluarga itu.

    Usia Bu Marmo mungkin sebaya dengan Bu Mumun. Atau boleh jadi lebih tua satu atau dua tahun. Namun dengan pakaian stelan jas tanpa kancing yang dipadu dengan kaos warna krem di bagian dalam serta celana panjang ketat warna hitam senada, wanita itu tampak berwibawa.

    Bau harum yang lembut dari wangi farfumnya membaui hidungku saat ia masuk ke dalam mobil. Ia menyebut nama sebuah suoermarket ternama hingga aku langsung menjalankan mobil perlahan. Untung aku yang biasanya hanya memakai T shirt, tadi memutuskan memakai baju lengan panjang meski untuk celana tetap memilih jins. Hingga tidak terlalu canggung mengantar istri atasanku.

    Ukuran dan bentuk tubuh Bu Marmo nyaris sama dengan Bu Mumun, tinggi besar. Kakinya panjang dan kekar. Hanya perutnya relatif lebih rata, mungkin karena rajin senam dan olahraga hingga tubuhnya tampak lebih liat.

    Awalnya pembicaraan lebih bersifat formal. Tentang bagaimana sikap kepemimpinan suaminya di kantor dan bagaimana penilaianku sebagai bawahan. Namun lama kelamaan perbincangan menjadi lebih cair setelah topiknya menyangkut keluarga. “Sebentar lagi cucu saya dua lho Nak Anto. Sebab Menik kemarin telepon katanya sudah hamil,” kata ibu beranak tiga itu.

    “Kalau ngomongnya sama orang yang tidak tahu keluarga ibu nggak akan percaya kalau ibu sudah punya cucu,”

    “Lho kok?”

    “Soalnya dari penampilan ibu, orang pasti mengira usianya belum 40 tahun. Soalnya ibu terlihat masih muda dan energik,” kataku memuji.

    “Ah bisa saja Nak Anto. Pujiannya disimpan saja deh untuk istri Nak Anto. Pasti istrinya cantik ya karena Nak Anto kan pandai merayu,”

    Lewat kaca spion, wanita yang sehari-hari menjadi kepala sekolah di sebuah SD itu kulihat tak mampu menyembunyikan perasaan bangganya atas pujian yang kuberikan. Seulas senyum manis terlihat menghias wajahnya, wajah yang masih menyimpan sisa-sisa kecantikan di usianya yang sudah lebih dari setengah abad.

    Melihat Bu Marmo aku jadi ingat Bu Mumun. Wanita itu pasti lagi sibuk memijat tubuh atasanku. Atau boleh jadi sambil memijat ia jadi terangsang karena tangan Pak Marmo yang menggerayang ke paha dan selangkangan atau di memeknya yang kini hanya dibalut satu buah celana dalam.

    Membayangkan semua itu aku kembali melirik Bu Marmo yang ada di sebelahku. Perbedaan Bu Mumun dengan Bu Marmo mungkin hanya pada warna kulitnya. Kulit Bu Mumun lebih terang dan Bu Marmo agak gelap. Kalau teteknya, aku berani bertaruh payudara istri atasanku ini juga cukup besar ukurannya. Meski tertutup jas hitam dan kaos krem yang dipakainya, tonjolan yang dibentuknya tak bisa disembunyikan.

    Di luar itu, yang pasti Bu Marmo lebih wangi dan boleh jadi tubuhnya lebih terawat. Sebab ia memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk merawat tubuh dan membeli parfum mahal. Tetapi begitulah hidup, rumput tetangga memang selalu nampak lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri.

    “Sudah berapa lama ya Pak Marmo tidak menyentuh wanita berwajah manis ini? Ah aku juga mau kalau diberi kesempatan,” ujarku membathin sambil melirik bentuk kakinya yang panjang dan tampak indah dibalut celana hitam ketat.

    Gara-gara terus-menerus melirik Bu Marmo, mobil yang kubawa nyaris menabrak becak. Untung Bu Marmo mengingatkan hingga aku bisa sigap menghindar. “Makanya jangan meleng! Kenapa sih, sepertinya Nak Anto ngelihatin ibu terus deh,”

    “Ee.. ee.. anu.. eee ibu cantik banget sih,” jawabku sekenanya.

    “Hush… orang sudah nenek-nenek dibilang cantik,”

    Tanpa terasa mobil akhirnya memasuki pelataran parkir supermarket yang dituju. Tadinya aku berniat menunggu di tempat parkir sementara istri atasanku itu berbelanja. Tetapi Bu Marmo memintaku menemani masuk ke supermarket. Bahkan ia menggamit lenganku sambil berjalan di sisiku layaknya seorang istri pada suami.

    Sebagai anak buah dari suaminya, sebenarnya aku agak canggung. Tetapi karena Bu Marmo terkesan sangat santai, aku pun akhirnya bisa bersikap wajar. Bahkan setelah berkali-kali tanpa disengaja lenganku menekan buah dada Bu Marmo yang kelewat merapat saat berjalan, aku mulai nekad mengisenginya. Sambil berjalan, siku lengan kiriku sengaja kutekan ke teteknya hingga kurasakan kelembutan buah dadanya.

    Entah tidak tahu ulah isengku atau tahu tetapi pura-pura tidak tahu, Bu Marmo bukannya menghindar dari siku lenganku yang ‘nakal’. Sambil terus melangkah di sisiku untuk melihat-lihat barang-barang di supermarket posisi tubuhnya malah kian merapat. Akibatnya tonjolan buah dadanya kurasakan ikut menekan lenganku. Aku juga mulai bisa memperkirakan seberapa besar tetek istri atasanku itu.

    Sebenarnya aku kurang begitu suka mengaantar istri berbelanja. Sebab biasanya, istriku suka berlama-lama khususnya ketika berada counter pakaian. Begitu pun Bu Marmo, hampir setiap baju dan gaun wanita yang menarik hatinya selalu didekati dan beberapa diantaranya dicobanya di kamar pas.

    Namun aku yang biasanya jenuh dan menjadi bersungut-sungut, kali ini malah menikmatinya. Sebab sambil menunggu wanita itu memilih baju-baju yang hendak dibelinya, aku jadi punya banyak kesempatan untuk melihat bentuk tubuh istri atasanku itu. Saat kuamati dari belakang, wanita yang usianya sudah kepala lima itu ternyata masih lumayan seksi.

    Dalam balutan celana ketat yang dipakainya, pinggul dan pantat Bu Marmo benar-benar aduhai. Apalagi celana dalam yang dipakainya jadi tercetak sempurna karena ketatnya celana warna hitam yang dikenakan. Aku terus melirik dan mencari kesempatan untuk menatapnya saat Bu Marmo membungkuk atau memilih-milih pakaian yang menjadikan posisi pantatnya menonjol.

    Saat hendak mencoba baju yang diminatinya di kamar pas, Bu Marmo menitipkan tasnya padaku sambil meminta berada tak jauh dari lokasi kamar pas. Lagi-lagi goyangan pinggul dan pantat besarnya menggoda mataku saat ia melangkah. Pikiranku jadi menerawang membayangkan Bu Mumun. Ada perasaan cemburu karena kuyakin Pak Marmo lagi berusaha merayu atau malah sudah berhasil menaklukkan Bu Mumun dan tengah menikmati kemontokkan tubuh wanita itu. Ah andai Bu Marmo bisa kurayu atau membutuhkan layanan seksku, ujarku membathin.

    Aku merasakan adanya peluang untuk itu ketika kudengar Bu Marmo memanggilku dari kamar pas. Dengan tergesa aku menuju ke kamar pas yang letaknya agak terpencil dan tertutup oleh display aneka pakaian di supermarket tersebut. Namun di lokasi itu, istri atasanku tak kunjung keluar dan menyampaikan maksudnya memanggilku hingga aku nekad melongokkan kepala dengan menyibak tirai kamar pas.

    Ternyata, di kamar pas Bu Marmo dalam keadaan setengah telanjang. Karena setelah mencoba baju dan celana yang hendak dibelinya ia belum memakai pakaiannya lagi. Hanya BH dan celana dalam krem yang menutup tubuhnya. Maka yang semula hanya bisa kubayangkan kini benar-benar terpampang di hadapanku.

    Wanita yang usianya tidak muda lagi itu, benar-benar masih menggoda hasratku. Teteknya nampak agak kendur, tetapi besar dan bentuknya masih bagus. Pahanya mulus tanpa cela. Hanya meskipun perutnya tidak membuncit seperti perut Bu Mumun, namun terlihat bergelombang dan ada beberapa kerutan. Maklum karena faktor usia. Sedangkan gundukkan di selangkangannya benar-benar membuatku terpana, besar dan membukit. Bisa kubayangkan montoknya memek Bu Marmo dari apa yang tampak oleh cetakan pada celana dalam yang membungkusnya.

    Dan anehnya kendati tahu akan kehadiranku, ia tak merasa jengah atau mencoba menutupi ketelanjangannya. Bahkan meskipun mataku terbelalak dan terang-terangan menjilati ketelanjangannya. “Ih kayak yang nggak pernah lihat perempuan telanjang saja. Nak tolong ke sales untuk bajunya ganti nomor yang lebih besar sedikit. Yang ini kekecilan,” ujarnya tetap santai.

    Saat kembali seusai menukar baju pada sales, Bu Marmo memang telah memakai kembali celana panjang warna hitamnya. Tetapi di bagian atas tetap terbuka. Bahkan tanpa menyuruhku pergi, ia segera memakai pakaian yang kusodorkan untuk dicobanya dihadapanku. “Menurut Nak Anto, ibu pantes nggak pakai pakaian model seperti ini,” ujarnya meminta komentarku.

    “Ee.. ee bagus. Seksi banget,”

    “Hus dimintai pendapat kok seksi.. seksi. Seksi apaan sih,”

    “Ee maksud saya dengan pakaian itu ibu terlihat makin cantik dan seksi,” kataku yang tidak berkedip menikmati kemewahan buah dadanya.

    Entah karena pujianku atau menganggap baju itu memang sesuai seleranya, Bu Marmo akhirnya memutuskan membelinya di samping beberapa stel pakain lainnya. Hanya ketika aku menemani di counter pakaian dalam dan ia memilih-milih BH nomor 36B, sambil berbisik kuingatkan bahwa nomor itu terlalu kekecilan dipakai olehnya.

    “Ih sok tahu,” ujarnya lirih.

    “Kan tadi sudah dikasih lihat sama ibu,”

    Bu Marmo mencubit pinggangku. Tetapi tidak sakit karena cubitan mesra dan gemas. Kalau bukan ditempat keramaian, rasanya aku sudah cukup punya keberanian untuk memeluk atau mencium istri atasanku itu. Karenanya setelah membayar semua yang dibelinya, saat keluar dari supermarket lengannya kugamit untuk meyakinkannya bahwa aku pun tertarik padanya.

    Seperti tujuannya semula, setelah dari supermarket Bu Marmo berniat ke rumah temannya untuk urusan pembelian perhiasan. Tetapi menurutnya ia agak lapar dan ingin menu ikan bakar. Maka seperti yang dimintanya, mobil pun meluncur ke kawasan pantai di mana terdapat rumah makan yang berbentuk saung-saung terpisah dan tersebar dan khusus menjual aneka menu seafood.

    Setelah memesan beberapa menu dan minuman, kami menuju ke salah satu saung paling terpencil dan tertutup rimbun pepohonan. Tadinya Bu Marmo memprotes karena menurutnya tempatnya terlalu gelap dan terpencil. Tetapi saat tanganku melingkar ke pinggangnya dan kukatankan bahwa lebih gelap lebih asyik, protesnya yang boleh jadi cuma pura-pura segera berhenti dan hanya sebuah cubitan darinya sebagai jawabannya.

    Dari pinggangnya tangaku meliar turun merayap di pantatnya. Dari luar celana ketat yang dipakainya, pantat besarnya kuraba. Bokongnya yang lebar masih lumayan padat, hanya agak sedikit turun. Dengan gemas kuusap-usap dan kuremas pantat Bu Marmo. Lagi-lagi ia tidak menolak dan bahkan kian merapatkan tubuhnya. Maka setelah di dalam saung, ia langsung kupeluk dan kulumat bibirnya.

    Sejenak ia tidak bereaksi. Hanya diam membiarkan lidahku bermain di rongga mulutnya. Namun setelah tanganku merayap di selangkangannya dan menelusup masuk ke dalamnya melalui risleting celananya yang telah kuturunkan, pagutanku di mulutnya mulai mendapatkan perlawanan. Bibir dan lidah Bu Marmo ikut aktif melumat dan memainkan lidahnya.

    Memek istri atasanku itu tak cuma tebal, tapi juga lebar dan membusung. Itu kurasakan saat telapak tanganku mengusap dari luar celana dalam yang dipakainya. Tetapi nampaknya tak berambut. Permukannya terasa agak kasar karena munculnya rambut-rambut yang baru tumbuh. Sepertinya ia baru mencukur bulu-bulu jembutnya itu.

    Namun saat aku hendak lebih memelorotkan celana panjangnya agar leluasa meraba dan mengusap memeknya Bu Marmo mencegah. “Jangan Nak Anto, nanti ada orang. Kan pelayan belum ke sini buat nganterin pesanan makanan kita,” sergahya.

    “Ii… ii.. iya Bu,”

    Benar juga, ujarku membathin. Aku terpaksa menahan diri untuk tidak meneruskan niatku memelorotkan celana panjang yang dipakai Bu Marmo. Hanya usapan dan rabaanku di busungan memeknya tak kuhentikan. Bahkan sesekali aku meremasnya dengan gemas karena keinginan untuk memasukkan jariku ke lubang nikmatnya tak kesampaian.

    Diobok-obok di bagian tubuhnya yang paling peka, kendati masih di luar celana dalamnya, Bu Marmo mendesah. Pelukannya semakin ketat dan lumatannya di bibirku makin menjadi. Rupanya wanita yang usianya sudah di atas kepala lima itu mulai terbangkitkan hasratnya.

    Aku dan Bu Marmo baru melepaskan pelukan dan segera berbenah setelah dari jauh kulihat dua pelayan wanita membawa nampan berisi makanan dan minuman yang kami pesan. Selembar uang pecahan Rp 20 ribu kusisipkan di nampan salah satu pelayan perempuan setelah mereka selesai menghidangkan yang kami pesan. “Terima kasih dan selamat menikmati,” kata keduanya sambil melemparkan senyum dan beranjak meninggalkan saung yang kami tempati.

    Tetapi bukannya makanan yang terhidang yang kuserbu setelah kedua pelayan meninggalkan saung. Dari arah belakang kudekati dan kupeluk Bu Marmo yang di tikar saung yang menyajikan makanan secera lesehan itu. “Tidak makan dulu Nak Anto?” ujar Bu Marmo.

    Tetapi aku tak peduli pada apa yang dikatakan istri atasanku itu. Hasrtaku lebih besar untuk segera menikmati kehangatan tubuhnya ketimbang makanan yang tersaji. Hingga setelah membenamkan wajahku ke keharuman rambutnya, tanganku langsung meliar, Meremasi teteknya dari luar t shirt warna krem yang dipakai dibalik jaketnya yang tak terkancing.

    Seperti tetek Bu Mumun, susu Bu Marmo juga sudah agak kendur. Tapi dari segi ukuran, nampaknya tak jauh beda. Besar dan empuk, entah bentuk putingnya. Sambil kuciumi tengkuk dan lehernya, tanganku merayap ke balik t shirt yang dipakainya. Kembali aku meremas teteknya dan kali ini langsung dari BH yang membungkusnya. Kelembutan buah dada Bu Marmo baru benar-benar dapat kurasakan setelah aku berhasil merogoh dan mengelurkannya dari BH.

    Bu Marmo mulai menggelinjang dan mendesah saat aku meremas-remas teteknya perlahan dan memainkan puting-putingnya. Ia menyandarkan tubuh ke dadaku seakan memasrahkan tubuhnya padaku. “Sshhh….aaahhh….. sshhh….aahhh… ibu sudah lama tidak begini Nak Anto,” ujarnya mendesah.

    “Lho kan ada Pak Marmo,” kataku menyelidik.

    “Dia jarang mau diajak dan sudah sulit bangun itunya,”

    Meski sudah mendengar langsung dari Pak Marmo aku agak kaget karena ternyata cerita atasanku itu benar adanya. Pantesan Bu Marmo merasa tidak ada masalah meninggalkan suaminya dipijat wanita lain berdua di rumahnya.

    Ternyata wanita yang ada dalam pelukanku ini sudah lama tidak dijamah suaminya. Membayangkan itu aku makin terangsang. Jas hitam yang dipakai Bu Marmo kulepas dari tubuhnya. Namun saat hendak kulepas kaos krem yang dikenakan dibalik jaket, wanita istri atasanku itu mencegah. “Takut nanti ada yang ke sini Nak Anto,” ujarnya.

    Meski aku telah membujuknya bahwa tak mungkin ada pelayan yang datang kecuali tombol bel yang ada ditekan untuk memanggil, Bu Marmo tetap menolak. Menurutnya ia tetap merasa was-was karena berada di ruang terbuka. “Kalau celana dalam ibu saja yang dibuka nggak apa-apa,” katanya akhirnya.

    Agak kecewa sebenarnya karena aku ingin melihat tubuh istri atasanku dalam keadaa bugil. Tetapi membuka celana berarti memberiku kesempatan melihat memeknya. Bagian yang paling ingin kulihat pada tubuh Bu Marmo karena saat di kamar pas supermarket, bagian membusung di selangkangannya itu masih tertutup celana dalam.

    Tanpa membuang kesempatan, segera kubaringkan Bu Marmo di lantai saung yang beralaskan tikar itu. Kubuka kancing celana hitam yang dipakai dan kutarik risletingnya. Kini kembali kulihat gundukan memeknya yang masih dibungkus celana dalam krem. Aku menyempatkan membelai memek istri atasanku itu dari luar celana dalamnya sebelum menarik dan memelorotkan celana panjangnya. Benar-benar tebal, besar dan masih cukup liat.

    Aku makin terpana setelah memelorotkan celana dalamnya dan membuat tubuh bagian bawah Bu Marmo benar-benar bugil. Memeknya benar-benar nyempluk, membusung dan tanpa rambut. Kalau dibiarkan tumbuh mungkin jembut di memek Bu Mumun masih kalah lebat. Namun Bu Marmo rupanya lebih senang mencukurnya, hingga nampak gundul dan polos.

    Memek tembemnya itu terasa hangat saat aku menyentuh dan membelainya. Tetapi sekaligus terasa kasar karena bulu-bulu jembutnya mulai tumbuh. Aku yang menjadi makin terangsang dan tak sabar untuk melihat itilnya, segera membuka posisi kaki Bu Marmo yang masih merapat.

    Ah lubang memeknya ternyata sudah lebar, menganga diantara bibir kemaluannya yang tebal dan berkerut-kerut. Bibir kemaluannya coklat kehitaman. Tetapi itilnya yang mencuat menonjol di bagian atas celah memeknya nampak kemerahan. Aku tak lagi bisa menahan diri. Langsung kukecup memeknya dengan mulutku. Memek Bu Marmo ternyata sangat terawat dan tidak berbau. Ia mendesah dan makin melebarkan kangkangan pahanya saat lidahku mulai menyapu seputar bibir luar vaginanya.

    Lidahku terus menjelajah, melata dan merayap seolah hendak melumasi seluruh permukaan tepian labia mayoranya. Bahkan dengan gemas sesekali bibir vaginanya yang telah menggelambir kucerucupi. Membuat Bu Marmo mendesis mengangkat pantat menahan nikmat. “Aakkhhh… sshhh… shhh… aahhh…. ookkhhh…. ssshhhh,” rintih wanita itu mengikuti setiap sapuan lidah dan cerucupan mulutku di memeknya.

    Sambil mendesis dan mendesah, kulihat Bu Marmo meremasi sendiri susunya dari luar kaos warna krem yang dipakainya. Rupanya ia sangat menikmati sentuhan awal oral seks yang kuberikan. Aku yang memang berniat memberi kesan mendalam pada persetubuhan pertama dengan istri atasanku itu, segera meningkatkan serangan. Dengan dua tanganku bibir memeknya kusibak hingga terlihat lubang bagian dalam kemaluannya. Lubang yang sudah cukup lebar dan terlihat basah.

    Ke celah lubang nikmat itulah lidahku kujulurkan. Terasa asin saat ujung lidahku mulai memasuki lorong kenikmatannya dan menyentuh cairan yang keluar membasah. Aku tak peduli. Ujung lidahku terus terulur masuk menjelajah ke kedalaman yang bisa dijangkau. Bahkan di kedalaman yang makin pekat oleh cairan memeknya, lidahku meliar. Melata dan menyodok-nyodok. Akibatnya Bu Marmo tak hanya merintih dan mendesah tapi mulai mengerang.

