• Cerita Selingkuh Mencari Kepuasan Seks

    Cerita Selingkuh Mencari Kepuasan Seks


    1591 views

    Cerita Sex Selingkuh – Karena jabatan suamiku sudah tidak mungkin lagi naik di perusahaannya, untuk menambah penghasilan kami, aku meminta ijin kepada Mas Hadi untuk bekerja, mengingat pendidikanku sebagai seorang Accounting sama sekali tidak kumanfatkan semenjak aku menikah. Nexiasbet

    Pada dasarnya suamiku itu selalu menuruti keinginanku, maka tanpa banyak bicara dia mengijinkan aku bekerja, walaupun aku sendiri belum tahu bekerja di mana, dan perusahaan mana yang akan menerimaku sebagai seorang Accounting, karena aku sudah berkeluarga.

    “Bukankah kamu punya teman yang anak seorang Direktur di sini?” kata suamiku di suatu malam setelah kami melakukan hubungan badan.
    “Iya… si Yanthi, teman kuliah Ridha..!” kataku.
    “Coba deh, kamu hubungi dia besok. Kali saja dia mau menolong kamu..!” katanya lagi.
    “Tapi, benar nih.. Mas.. kamu ijinkan saya bekerja..?”
    Mas Hadi mengangguk mesra sambil menatapku kembali.

    Sambil tersenyum, perlahan dia dekatkan wajahnya ke wajahku dan mendaratkan bibirnya ke bibirku.
    “Terimakasih.. Mas.., mmhh..!” kusambut ciuman mesranya.
    Dan beberapa lama kemudian kami pun mulai terangsang lagi, dan melanjutkan persetubuhan suami istri untuk babak yang ketiga. Kenikmatan demi kenikmatan kami raih. Hingga kami lelah dan tanpa sadar kami pun terlelap menuju alam mimpi kami masing-masing.

    Perlu kuceritakan di sini bahwa Rendy, anak kami tidak bersama kami. Dia kutitipkan ke nenek dan kakeknya yang berada di lain daerah, walaupun masih satu kota. Kedua orangtuaku sangat menyayangi cucunya ini, karena anakku adalah satu-satunya cucu laki-laki mereka.

    Siang itu ketika aku terbangun dari mimpiku, aku tidak mendapatkan suamiku tidur di sisiku. Aku menengok jam dinding. Rupanya suamiku sudah berangkat kerja karena jam dinding itu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku teringat akan percakapan kami semalam. Maka sambil mengenakan pakaian tidurku (tanpa BH dan celana dalam), aku beranjak dari tempat tidur berjalan menuju ruang tamu rumahku, mengangkat telpon yang ada di meja dan memutar nomor telpon Yanti, temanku itu.

    “Hallo… ini Yanti..!” kataku membuka pembicaraan saat kudengar telpon yang kuhubungi terangkat.
    “Iya.., siapa nih..?” tanya Yanti.
    “Ini.. aku Ridha..!”
    “Oh Ridha.., ada apa..?” tanyanya lagi.
    “Boleh nggak sekarang aku ke rumahmu, aku kangen sama kamu nih..!” kataku.
    “Silakan.., kebetulan aku libur hari ini..!” jawab Yanti.
    “Oke deh.., nanti sebelum makan siang aku ke rumahmu. Masak yang enak ya, biar aku bisa makan di sana..!” kataku sambil sedikit tertawa.
    “Sialan luh. Oke deh.., cepetan ke sini.., ditunggu loh..!”
    “Oke.., sampai ketemu yaa.. daah..!” kataku sambil menutup gagang telpon itu.

    Setelah menelepon Yanti, aku berjalan menuju kamar mandi. Di kamar mandi itu aku melepas pakaianku semuanya dan langsung membersihkan tubuhku. Namun sebelumnya aku bermasturbasi sejenak dengan memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri sambil pikiranku menerawang mengingat kejadian-kejadian yang semalam baru kualami. Membayangkan penis suamiku walau tidak begitu besar namun mampu memberikan kepuasan padaku. Dan ini merupakan kebiasaanku.