    “Aahhkkkhhh…. aaahhh…. oookkkhhhh… enak banget Nak Anto. Oookkh.. terus.. Nak, aaakkkhhhhh,” erangnya kian menjadi.

    Bahkan ketika lidahku menjilat itilnya, tubuh istri atasanku itu mengejang. Ia mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya. Seolah menjemput lidahku agar lebih dalam menggesek dan mendesak ke kelentitnya. Kesempatan itu kugunakan untuk menempatkan kedua tanganku untuk menangkup dan menyangga pantatnya. Dan sambil terus menjilati itilnya kubenamkan wajahku di permukaan memeknya sambil menekan dan meremas-remas pantatnya.

    Kenikmatan tak tertahan yang dirasakan Bu Marmo akibat jilatan-jilatan di kelentitnya membuat gairah wanita itu makin memuncak. Kakinya mengelonjot dan menyepak-nyepak sambil erangannya makin menjadi. Bahkan kepalaku dijambaknya. “Ahh.. ahhh.. ooohh ….aaaauuuhhhhh…. enak.. sshhh…. sshhh…. aahhh enak banget. Ibu nggak tahan Nak Anto, aaahhh…. aahhhh,” sesekali tangannya berusaha menjauhkan kepalaku dari memeknya.

    Tetapi aku tak peduli. Jilatan lidahku di itilnya bukannya kuhentikan tetapi makin kutingkatkan. Bahkan dengan gemas, bagian paling peka di kemaluannya itu kucerucupi dan kuhisap-hisap. Akibatnya ia tak mampu bertahan lebih lama. Pertahanannya jebol. Kedua pahanya yang kekar menjepit kencang kepalaku dan menekan hebat hingga wajahku benar-benar membenam di memeknya.

    Berbarengan dengan itu ia memekik dan mengerang kencang namun tertahan. Cairan kental yang terasa hangat juga kurasakan menyemprot mulutku uang masih menghisap itilnya. Saat itulah aku tahu Bu Marmo baru saja mencapai puncak kenikmatannya. Rupanya, upayaku untuk membuatnya orgasme tanpa mencoblos memeknya dengan kontolku berhasil.

    Setelah beberapa lama, nafas Bu Marmo yang sempat memburu berangsur pulih seiring dengan mengendurnya jepitan paha wanita itu di kepalaku. Hanya ia tetap terbaring. Mungkin tenaganya terkuras setelah puncak kenikmatan yang didapatnya. Kesempatan itu kugunakan untuk menyeka dan membersihkan mulutku memakai serbet makan yang tersedia bersama sejumlah menu makanan yang belum sempat kami sentuh.

    Aku baru saja menenggak habis segelas teh manis hangat yang sudah diingin saat Bu Marmo menggeliat dan terbangun. Kulihat ia tersenyum padaku. Senyum yang sangat manis. Mungkin sebagai ungkapan terima kasih atas yang baru kuberikan dan sudah lama tidak diperoleh lagi dari suaminya. “Nak Anto sudah lapar? Kalau lapar makan dulu deh,” ujarnya.

    “Saya sudah kenyang kok Bu,” jawabku.

    “Kenyang apa, wong baru minum teh saja kok,”

    “Bukan kenyang karena makanan. Tetapi karena menjilati memek ibu yang mantep banget,” candaku sambil menatapi busungan memeknya.

    “Ih dasar. Ibu bener-bener nggak tahan lho Nak Anto. Soalnya sudah lama banget nggak dapat yang seperti tadi,” ujarnya tersipu.

    Rupanya ia juga baru sadar bahwa bagian bawah tubuhnya masih telanjang. Celana dalam warna krem miliknya yang teronggok segera diambil dan Bu Marmo berniat untuk memakainya. Namun aku langsung mencegah. Kurebut dari tangannya dan kulempar agak jauh darinya. “Jangan ditutup dulu dong Bu. Saya masih belum puas lihat punya ibu,” kataku sambil mengusap memeknya.

    “Nak Anto tidak pengin makan dulu?”

    “Nanti saja ah. Perut saya sih belum lapar. Tapi kalau yang ini sudah lapar sejak tadi,” ujarku sambil menurunkan risleting celanaku dan mengeluarkan isinya dari celana dalam yang kupelorotkan.

    Kontolku keras dan tegak mengacung sempurna. Urat-uratnya terlihat menonjol melingkari sekujur batangnya yang hitam dan berukuran lumayan besar. Bu Marmo tampak terpana melihatnya. “Punya saya hitam dan jelek ya Bu,” kataku memancing.

    “Bukan.. bukan karena itu. Tapi ukurannya.. kok gede banget,”

    “Masa? Tapi ibu suka sama yang gede kan?” Kataku sambil merubah posisi menggeserkan bagian bawah tubuhku mendekat ke istri atasanku. Aku berharap ia tak hanya menatap senjataku tapi mau mengelusnya atau bahkan mengulumnya. Sementara tanganku tetap merabai dan mengusap-usap memeknya yang tebal.

    Bu Marmo ternyata cepat tanggap dan mengerti apa yang kuinginkan. Batang zakarku digenggamnya. Tetapi ia hanya mengelus dan seperti mengamati. Mungkin ia tengah membandingkan senjata milikku dengan kepunyaan suaminya. “Beda dengan milik bapak ya bu. Punya saya memang sudah hitam dari sananya kok,” candaku lagi.

    “Ih.. bukan begitu. Punya Nak Anto ukurannya nggilani. Kayaknya marem banget,” ujarnya tersenyum. Wajahnya tampak dipenuhi nafsu.

    Akhirnya, Bu Marmo benar-benar melakukan seperti yang kuharapkan. Setelah mengecu-ngecup topi baja kontolku, ia mulai memasukkan ke dalam mulutnya. Awalnya cuma sebagian yang dikulumnya. Selanjutnya, seluruh batang zakarku seperti hendak ditelannya. Mulutnya terlihat penuh karena berusaha memasukkan seluruh bagian tonggak daging milikku yang lumayan besar dan panjang.

    Wanita istri atasanku itu ternyata cukup pandai dalam urusan kulum-mengulum. Setelah seluruh bagian batang kontolku masuk ke mulut, ia menghisap sambil menarik perlahan kepalanya. Begitu ia melakukannya berulang-ulang. Aku mendesah oleh kenikmatan yang diberikan. “Oookkhhh… sshhh…. oookkkhhhhh…. enak banget… aakkkkhhhh…. terusss…. aaakkkkkhhhhhh,” desisku.

    Sambil terus melumati batang kontolku, tangan Bu Marmo juga menggerayang dan memainkan biji-biji pelir milikku. Kalau bukan di rumah makan mungkin aku sudah mengerang dan melolong oleh sensasi dan kenikmatan yang diberikan. Sebisaku aku berusaha menahan agar tidak sampai rintihanku terdengar orang lain.

    Untuk melampiaskannya, aku mulai ambil bagian dalam permainan pemanasan yang dilakukannya. Aku harus bisa mengimbangi permainan Bu Marmo. Kedua pahanya kembali kukangkangkan dan wajahku kembali kubenamkan di selangkangannya. Bu Marmo sebenarnya belum sempat mencuci memeknya setelah lendir kenikmatannya keluar saat orgasme sebelumnya. Tetapi aku tak peduli. Memek wanita yang sudah dipanggil nenek itu kucerucupi.

    Bahkan jilatan lidahku tidak hanya menyapu bagian dalam lubang memek dan kelentitnya. Tetapi juga melata di sepanjang alur liang nikmatnya yang menganga namun juga ke tepian lubang duburnya. Saat aku menjilat-jilat tepian lubang anusnya Bu Marmo menggerinjal dan memekik tertahan. Mungkin kaget karena tak menyangka lidahku bakal menjangkau bagian yang oleh sementara orang dianggap kotor.

    Tetapi itu hanya sesaat. Setelah itu ia kembali melumati dan menghisapi batang kontolku sambil mendesah-desah nikmat. Karenanya aku makin fokus dan makin sering kurahkan jilatan lidahku ke lubang duburnya sambil sesekali meremasi bongkahan pantat besarnya.

    Pertahananku nyaris jebol saat mulut Bu Marmo mulai mencerucupi biji pelir kontolku. Untung Bu Marmo mengambil insiatif menyudahi permainan pemanasan itu. Ia memintaku segera memasukkan rudalku ke liang sanggamanya. “Ahhh… sudah dulu ya. Sudah nggak kuat pengin merasakan batang Nak Anto yang gede ini nih,” kata Bu Marmo seraya melepaskan batang kontolu dari genggamannya.

    “Ii.. iiya bu, saya juga sudah pengin banget merasakan memek ibu,”

    Aku mengambil ancang-ancang di antara paha Bu Marmo yang mengangkang lebar. Lubang bagian dalam kemaluannya yang menganga terlihat kemerahan . Sepertinya lubang nikmat Bu Marmo telah menunggu untuk disogok. Memang sudah lama tidak ditengok karena kemaluan suaminya yang mulai loyo. Kepala penisku yang membonggol sengaja kuusap-usapkan di bibir luar memeknya yang sudah amburadul bentuknya. Bahkan ada sebentuk daging mirip jengger ayam yang menjulur keluar. Entah apa namanya karena aku baru melihatnya.

    Bu Marmo mendesah saat ujung penisku menyentuh bibir kemaluannya. Meski nafsuku kian membuncah melihat memek tembemnya yang menggairahkan, aku berusaha menahan diri. Bahkan ujung topi baja rudalku hanya kumainkan untuk menggesek dan mendorong gelambir daging mirip jengger ayam di memek Bu Marmo. Sedikit menekannya masuk dan menariknya kembali.

    Akibatnya Bu Marmo merintih dan memintaku untuk segera menuntaskan permainan. “Ayo Nak Anto… jangan siksa ibu. Masukkan kontolmu.. ssshhh… aahh… sshh ahhh ayo nak,”

    Blleeessseeekkk… akhirnya batang kontolku kutekan dan benar-benar masuk ke lubang memeknya. Karena sudah lumayan longgar dan banyaknya pelicin yang membasah di lubang memeknya, batang kontolku tidak mengalami hambatan berarti saat memasukinya. Bagian dalam lubang Memek Bu Marmo terasa hangat dan sangat becek.

    Setelah batang zakarku benar-benar membenam di kehangatan liang sanggamanya, kurebahkan tubuhku untuk menindih tubuh montoknya. Bibir istri atasanku yang merekah perlahan kukecup dan akhirnya kulumat. Saat itulah sambil terus mengulum dan melumati bibirnya, mulai kuayun pinggulku dan menjadikan batang kontolku keluar masuk di lubang memeknya.

    Bu Marmo juga mulai mengimbanginya. Tak kalah hot, lidahku yang menyapu rongga bagian dalam mulutnya sesekali dihisap-hisapnya. Bahkan ia mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Aku baru mulai merasakan kelebihan yang dimiliki Bu Marmo. Bukan cuma tubuhnya yang matang akibat usia senja namun masih menggairahkan. Tetapi kerja otot bagian dalam memeknya juga lebih terasa. Berdenyut dan seperti memerah batang kontolku.

    Kini giliran aku yang dibuatnya mengerang. Nampaknya istri atasanku telah benar-benar matang dalam hal urusan ranjang. Untuk melampiaskannya, kuremas gemas teteknya yang besar dari luar kaos yang dipakainya. Bahkan karena kurang puas, kaosnya kusingkap dan sepasang payudaranya kurogoh dan kutarik keluar dari kutangnya. Pentil-pentil teteknya yang berwarna coklat kehitaman kupelintir dan kumain-mainkan dengan jariku.

    Blep… blep…. blep… begitu suara yang kudengar setiap kali ayunan pinggulku menyentuh selangkangan Bu Marmo. Di samping bunyi kecipak karena lendir yang kian membanjir di liang sanggamanya. “Sshhh… ssshh …aahh …. aahh terus nak.. aahh enak banget. Kontolmu enak bangat Nak Anto,”

    “Memek ibu juga enak. Empotannya mantep banget,”

    Bu Marmo tersenyum. Wajahnya kian memerah. Kembali kulumat bibirnya sambil tak lepas tanganku menggerayangi buah dadanya. Saat itu kurasakan tangan Bu Marmo mencengkeram pantatku dan mulai menekan-nekannya. Dan kursakan tempo goyangan pinggulnya makin cepat. Rupanya ia mulai mendekat ke puncak gairahnya.

    Aku yang juga mulai kehilangan daya tahan segera mengimbanginya. Berkali kontolku kutikamkan ke lubang memeknya dengan tekanan yang lebih kencang dan lebih bertenaga. Bu Marmo memekik dan mengerang. “Aaauuww… aaakhhh ,,,, aakkkhhh enak banget… aaakhhh…. terus… sayang …. aaaakhhh … ya…. aaakhhh memek ibu enak bangat disogok begini… aaaaakkkkhhhh …. sshhhh… sshhh… aaahhhhh,” rintihan dan suara Bu marmo makin tak terkontrol.

    Aku jadi makin terpacu. Bukan cuma mulutnya yang kucium. Tapi ujung hidungnya yang bangir dan dahinya juga kucerucupi dengan mulutku. Bahkan lidahku menjelajah ke lehernya dan terus melata. Lubang telinga Bu Marmo juga tak luput dari jilatan lidahku setelah menyibak rambutnya.

    Tubuh Bu Marmo kian mengejang. Kedua kakinya yang kekar dan panjang membelit pinggangku dan menekannya. Kedua tangannya memeluk erat tubuhku. Rupanya ia hampir sampai di garis batas kenikmatannya. Aku yang juga sudah mendekati puncak gairah makin meningkatkan tikaman- tikaman bertenaga pada lubang sanggamanya.

    Akhirnya gairah Bu Marmo benar-benar tertuntaskan. Cairan yang menyembur di lubang memeknya dan cengkereman kuku-kukunya di punggungku menjadi pertanda kalau ia sudah mendapatkan orgasmenya. Tetapi aku terus mengayun. Kocokan batang kontolku di lubang memeknya yang makin banjir tak kuhentikan. Bahkan makin kutingkatkan karena kenikmatan yang kian tak tertahan.

    Puncaknya, Bu Marmo kembali mencengkeram pantatku. Kali ini dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan agar pinggulku tidak dapat bergerak dan kontolku tetap membenam di lubang memeknya. Saat itulah, otot-otot bagian dalam vaginanya terasa mencengkeram bagitu hebat dan bergelombang. Serasa memerah dengan kuatnya. Aku merintih dan melolong panjang. Pertahanku menjadi jebol dan maniku menyemprot sangat banyak gua kenikmatan istri atasanku. Bersama peluh membanjir, tubuhku ambruk di atas tubuh montok Bu Marmo dengan nafas memburu.

    “Nanti ikan bakar dan kepiting saos tomatnya minta dibungkus saja Nak Anto. Sayang kalau tidak dimakan. Tapi jangan lupa piring-piringnya dibuat kotor dengan masi dan lauk yang lain, hingga sepertinya kita sudah benar-benar makan,” kata Bu Marmo setelah merapikan kembali baju yang dipakainya.

    Kami meninggalkan rumah makan saung di pinggir pantai setelah membayar di kasir dan meninggalkan lembaran dua puluh ribu rupiah sebagai tip kepada petugas yang membereskan serta membungkuskan makanan yang memang tidak kami makan. Dari spion, wajah Bu Marmo kulihat sangat cerah. Pasti karena kenikmatan yang baru direguknya serta nafsunya yang lama tertahan telah tersalurkan.

    “Apa lihat-lihat. Wanita sudah tua kok masih diajak ngentot,” kata Bu Marmo yang memergoki ulah mencuri-curi pandang ke arahnya lewat spion. Tetapi perkataannya itu bukan karena marah.

    “Usia boleh saja sudah kepala lima. Tetapi wajah ibu masih cantik dan tubuh ibu masih sangat merangsang. Mau deh tiap malam dikelonin ibu,” ujarku menggoda.

    “Bener tuh,”

    “Sungguh Bu. Saya bisa ketagihan deh oleh empotan memek ibu yang dahsyat tadi,’

    “Ibu juga suka sama batang Nak Anto. Besar dan panjang. Kalau mau kapan-kapan kita bisa mengulang. Kalau ada kesempatan nanti saya SMS,” ujar Bu Marmo.

    Aku sangat senang karena sudah mendapat peluang untuk terus bisa menyetubuhinya. Tangan Bu Marmo kuraih dan kugenggam. Bahkan sempat meremas susunya sambil mengendalikan kemudi. Hanya Bu Marmo mengingatkan bahwa ulahku bisa menyebabkan kecelakaan hingga aku kembali berkosentrasi pada setir mobil yang kukendarai. Ah, memek wanita tua ternyata masih sangat nikmat.

    Sampai di rumah Pak Marmo sudah tidur di kamarnya. Sedang Bu Mumun, terlihat berbincang dengan Yu Sarti, pembantu di rumah itu. Setelah berbincang sebentar, aku dan Bu Mumun pamit pulang. Hanya sebelumnya Bu Marmo memberikan bungkusan lauk yang belum sempat kami makan sewaktu di rumah makan. “Buat oleh-olah anak di rumah Bu,” kata Bu Marmo.

    Di jalan, saat membonceng sepeda motor dan kutanya tentang ulah Pak Marmo, Bu Mumun cerita bahwa atasanku itu benar-benar genit. Selama dipijat, kata Bu Mumun, ia terus merayu dan berusaha menggerayangi. “Tapi tidak saya ladeni lho Pak Anto,” ujar Bu Mumun meyakinkanku.

    “Pasti Pak Marmo maksa untuk bisa megang memek ibu kan? Soalnya dia kemarin bilang pengin banget lihat punya ibu,”

    “Iya sih tapi hanya pegang. Dan karena terus maksa akhirnya ibu kocok,” ungkap Bu Mumun jujur.

    Aku tertawa dalam hati. Sementara suaminya hanya bisa meraba memek wanita lain dan dipuaskan dengan dikocok, istrinya malah sampai orgasme dua kali disogok penis laki-laki lain. Bahkan istrinya berjanji untuk mengontak agar bisa mengulang kenikmatan yang telah kami lakukan.

    Sampai di rumah anak-anak Bu Mumun sudah tidur. Dan mungkin karena terangsang gara-gara memeknya digerayangi Pak Marmo, Bu Mumun memaksaku untuk singgah di rumahnya. Untuk menolak rasanya kurang enak. Karena biasanya aku yang sering memintanya untuk melayaniku.

    Rupanya nafsu Bu Mumun sudah benar-benar tinggi. Di kamarnya, saat ia mulai mengulum batang kontolku dan tanganku menggerayang ke selangkangannya, memeknya sudah basah. Bahkan saat tangaku mulai mencolok-colok lubang nikmatnya, Bu Mumun kelabakan. Memintaku untuk segera menuntaskan hasratnya.

    Tetapi aku berusaha bertahan. “Punya saya belum terlalu keras Bu. Nanti kurang enak. Kalau ibu menjilatnya di sini, pesti cepat kerasnya,” kataku sambil mengangkat dan memperlihatkan lubang anusku,” kataku.

    Sebenarnya, kontolku kurang keras karena sebelumnya telah dipakai melayani Bu Marmo di rumah makan. Namun keinginan untuk dijilati di bagian anus, mendapat tanggapan serius Bu Mumun. Ia langsung berjongkok di tepi ranjang dan berada selangkanganku. Dan tanpa ragu atau merasa jijik, langsung menjulurkan lidahnya untuk menyapu biji pelirku dan diteruskan dengan menjilat-jilat lubang duburku. Rasanya geli-geli nikmat dan membuat tubuhku merinding.

    Akibatnya aku dibuat kelojotan. Dibuai kenikmatan yang diberikan Bu Mumun. Terlebih ketika ia mulai mencucuk-cucukkan lidahnya ke lubang duburku. “Aaakkhhhhh… aakkhh.. enak banget …. oookkh enak banget. Saya suka suka banget ngewe sama ibu. Oookkkh … nikmat,”

    Dirangsang sebegitu rupa kontolku makin mengeras. Tetapi Bu Mumun terus saja menjilati dan mencerucupi anusku. Ia melakukannya sambil meremasi dan mengocok-ngocok kontolku yang makin terpacak. Takut keburu muncar sebelum dipakai menyogok lubang memeknya, aku meminta Bu Mumun menghentikan aksinya.