    Walaupun aku telah bersuami, namun aku selalu menutup kenikmatan bersetubuh dengan Mas Hadi dengan bermasturbasi, karena kadang-kadang bermasturbasi lebih nikmat.

    Singkat cerita, siang itu aku sudah berada di depan rumah Yanti yang besar itu. Dan Yanti menyambutku saat aku mengetuk pintunya.
    “Apa khabar Rida..?” begitu katanya sambil mencium pipiku.
    “Seperti yang kamu lihat sekarang ini..!” jawabku.
    Setelah berbasa-basi, Yanti membimbingku masuk ke ruangan tengah dan mempersilakan aku untuk duduk.

    “Sebentar ya.., kamu santailah dahulu, aku ambil minuman di belakang…” lalu Yanti meninggalkanku.
    Aku segera duduk di sofanya yang empuk. Aku memperhatikan ke sekeliling ruangan ini. Bagus sekali rumahnya, beda dengan rumahku. Di setiap sudut ruang terdapat hiasan-hiasan yang indah, dan pasti mahal-mahal. Foto-foto Yanti dan suaminya terpampang di dinding-dinding. Sandi yang dahulu katanya sempat menaksir aku, yang kini adalah suami Yanti, terlihat semakin ganteng saja. Dalam pikirku berkata, menyesal juga aku acuh tak acuh terhadapnya dahulu. Coba kalau aku terima cintanya, mungkin aku yang akan menjadi istrinya.

    Sambil terus memandangi foto Sandi, suaminya, terlintas pula dalam ingatanku betapa pada saat kuliah dulu lelaki keturunan Manado ini mencoba menarik perhatianku (aku, Yanti dan Sandi memang satu kampus). Sandi memang orang kaya. Dia adalah anak pejabat pemerintahan di Jakarta. Pada awalnya aku pun tertarik, namun karena aku tidak suka dengan sifatnya yang sedikit sombong, maka segala perhatiannya padaku tidak kutanggapi. Aku takut jika tidak cocok dengannya, karena aku orangnya sangat sederhana.

    Lamunannku dikagetkan oleh munculnya Yanti. Sambil membawa minuman, Yanti berjalan ke arah aku duduk, menaruh dua gelas sirup dan mempersilakanku untuk minum.
    “Ayo Rid, diminum dulu..!” katanya.
    Aku mengambil sirup itu dan meminumnya. Beberapa teguk aku minum sampai rasa dahaga yang sejak tadi terasa hilang, aku kembali menaruh gelas itu.

    “Oh iya, Mas Sandi ke mana?” tanyaku.
    “Biasa… Bisnis dia,” kata Yanti sambil menaruh gelasnya. “Sebentar lagi juga pulang. Sudah kutelpon koq dia, katanya dia juga kangen sama kamu..!” ujarnya lagi.

    Yanti memang sampai sekarang belum mengetahui kalau suaminya dahulu pernah naksir aku. Tapi mungkin juga Sandi sudah memberitahukannya.

    “Kamu menginap yah.. di sini..!” kata Yanti.
    “Akh… enggak ah, tidak enak khan..!” kataku.
    “Loh… nggak enak gimana, kita kan sahabat. Sandi pun kenal kamu. Lagian aku sudah mempersiapkan kamar untukmu, dan aku pun sedang ambil cuti koq, jadi temani aku ya.., oke..!” katanya.
    “Kasihan Mas Hadi nanti sendirian..!” kataku.
    “Aah… Mas Hadi khan selalu menurut keinginanmu, bilang saja kamu mau menginap sehari di sini menemani aku. Apa harus aku yang bicara padanya..?”
    “Oke deh kalau begitu.., aku pinjam telponmu ya..!” kataku.
    “Tuh di sana…!” kata Yanti sambil menujuk ke arah telepon.

    Aku segera memutar nomor telpon kantor suamiku. Dengan sedikit berbohong, aku minta ijin untuk menginap di rumah Yanti. Dan menganjurkan Mas Hadi untuk tidur di rumah orangtuaku. Seperti biasa Mas Hadi mengijinkan keinginanku. Dan setelah basa-basi dengan suamiku, segera kututup gagang telpon itu.