    Tubuh montoknya langsung kutarik dan kutelentangkan di ranjang. Dalam posisi mengangkang, aku langsung menungganginya. Bleesss… kontolku langsung membelesak di lubang nikmatnya yang basah. Ia agak tersentak. Mungkin karena aku menggenjotnya secara tiba-tiba. Namun ia tidak mengeluh dan malah mendesah

  • Istri Boss Kuperkosa Karena Lama Tak Digaji

    Istri Boss Kuperkosa Karena Lama Tak Digaji


    1696 views

    Duniabola99.org – ini adalah pengalaman yang terjadi pada diri saya sendiri. Kejadian ini terjadi pada saat saya masih bekerja pada bos saya di rumahnya. Semua nama di cerita ini adalah nama samaran untuk melindungi orang yang terlibat dalam cerita ini.

    Pengalamanku ini terjadi pada saat aku masih bekerja sebagai penulis di rumahnya. Saya adalah seorang penulis yang bekerja pada seorang agen penulisan, sebutlah nama samaran bosku adalah Mahdi. Bosku Mahdi menggunakan salah satu kamar rumahnya untuk dijadikan kantor tempat bawahannya bekerja. Saat ini Mahdi hanya memiliki satu orang bawahan, yaitu saya sendiri.

    Pekerja Mahdi yang lain telah keluar karena perlakuan Mahdi yang tidak adil. Mahdi sering kali memotong, bahkan tidak membayar pekerjaan bawahannya. Namun Mahdi tetap tidak belajar dari pengalamannya, Mahdi tetap tidak membayar hasil kerja dari pekerja terakhirnya ini.

    Tidak hanya itu, Mahdi memiliki sifat yang suka berselingkuh. Saya sering kali disuruh menginap di rumahnya untuk menyelesaikan banyak pekerjaan yang sering kali tidak dibayar. Sebenarnya, saya sendiri sudah ingin keluar saat itu. Namun, saat itu aku masih memiliki uang di bosku yang tidak bisa kutinggalkan begitu saja.

    Setelah sekian banyaknya pekerjaanku yang tidak dibayar, aku mulai berpikir untuk memanfaatkan keadaan. Istri bosku adalah seorang wanita yang cantik, sebutlah namanya Rita. Hampir semua orang yang datang ke rumah Mahdi, datang karena istrinya. Namun, sayang Mahdi adalah tukang selingkuh.

    Malam-malam selama aku menginap selalu dipenuhi oleh pertengkaran suami istri di tengah malam. Mahdi biasanya pergi pada pagi atau siang hari dan pulang tengah malam setiap hari. Setelah pulang, Mahdi mulai bertengkar di tengah malam dan mengganggu siapapun yang mendengarnya. Saat malam, istrinya selalu tidur menunggu Mahdi pulang tengah malam.

    Pada suatu malam, aku sedang menginap di rumah Mahdi untuk mengeprint beberapa buku. Jam sepuluh malam mahdi belum pulang ke rumah. Aku tahu Mahdi sedang meniduri selingkuhannya atau sedang dalam perjalanan pulang. “Ngapain sih selingkuh? Istri sudah cantik seperti Rita disia-siakan seperti itu, sedang hamil pula!” Pikirku sambil menunggu mesin print di depanku.

    Pada saat itu aku tersadar dan berpikir “Benar! Sia-sia sekali istri secantik itu dibiarkan begitu saja! Kukerjai saja dia sebagai ganti upah kerjaku yang tidak Mahdi bayar.” Aku mulai memikirkan rencana untuk mengerjai istri Mahdi, bosku sendiri. Aku tahu kalau pintu yang memisahkan tempat kerjaku dan rumah utama telah macet dan tidak bisa dikunci.

    Aku bisa mengerjai istri Mahdi dengan bebas, aku hanya perlu berhati-hati saat melakukannya agar tidak ketahuan. Aku berusaha mendengarkan dari balik pintu suara tidur di rumah utama. Setelah yakin bahwa tak ada suara tanda-tanda aktivitas di dalam rumah utama, aku memberanikan diri untuk membuka pintu.

    Pintu itu cukup didorong sedikit agar bisa terbuka karena kuncinya sudah rusak. Aku mendorongnya perlahan agar tidak menimbulkan suara keras. Satu desakan lembut, dan pintu tersebut terbuka. Aku mengintip sedikit memastikan bahwa istri Mahdi tertidur pulas.

    Matanya tertutup, nafasnya teratur, saatnya bersenang-senang. Aku merangkak dan mendekat perlahan-lahan dengan jantung berdetak keras dan nafas memburu. Rasa takut ketahuan dan terangsang bercampur, sungguh campuran perasaan yang menarik dan menyenangkan.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    Setelah dekat, aku memandang tubuh Rita dengan takjub. Kulit putih yang yang tampak sangat halus. Tubuh yang indah dengan wajah yang cantik ini telah membuat banyak pria ingin menidurinya. Perutnya membuncit karena dia sedang hamil lima bulan, “Kejam sekali Mahdi, istri sedang hamil dia malah selingkuh dengan perempuan lain.” kataku dalam hati. “Well kalau Mahdi tidak mau istrinya, sebaiknya untukku saja.” pikirku, lagipula aku selalu penasaran dengan wanita hamil.

    Rita tidur dengan posisi membelakangiku dengan kaki terbuka. Baju dasternya yang berwarna biru tua tersingkap hingga memperlihatkan kaki indahnya yang berwarna putih. Celana dalamnya yang berwarna krem terlihat dengan jelas, aku yakin tindakanku ini benar-benar di luar dugaan mereka. Aku menyingkapkan daster Rita untuk melihat tubuhnya lebih banyak lagi.

    Terlihatlah seluruh pantat Rita di depan mataku. Pelan-pelan aku mengelusnya dari paha hingga ke pantatnya, agar Rita tidak terbangun. Aku sangat takut Rita tiba-tiba terbangun dan melihat perbuatanku padanya, aku akan berada dalam masalah besar. Aku menciumi pantat Rita dan terkadang menjilatnya sedikit.

    Saat aku sedang menikmati pantat Rita, tiba-tiba aku mendengar suara motor mendekat. “Mahdi pulang!” pikirku dengan panik. Aku merapikan daster Rita dan segera kembali ke ruangan tempat kerjaku. Mesin print masih terus mengeprint buku yang seharusnya aku awasi. Setelah menanyakan pekerjaanku, Mahdi dan Rita kembali melakukan rutinitasnya bertengkar di tengah malam.

    Keesokan paginya Mahdi mengizinkan aku untuk pulang sebentar dan tidur beberapa jam. Siangnya aku ditelepon untuk datang lagi ke rumah Mahdi dan meneruskan proses mengeprint buku. Tak lama kemudian, Mahdi pergi dengan alasan akan pergi ke beberapa penerbit.

    “Padahal tak usah berbohong karena baik aku ataupun istri Mahdi sudah mengetahui Mahdi akan pergi ke tempat selingkuhannya.” pikirku dalam hati. Setelah pertengkaran yang cukup hebat dengan istrinya, pergilah Mahdi dari rumah.

    Sekali lagi, seperti biasa, Mahdi meninggalkan istrinya serumah dengan pria lain. Jam setengah sepuluh malam rumah sudah sepi, hanya suara mesin print yang sedang bekerja. “Saatnya aku beraksi” pikirku sambil menyiapkan kertas yang banyak di mesin print. Aku mendorong pintu dan masuk ke kamar tidur Rita.

    Rita sedang tidur nyenyak dengan pakaian yang tersingkap hingga mencapai dadanya. “Wow! Kemarin aku puas menciumi pantatnya, sekarang ke payudaranya ah!” pikirku. Aku menaikkan dasternya lebih tinggi lagi, hingga seluruh payudaranya terlihat. Aku meremasnya perlahan dan menciuminya.

    Kemudian, aku tertarik untuk melihat puting payudaranya. Aku menarik BH Rita ke bawah perlahan-lahan. Aku takut Rita terbangun saat aku sedang melucuti pakaiannya. Ternyata puting Rita sangatlah lucu, mirip dengan puting payudara anak-anak. Puting payudara Rita ukurannya kecil, berwarna coklat gelap, lingkaran sekelilingnya pun tidak besar..

    Aku tidak tahan lagi, aku ingin menghisap payudaranya, walaupun aku takut Rita terbangun. Aku membuka mulutku dan bersiap menghisap puting coklat Rita. Mulutku menutup dan puting Rita berada dalam dalam bibirku. Aku berhenti sebentar dan memperhatikan wajah Rita, takut Rita terbangun. Aroma puting Rita sangat wangi, seperti wangi vanilla, kusadari dia sedang hamil dan payudaranya sedikit basah. Kemudian aku menghisapnya perlahan-lahan dan selembut mungkin.

    Beberapa lama aku menghisap puting payudara Rita yang wangi dan lezat. Aku mulai lupa diri dan ingin menusukkan penisku ke vagina Rita. Aku kemudian memposisikan tubuhku agar dapat menyetubuhi Rita. Walau aku takut Rita terbangun, aku ingin mencoba terlebih dahulu. Aku menarik celana dalam Rita dari belakang dengan perlahan. Tak lama kemudian aku berhasil melihat belahan pantatnya. Kemudian diikuti dengan lubang pantatnya dan lubang vaginanya.

    Lubang pantat Rita berwarna coklat gelap, bergerak-gerak mengikuti irama nafas Rita, Kadang lubang tersebut berkedut-kedut beberapa kali, aku tidak tahu mengapa. Kemudian aku mulai memposisikan tubuhku untuk menyetubuhi Rita. Aku menempelkan kepala penisku ke vagina Rita untuk melihat reaksinya. Rita terlihat masih tidur dan belum terbangun sama sekali, tampaknya Rita kalau sudah tertidur sulit untuk bangun.

    Aku menjadi semakin berani untuk menyetubuhi Rita. Aku menekan penisku ke dalam vagina Rita lebih dalam dengan perlahan. Aku sempat merasakan sempitnya vagina Rita dan panas tubuhnya di sekeliling penisku. Namun, tiba-tiba Rita melenguh keras dan menutup kakinya hingga penisku tertarik keluar. Aku kaget setengah mati, kukira Rita akan terbangun dan memergokiku sedang menyetubuhinya. Penampilanku sekarangpun sudah tidak bisa disangkal, dengan penis tegang keluar dari celana. Pakaian Rita-pun sedang dalam posisi hampir terbuka.

    Aku segera merapikan pakaian Rita dan pergi dari kamar tidurnya. Kemudian melanjutkan pekerjaanku mengawasi mesin prin. Tak lama kemudian, Mahdi pulang dan menanyakan pekerjaanku. Setelah bertengkar, Mahdi dan Rita tidur, meninggalkan aku sendirian di tempat kerjaku.

    Aku mulai berpikir untuk mengerjai Rita dengan lebih cepat dan tidak perlahan-lahan. Terlalu banyak waktu terbuang hanya untuk berhati-hati dan takut ketahuan. Mahdi keburu pulang dan resiko ketahuan yang besar menjadi pikiranku selama beraksi.

    Kemudian aku mendapat ide untuk menggunakan obat tidur. Aku segera mencari di internet untuk membeli obat tidur. Setelah memesan, obat tidur tersebut datang tiga hari kemudian. Aku menyusun rencana untuk menggunakan obat tidur tersebut pada Rita.

    Malamnya Mahdi sedang pergi dan Rita sedang menonton televisi di ruang tamu. Kemudian aku segera membuat alasan untuk membuat kopi agar dapat masuk ke rumah utama. Begitu Rita lengah aku memasukkan obat tidur cair ke minumannya dan kedua anaknya yang masih kecil. Aku masuk kembali ke ruang kerjaku. Setelah kutunggun lama suara televisi masih menyala, namun tidak terdengar suara Rita ataupun anak-anaknya.

    Aku memberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu dengan cara normal. Setelah aku masuk ternyata Rita dan kedua anaknya masih berada di ruang tamu. Rita tertidur di kursi dan anaknya tertidur di lantai masih memegang mainan yang sedang dimainkannya. Aku menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa aku akan memperkosa wanita hamil yang sedang tidur.

    Aku kemudian menguji apakah Rita sudah sudah benar-benar tertidur atau belum. “Teh Rita, teh Rita bangun” kataku sambil menepuk dan menggoyangkan tubuhnya. Rita tidak juga bangun dan masih tertidur pulas. Untuk meyakinkan aku meremas payudaranya perlahan, kemudian aku meremasnya dengan keras untuk melihat reaksinya. Ternyata Rita tidak juga terbangun, nampaknya obat tidur tersebut benar-benar berfungsi dengan baik.

    Kemudian aku menyeret tubuh Rita ke kamar tidurnya. Aku tak punya banyak waktu karena Mahdi akan segera pulang, dan aku tak ingin dia memergokiku sedang memperkosa istrinya. Aku cepat-cepat membuka bajunya dan bajuku sendiri. Kuciumi seluruh badannya dengan penuh nafsu, karena aku tahu kini apapun yang kuperbuat Rita takkan terbangun.

    Kuposisikan tubuh Rita dengan posisi terlentang hingga aku bebas menjamah seluruh tubuhnya. Perutnya yang sedang hamil tampak membusung ke atas. Kemudian aku menghisap putting payudaranya, tidak seperti beberapa hari lalu, malam ini aku menghisapnya dengan keras.

    Kuremas payudara Rita yang satu lagi, satu kuremas, satu kuhisap terkadang bergantian. Setelah beberapa lama, kurasakan tanganku basah di payudara Rita, dan hanya ada satu penjelasan, ini air susu Rita. Setelah terpana sebentar, aku mulai menjilati air susunya. Ternyata rasanya cukup enak dan wangi. Aku masih belum puas merasakan air susu Rita dan masih ingin terus meminumnya.

    Aku menghisap air susu Rita dari puting payudara, kuremas kemudian setelah susunya keluar aku hisap hingga habis, terus seperti itu. Setelah beberapa saat aku tahu teknik untuk mengeluarkan air susunya tanpa harus meremasnya dengan tangan. Setelah aku merasa enek, enek karena air susu yang seharusnya untuk bayi, lucu sekali.

    Karena aku merasa sudah cukup puas dengan payudaranya, aku ingin melakukan hal yang lain. Aku melihat bibir Rita yang indah dan jadi sangat ingin menciumnya. Aku mendekatkan wajah dan mencium bibirnya. Rasa mulut Rita jujur saja rasa mi instan, sepertinya di baru makan mi instan.

    Aku mengeluarkan penisku dan mendekatkannya ke wajah Rita. Setelah menggosokkannya ke bibir Rita, aku menekan penisku ke dalam mulut Rita. Setelah memasuki mulut Rita aku mulai menggerakkan penisku keluar masuk. Mulut Rita dipenuhi penisku dan becek karena liurku. Kemudian Rita bergerak secara reflek berusaha mengeluarkan penisku dari mulutnya. “Sayang sekali…” pikirku dalam hati.

    Aku mengganti tergetku pada vaginanya, yang belum kusentuh dari tadi. Aku membuka kedua kaki Rita hingga posisinya kini mengangkang, siap dimasuki penisku. Aku tidak ingin melakukannya dengan pelan, aku ingin melakukannya dengan keras dan kasar, toh Rita takkan terbangun kali ini.

    Kugosokkan penisku di bibir lubang vagina Rita agar tak meleset saat kumasukkan. Setelah letaknya tepat aku segera bersiap untuk memasukkan penisku ke vagina Rita. Dengan satu hentakan keras, BLESSS aku menusukkan penisku ke dalam vagina Rita sekuat tenaga. Rita tetap diam saja, hanya ekspresi wajahnya yang sedikit mengerut.

    Aku mendiamkan sebentar penisku di dalam vagina Rita, mencoba meresapi panas tubuhnya dan gerakan di dalam vaginanya. Vagina Rita seakan bernapas dengan jepitan yang mengeras dan mengendur di sekeliling penisku. Penisku mulai kukeluarkan dan kuhentakkan kembali dengan keras. Aku melakukannya beberapa kali karena setiap kali melakukannya vagina Rita berkedut-kedut di bagian dalam.

    Setelah melihat jam, ternyata sudah lewat setengah jam sejak aku mulai bermain dengan tubuh Rita. Aku mulai menggenjot badan Rita dengan cepat dan kuat. PLOK PLOK PLOK PLOK suara paha kami saat bertemu karena genjotanku. Sambil terus kugenjot, aku menciumi seluruh permukaan tubuhnya. Lenguhan-lenguhan kecil keluar dari bibirnya yang indah. Payudara dan seluruh dadanya kujilati, kuremas, dan kuhisap dengan rakus. Perutnya yang membusung kupeluk dan kuciumi pula, aku ingin merasakan dengan jelas kalau aku sedang memperkosa wanita hamil dan berjilbab pula.

    Sekarang yang membuatku bingung adalah apakah aku harus mengeluarkan maniku di luar atau di dalam. Setelah hampir setengah jam menggenjot tubuh Rita, aku merasakan maniku sudah siap keluar. Pada saat merasakan sudah mencapai puncaknya, aku memutuskan untuk mengeluarkan maniku di dalam vagina Rita. Kutekan keras penisku ke dalam vagina Rita agar maniku keluar di tempat paling dalam di tubuh Rita.

    CROT CROT CROT maniku akhirnya keluar di dalam vagina Rita. Aku dapat merasakan maniku keluar dan membanjiri vagina Rita. “Oh, oh, oh yeah,” kataku tak kuasa menahan nikmat orgasme yang membuat seluruh tubuhku menegang. Setelah kulepaskan penisku dari vagina Rita, air maniku sedikit menetes dari vaginanya.

    Aku berpikir, “Bagaimana dengan bayi di dalam rahimnya ya?” karena aku baru saja memasukkan sperma dalam jumlah besar. Aku pernah mendengar kalau seorang wanita akan keguguran kalau diperkosa pada saat mengandung. Tapi kemudian aku berpikir lagi, “Memang aku peduli? Aku rasa tidak! Lebih baik aku teruskan, karena bagaimanapun sudah terlambat menyesal sekarang.”

    Setelah tenagaku pulih, aku siap untuk bermain dengan tubuh Rita minimal satu kali lagi. Tubuh Rita kuposisikan agar menungging, karena aku ingin memperkosanya dari belakang. Kunaikkan pantatnya ke atas dan menciumi pantatnya. Pada saat sedang asyik menciumi, aku melibat lubang anusnya. Aku terpana dengan gerakannya yang seakan mengundangku untuk melakukan anal seks padanya. Namun, aku terpaksa harus menolak, karena jika ketahuan ada bekas anal seks, mereka akan curiga.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    Kumasukkan sekali lagi penisku ke dalam vagina Rita dari belakang. Setelah posisiku mantap, aku genjot vagina Rita dengan cepat dan kuat. Kini tak hanya terdengar suara paha saja yang terdengar. Kini, suaranya terdengar lebih becek karena banyaknya cairan dalam vagina Rita.

    Setelah puas dengan posisi menungging, kuangkat tubuh Rita hingga dia berada dalam posisi mendudukiku. Aku harus terus menahan tubuh Rita agar tak terjatuh. Posisi duduk membuat ukuran perut Rita yang sedang hamil terlihat dengan jelas. Sambil terus merabai tubuhnya dari belakang, aku terus menggenjot tubuh Rita.

    Perut dan payudara Rita bergoncang mengikuti gerakan genjotanku. Remasanku pada payudara Rita semakin keras hingga air susunya memercik ke kasur. Namun, posisi duduk cukup membuat pegal karena aku harus menahan berat tubuh Rita. Aku mengganti posisi agar aku dapat kembali menikmati tubuh Rita dengan nyaman.

    Kurebahkan tubuh Rita dengan posisi menyamping dan aku di belakangnya. Kuangkat kaki Rita yang kanan dan menyelipkan kaki kananku di antara kaki Rita. Kemudian, kumasukkan penisku kembali ke vagina Rita yang sudah becek karena cairan dari vaginanya.

    Kulanjutkan genjotanku pada Rita, sambil menciumi seluruh tubuhnya. Tanganku meremas payudaranya yang indah dengan keras. Puting payudara Rita kupuntir dan kucubit sepuasnya. Setelah beberapa saat aku mulai mencapai puncak kenikmatanku. Aku angkat kaki Rita agar aku dapat menggenjot vaginanya dengan kecepatan maksimal.

    Dengan posisi berlutut aku menggenjot vagina Rita dengan kencang. Kuangkat bagian bawah tubuh Rita agar mani yang kukeluarkan langsung masuk dan tak tumpah kemana-mana. Saat mencapai orgasme aku tak kuasa menahan getaran tubuhku. “Oh! Ah! Oh!” aku melenguh karena kenikmatan orgasme yang menguasai tubuhku.

    Setelah kucabut penisku, aku tetap mengangkat bagian bawah tubuh Rita agar air maniku tidak keluar dari vagina Rita. Setelah beberapa saat, aku membersihkan tubuh Rita yang penuh air liurku menggunakan kain lapel. Kubersihkan vagina Rita dari air mani yang menetes.

    Kurapikan pakaian Rita dan kuposisikan seperti orang yang tidur. Kubaringkan kedua anak Rita di tempat tidurnya. Kemudian aku kembali mengawasi mesin print yang ternyata kehabisan kertas. Jam setengah satu Mahdi pulang ke rumah dan menanyakan pekerjaanku. Perbedaannya malam itu tak ada pertengkaran karena Rita masih tidur dan Mahdi tidak menyadari apa yang kulakukan pada istrinya.

    Kini dengan berbekal obat bius, setiap aku menginap di rumah Mahdi aku selalu memperkosa Rita. Rita dan Mahdi tidak pernah menyadarinya atau tidak perduli aku tidak tahu. Pernah beberapa kali aku memperkosa Rita saat Mahdi sedang tidur di sampingnya. Tentu saja aku harus keluar sebelum ada masalah yang terjadi yang menyebabkanku masuk penjara.

    Karena memperkosa Rita sudah mulai membosankan dan tidak menarik lagi, aku memutuskan keluar dari tempat kerja Mahdi. Aku keluar dari tempat kerja Mahdi karena aku sudah muak kerja tanpa dibayar oleh Mahdi. Beberapa bulan kemudian aku mendengar kabar bahwa istri Mahdi telah melahirkan.

    Saat aku berkunjung ke rumah Mahdi, aku melihat bayi yang tadinya berada dalam kandungan Rita. Anak Rita ternyata sangat lucu dan sehat tanpa ada cacat sama sekali. Ternyata pemerkosaan yang kulakukan pada Rita sama sekali tidak berpengaruh pada rahim Rita dan kandungannya.

    Sekarang aku keluar untuk selamanya dari tempat kerja Mahdi karena bosan, sudah tidak ada lagi yang bisa kulakukan di sini.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Istri Selingkuh Karena Tidak Dipuaskan Suami

    Istri Selingkuh Karena Tidak Dipuaskan Suami


    1636 views

    seorang istri karena tidak puas dengan seks yang didapatkan dari suaminya. Sehingga ia mendambakan ngeseks bersama pria lain yang usianya jauh lebih matang. Keinginan itu akhirnya tercapai, dan terjadikan cerita dewasa selingkuh yang ceritanya bisa anda simak dibawah ini!

    Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan.

    Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu.

    Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini..

    Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku.

    Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu.

    ‘Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain.
    ‘Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya.
    ‘Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku.
    ‘Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu.

    Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu.

    Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang.

    Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. ‘Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an.
    Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong.
    ‘Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh.
    Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, ‘Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya.

    Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.

    Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. ‘Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku.

    Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.

    Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.

    Sekali aku nyeletuk,
    ‘N’tar dilihat orang Pak’,
    ‘Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia.
    Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora,
    ‘Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik ..
    ‘Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku ..
    ‘Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’.
    ‘Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’.
    ‘Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain ‘sejam’??

    Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.

    Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku.
    Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan ‘jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini.

    Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya.

    ‘Nyampai Dik Mar ..’,
    ‘Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis ‘motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.
    Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini..

    Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku.

    Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk.

    ‘Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini.
    Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing.

    Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, ‘Sini Dik Mar .. ‘, uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku.

    Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini.

    ‘Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’.
    Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku.

    Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee..

    Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.

    Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku ..Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass ..

    Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.

    Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme.

    Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.

    Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini.

    Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu.

    ‘Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass..

    Sementara aku masih terlena di ranjang dan menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Pak Parno terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya ke pinggulku, perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar motel itu. Menembusi atapnya hingga ke awang-awang. Kulihat Mas Adit sedang sibuk di depan meja gambarnya, sebentar-sebentar stip Staedler-nya menghapus garis-garis potlod yang mungkin disebabkan salah tarik.

    Mungkin semua ini hanyalah soal perlakuan. Hanyalah perlakuan Mas Adit yang sepanjang perkawinan kami tidak sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan biologisku. Lihat saja Pak Parno barusan, hanya dengan lumatan bibirnya pada ketiakku dan kobokkan jari-jarinya yang menari-nari di kemaluanku, telah mampu memberikan padaku kesempatan meraih orgasmeku. Sementara kamu Mas, setiap kali kamu menggumuliku segalanya berjalan terlampau cepat, seakan kamu diburu-buru oleh pekerjaanmu semata. Kamu peroleh kepuasanmu demikian cepat.

    Sementara saat nafsuku tiba dengan menggelegak, Mas Adit sudah turun dari ranjang dengan alasan ada yang harus diselesaikan, si anu sudang menunggu, atau si anu besok mau pergi dan sebagainya. Kamu ternyata sekali sangat egois. Kamu biarkan aku tergeletak menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Menunggu Mas Adit yang hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Yang aku nggak tahu kapan itu datangnya .. Sepertinya aku menunggu Godotku .., menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku ..

    ‘Dik Marni capek ya ..’, bisikkan Pak Parno membangunkan aku dari lamunan.
    ‘Nggak Pak. Lagi narik napas saja .. Tadi koq nikmat banget yaa .., sedangkan Pak Parno belum ngapa-apain padaku .. Pakee .. Pak Parno juga hebat lhoo .. Baru di utik-utik saja aku sudah kelabakkan .. Hi hi hi ..’, aku berusaha membesarkan hati Pak Parno yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini.

    Rupanya Pak Parno hanya ingin nge-cek bahwa aku nggak tertidur. Dengan jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia lepasin sendiri kemejanya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain Mas Adit suamiku. Wuuiihh .. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Pak Parno.

    Pada usianya yang lebih dari 55 tahun itu, sungguh Pak Parno memiliki tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Bahunya bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan penggilasan. Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua putting susu besar kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang kekar dan macho ini, aku lihat Pak Parno adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot di tubuhnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini.

    Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah .. kontolnya .. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain .. Kontol Pak Parno sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu besar, panjang, keras hingga nampak kepalanya berkilatan dan sangat indah. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara Nazi, sungguh merupakan paduan erotis dan powerful. Sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang gede, kontol itu seakan menunggu mulut atau kemaluan para perempuan yang ingin melahapnya.

    Sesudah telanjang Pak Parno juga menarik pakaianku, celana jeansku yang sedari tadi masih di separoh kakiku, kemudian blus serta kutangku dilepasnya. Kini aku dan Pak Parno sama-sama telanjang bulat. Pak Parno rebah di antara pahaku. Dia langsung nyungsep di selangkanganku. Lidahnya menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn .. Kenapa cara begini ini nggak pernah aku dapatkan dari Mas Aditt ..

    Lidah kasar Pak Parno menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedotinya. Ujung lidahnya berusaha menembusi lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuat aku merasakan kegatalan yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Pak Parno dan jariku meremasi kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang makin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-naik menjemput lidah di lubang vaginaku itu.

    Tak lama kemudian, Pak Parno memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Pak Parno maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Pak Parno, dan sebaliknya Pak Parno tidak kelelahan untuk terus menciumi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Pak Parno dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan.

    Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan. Pak Parno sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya dimana Pak Parno sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku merangsang nafsu birahi Pak Parno tidak bisa terbendung.

    Sesudah menurunkan kakiku, Pak Parno langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik dimana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain suamiku merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar .. menunggu kontol Pak Parno menembus kemaluanku .. Aku hanya bisa pasrah .. Aku nggak mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini .. Maafin aku Mas Adit ..

    Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan kontol Pak Parno itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran,

    ‘Santai saja Mar, biar lemesan..’, terdengar samar-samar suara Pak Parno di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
    ‘Pakee .. Pakee .. ayyoo .. Pakee tulungi saya Pakee .. Puas-puasin ya Pakee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee ..’, kedengerannya aku mengemis minta dikasihani.
    ‘Iyaa Dik Marr .. Sebentar yaa Dik Marr ..’, suara Pak Parno yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri.

    Kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah. Menyilahkan kontol Pak Parno menembusnya. Bahkan kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya.

    Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku rahimku ngrasain disentuh kontol Mas Adit. Dengan sisa ruang yang longgar, kontol suamiku itu paling-paling menembus ke vaginaku sampai tengahnya saja. Saat dia tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti sesak dan penuhnya kontol Pak Parno mengisi rongga vaginaku saat ini.

    Kemudian Pak Parno mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Parno menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor. Dan saat Pak Parno menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya.

    Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt. Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat Pak Parno mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan mata Pak Parno sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur, kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.

    ‘Mirnaa .. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Mirr, enak yaa.. enak Mirr .. ayyoo bilangg enak mana sama kontol si Adit .. Ayoo Mirr enak mana sama kontol suamimu ayoo bilangg ayyoo enakan manaa ..’, Pak Parno meracau.
    ‘Pakee .. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee .. Panjangg .. Uhh gedhee bangett .. pakee.. Enakan kontol Pak Parnoo ..’.

    Posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Tanpa terasa pergumulan birahi ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dar mulut kami. Kulihat tubuh kekar Pak Parno tampak berkilatan karena keringatnya. Dan hal itu membuat Pak Parno jauh terlihat seksi di mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke tonjolan otot di perutnya. Dengan gemas kupermainkan putting susunya yang bekilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Dan Pak Parno yang merasakan itu, tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku.

    Pada akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 2 kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn .. hanya dari Pak Parno aku bisa meraih multi orgasmeku inii .. Oohh Pak Parnoo.. terima kasihh .. Pak Parno mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo .. Pakee biar aku yang memuaskan kamuu .. 10 menit kemudian…
    Dan kontol Pak Parno aku rasakan berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Parno berkali-kali muntah di dalam vaginaku.

    Uhh .. Aku jadi lemess bangett .. Nggak pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku serasa di lolosi. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki bukan suamiku, Pak Parno. Dan aku heran .. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama sekali dari hatiku pada Mas Adit. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah aku serahkan pada Pak Parno tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan imbalan kepuasan dari Pak Parno yang sangat hebat.

    Di motel ini aku mengalami 3 kali orgasme. Dua kali beruntun aku mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan dan yang pertama sebelumnya, yang hanya dengan gumulan, ciuman dan jilatan Pak Parno di ketiakku sembari tangannya ngobok-obok kemaluanku aku bisa mendapatkan orgasme yang sangat memberikan kepuasan pada libidoku. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya sensasi-sensasi yang timbul dari sikap penyelewengan yang baru sekali ini aku lakukan. Yaa.. pada akirnya aku toh berhak mendapatkannya .. tanpa menunggu Mas Adit yang sangat egois.

    Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, namun Pak Parno mengingatkan bahwa waktu bernikmat-nikmat yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama. Pak Parno khawatir orang-orang rumah menunggu dan bertanya-tanya. Pak Parno mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah kami sanggupi pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya.

    Setelah kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Senen ini sangat parah di siang hari ini. Dengan adanya pembangunan jembatan layang pada belokan jalan di Galur, antrean mobil macet sudah terasa mulai dari pasar Cempaka Putih. Mobil Pak Parno serasa merangkak. Untung AC mobilnya cukup dingin sehingga panasnya Jakarta tidak perlu kami rasakan.

    Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Parno tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan seksual. Paduan kesabaran, tampilan ototnya yang kekar, postur tegap tubuhnya, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara iklas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan Pak Parno tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya .. tapi .. Benar adilkah ..?

    Ah .. pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 3 kali. Sementara Pak Parno hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh ..adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Parno selanjutnya ..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi ..?
    Aku menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Parno apabila dia masih menyimpan dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan semacam kegelisahan ..? Apa yang harus aku lakukan ..??

    ‘Pak, tadi puas nggak Pak..?’, aku memberanikan diri untuk bertanya.
    ‘Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas’, begitu jawabnya.
    Suatu jawaban yang sangat santun yang justru semakin besar kekhawatiranku. Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap ‘gentlemen’. Aku harus amati dari sudut yang lain. Kulihat dibawah kemudi Kijangnya. Nampak celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih ngaceng. Aku nekat. Kuraba saja tonjolan celananya itu.
    ‘Ininya koq masih ngaceng Pak? Masih pengin yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??’, sambil tanganku terus memijiti gundukkan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras.
    Pak Parno diam saja. Aku tahu pasti dia menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremasi, mengurut-urut.
    ‘Hheehh ..dik Marr .. enak sekali tangan Dik Marr yaa..’.

    Biarlah, biarlah aku akan selalu memberikan yang aku bisa. Dengan berbagai style, tanganku terus meremasi dan mijit gundukkan kontol itu. Tetapi lama kelamaan justru tanganku sendiri makin menikmati kenikmatan memijit-mijit itu. Dan semakin lama justru aku yang nyata semakin kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu masih menyesaki kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikitpun memenuhi rongga vaginaku. Dan ujungnya ini yang untuk pertama kalinya bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya ..

    ‘Pakee.. Aku pengin lagii ..’, aku berbisik dengan setengah merintih.
    ‘Kita cari waktu lagi Dik Mar .., gampang.., Dik Mar khan bisa bilang pada Mas Adit, mau ke Carrefour atau ke Mangga Dua cari barang apa.. gitu’.
    ‘Iyaa siihh.. Boleh dibuka ya Pak. Aku pengin lihat lagi nih jagoan Pak ..’, sambil aku melempar senyum serta melirikkan mataku ke Pak Parno melihat reaksinya.
    ‘Boleehh ..’, dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Parno berkonsentrasi.

    Tanganku sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga nampak celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya kekiri tentunya.

    Dengan tidak sabar kubetot kontol Pak Parno dari sarangnya. Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Pak Parno mencuat keluar. Gede, panjang, kepalanya yang bulat berkilatan. Dan pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww ..baru sekarang aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku.

    Rupanya precum Pak Parno telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang kencingnya. Uuuhh .. indahnyaa .. bisakah aku nggak bisa menahan diri ..??

    ‘Pak Parno pengin khan..??’, kembali aku berbisik.
    ‘Heehh .. Dik Mar mau bantu Pak Parno nih ..??’, jawaban yang disertai pertanyaan balik.
    ‘Gimana bantunya Pak.., berhenti duluu .. Cari tempat lagii .. Hayoo..’, jawabanku enteng.
    ‘Nggak begitu Dik Mar, kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini khan macet nih jalanan. Maksudku, apakah .. eehh .. Dik Mar marah nggak kalau aku bilang ini ..??’.
    ‘Nggak pa pa Pak, saya rela koq, dan saya pengin bantu bener-bener, Pak’.
    ‘Dik Mar pernah mengisep punya Mas Adit khan?’.
    ‘Ooo.. Kk.. kaalau ii.. ttuu terus terang aku belum pernah Pak.., kalau lihat punya Mas Adit rasanya aku geli gituu.. jijikk gituu ..’.
    ‘Kalau lihat punya saya inii.?’, dia terus mendesak dengan pertanyaan yang terus terang aku nggak bisa menjawab secara cepat.

    Masalahnya aku dihadapkan pada sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku lakukan, bahkan pun dalam khayalan seksualku. Pasti yang Pak Parno inginkan adalah aku mau mengisep-isep kontolnya itu, yaa khan? Tapi aku juga berpikir cepat .. Tadi sewaktu di motel, Pak Parno membenamkan wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya vaginaku, kelentitku, lubang kemaluanku. Dia juga menelan cairan-cairan birahiku. Aku jadi ingat prinsip adil dan setara yang aku sebutkan di atas tadi.

    Mestinya aku yaa.. nggak usah ragu-ragu untuk berlaku mengimbangi apa yang telah dilakukan Pak Parno padanya. Dia telah menjilati, menyedoti kemaluanku. Dan aku sangat menikmati jilatan dahsyatnya. Dan sekarang Pak Parno seakan menguji padaku. Bisakah aku bertindak adil dan setara juga pada dia. Aku membayangkan kontol itu di mulutku ..

    ‘Dik Mar, sperma itu sehat lhoo, bersih, steril.. dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak Parno ini pasti sedap kalau Dik Mar mengulumnya.. ‘, aku sepertinya mendengar sebuah permohonan.

    Aku kasihan juga pada Pak Parno. Mungkin dia sudah mengharapkan sejak awal jalan bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh beberapa waktu yang lalu. Dan kini saat aku sudah berada disampingnya harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba .. Kulihat kembali kontol indah Pak Parno. Yaa.. benar-benar indah..apa artinya indah itu .. Kalau memang itu indah ..sudah semestinya kalau aku menyukainya ..dan kalau aku menyukainya .. mestinya aku nggak jijik ataupun geli .. Dan lihat precum itu.. Juga indah khan, bening, murni, dan mungkin juga wangi ..dan asin .. Dan.. Banyak lho yang sangat menyukainya .., menjilatinya, meminumnya ..

    Tahu-tahu aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Pak Parno yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan .. Ah,.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat dan merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Parno. Yaahh .. asinnya yang begitu lembutt..
    ‘Dik Maarr .. Uhh enakk bangett sihh ..’, kepalaku dielus-elusnya. Dan dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengkulum kontol Pak Parno di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Parno sedikit memundurkan tempat duduknya.
    ‘Dik Marr .. Terus Dik Marr .. Kamu pinter banget siihh .. uuhh Dik Marr..’, aku terus memompa dengan lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu .. kujilati habis-habisan ..
    ‘Marr.. enak bangett .. akau mau keluar nihh Dik Marr .. Aku mau keluar nihh ..’, aku tidak menghiraukan kata-katanya, mungkin maksudnya peringatan untukku, jangan sampai air maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir bahwa mungkin aku belum bisa menerimanya.

    Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku pengin banget merasakan sperma seorang lelaki langsung tumpah dari kontolnya langsung ke mulutku. Dan lelaki itu adalah Pak Parno, yang bukan suamiku sendiri. Aku terus menjilati, menyedoti. Batangnya, pangkalnya, pelernya, sejauh bisa bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini, semua bagian kontolnya itu aku rambah dengan mulutku.

    Dan pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengkulum batangan gede panjang milik Pak Parno itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi kedutan-kedutan kontol Pak Parno dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga mulutku. Kontol Pak Parno memuntahkan laharnya. Cairan, atau tepatnya lendir yang hangat panas nyemprot langit-langit rongga mulutku. Sperma Pak Parno tumpah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena saking banyaknya.

    Sperma Pak Parno berleleran di pipiku, daguku, bahkan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Parno masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa bisa terkuras keluar. Mulutku langsung menyedotinya. Sekali lagi, pengalaman pertama nyeleweng ini benar-benar memberiku daftar panjang hal-hal baru yang sangat sensasional bagiku. Dan aku makin merasa pasti, hal-hal itu nggak mungkin aku dapatkan dari Mas Adit, suamiku tercinta.

    Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar Senen oleh Pak Parno. Sungguh aku keberatan untuk perpisahan ini. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Pak Parno bagiku. Aku berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi itu.

    Saat aku turun dari taksi sesampai di rumah, Mbak Surti nampak cemberut. Aku biarkan. Pada temen yang lain aku bilang banyak bahan yang aku cari stoknya habis sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Pak Parno. Mungkin sudah lama lebih dahulu nyampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai.

    Aku pamit pulang sebentar, untuk menengok rumah. Mas Adit belum pulang. Aku mandi lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibirnya. Mungkin jembut Pak Parno tersangkut saat kontolnya keluar masuk menembus memekku. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini.

  • Istriku Yang Semakin Hot Membuat Ku Tak Tahan Menahan Nafsu

    Istriku Yang Semakin Hot Membuat Ku Tak Tahan Menahan Nafsu


    1488 views

  • Jadi Daun Muda Tante Kesepian

    Jadi Daun Muda Tante Kesepian


    1533 views

    Tante Endah yang memang keturuan china wajah oriental ini berumur 25an tahun sama dengan tante Milena dia juga seumuran, bedanya tante Milena ditinggal suaminya yang rupanya sudah memliki istri kedua tanpa sepengetahuan tante Milena, dari segi wajah mending tante Endah karena masih kencang ketimbang tante Milena, mungkin juga kebanyakan pikiran jadi tante Milena.

    Saat itu aku yang sedang jalan jalan di sebuah mall unutk mencari makanan dan kongkow tak menyangka bertemu dengan tante Milena yang mana disaat itu juga ada tante Endah, tante Milena mengenalkanku dengan tante Endah sebgai ponakan yang jauh. Kami pun bertemu kemudian kita makan bersama.

    Setelah habis dari makan tante Milena mengajak jalan jalan untuk melihat pakain di dalam mall, aku hanya mengikuti dia dari belakang entah apa yang dibicarakan mereka berdua dia berbisik bisik dan senyum senyum aku lihat lirikan tante Endah yang genit mencuri curi perhatiannku tak lama kemudian setelah jalan jalan di mall tante Endah pulang duluan karena sudah sore.

    “Oke, Mil. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry” kata Tante Endah sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.

    Sepeninggal Tante Endah kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat. “Fer, menurut kamu Tante Endah gimana?” tanye Tante Milena padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.

    “Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Milena sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan. “Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Milena agak sewot.

    “Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku sambil tersenyum. “Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Endah jadi aneh sikapnya” tanyaku pada Tante Milena.

    “Fer, kamu tahukan kalo Tante Endah itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Endah lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya.

    Kamu jangan marah ya, abis Tante Endah itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Milena. “Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?” tanya Tante Milena dengan wajah serius.

    “Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia” jawabku serius juga.

    “Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia” kata Tante Milena was-was. “Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo” jawabku menghibur Tante Milena yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.

    “Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Endah dan lupain Tante deh” katanya lagi sambil menghembuskan nafas. “Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian.

    “Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Endah, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Milena kemudian. Setelah itu Tante Milena lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang. Malamnya Tante Endah menghubungi aku lewat telepon. “Hallo Ferry, ini Tante Endah masih ingatkan?” tanya Tante Endah dari seberang.

    “O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?” jawabku sambil bertanya.
    “Tadi Tante Milena sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?” tanyanya lagi.
    “Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Endah.
    “Serius dong, gimana kamu okekan?” tanya Tante Endah lagi.

    “Kalo gitu oke dech” jawabku singkat. Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.

    “Hallo Ferry, ini Tante Endah. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante beritahukan kamarnya. “Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby” jawabku singkat dan menutup pembicaraan. Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Endah. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Endah membukakan pintu.

    “Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Endah sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu. “Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung” jawabku.

    “Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he” jawab Tante Endah bercanda. Kemudian Tante Endah duduk d

    sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Endah dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Endah merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Endah.

    “Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Milena suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini” kata Tante Endah sambil menghembuskan nafas. “Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.

    Tante Endah menatapku sendu sambil tersenyum. “Terima kasih sayang” kata Tante Endah. Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya. Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Endah dengan lembut juga, sepertinya Tante Endah benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya.

    Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Endah dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.

    “Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Endah disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.

    Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Endah bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Endah. Setelah pelayan keluar dan Tante Endah memberikan tip, tiba-tiba Tante Endah menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya.

    Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku. “Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Endah padaku.

    Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Endah dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Endah dari penisku, kuangkat Tante Endah dan kurebahkan dikasur. “Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku sambil mengecup bibir Tante Endah dan mulai mencumbu Tante Endah sementara Tante Endah hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.

    Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Endah satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua. Kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Endah lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Endah, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Endah.

    Kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Endah lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Endah kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Endah lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Endah.

    Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Endah, dan Tante Endah mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Endah sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya.

    Dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Endah tangankupun mendekati vagina Tante Endah dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Endah tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Endah yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Endah yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Endah melengkung keatas.

    “Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang” teriak Tante Endah histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.

    Tak kuhiraukan teriakan Tante Endah dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Endah bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Endah bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Endah mendapatkan orgasme pertamanya.

    Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Endah.

    “Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila” teriak Tante Endah histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.

    Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Endah.

    Tubuh Tante Endah bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku. “Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt..

    ” jerit histeris Tante Endah mengantar orgasmenya yang kedua itu. Dan ketika tubuh Tante Endah sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Endah yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua.

    Lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Endah. “Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu” pinta Tante Endah padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Endah.

    Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Endah hingga posisi Tante Endah kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Endah sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Endah yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Endah dan kulepas rok Tante Endah dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Endah lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan.

    Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Endah. “Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.

    Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh” jerit Tante Endah histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Endah bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Endah. Lalu kurebahkan tubuh Tante Endah dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Endah tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang.

    Lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Endah bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Endah juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.

    “Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Endah. “Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh” teriak Tante Endah dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.

    Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Endah yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Endah sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Endah yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Endah. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.

    Setelah tubuhku dan Tante Endah mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Endah yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan.

    Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Endah, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Endah. “Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante” kata Tante Endah sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.

    “Ah Tante Endah bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Endah membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Endah, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Endah dan kamipun saling membersihkan tubuh.

    Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Endah sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Endah tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi.

    Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Endah dan Tante Milena.

  • Jadi Pelampiasan Ayah Tiriku

    Jadi Pelampiasan Ayah Tiriku


    1779 views

    Duniabola99.org – Suamiku adalah seorang perwira yang mempunyai kedudukan penting di sebuah propinsi Usianya sudah mencapai 55 tahun dan aku sendiri baru mencapai 27 tahun Fasilitas yang diberikan dan ketakutanku lah yang membuatku sangat tak berdaya untuk menentang keberadaanku Aku dibelikan sebuah villa yang sangat mewah yang terletak tidak begitu jauh dari kota tempat suamiku bertugas

    Semua fasilitas yang diberikan kepadaku sangatlah mewah bagiku, aku mendapatkan sebuah mobil pribadi, telepon genggam dan perangkat entertainment di rumah Namun ini semua ternyata masih kurang, aku ingin punya momongan, aku ingin dicintai dan disayangi Kenyataannya aku hanya tempat persinggahan saja

    Belakangan kudengar bahwa suamiku juga punya WIL lain selain aku, malahan kadang ia juga jajan kalau sedang keluar kota, kabar ini kudapatkan dari isteri ajudannya sambil wantiwanti agar aku tutup mulut Aku sendiri memang sudah kenal dekat dengan keluarga ajudan suamiku, namun demikian sampai saat ini rahasia ini masih tersimpan cukup rapi Bagaimanapun juga aku kesal dan sedih dengan kondisi seperti ini, sehingga timbul niatku untuk berperilaku serupa

    Pada suatu hari suamiku bertindak ceroboh dengan menitipkan anak bungsunya kepadaku, beliau memperkenalkanku sebagai ipar ajudannya Anak itu memanggilku Mbak maklum dia masih SMA dan usinya pun masih 17 tahun Wajahnya, perilakunya persis bapaknya, nilai kesopanannya agak kurang bila dibanding dengan anakanak di kampungku Maklumlah ia adalah anak pejabat tinggi

    Jam 21 00 bapaknya telepon, meminta Alex (sebut saja nama anak itu begitu) untuk tidur di rumah karena bapak ada urusan Aku jadi curiga pasti dia ada kencan dengan orang lain Alex pun belum tidur, ia lagi asyik nonton televisi di ruang keluarga Akhirnya timbul niat burukku untuk memperdaya Alex, namun bagaimana caranya? aku dihadapkan pada jalan buntu

    Akhirnya spontan kumasukkan VCDVCD porno ke dalam player untuk saya hidangkan kepada Alex Aku hidupkan oven selama 3 menit yang kebetulan isinya adalah daging yang sudah masak sejak siang tadi Langsung saja kurayu dia untuk menyantapnya sehingga kami pun menyantap daging panggang dan sambal kecap bersamasama

    Sambil basabasi kutanyakan sekolahnya, tampaknya kemampuannya di sekolah biasabiasa saja, terbukti dengan kekurang antusiasannnya bicara tentang sekolah Ia lebih suka bicara tentang video game dan balap motor

    Kupegang tengkuknya dan kupijit sambil kukatakan, Kamu pasti capek, sini Mbak pijitin Dia pun diam saja, maklum dia adalah anak yang manja Kuraih remote control dan kutekan play untuk CD yang pertama, filmfilmnya adalah jenis vivid dengan tema seks yang cukup halus Tampaknya Alex sangat menyukainya, ah pucuk di cinta ulam pun tiba Sambil kupijit sekujur tubuhnya, kuamati roman mukanya

    Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan) Muka Alex tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan) aku suruh dia telentang untuk pijatan bagian depan Sambil telentang Alex tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai disukainya itu

    Kini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dan BH dalam saja Alex semakin tegang dan agak kupercepat tanganku mengarah ke pangkal pahanya Purapura kupijit pahanya dengan menyentuh kemaluannya, dia terkejut ketika kemaluannya yang tegang kesentuh tanganku

    Pucat pasi mukanya, namun kunetralisir dengan mengatakan Tenang Alex, semua orang sama, adalah hal yang sangat wajar bila seseorang terangsang Karena semua orang bernafsu Malu Mbak, jawab Alex Kalau orang banyak malu, tapi Alex kan sendirian cuma sama Mbak

    Mbak nggak malu kok Dengan berkata demikian kubuka bajuku sehingga aku hanya pakai BH saja Akupun heran juga kagum, anak seumur dia juga bisa tegang dan tampak tidak berdaya, jauh dari sikap seharihari yang agak arogan Namun aku mulai menyukainya tanpa memikir yang jauh ke depan mengingat bapaknya sendiri juga berbuat serupa terhadap saya Film terus berputar, tubuh Alex terasa hangat malah aku khawatir kalau dia sakit, dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu

    Alex hanya melirik buah dadaku tanpa berani menatap langsung, dia tetap memperhatikan film dengan seksama Saat kupegang lagi kemaluannya dia hanya diam saja, tak kusiasiakan kesempatan ini kuremas kemaluan yang berukuran agak kecil itu Akupun sudah tidak memperhatikan film lagi, kubuka celana Alex dan kuperhatikan kemaluannya

    Tampak bersih dan mulai ditumbuhi bulubulu halus, aku semakin bernafsu melihatnya Langsung kuterkam dengan mulutku dan kumulai menjilatnya, Alex hanya terdiam sambil kadang pinggulnya bergerak menikmatinya

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    Kuhisap kemaluannya dan dia pun teriak Uh Mbak kubiarkan anak kecil itu menggelinjang, kubimbing tangannya ke payudaraku Ah, dia malah meremas kuat sekali Kumaklumi dia sangat lugu dalam hal ini, aku tidak menyesal malah menyukainya

    Aku hisap terus, dia pun semakin bergerak tidak karuan sambil teriakteriak ah, uh, ah, uh Kemudian dia teriak keras sambil tubuhnya gemetar disusul oleh cairan hangat dari kemaluannya Aku telan cairan asin dan pekat ini tanpa rasa jijik sedikit pun, dan dia pun diam lemas terkulai

    Kupeluk dia, dan kubisikkan katakata, Enakkan, sambil aku tersenyum, dia balas pelukanku dan hanya bicara Mbak Aku bimbing dia ke kamar mandi dan kumandikan dengan air hangat, burung kecilku masih tidur dan aku yakin nanti akan bangun lagi

    Kemudian kami pun tidur bersama di depan televisi di atas karpet, dia tampak kelelahan dan tidur pulas Aku pun puas meski tidak sampai coitus Menjelang subuh aku bangun, dan kulihat dengan seksama tubuh Alex yang sedang tidur telanjang

    Nafsuku bangkit lagi dan kucoba membangunkan burung kecil itu, ternyata berhasil dan kuulangi lagi perbuatan tadi malam dengan pertambahan Alex meningkatkan variasi permainan Tampaknya Alex mulai mengikuti naruninya sebagai makhluk bernafsu, ia mungkin meniru adegan film tadi malam

    BHku dibuka dan dijilati, aku pun merasakan kenikmatan dari anak bau kencur, kubayangkan anak dan bapaknya mengerjaiku seperti sekarang, ah tak mungkin Aku tuntun tangan Alex ke kemaluanku yang sejak tadi malam belum tersentuh sama sekali Kubimbing tangannya menggesekgesek kemaluannya dan ia pun memahami keinginanku Gerakangerakan Alex dan servicenya kepadaku masih sangat kaku, mungkin perlu beberapa kali aku melatihnya

    Tibatiba ia menarik paksa celana dalamku dan BHku pun dilucuti Kubiarkan dia berkreasi sendiri, tampak wajahnya masih tegang tapi tidak setegang tadi malam dan ia pun mulai tidak sopan kepadaku, ah biarlah Aku didorong hingga telentang, dan ia pun langsung menindihku Dicobanya memasukkan burung kecil itu ke dalam kemaluanku, namun berkalikali ia tidak berhasil Ia pun semakin penasaran, ah suami kecilku ini mesti banyak belajar dariku

    Kubimbing kemaluannya memasuki kemaluanku dan ia pun menggesekgesekkannya Terasa nafsuku merasuk ke sekujur tubuhku, kini penantianku tadi malam hampir tercapai dan ah nikmat sekali, suami kecilku bisa memuaskanku kali ini

    Dengan cepat aku bangun dan kuhampiri burung kecil yang masih menantang itu, kuhisap dalamdalam, dia pun mengerang kenikmatan dan terus menerus kuhisap hingga badannya bergetar dan lagilagi air liur burung kecil yang hangat itu menjadi bagian dari dagingku Hari sudah terang, dan segera kami mandi air hangat bersamasama

    Aku merasa puas dan Alex hanya diam saja, entah apa yang dipikirkan Menyesalkah? aku tidak tanya Kenyataannya kisah ini masih berlangsung, sekarang Alex sudah kuliah dan masih tetap dalam bimbinganku

    Pagi harinya bapaknya Alex (yang juga suamiku) datang dan dengan tanpa menaruh curiga sedikitpun.

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

     

  • Jadi Pelayan Seks Untuk Memenuhi Hasrat Om-Om

    Jadi Pelayan Seks Untuk Memenuhi Hasrat Om-Om


    1632 views

    Duniabola99.org – Sebut saja namaku Ella, aku adalah seorang mahasiswi di Jakarta. Dunia gemerlap, dunia seks malam ataupun drugs sudah bukan merupakan barang aneh.

    Umurku 19 Tahun, Dengan Wajah Cantik Oriental, dan Tinggi 165 dgn berat 50 kg,..Agak Langsing memang..Tapi itu yang disukai oleh pria-pria sekarang…Mungkin aku sdikit aneh, aku sangat menyukai diperhatikan oleh lelaki-lelaki…Aku menyukai tatapan mereka yang seolah menginginkan sesuatu dari-ku, karena itu bagi-ku, berpakaian ketat dan agak terbuka adalah hal biasa, bahkan dengan pakaian itu aku bisa menggoda Dosen-dosen Lelaki ku..

    Oh iya, aku dari Palembang, aku tidak memiliki saudara disini, aku datang bersama 6 teman-ku, 4 cewek dan 2 cowok..Namun memasuki semester ke-3 ini aku sudah jarang kumpul dengan mereka, selain kebiasaan Dunia Malam-ku mungkin mereka tidak dapat mengimbangi kehidupan-ku yang mewah..

    Ya tentu saja, aku merupakan anak wanita 1-1 nya dari 3 bersaudara..Ayahku pun seorang pengusaha kontraktor yang cukup terkenal di Palembang..Jadi Hidup mewah adalah satu keharusan bagiku, dan itu dapat terpenuhi oleh keluarga-ku..

    Jadi aku melakukan seks bukan karena uang, tapi karena didasari oleh suka-sama suka…Ya walaupun seks pertamaku kulakukan waktu aku baru beranjak 2 SMA, Ya Crist pacar-ku waktu itu yang melakukan-nya pertama kali, seks yang berkesan memang, apa lagi bertepatan dengan Sweet seven-teen ku, Romantis sekali..Tapi ya lelaki semua buaya..

    “Hey Guy’s, Lu orang mau Cabut gak tar malam?, Gw BT nh td bis Kuis jadi gw ga cabut kemaren” Tanya-ku dengan manja, pada teman-teman cowoku..

    “Ah, Gw ga bisa La, besok gw yang kuis, Jam A lagi, gmana gw mau cabut..” Jawab Bernard, Temanku ini yang paling tampan diantara 3 teman-nya yang lain loh, Karena itu aku paling dekat dengan-nya..

    “Ah Payah lu, Tar gw cabut ma sape donk??”,”Dah lu ke Cro** aje, si Roy Ma Adhie pade mau kesana, Lu tau kan dia yang mana, kemaren  kan dah gue kenalin, cuma lu ati-ati aja ma si Adhie, dia BD soal-nya” Jawab Ben..

    “Ah gue males lah ma mereka, Sama lu aja ya Ben, Pleaze….” Minta-ku dengan nada yang lebih manja…Namun tampaknya usaha-ku sia-sia karena Bernard yang memank terancam DO itu sudah membulatkan tekad untuk Kuis besok..Akhirnya setelah ngobrol sebentar, akupun meninggalkan Bunderan itu, untuk kembali ke kost ku..

    Pukul 8 malam, setelah aku makan malam, aku mencoba menghubungi beberapa teman-ku untuk, menemani aktivitasku…Tapi memang saat ini menjelang UTS, sehingga kami sedang sibuk dengan kuis-kuis..

    “Ah, BT dech gue” pikirku,”Yawdalah, gue cabut aja ke Cro**, seengak-nya disitu ada yang gue kenal”..Setelah membulatkan tekad untuk memenuhi hasrat ku..Akupun berganti baju…Dan bergegas menyalahkan mobil Jazz merahku, dan meluncur kesana…

    Setelah sampai ternyata informasi dari Ben jitu, di salah satu sofa disana Roy dan Adhie bersama beberapa teman-nya yang tidak kukenal duduk disana, beruntung Roy melihat-ku, dan memanggil-ku kesana..Untung saja, kan malu kalau harus tiba-tiba kesana…

    “Ma siapa lu La?” Tanya Roy, diselinggi derasnya suara dari speaker-speaker besar yang berjejer itu..”Ga gue sendiri, tadi sih janjian ma temen gue, tapi kayaknya ga jadi dateng deh,..”..Jawab-ku sedikit berbohong,..

    ”Ya lu disini aja ma kita-kita, nanti kalo temen lu dateng ya laen cerita, lu enjoy aja dulu disini..” Sahut Adhie. Akupun hanya mengangguk saja, Sebenernya aku ga terlalu suka ma Adhie, Penampilanya yang kurus hitam, dengan rambut cepaknya plus piercinganya itu, benar-benar seperti pemakai…

    Kami pun bersulang tequila yang sudah dipesan tadi, kami pun menikmati suasana sambil minum dan berdance…Mereka terus memaksa-ku minum, sepertinya mereka menikmati sekali melihatku minum,..

    Sebenarnya kepalaku sudah mulai pening, namun karena mereka terus menyoraki-ku menambah keinginanku untuk terus mengak alkohol dosis tinggi itu…Namun beberapa gelas kemudian aku pun mulai muntah…Dan sangat pusing, setelah itu aku tak ingat lagi…

    Setelah tersadar, aku sangat kaget, aku tak tahu ada dimana saat itu, namun seperti di sebuah Hotel. Aku berusaha mencari Roy dan Adhie di sekeliling kamar itu, namun terdengar suara air dari arah Toilet..Mungkin Roy di Toilet pikirku..

    Namun belum hilang rasa pusing dan kaget-ku, seorang Lelaki tua berumur 50 tahunan, dengan kulit hitam dan perut buncitnya, dengan hanya handuk hotel menutupi bagian bawah pinggangnya, melangkah keluar dari Toilet itu…Tidak apa maksud semua ini..Dimana Roy dan Adhie Jahanam itu..

    “Sudah bangun manis, Kali ini si Adhie itu bisa milih cewe juga” Katanya sambil tersenyum, menatap tajam kearah-ku…
    “Siapa lu..Mau ngapain, Lu pikir gue apaan…Gue mau pulang” Seru-ku sambil berusaha berdiri dan berjalan melangkahi lelaki pendek gendut itu…

    “Hay mau kemana lu,…Gue dah bayar mahal buat lu!!!” Teriak lelaki itu, sambil menarik dan langsung menamparku…Aku tertegun atas perlakuan-nya..Air mata mulai muncul dari ujung mata-ku..Sebelum sempat bereaksi lebih jauh..Dia sudah menjambak rambut-ku dan menindih-ku di ranjang…

    Dia terus mencumbui-ku, perasaan ku saat itu sangat jijik sekali, namun tenaga ku tak mampu untuk mendorong tubuh besar-nya..Dia terus menciumi leher, bibir dan telinga-ku..

    Tangan-nya pun mulai berani menjelajahi daerah dadaku yang masih terbalut kaus putih ketat itu..Sambil terus mencumbui-ku, dia menarik baju ku keatas…”Bajingan lu pikir lu sapa…Dasar!..” amuk-ku,..Namun lagi-lagi sebuah tamparan melayang ke pipiku..

    Pria itu-pun tampak dingin sambil membuka bra 36B ku yang berwarna pink itu..kini dia mulai merabahi bagian dada tubuh-ku itu…Jilatan di daerah puting-ku, dan permainan tangannya memberikan sensasi aneh yang belum pernah kurasakan sebelum-nya..Sakit namun juga nikmat..

    Dia pun menyingkap handuk-nya, sebuah kemaluan yang cukup besar ( kira-kira 16 cm ) menyembul, tapi ukuran diameter penis itu sangat mencengangkan..

    Lelaki tua itu hanya tersenyum melihat rasa takut di wajah-ku.. Aku menelan ludahku melihat penisnya yang hitam itu, tanpa sadar dia menarik celana jeans-ku, beserta celana dalam-ku sekaligus..Bahkan saat itu aku tidak sempat bereaksi apa-pun…

    Kini kemaluan ku yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat itu terlihat oleh-nya..Aku segera bereaksi dengan menutupi kemaluanku dengan kedua tangan-ku..”Kenapa ditutupin manis??,Bis di cukur ya koq bulu-nya dikit banget..”katanya sambil tertawa..Perkataan-nya membuat wajah-ku memerah, aku menyimpan kebencian yang mendalam pada pria ini, seumur hidup-ku baru kali ini aku dipermalukan…

    Lelaki tua yang bahkan namanya tidak kuketahui itu, menarik lengan kanan-ku..Kumis dan jenggot-nya yang lebat itu, menambah rasa geli ku. Lelaki buncit yang mungkin sudah seumur papi-ku itu, begitu bernafsu mengerayangiku, sapuan-sapuan lidahnya diseluruh tubuh-ku, membuat sebagian tubuh-ku basah oleh ludah-nya,…Nafas dan bau badannya yang menyengat sangat menusuk hidung-ku, namun sebuah gairah terlarang malah muncul…

    Tangan-nya yang begitu kasar menjarahi seluruh tubuhku, bahkan terkadang lelaki itu menampar dan menarik payudara ku, tanpa sadar aku mendesah oleh perlakuan kasar-nya padaku…

    Tak lama kemudian, perhatiannya mulai tertuju pada daerah ‘V’ ku, tangan-nya yang bulat besar itu , mulai menggesek-gesek kemaluan-ku permainan-nya jauh berbeda dengan permainan teman-temanku, yang lembut namun pria ini betul-betul tidak menganggap ku manusia, permainan-nya sungguh kasar..

    Dia terus mengelus-ngelus klitoris-ku, permukaan ku yang belum terlalu basah itu membuatnya menggunakan ludahnya sendiri untuk memperlancar aksinya, sungguh menjijikan,

    Setelah puas bermain dengan clitoris-ku, dia mulai menusuk-nusukan telunjuk-nya ke liang kewanitaan-ku, hal yang selama ini belum pernah kualami…

    “Jangan pa…saya mohon” Rintih-ku memohon belas kasihan-nya..Namun bandot tua ini hanya tertawa sambil terus berusaha memasukan jarinya ke lubang-ku yang masih sempit,…Rintihan-ku sama sekali tidak membuat-nya kasihan justru malah menambah nafsunya,…

    Akhirnya dia berhasil menembus benteng pertahanan-ku,..Dia semakin kesetanan, dijelajahinya seluruh ruang di dalam vagina-ku itu,..Dia semakin tak terkendali, jengutan, tamparan dan cakaran yang kulakukan sebisaku, tidak membuatnya berhenti, bahkan untuk sesaat.. Justru dia mulai menjilati dan mengigiti puting susu-ku, birahi yang kurasakan semakin dahsyat..

    Beberapa menit kemudian, aku hanya bisa pasrah dengan perlakuan-nya, selain tubuhku yang masih lemah karena mabuk, aku-pun mulai menikmati permainan-nya…Bahkan ada sensasi aneh yang mulai muncul dalam batin-ku…

    Perasaan ingin meledak itu makin kuat, seluruh tubuhku mulai mengeras, menyadari hal ini bandot tua itu hanya tertawa, dan mempercepat aksinya…Tiba-tiba perasaan meledak itu tak tertahan-kan lagi..Otot-otot seluruh tubuh-ku mengelinjang sesaat, “Ooooooooo……………….” Erang-ku tak tertahankan lagi…Cairan cintaku meluncur deras tak tertahankan, ini adalah organsme pertama dalam hidupku, suara tawa bandot itu memenuhi ruang itu, tampak rasa kemenangan didalam tawa-nya itu…

    “Katanya ga mau manis, Tapi koq ampe muncrat gitu sich, mank memek lu paling mantap ya…” Ejeknya..”Bajingan, puas hah?? Lepasin gue..” bentak-ku, walau dengan nafas yang tersengal-sengal, bahkan tubuhku terasa sangat letih,…

    Sebuah tamparan kembali mendarat di pipiku dan sebuah jengutan di rambut panjang-ku pun kini melengkapi penderitaan-ku..” Enak aja lu, gw belom puas nich, buruan lu sepongin gw!!!” Hardiknya, “Oral seks ????” pikirku, itu sama sekali belum pernah kulakukan..Berbagai alasan untuk menolaknya tidak berhasil membuatnya mengurungkan niat-nya..Bahkan dia malah menampar-ku beberapa kali..

    Dengan air mata yang sudah turun ke-pipiku aku pun terpaksa menuruti kemauan-nya…akupun menahan rasa jijik-ku dan mulai memasukan kemaluan yang gemuk itu kemulut-ku, sungguh aku tak tahu harus berbuat apa, beberapa menit hanya naik turun sebisa-ku, membuat kesabaran bajingan tua ini habis, dia mulai memperkosa mulut-ku, aku yang kaget dan tak siap berusaha untuk melepaskan diri, namun jenggutannya kembali membuatku menghentikan niat-ku..

    Lelaki itu terus memompa mulutku, bahkan dia tidak perduli, saat terkadang sodokan-nya menyentuh kerongkongan-ku, yang membuat-ku terbatuk-batuk, dia masih saja memperkosa mulutku, tanpa memberikan sedikit pun kesempatan untuk-ku, bahkan untuk bernafas…

    15 menit kemudian, aku merasakan penis-nya mengeras dalam mulut-ku, aku tahu dia akan segera meledak, berbagai usaha untuk melepaskan diri untuk menghindari dia meledak di mulutku gagal, dia jauh lebih kuat, dan brutal dari-ku…

    Dia pun meledak dimulutku, sebagian sperma-nya yang bau itu, meluncur langsung ke tenggorokan-ku, dia segera berbisik padaku “Jangan dibuang ya manis, atau lu mau gua hajar”, Orang ini tidak pernah main-main dengan perlakataan-nya..Dengan rasa takut aku berusaha menelan seluruh sperma-nya yang bau dan kental itu,..

    Bandot tua ini kembali tertawa kemenangan, wajah-nya semakin memperlihatkan ekspresi yang meremehkan-ku, tak lama dia turun ke lantai dan melebarkan kedua kaki-ku, dia kembali mengoreki vagina-ku, bahkan kali ini dia menjilatinya, sensasi dahsyat kembali muncul, aku tak sanggup untuk menahan desahan-ku,…

    Hanya beberapa menit aku sanggup bertahan menghadapi sapuan lidahnya yang expert, pengalaman orang ini jauh berbeda dengan-ku,…Aku mulai menyerah pada permainan-nya, tubuhku kembali terasa ingin meledak, aku pun tak sanggup bertahan lama…

    “Ooooooohhhhh….” desahku panjang, namun orang ini tidak membiarkan begitu saja, dia bahkan menutup clitoris-ku dengan jempolnya, yang membuat cairan cintaku tersumbat, kesakitan yang sangat pedih melandaku, vagina-ku terasa sangat penuh…setelah beberapa saat bajingan laknat itu baru melepaskan jempolnya, dan membiarkan cairan cintaku turun…Aku hanya sanggup bernafas lega dengan nafas yang tersengal-sengal…

    Kini penis gemuk-nya yang tadi tertidur itu sudah kembali membesar ( bahkan mungkin lebih besar dari pertama tadi ), Bandot ini, tersenyum dan menciumku, aku hanya membalasnya dengan pandangan jijik, kembali tangannya menginvasi kemaluan-ku namus tak lama, sesaat sebelum dia menghantamkan kemaluan-nya, dia masih sempat mencium-ku..

    “Aaaaaaaa, ampun Tuhan…….” Kemaluan itu tak dapat masuk seluruhnya, ini kemaluan terbesar yang pernah kurasakan, namun bandot tua ini tak berhenti sampai situ..Dia terus melakukan usah-usaha brutal untuk memasukan seluruh kemaluan-nya “Sempit banget sih nih perek, padahal udah basah banget” Bisiknya, Brengsek dia bahkan masih berpikir bahwa aku pelacur murahan..

    Akhirnya dengan nafsu yang tak tertahan lagi, dia menusukkan kemaluan-nya itu dalam kemaluan-ku, Jeritan yang tadi sempat tertahan dalam kerongkongan-ku tak tertahan lagi, Dengan senyum kepuasaan dia mulai mengerjaiku, goyangan-nya yang tak beraturan membuat ku menjerit kesetanan…

    Belum lagi lidahnya yang terus menyapu leherku, dan permainan tangannya yang kasar kepada 2 payudara-ku membuat sensasi yang dahsyat dalam diriku, Ledakan organsme tak tertahankan, organsme-demi organsme mewarnai 20 menit bajingan ini mengerjai-ku dalam posisi standard…

    Bandot ini tiba-tiba menarik keluar kemaluan-nya, aku segera menutup mataku bersiap dengan semprotan air mani-nya…Namun dia ternyata masih jauh dari itu.. Dia segera menyuruh-ku untuk menungging, kini dia ingin mengerjaiku seperti anjing…Kemaluan-nya kini kembali memasuki tubuh-ku, kali ini tidak sesulit tadi namun masih terasa sangat perih…

    Sambil menarik rambut-ku dia terus menggenjotku, bahkan sesekali dia menampar bokongku..Aku kembali berorgasme untuk kesekian kalinya..Dia tak memberi kesempatan sedikitku untuk bernafas, seluruh tubuh kami sudah penuh oleh keringat….

    10 menit kemudian, kurasakan tiba-tiba penisnya mengeras, aku berusaha melepaskan diri, namun bajingan ini malah memeluk-ku erat-erat..Tangisku tak tertahan lagi, orang ini mau menembak dalam rahim-ku, dia pikir aku pelacur yang meminum obat anti hamil…

    Disertai dengan lolongan keras dia memuntahkan muatan-nya dalam rahim-ku, semburan mani-nya itu memancingku untuk kembali berorgasme kecil…Kemudian dengan perasaan tidak bersalah dia melepaskan kemaluan-nya dari vagina-ku dan berdiri, meninggalkan-ku yang menangis di ranjang..

    Dia berjalan mengambil air minum, dan membuka laci meja didekatnya,..Aku melihat dia membuka sebuah Kondom, aneh sekali kondom itu, dengan duri-duri kecil di sekelilingnya…Setelah memakai kondom itu dia kembali ke arahku…Orang ini gila pikirku, setelah menyemburkan muatan-nya dalam rahim-ku kini dia malah memakai kondom…

    Namun pertanyaan itu tidak membutuhkan waktu lama untuk terjawab…Dia mulai mengoreki lubang duburku, bahkan dia meludahi lubang itu..Rasa takut menghinggapiku seketika… ” Tolong pak, saya mau menyepong bapak, atau bapak boleh menyetubuhi saya lagi…

    Tapi saya mohon jangan disitu ” Mohonku dengan air mata yang menggenang…”Gue udah bayar lu untuk all-in manis, gak usah takut, lu bakal belajar menyukai-nya, Ok” Jawabanya yang bernada datar, bagaikan petir di telinga-ku…Aku pun menangis sejadi-jadinya…

    Aku berusaha memberontak semampuku, namun tamparan demi tamparan kembali menghentikan aksi-ku,..aku hanya pasrah terkulai saat dia kembali membalik tubuhku dan kembali mengorek anus-ku, dengan menggunakan sedikit cairan vaginaku, dia mulai melancarkan aksinya untuk menyodomi ku, rintihan ku tak menyurutkan aksinya..Kembali dengan sangat brutal di mulai memperkosa anus-ku…

    Sungguh perlakuan yang tak bermoral, anusku pun sedikit demi sedikit terbuka, namus rasa perih karena penggunaan lubang yang tak seharusnya itu tak hilang…Dengan seluruh tenaganya, dia berhasil juga untuk memasukan penis itu ke anusku, aku merasakan perih yang tak terkira, air mata dan darah segar dari anusku, hanya terbalas oleh tawa bandot tua itu.

    Dia mulai memompa anusku dengan seluruh nafsu yang dimilikinya,..”Ooo fuck yesss….Oh my god…” desah-ku tanpa sadar, aku tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang kurasakan lagi, dia kembali mempermainkan payudara-ku, bahkan terkadang tangan-nya mepermainkan vagina-ku, hal itu semakin menambah kenikmatan-ku,…

    Orgasme-demi orgasme kembali melanda tubuh mulusku yang letih ini…Pantatku yang putih bersih kini berwarna kemerahan akibat tamparan-tamparannya..Tak lama kemudian dia kembali melolong panjang akhirnya dia memuntahkan amunisinya…Akupun dapat bernafas lega..

    Tapi itu bukan akhir segalanya,..Aku yang tidur terlentang menghadap bandot tua itu, dengan sengaja di mencabut kondom antiknya itu di tubuh sambil menggerakannya ke wajah-ku, kini seluruh tubuh-ku tergenangi oleh cairan mani bandot itu…

    Kemudian sambil tersenyum dia memoles seluruh tubuhku dengan maninya, bahkan dia memoles wajahku juga, wajahnya begitu terpuaskan melihat airmataku, dan wajah-ku yang tak berdaya…Setelah puas mempermalukanku..Dia berdiri dan menuju kamar mandi, Tak lama terdengar bunyi air, dalam keadaan masih sesengukan dan tubuh yang lemah, aku pun tertidur kelelahan…

    Pukul 8 pagi aku terbangun, seonggok uang 2 juta rupiah terpampang di meja rias, dengan disertai no.telp untuk menghubungi bandot tua itu lagi. Akupun mencari tasku yang untungnya berada di meja, beserta kunci mobil-ku,

    Ternyata aku masih berada di Hotel yang sama dengan Club-ku semalam..Setelah mandi sebersih-bersihnya untuk mengurangi rasa letih, dan rasa sakit yang teramat sangat di duburku, bayangan-bayangan perkosaan semalam kembali muncul, disertai hasrat untuk kembali mengulanginya..

    Tak lama aku melihat ranjang bekas pertarungan semalam yang masih berbau menyengat karna Peju, cairan cinta dan keringat kami semalam, bahkan sebercak darah diatasnya..Akupun segera berpakaian dengan tujuan segera lari dari mimpi buruk ini…

    Tak lama aku pun meluncur pulang kembali ke kost-ku, aku pun tertidur lemas, malam harinya, tanpa rasa berdosa Adhie datang ke tempatku, memberikan “Bagianku”, dan dia mengancamku, bahkan berencana menjual-ku..

    Aku pun tak kuasa untuk tidak mengiyakan-nya, demi menjaga kerahasiaan ini..Setelah dia mengambil foto-foto bugil ku untuk di jual, dia kini meminta jatah-nya. Aku tak dapat mengelak lagi dan terpaksa melayaninya..Setelah puas di meninggalkan ku tergolek lemah di ranjang-ku sendiri…

    Kini Sebulan 2 x, bahkan kadang 3 kali Adhie yang berhenti kuliah itu menghubungi-ku untuk memenuhi panggilan klien-nya…Kini aku mulai menyukai pekerjaan ini, bahkan kalau boleh memilih aku lebih menyukai pengusaha pribumi karena lebih perkasa dibanding pengusaha-pengusaha keturunan.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Jadian Setelah ML Dengan Silvi

    Jadian Setelah ML Dengan Silvi


    1641 views

    Duniabola99.org – Aku ingin menceritakan pengalaman sex pribadiku yang tak akan pernah kulupakan. Kejadian ini saya alami saat aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Namaku Rudi, usiaku 22 tahun. Sekarang aku bekerja sebagai pegawai bank swasta di daerah jakarta pusat. Aku bersekolah di salah satu SMA di daerah Jogjakarta. Aku tinggal di kost karena tak ada keluarga yang tinggal disana. Setiap harinya aku mengikuti les privat untuk belajar. Di tempat les tersebut aku bisa mengenal banyak teman dari berbagai sekolahan.

    Dari sekian banyak teman les privat, aku sangat kagum dengan yang bernama silvi. Dia salah satu teman les perempuan yang menjadi pusat perhatian.Dia bertubuh kurus dan berkacamata. Namun memiliki buah dada yang sangat menggoda birahi teman teman pria termasuk aku. Dalam hati aku berpikir, ‘seksi amat nih cewek, masih kecil tapi payudaranya sangat montok. Walaupun cantik namun silvi termasuk wanita yang gak sopan terlihat dari cara duduknya, bicaranya, dan lain-lain.

    Dia sering mengangkat kakinya saat duduk di ruang less. Bahkan yang dipakainya adalah rok mini sehingga banyak teman perempuan yang mengingatkannya, namun silvi tak perduli. Mungkin memang dia gayanya seperti itu. Sering sekali ketika dia mengangkat kaki, CD-nya kelihatan jelas oleh para teman teman yang mengikuti les privat. Kami para teman cowok hanya tersenyum genit. Aku pun sering menggodnya dan menyindir Silvy, namun dia hanya bilang, “Biarin, ngapain liat liat….!!”.

    Karena gayanya yang urakan, jadi kami juga sering menggodanya. Tau sendirilah kalau cowok menggoda tentang sex. “Eh… cek in yuk sil….” Goda salah satu temanku. Namun Silvi hanya menjulurkan lidah dan hanya berkata…” Emang kamu punya duit…???”. Bukannya marah malah tambah memancing birahi. Di tempat les kami ada sebuah ruangan perpustakaan yang di dalamnya ada sebuah sofa putih yang empuk dan dipenuhi pendingin ruangan. Aku bersama teman teman cowok selalu duduk dideket silvi dan kadang sampai nempel nempel buat ngegodain dia.
    Silvi malah merasa dia laku keras, bahkan sesekali temanku, gak sengaja memegang payudaranya, Silvi hanya tersenyu…”Eh.. apaan sich… jorok dech!!!!… Di ruangan itu pun juga ada sebuah komputer yang dilengkapi dengan internet. Aku iseng iseng membuka situs bokep xvideos, kebetulan silvi duduk dibelakangku, jadi dia otomatis melihat situs bokep yang saya buka.
    Dengan suara yang lantang, karena guru less sedang tak ada di tempat, aku berkata untuk memancing perhatian Silvi (biasa caper) “Temen temen , coba lihat deh ini ada cewek jepang bugil lagi berhubungan sex! kelihatannya enak nih…”. Kami para cowok tertawa. Tiba tiba dari belakang, Silvi sambil melihat video yang saya putar, “Eh.. Apa apaan sich kalian, gue seumur hidup gakkan melakukan sex!” kata Silvi, namun sambil melihat video tersebut. Kamipun tertawa setelah Silvi berkata seperti itu. beberapa hari sudah berlalu.

    Kebetulan beberapa hari kemudian, aku mendapatkan tugas kelompok dari guru les. Dan Silvi masuk ke dalam kelompok kami. Aku datang ke rumahnya untuk melakukan tugas kelompok. Anggota tugas kelompok ini hanya kami bertiga. Aku, silvi dan satu teman perempuan. Karena yang satu tidak bisa berangkat mengerjakan tugas, terpaksa hanya saya sendir yang datang ke Rumah Silvi. Ketika itu aku kebelet dan ingin ke WC tapi Silvi kebetulan sedang mandi di dalam. Ketika kontolku yang sudah berdiri ingin buang air kecil ini mendengar suaranya mandi langsung keluarlah air mani saya untuk pertama kalinya karena terlalu geli

    Selang beberapa menit, akhirnya Silvi keluar juga dari toilet dan karena sudah tak tahan, aku menabrak tubuh Silvi dan segera masuk ke WC itu karena sudah kebelet. Lalu aku segera mengeluarkan kontolku dan pipis dengan sangat terburu- buru karena sudah tak tahan. Aku merasa lega sekali setelah melepasnya. setelah selesei pipis, aku melihat-lihat WC itu dan mengamatinya. Dalam WC itu ada CDnya,
    Dengan sepontan dan tak tau kenapa aku segera mengambilnya dan kucium-cium CD itu dan kujilatnya. Aku merasakan bau vagina segar dan rasa manis di CD itu. Dan juga handuknya yang tertinggal di sana. Aku mencium handuk itu sampai puas karena bau badannya. Di sana aku sempat kaget ketika melihat BH Silvi yang berukuran 36 B. Benar benar payudara yang sangat montok bagi ukuran gadis ABG seperti Silvi.

    Aku tak mau lama lama di toilet karena takut Silvi curiga. Kamipun segera mengerjakan tugas di kamar Silvi. Silvi kebetulan saat itu hanya memakai tangtop warna hitam dan celana kolor yang diatas dengkul. Mmembuat aku semakin tak tahan melihat lekuk tubuhnya dan belahan payudaranya yang terlihat dari belahan tangtopnya. Terlihat sangat putih, mulus dan montok. Ditambah rambutnya yang basah dan baunya yang harum sekali.

    Kamipun mengerjakan satu persatu soal dari guru les. Namun tak disangka, saat aku sedang mengerjakan soal, Silvi malah tertidur di atas meja belajar. Diam-diam aku mendekatinya dan mencium harum tubuhnya dan memperhatikan mulus dan putih kulitnya membuatku semakin penasaran dan ingin mengajaknya berhubungan sex. Pahanya yang seksi dan mulus membuat kontolku tak sabar ingin menghujam ke vaginanya. Aku langsung duduk disampingnya, tanganku merangkul pundaknya dan ku elus elus, Silvi tak terasa dan masih tertidur.

    Aku terus merangsangnya. Perlahan, tanganku turun ke perutnya, dan ku elus elus perutnya yang kurus dan langsing itu. Tangan kiriku tak mau diam, perlahan langsung meraba payudaranya pelan pelan. Aku sangat merasa horny sekali. seakan ingin segera menelanjanginya dan menikmati tubuh seksinya. Tak disangka Silvi terbangun saat aku meraba payudaranya. “Eh Ngapain loe.. enak aja pegang pegang..” Gertak silvi namun kulihat Silvi tak menampilkan wajah marah.
    “Kamu seksi banget sil… kita bermesraan yuk…” Kataku sambil merangkulnya kembali… Namun Silvi malah ketawa “Emang loe berani????” Kata silvi seolah menantangku. Aku langsung memeluknya dan mendorong tubuhnya hingga tertidur di lantai. Lalu perlahan-lahan kubuka tangtopnya. Kulihat payudarnya terbalut BH hitam yang besar, Silvi hanya tertawa….”Aaaahhh… geli goblog… hahahahhaha..” Kata Silvi sambil memegangi kepalaku. Aku langsung melepas BH nya, Tak tahan ku melihat keindahan payudara dan pentil Silvi.

    Dengan cepat mulai kuhisap-hisap pentilnya yang masih merah, dan kuremas dengan kencang ke dua payudaranya yang benar benar gede banget, sampai aku puas. “Aaaaaachhhh.. anjiiirrr… geli banget….oooohhhh…” Desah Silvi yang sudah larut dalam permainan sex ku. Aku langsung melepas celana kolornya sekalian CD nya ikut kelepas, Silvipun telanjang bulat. Aku langsung menjilat vaginanya yang belum berbulu, seperti di film bokep yang sering aku tonton. Silvi pun sampai orgasme.


    Aku memasukkan lidahku ke dalam vaginanya dan terasa cairan kenikmatan Silvi kental asin. Lalu beberapa saat setelah saya nikmati vaginanya, aku segera melepas celanaku. Kontolku tegang dengan sangat kencang. Aku baru kali ini melakukan hubungan sex. Aku langsung menyodokkan kontolku ke vagina Silvi. Namun aku bingung mencari lobang vaginanya. Kontolku berkali kali aku dorong, namun tak segera masuk ke vaginanya,

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    “Hahahhaha…. loe ngapain… masukin donk” Kata Silvi mengejekku. Aku semakin bernafsu dan tertantang. Kemudian aku membukanya dengan jariku, kuliuhat lobang kecil di dalam vagina Silvi. Kemudian aku basahi kontolku dengan air liurku. kemudian aku paksa kontolku ku dorong ke arah lobang tersebut. Dan akhirnya…”Aaaaachhhhhh… sakiiiiiitttttt…. ooohhhhhh…” Jerit Silvi mengiringi pecah perawannya oleh hujaman kontolku yang langsung menghujam masuk ke dalam lobang vaginanya.

    Aku berhenti sejenak, kulihat darah segar keluar dari vaginanya. Kontolku masih tenggelam di dalam lobang vaginanya. “Nikmat sekali sil memek kamu…” Kataku sambil menciumi mulut Silvi…. perlahan aku genjot naik turun. Silvi semakin menikmatianya. “Aaaachhhh… pelan pelan begok…. sakit tau…. ooohhhh sssstttt” Desah Silvi. Aku kemudian memepercepat genjotanku. melihat payudara Silvi yang ikut bergoyang, aku semakin tak tahan. Akhirnya langsung kucabut kontolku dan ku kocok diatas perutnya.

    Keluarlah seluruh spermaku diatas perut Silvi…”Aaaaachhhhh… nikmat banget sil…” Kataku sambil melihat tubuh seksi Silvi…” Aanjiiiiirrr loe dah ngambil perawan gue donk….” Katanya sambil mengusap spermaku dengan tissue. Akhirnya karena kami sudah melakukan hubungan tersebut, Silvipun akhirnya menjadi pacarku . Selanjutnya kami sering melakukan sex setiap hari saat pulang sekolah dan saat liburan.

  • Janda Kembang Ditinggal Suaminya Tanpa Cerai

    Janda Kembang Ditinggal Suaminya Tanpa Cerai


    1733 views

    Duniabola99.org – Tanah Sunda sudah dikenal dengan gadis cantiknya sejak dari dulu. Bahkan konon di jaman penjajahan Belanda banyak tuan-tuan pemilik perkebunan yang mengawini wanita Sunda di sekitar lokasi perkebunan untuk dijadikan istrinya. Aku mengenal Titin dari hobi jalan malam di sekitar SM-Merdeka dan Siliwangi-Sukasari di Bogor.

     

    Cerita terbaru ini bermula saat aku sedang nongkrong di Wartel dekat pintu masuk Taman Topi ada wanita yang mondar-mandir didekatku. Dia mengenakan pakaian seragam sebuah pabrik. Kukira dia lagi nunggu temannya. Tidak lama kemudian ada seorang wanita lagi yang datang dan mendekatinya.

    Mereka bicara dengan suara keras dan nada tinggi seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Aku tidak mau ikut campur dengan pembicaraan mereka. Toh aku juga tidak tahu ujung pangkalnya. Setelah dilerai oleh Satpam, wanita yang datangnya belakangan akhirnya pergi dengan masih tetap memaki-maki wanita pertama dengan bahasa Sunda.

    Aku yang hanya sedikit tau bahasa Sunda masih belum bisa sepenuhnya menangkap apa yang sedang terjadi di dekatku. Aku mulai tertarik dan memperhatikan mereka. Wanita pertama tadi hanya diam saja, meskipun raut mukanya menunjukkan kekesalan. Kudekati dan kutanya,

    “Kenapa Teh, maaf kelihatannya lagi berantem. Apa sih masalahnya?”

    “Nggak papa kok. Dia menuduhku ada hubungan dengan suaminya. Padahal aku berhubungan dengan suaminya hanya sebatas urusan pekerjaan,” katanya. “Ya sudah, teteh kelihatannya masih kesal. Minum es dulu yuk biar tenang,” kuajak dia untuk duduk minum di kafe yang banyak terdapat di sana.

    Kami pesan es buah. Kutawarkan untuk makan tapi dia menolaknya.

    “Terima kasih Aa. Saya teh sudah nggak ada nafsu makan dan lagian masih kenyang,” katanya halus. Akupun maklum saja. Mungkin setelah bertengkar tadi meskipun perut lapar jadi tidak ada selera makan. Setelah pesanan kami datang, ia mengaduk gelasnya perlahan-lahan dengan sendoknya.

    “Sudah tenang sekarang. Kalau boleh tahu, apa sih masalah sebenarnya?” tanyaku.
    “Saya memang belakangan ini sering jalan dengan suaminya untuk urusan pekerjaan. Eh dianya cemburu ketika ketemu kami di Cibinong,” jawabnya.
    “Kan bisa dijelasin ama suaminya?”

    “Sudah, tapi dia nggak terima. Dibilang saya gatel, wanita murahan dan lain-lainnya. Daripada saya ladenin, nanti jadi makin rame saya tinggal pulang aja ke kantor. Eh dia belum puas dan telpon ke kantor. Katanya tungguin nanti malam di Wartel sini agar bisa selesai. Sampai di sinipun saya masih dimaki-maki. Untung dilerai sama Satpam”.

    Akhirnya aku tahu dia bernama Titin dan bekerja sebagai supervisor produksi di salah satu pabrik tekstil yang memang banyak terdapat di sekitar Cibinong. Rumahnya di sekitar Biotrop. Suaminya minggat dengan perempuan lain enam bulan lalu.

    Jadi statusnya sekarang menggantung. Janda tidak, bersuamipun tidak juga. Dia belum punya anak. Janda kembang gantung, pikirku. Badannya ramping cenderung kurus, kulitnya bersih dengan dada membusung di balik seragamnya. Ada keindahan tersendiri melihat seorang wanita dalam pakaian seragam. Eksotis.

    Entah kenapa kalau ketemu wanita seringkali statusnya janda. Tapi sebenarnya akupun tidak mau merusak keperawanan seorang gadis. Bagiku berat bebannya. Lebih enjoy dengan janda atau gadis yang sudah tidak perawan. Tidak usah mengajari lagi.

    “Aku mau pulang, tapi pikiranku suntuk. Dibawa tidurpun pasti nggak mau,” katanya lagi.
    “Kalau gitu kita jalan ke Puncak aja yuk. Menenangkan pikiran,” ajakku.
    “Boleh, tapi jangan kemalaman ya!”
    “Nggak, kan rumahmu juga nggak terlalu jauh ke Puncak”.

    Aku mulai berpikir, pasti kami nggak akan kemalaman, paling-paling kepagian. Kamipun segera menghabiskan minuman dan segera berangkat ke Puncak. Sampai di daerah Cibogo, ia minta turun dan mengajak berjalan kaki menyusuri jalan raya.

    Para GM yang sedang menjerat mangsa menawarkan penginapan pada kami. Aku hanya menatap Titin dan ternyata dia cuek aja dengan tawaran GM tadi. Dinginnya udara Puncak mulai terasa. Ia mulai kedinginan dan mendekapkan kedua tangannya di dadanya.

    “Dingin?” tanyaku.

    Titin hanya mengangguk saja. Sambil jalan kulingkarkan tangan kiriku pada bahu kirinya. Ia menggelinjang sedikit, sepertinya menolak pelukanku. Tapi tanganku tetap dibiarkan di bahunya. Bahkan tangan kanannya melingkar di pinggangku dan mencubitku. Aku menggerakkan pinggulku sedikit kegelian. Sampai di depan sebuah wisma kami berhenti.

    “Masuk yuk!” ajakku.

    “Mau ngapain. Katanya nggak sampai malam,” jawabnya. Ada nada keraguan atau mungkin juga kepura-puraan. “Ngapain aja terserah kita dong. Lagian kalau dua orang berbeda jenis masuk ke hotel ngapain?” pancingku. “Tidur aja. Kamu merem, saya merem. Aman kan,” katanya.

    “Nggak mau. Kalau kamu merem aku melek, sebaliknya kalau kamu melek aku yang merem, supaya ada yang jaga,” kataku melempar umpan semakin dalam.
    “Ayo. Tapi kamu janji jangan macam-macam. Awas nanti,” katanya mengancamku.

    Dari suaranya umpanku sudah termakan. Tinggal tarik ulur tali saja agar ikannya tidak terlepas. Kami masuk ke dalam kamar. Kuperiksa sebentar kelengkapannya. Jangan sampai lagi tanggung room boy datang antar kekurangannya. Aku minta air putih saja untuk di dalam kamar.

    Meskipun udara dingin, aku yakin nanti pasti perlu minum. Titin masuk ke dalam kamar mandi dan sebentar kemudian terdengar suara air yang keluar dari jepitan pintu gua. Wsshh dan tak lama suara guyuran air. Aku keluar kamar, berdiri di teras kamar sambil melihat suasana.

    Sepi, karena memang bukan week end. Aku masuk lagi ke dalam kamar. Kebetulan Titin pun keluar dari kamar mandi. Pintu keluar dan pintu kamar mandi berdekatan posisinya. Kupandangi wajah Titin, kupegang tangannya dan dengan sekali tarikan ia sudah ada dalam pelukanku. Ia sedikit meronta, tapi rasanya hanya penolakan pura-pura.

    “Jangan.. Jangan!”

    Kalau memang dia tidak mau, pasti kami berdua tidak akan sampai ke kamar ini. Kucium bibirnya yang tipis. Lemas sekali bibirnya sehingga terasa kenikmatan mulai menjalar, meskipun ia belum membalas ciumanku. Kulepaskan lagi ciumanku dan kutatap matanya.

    “Aku mohon.. Jangan.. Jangan. Jangan disini sayang!” Ia mengakhiri kata-katanya dengan menyerbu bibir dan mukaku kemudian menarikku ke ranjang.
    “To, aku merasa kesepian dan kedinginan. Kamu mau berikan kehangatan?”

    Rasanya terbalik pertanyaan itu. Mestinya aku yang tanya apakah dia mau bercinta denganku.

    “Pasti. Kita akan sama-sama puas malam ini”.
    “Terima kasih To. Aku.. Aku..”.

    Sambil berkata begitu ia langsung mencium bibirku. Akupun langsung membalas ciumannya. Bibir kami saling berpagut, lidah kami saling mendorong dan menjepit saling sedot. Cukup lama kami menikmatinya. Bibirnya memang benar-benar terasa sangat lemas sehingga dapat kupermainkan dan kuputar-putar dengan mulutku.

    “Ayo puaskan aku sayang.. Ah. Ah.” suaranya hanya mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

    Tangan kiriku mulai menjalar di pahanya. Kusingkapkan roknya, benar-benar mulus sekali pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai di celana dalamnya, kutekankan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan ku gesek-gesekkan.

    “Ah sayang. Kamu nakal sekali”.

    Aku tidak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya dari luar. Tangannya pun tak mau ketinggalan memegang bahkan mencengkeram keras kejantananku dari luar. Terasa sakit tapi aku dapat menikmatinya.

    “Kita tidak akan kemalaman sekarang, tapi kepagian,” bisikku menggodanya.
    “Biarin aja, saya besok shift siang jam 3″.

    Dengan ganasnya aku menciuminya, seperti seekor kucing yang sedang melahap dendeng. Tangannya bergerak ke bawah dan terus ke bawah. Ia membuka kancing bajuku dan melepasnya. Kini setiap jengkal tubuhku bagian atas tak luput dari ciumannya. Kemudian ia membuka resleting celanaku dan langsung mencengkeram penisku.

    “Anto, punya kamu boleh juga. Tidak besar tapi keras sekali. Apa ada wanita lain yang pernah merasakannya?”

    Pertanyaan itu lagi. Kenapa setiap wanita mau tahu apakah pria yang dikencaninya pernah tidur dengan wanita lain.

    “Ada, aku bukan perjaka lagi,” jawabku tenang, yang penting adalah apa yang terjadi sekarang ini. Dan lagi kelihatannya ia hanya sekedar bertanya tanpa mempedulikan jawabanku.

    Belum selesai kata-kataku, ia telah mengocok dan kadang meremas kejantananku. Pintar sekali ia memainkan adik kecilku. Beberapa menit kemudian tegangan pada kejantananku sudah maksimal. Tiang bendera sudah tegak berdiri, siap untuk melaksanakan apel malam. Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kemudian akupun langsung menerkam tubuhnya.

    “Sabar sayang, buka bajunya dulu donk.”

    Kamipun membuka pakaian kami masing-masing. Setelah telanjang bulat, langsung kubaringkan ia. Kuciumi senti demi senti tubuh mulusnya. Dari atas ke bawah sampai kepada paha dalamnya. Kurenggangkan kedua pahanya. Tercium aroma khas yang dipunyai seorang wanita. Kurenggangkan labia mayora dan labia minoranya dengan jempol dan telunjukku.

    “Ayo sayang.. Puaskan.. Aku.. Ya.. Ohh. Oohh.” Kata-katanya terus meracau, apalagi ketika aku melahap habis biji kacangnya dengan mulutku, kadang kusedot, kuhisap, dan kugigit dengan lembut.
    “Ah.. Ennak ssayang.. Kamu ppinnttarr. Ohh.. Oohh”

    Aku sudah tidak mempedulikan kata-katanya. Aku makin asyik dengan mainanku. Kulepaskan mulutku dan kutindih dia. Kumasukkan jari tengah kiriku ke dalam lubang perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang kesetanan, kedua payudaranya bergoyang kencang.

    Aku pun meraih payudaranya itu. Dengan tangan kananku, kupelintir puting susunya yang sebelah kiri dan mulutku kini menggigit halus puting kanannya. Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula ia meronta.

    Kuhentikan permainan tanganku dan kuarahkan kejantananku untuk memasuki liang kenikmatannya. Tanpa kesulitan aku segera menembus guanya. Terasa basah dan hangat. Kugerakkan pinggulku dan ia membalas dengan memutar pinggulnya dan menaik turunkan pantatnya mengimbangiku. Satu kakinya menjepit pahaku dan kaki lainnya dibuka lebar dan disandarkan ke dinding kamar. Kuciumi leher dan dadanya. Beberapa kali kugigit kecil kulit dadanya sampai meninggalkan bekas kemerahan.

    “Ciumi leher dan pundakku! Aku sangat terangsang kalau dicium di situ,” rintihnya.

    Kuikuti kemauannya dan sampai akhirnya ia menggelinjang hebat, kedua tangannya mencengkeram keras kepalaku. Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam dan akhirnya ia mencapai orgasmenya. Ia terkulai lemas. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dengan tangannya.

    Kemudian aku turun dari tubuhnya dan membiarkannya beristirahat sebentar. Setelah napasnya pulih ia naik ke atas tubuhku dan mulai mencium bibir, leher dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya. Terkadang kugigit putingnya bergantian. Ia hanya mengeluh merasakan nikmatnya. Beberapa menit kemudian ia sudah terangsang lagi.

    “Ayo sayang. Aku sudah siap memuaskanmu di babak kedua..”
    “Kita lakukan dengan berdiri,” kataku berbisik di telinganya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

    Kuangkat tubuhnya berdiri di samping ranjang. Kami masih saling berciuman dengan ganas. Ia kemudian mengangkat kaki kirinya ke atas ranjang, kudorong sedikit sampai ia mepet ke dinding kamar. Tangannya membimbing meriamku memasuki guanya. Pantatnya sedikit disorongkan ke depan dan perlahan lahan meriamku masuk, sampai..

    Blesshh..

    Semuanya sudah terbenam di dalam guanya. Oh hangatnya.

    “Ayo sayang, goyang.. Sayang ohh.. Ohh”

    Kedua tangannya memegang pantatku dan membantu gerakan pinggulku maju mundur. Rasanya nikmat sekali bercinta sambil berdiri. Badannya ia lengkungkan ke belakang sehingga meriamku dengan leluasa menobrak-abrik guanya. Pinggangnya juga bergerak-gerak mengimbangi gerakanku. Mulutku tetap melakukan aktivitas di bagian atas tubuhnya. Kadang berciuman, kadang menyedot dan mengulum putingnya. Cukup lama aku mengocoknya, akhirnya kupercepat kocokanku ketika kurasakan lahar panas akan keluar.

    “Tin, oh.. Aku mau keluar. Di keluarin dimana nih ohh. Oohh”.
    “Tunggu sebentar. Aku juga mau keluar, ohh. Ooohh sama-sama ya sayang.. Ohh.. Di dalam aja nggak apa-apa. Ohh barengan yah.”

    Akhirnya kutumpahkan spermaku di dalam guanya. Aku mencapai klimaks duluan. Titin tidak bisa mencapai klimaks yang kedua meskipun ia masih berusaha menggerakkan pantatnya maju mundur karena meriamku sudah berangsur-angsur melemas dan akhirnya terlepas sendiri dari dalam guanya.

    Kami rebah berdampingan di ranjang. Ia memelukku dan menciumku. Kuakui wanita satu ini memang luar biasa. Tidak dengan setiap orang aku dapat melakukannya dengan berdiri. Aku sudah coba. Tapi dengan Titin meskipun dia jauh lebih pendek dariku ternyata aku bisa melakukannya.

    “Sorry Tin. Aku nggak tahan lagi. Nanti kita akan mulai lagi dengan santai dan saling menunggu sehingga bisa mencapai klimaks bersama-sama. Terima kasih ya sayang. Kamu benar-benar hebat.”
    “Nggak apa-apa. Aku sudah dapat duluan. Kamu juga hebat. Malam ini masih panjang. Kita tidak usah tidur sampai pagi supaya dahagaku terpuaskan”.

    Akhirnya sisa malam kami lalui dengan berpelukan. Ia tersenyum kemudian menciumku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Malam itu kami masih melakukannya lagi tiga kali sampai pagi. Sekali kami lakukan di lantai beralaskan selimut. Ternyata ketika bermain di lantai kami bisa merasakan nikmat yang luar biasa.

    Gairah kami seakan-akan meledak sampai seluruh badan terasa sakit dan ngilu. Tetapi setelah mandi pagi gairahku kembali menyala dan aku masih sempat sekali lagi bergumul dengannya. Kami pulang dengan membawa kepuasan dan rasa lelah yang luar biasa. Seharian kuhabiskan dengan tidur-tiduran.

    Bahkan aku tidak sempat makan siang. Setelah itu aku masih sempat dalam dua pertemuan merasakan kehebatannya bercinta dalam posisi berdiri. Akhirnya dia pindah kos dan aku kehilangan jejak

     

  • Janda Kembang Tanggung

    Janda Kembang Tanggung


    1662 views

    Tanah Sunda sudah dikenal dengan gadis cantiknya sejak dari dulu. Bahkan konon di jaman penjajahan Belanda banyak tuan-tuan pemilik perkebunan yang mengawini wanita Sunda di sekitar lokasi perkebunan untuk dijadikan istrinya. Aku mengenal Titin dari hobi jalan malam di sekitar SM-Merdeka dan Siliwangi-Sukasari di Bogor.

    Cerita terbaru ini bermula saat aku sedang nongkrong di Wartel dekat pintu masuk Taman Topi ada wanita yang mondar-mandir didekatku. Dia mengenakan pakaian seragam sebuah pabrik. Kukira dia lagi nunggu temannya. Tidak lama kemudian ada seorang wanita lagi yang datang dan mendekatinya.

    Mereka bicara dengan suara keras dan nada tinggi seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Aku tidak mau ikut campur dengan pembicaraan mereka. Toh aku juga tidak tahu ujung pangkalnya. Setelah dilerai oleh Satpam, wanita yang datangnya belakangan akhirnya pergi dengan masih tetap memaki-maki wanita pertama dengan bahasa Sunda.

    Aku yang hanya sedikit tau bahasa Sunda masih belum bisa sepenuhnya menangkap apa yang sedang terjadi di dekatku. Aku mulai tertarik dan memperhatikan mereka. Wanita pertama tadi hanya diam saja, meskipun raut mukanya menunjukkan kekesalan. Kudekati dan kutanya,

    “Kenapa Teh, maaf kelihatannya lagi berantem. Apa sih masalahnya?”

    “Nggak papa kok. Dia menuduhku ada hubungan dengan suaminya. Padahal aku berhubungan dengan suaminya hanya sebatas urusan pekerjaan,” katanya. “Ya sudah, teteh kelihatannya masih kesal. Minum es dulu yuk biar tenang,” kuajak dia untuk duduk minum di kafe yang banyak terdapat di sana.

    Kami pesan es buah. Kutawarkan untuk makan tapi dia menolaknya.

    “Terima kasih Aa. Saya teh sudah nggak ada nafsu makan dan lagian masih kenyang,” katanya halus. Akupun maklum saja. Mungkin setelah bertengkar tadi meskipun perut lapar jadi tidak ada selera makan. Setelah pesanan kami datang, ia mengaduk gelasnya perlahan-lahan dengan sendoknya.

    “Sudah tenang sekarang. Kalau boleh tahu, apa sih masalah sebenarnya?” tanyaku.
    “Saya memang belakangan ini sering jalan dengan suaminya untuk urusan pekerjaan. Eh dianya cemburu ketika ketemu kami di Cibinong,” jawabnya.
    “Kan bisa dijelasin ama suaminya?”

    “Sudah, tapi dia nggak terima. Dibilang saya gatel, wanita murahan dan lain-lainnya. Daripada saya ladenin, nanti jadi makin rame saya tinggal pulang aja ke kantor. Eh dia belum puas dan telpon ke kantor. Katanya tungguin nanti malam di Wartel sini agar bisa selesai. Sampai di sinipun saya masih dimaki-maki. Untung dilerai sama Satpam”.

    Akhirnya aku tahu dia bernama Titin dan bekerja sebagai supervisor produksi di salah satu pabrik tekstil yang memang banyak terdapat di sekitar Cibinong. Rumahnya di sekitar Biotrop. Suaminya minggat dengan perempuan lain enam bulan lalu.

    Jadi statusnya sekarang menggantung. Janda tidak, bersuamipun tidak juga. Dia belum punya anak. Janda kembang gantung, pikirku. Badannya ramping cenderung kurus, kulitnya bersih dengan dada membusung di balik seragamnya. Ada keindahan tersendiri melihat seorang wanita dalam pakaian seragam. Eksotis.

    Entah kenapa kalau ketemu wanita seringkali statusnya janda. Tapi sebenarnya akupun tidak mau merusak keperawanan seorang gadis. Bagiku berat bebannya. Lebih enjoy dengan janda atau gadis yang sudah tidak perawan. Tidak usah mengajari lagi.

    “Aku mau pulang, tapi pikiranku suntuk. Dibawa tidurpun pasti nggak mau,” katanya lagi.
    “Kalau gitu kita jalan ke Puncak aja yuk. Menenangkan pikiran,” ajakku.
    “Boleh, tapi jangan kemalaman ya!”
    “Nggak, kan rumahmu juga nggak terlalu jauh ke Puncak”.

    Aku mulai berpikir, pasti kami nggak akan kemalaman, paling-paling kepagian. Kamipun segera menghabiskan minuman dan segera berangkat ke Puncak. Sampai di daerah Cibogo, ia minta turun dan mengajak berjalan kaki menyusuri jalan raya.

    Para GM yang sedang menjerat mangsa menawarkan penginapan pada kami. Aku hanya menatap Titin dan ternyata dia cuek aja dengan tawaran GM tadi. Dinginnya udara Puncak mulai terasa. Ia mulai kedinginan dan mendekapkan kedua tangannya di dadanya.

    “Dingin?” tanyaku.

    Titin hanya mengangguk saja. Sambil jalan kulingkarkan tangan kiriku pada bahu kirinya. Ia menggelinjang sedikit, sepertinya menolak pelukanku. Tapi tanganku tetap dibiarkan di bahunya. Bahkan tangan kanannya melingkar di pinggangku dan mencubitku. Aku menggerakkan pinggulku sedikit kegelian. Sampai di depan sebuah wisma kami berhenti.

    “Masuk yuk!” ajakku.

    “Mau ngapain. Katanya nggak sampai malam,” jawabnya. Ada nada keraguan atau mungkin juga kepura-puraan. “Ngapain aja terserah kita dong. Lagian kalau dua orang berbeda jenis masuk ke hotel ngapain?” pancingku. “Tidur aja. Kamu merem, saya merem. Aman kan,” katanya.

    “Nggak mau. Kalau kamu merem aku melek, sebaliknya kalau kamu melek aku yang merem, supaya ada yang jaga,” kataku melempar umpan semakin dalam.
    “Ayo. Tapi kamu janji jangan macam-macam. Awas nanti,” katanya mengancamku.

    Dari suaranya umpanku sudah termakan. Tinggal tarik ulur tali saja agar ikannya tidak terlepas. Kami masuk ke dalam kamar. Kuperiksa sebentar kelengkapannya. Jangan sampai lagi tanggung room boy datang antar kekurangannya. Aku minta air putih saja untuk di dalam kamar.

    Meskipun udara dingin, aku yakin nanti pasti perlu minum. Titin masuk ke dalam kamar mandi dan sebentar kemudian terdengar suara air yang keluar dari jepitan pintu gua. Wsshh dan tak lama suara guyuran air. Aku keluar kamar, berdiri di teras kamar sambil melihat suasana.

    Sepi, karena memang bukan week end. Aku masuk lagi ke dalam kamar. Kebetulan Titin pun keluar dari kamar mandi. Pintu keluar dan pintu kamar mandi berdekatan posisinya. Kupandangi wajah Titin, kupegang tangannya dan dengan sekali tarikan ia sudah ada dalam pelukanku. Ia sedikit meronta, tapi rasanya hanya penolakan pura-pura.

    “Jangan.. Jangan!”

    Kalau memang dia tidak mau, pasti kami berdua tidak akan sampai ke kamar ini. Kucium bibirnya yang tipis. Lemas sekali bibirnya sehingga terasa kenikmatan mulai menjalar, meskipun ia belum membalas ciumanku. Kulepaskan lagi ciumanku dan kutatap matanya.

    “Aku mohon.. Jangan.. Jangan. Jangan disini sayang!” Ia mengakhiri kata-katanya dengan menyerbu bibir dan mukaku kemudian menarikku ke ranjang.
    “To, aku merasa kesepian dan kedinginan. Kamu mau berikan kehangatan?”

    Rasanya terbalik pertanyaan itu. Mestinya aku yang tanya apakah dia mau bercinta denganku.

    “Pasti. Kita akan sama-sama puas malam ini”.
    “Terima kasih To. Aku.. Aku..”.

    Sambil berkata begitu ia langsung mencium bibirku. Akupun langsung membalas ciumannya. Bibir kami saling berpagut, lidah kami saling mendorong dan menjepit saling sedot. Cukup lama kami menikmatinya. Bibirnya memang benar-benar terasa sangat lemas sehingga dapat kupermainkan dan kuputar-putar dengan mulutku.

    “Ayo puaskan aku sayang.. Ah. Ah.” suaranya hanya mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

    Tangan kiriku mulai menjalar di pahanya. Kusingkapkan roknya, benar-benar mulus sekali pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai di celana dalamnya, kutekankan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan ku gesek-gesekkan.

    “Ah sayang. Kamu nakal sekali”.

    Aku tidak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya dari luar. Tangannya pun tak mau ketinggalan memegang bahkan mencengkeram keras kejantananku dari luar. Terasa sakit tapi aku dapat menikmatinya.

    “Kita tidak akan kemalaman sekarang, tapi kepagian,” bisikku menggodanya.
    “Biarin aja, saya besok shift siang jam 3″.

    Dengan ganasnya aku menciuminya, seperti seekor kucing yang sedang melahap dendeng. Tangannya bergerak ke bawah dan terus ke bawah. Ia membuka kancing bajuku dan melepasnya. Kini setiap jengkal tubuhku bagian atas tak luput dari ciumannya. Kemudian ia membuka resleting celanaku dan langsung mencengkeram penisku.

    “Anto, punya kamu boleh juga. Tidak besar tapi keras sekali. Apa ada wanita lain yang pernah merasakannya?”

    Pertanyaan itu lagi. Kenapa setiap wanita mau tahu apakah pria yang dikencaninya pernah tidur dengan wanita lain.

    “Ada, aku bukan perjaka lagi,” jawabku tenang, yang penting adalah apa yang terjadi sekarang ini. Dan lagi kelihatannya ia hanya sekedar bertanya tanpa mempedulikan jawabanku.

    Belum selesai kata-kataku, ia telah mengocok dan kadang meremas kejantananku. Pintar sekali ia memainkan adik kecilku. Beberapa menit kemudian tegangan pada kejantananku sudah maksimal. Tiang bendera sudah tegak berdiri, siap untuk melaksanakan apel malam. Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kemudian akupun langsung menerkam tubuhnya.

    “Sabar sayang, buka bajunya dulu donk.”

    Kamipun membuka pakaian kami masing-masing. Setelah telanjang bulat, langsung kubaringkan ia. Kuciumi senti demi senti tubuh mulusnya. Dari atas ke bawah sampai kepada paha dalamnya. Kurenggangkan kedua pahanya. Tercium aroma khas yang dipunyai seorang wanita. Kurenggangkan labia mayora dan labia minoranya dengan jempol dan telunjukku.

    “Ayo sayang.. Puaskan.. Aku.. Ya.. Ohh. Oohh.” Kata-katanya terus meracau, apalagi ketika aku melahap habis biji kacangnya dengan mulutku, kadang kusedot, kuhisap, dan kugigit dengan lembut.

    “Ah.. Ennak ssayang.. Kamu ppinnttarr. Ohh.. Oohh”

    Aku sudah tidak mempedulikan kata-katanya. Aku makin asyik dengan mainanku. Kulepaskan mulutku dan kutindih dia. Kumasukkan jari tengah kiriku ke dalam lubang perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang kesetanan, kedua payudaranya bergoyang kencang.

    Aku pun meraih payudaranya itu. Dengan tangan kananku, kupelintir puting susunya yang sebelah kiri dan mulutku kini menggigit halus puting kanannya. Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula ia meronta.

    Kuhentikan permainan tanganku dan kuarahkan kejantananku untuk memasuki liang kenikmatannya. Tanpa kesulitan aku segera menembus guanya. Terasa basah dan hangat. Kugerakkan pinggulku dan ia membalas dengan memutar pinggulnya dan menaik turunkan pantatnya mengimbangiku. Satu kakinya menjepit pahaku dan kaki lainnya dibuka lebar dan disandarkan ke dinding kamar. Kuciumi leher dan dadanya. Beberapa kali kugigit kecil kulit dadanya sampai meninggalkan bekas kemerahan.

    “Ciumi leher dan pundakku! Aku sangat terangsang kalau dicium di situ,” rintihnya.

    Kuikuti kemauannya dan sampai akhirnya ia menggelinjang hebat, kedua tangannya mencengkeram keras kepalaku. Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam dan akhirnya ia mencapai orgasmenya. Ia terkulai lemas. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dengan tangannya.

    Kemudian aku turun dari tubuhnya dan membiarkannya beristirahat sebentar. Setelah napasnya pulih ia naik ke atas tubuhku dan mulai mencium bibir, leher dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya. Terkadang kugigit putingnya bergantian. Ia hanya mengeluh merasakan nikmatnya. Beberapa menit kemudian ia sudah terangsang lagi.

    “Ayo sayang. Aku sudah siap memuaskanmu di babak kedua..”
    “Kita lakukan dengan berdiri,” kataku berbisik di telinganya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

    Kuangkat tubuhnya berdiri di samping ranjang. Kami masih saling berciuman dengan ganas. Ia kemudian mengangkat kaki kirinya ke atas ranjang, kudorong sedikit sampai ia mepet ke dinding kamar. Tangannya membimbing meriamku memasuki guanya. Pantatnya sedikit disorongkan ke depan dan perlahan lahan meriamku masuk, sampai..

    Blesshh..

    Semuanya sudah terbenam di dalam guanya. Oh hangatnya.

    “Ayo sayang, goyang.. Sayang ohh.. Ohh”

    Kedua tangannya memegang pantatku dan membantu gerakan pinggulku maju mundur. Rasanya nikmat sekali bercinta sambil berdiri. Badannya ia lengkungkan ke belakang sehingga meriamku dengan leluasa menobrak-abrik guanya. Pinggangnya juga bergerak-gerak mengimbangi gerakanku. Mulutku tetap melakukan aktivitas di bagian atas tubuhnya. Kadang berciuman, kadang menyedot dan mengulum putingnya. Cukup lama aku mengocoknya, akhirnya kupercepat kocokanku ketika kurasakan lahar panas akan keluar.

    “Tin, oh.. Aku mau keluar. Di keluarin dimana nih ohh. Oohh”.
    “Tunggu sebentar. Aku juga mau keluar, ohh. Ooohh sama-sama ya sayang.. Ohh.. Di dalam aja nggak apa-apa. Ohh barengan yah.”

    Akhirnya kutumpahkan spermaku di dalam guanya. Aku mencapai klimaks duluan. Titin tidak bisa mencapai klimaks yang kedua meskipun ia masih berusaha menggerakkan pantatnya maju mundur karena meriamku sudah berangsur-angsur melemas dan akhirnya terlepas sendiri dari dalam guanya.

    Kami rebah berdampingan di ranjang. Ia memelukku dan menciumku. Kuakui wanita satu ini memang luar biasa. Tidak dengan setiap orang aku dapat melakukannya dengan berdiri. Aku sudah coba. Tapi dengan Titin meskipun dia jauh lebih pendek dariku ternyata aku bisa melakukannya.

    “Sorry Tin. Aku nggak tahan lagi. Nanti kita akan mulai lagi dengan santai dan saling menunggu sehingga bisa mencapai klimaks bersama-sama. Terima kasih ya sayang. Kamu benar-benar hebat.”
    “Nggak apa-apa. Aku sudah dapat duluan. Kamu juga hebat. Malam ini masih panjang. Kita tidak usah tidur sampai pagi supaya dahagaku terpuaskan”.

    Akhirnya sisa malam kami lalui dengan berpelukan. Ia tersenyum kemudian menciumku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Malam itu kami masih melakukannya lagi tiga kali sampai pagi. Sekali kami lakukan di lantai beralaskan selimut. Ternyata ketika bermain di lantai kami bisa merasakan nikmat yang luar biasa.

    Gairah kami seakan-akan meledak sampai seluruh badan terasa sakit dan ngilu. Tetapi setelah mandi pagi gairahku kembali menyala dan aku masih sempat sekali lagi bergumul dengannya. Kami pulang dengan membawa kepuasan dan rasa lelah yang luar biasa. Seharian kuhabiskan dengan tidur-tiduran.

    Bahkan aku tidak sempat makan siang. Setelah itu aku masih sempat dalam dua pertemuan merasakan kehebatannya bercinta dalam posisi berdiri. Akhirnya dia pindah kos dan aku kehilangan jejak.

  • Janin Tak Ber Ayah

    Janin Tak Ber Ayah


    1944 views

    Aku dibilang anak dari keluarga broken home sepertinya tidak bisa, walaupun ayah dan ibuku bercerai saat aku baru saja diterima di perguruan tinggi. Adanya ketidakcocokan serta pertengkaran-pertengkaran yang sering kali terjadi terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang saat itu telah berusia 18 tahun dengan aku sebagai putri tunggal mereka.

    Keluargaku saat itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya.

    Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya. Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.

    Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu.

    Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali. Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok. Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.

    “Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk.”
    “Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”
    “Tapi gue udah tidak tahan lagi.”
    “Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.”
    Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.
    “Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”
    Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. “Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

    Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang. Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhhh… Don!” desahku.

    Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya. “Don… Ouuhhh… Ouuhhh…” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.

    Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi. Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.

    “Ouh… Ouuh… Jangan, Don! Jangan! Ouuhhh…” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit.

    Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan. Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar. Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.

    Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas. Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.

    Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.

    Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio. Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku. Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu.

    Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.

    Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.

    “Aahh! Jangaann! Aaahh…!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya. Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.

    Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.
    “Rio… Kamu…” Rio hanya menyeringai buas.
    “Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”
    Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.

    “Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”
    “Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kimpoi sama nenek tua, mama elu!”
    “Rio!”
    “Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”
    “Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!”
    “Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”
    “Errgh…”

    Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. “Akh!” Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, “Plak!” Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.

    Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah. Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.

    Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas. Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.

    “Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka. Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.

    “Aaarrghh… Rio! Jangaannn..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.

    “Urrgh…” Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.

    “Braak!” Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.
    “Papa!”
    “Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”
    Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.
    “Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.
    “Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh… Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.

    “Aaahh… Papaa… Jangaaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.

    Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.

    Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio. Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?

  • Japan seks – Rie Tachikawa

    Japan seks – Rie Tachikawa


    2351 views

    Targetqq

  • Japan seks Saki Sudou

    Japan seks Saki Sudou


    2115 views

    Ini dia video Ngetot Cewek Jepang Terbaru yang bisa sangek berat, yuk kita liat bareng2 guys..

    situs judi poker online

  • Japanese Girl Squiring During Harsh Porn Encounter

    Japanese Girl Squiring During Harsh Porn Encounter


    1523 views

  • Jasmyne Black loves having her big tits jiggle while she fucks

    Jasmyne Black loves having her big tits jiggle while she fucks


    1716 views

    Duniabola99.org –  Kumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Jenna Sativa tukang pijat ++ khusus cewek

    Jenna Sativa tukang pijat ++ khusus cewek


    1486 views