    “Beres..!” kataku sambil kembali duduk di sofa ruang tamu.
    “Nah.., gitu dong..! Ayo kutunjukkan kamarmu..!” katanya sambil membimbingku.
    Di belakang Yanti aku mengikuti langkahnya. Dari belakang itu juga aku memperhatikan tubuh montoknya. Yanti tidak berubah sejak dahulu. Pantatnya yang terbungkus celana jeans pendek yang ketat melenggak-lenggok. Pinggulnya yang ramping sungguh indah, membuatku iseng mencubit pantat itu.

    “Kamu masih montok saja, Yan..!” kataku sambil mencubit pantatnya.
    “Aw.., akh.. kamu. Kamu juga masih seksi saja. Bisa-bisa Mas Sandi nanti naksir kamu..!” katanya sambil mencubit buah dadaku.
    Kami tertawa cekikikan sampai kamar yang dipersiapkan untukku sudah di depan mataku.
    “Nah ini kamarmu nanti..!” kata Yanti sambil membuka pintu kamar itu.

    Besar sekali kamar itu. Indah dengan hiasan interior yang berseni tinggi. Ranjangnya yang besar dengan seprei yang terbuat dari kain beludru warna biru, menghiasi ruangan ini. Lemari pakaian berukiran ala Bali juga menghiasi kamar, sehingga aku yakin setiap tamu yang menginap di sini akan merasa betah.

    Akhirnya di kamar itu sambil merebahkan diri, kami mengobrol apa saja. Dari pengalaman-pengalaman dahulu hingga kejadian kami masing-masing. Kami saling bercerita tentang keluhan-keluhan kami selama ini. Aku pun bercerita panjang mulai dari perkimpoianku sampai sedetil-detilnya, bahkan aku bercerita tentang hubungan bercinta antara aku dan suamiku. Kadang kami tertawa, kadang kami serius saling mendengarkan dan bercerita. Hingga pembicaraan serius mulai kucurahkan pada sahabatku ini, bahwa aku ingin bekerja di perusahan bapaknya yang direktur.

    “Gampang itu..!” kata Yanti. “Aku tinggal menghubungi Papa nanti di Jakarta. Kamu pasti langsung diberi pekerjaan. Papaku kan tahu kalau kamu adalah satu-satunya sahabatku di dunia ini..” lanjutnya sambil tertawa lepas.
    Tentu saja aku senang dengan apa yang dibicarakan oleh Yanti, dan kami pun meneruskan obrolan kami selain obrolan yang serius barusan.

    Tanpa terasa, di luar sudah gelap. Aku pun minta ijin ke Yanti untuk mandi. Tapi Yanti malah mengajakku mandi bersama. Dan aku tidak menolaknya. Karena aku berpikir toh sama-sama wanita.Sungguh di luar dugaan, di kamar mandi ketika kami sama-sama telanjang bulat, Yanti memberikan sesuatu hal yang sama sekali tidak terpikirkan.

    Sebelum air yang hangat itu membanjiri tubuh kami, Yanti memelukku sambil tidak henti-hentinya memuji keindahan tubuhku. Semula aku risih, namun rasa risih itu hilang oleh perasaan yang lain yang telah menjalar di sekujur tubuh. Sentuhan-sentuhan tangannya ke sekujur tubuhku membuatku nikmat dan tidak kuasa aku menolaknya. Apalagi ketika Yanti menyentuh bagian tubuhku yang sensitif.

    Kelembutan tubuh Yanti yang memelukku membuatku merinding begitu rupa. Buah dadaku dan buah dadanya saling beradu. Sementara bulu-bulu lebat yang berada di bawah perut Yanti terasa halus menyentuh daerah bawah perutku yang juga ditumbuhi bulu-bulu. Namun bulu-bulu kemaluanku tidak selebat miliknya, sehingga terasa sekali kelembutan itu ketika Yanti menggoyangkan pinggulnya.

    Karena suasana yang demikian, aku pun menikmati segala apa yang dia lakukan. Kami benar-benar melupakan bahwa kami sama-sama perempuan. Perasaan itu hilang akibat kenikmatan yang terus mengaliri tubuh. Dan pada akhirnya kami saling berpandangan, saling tersenyum, dan mulut kami pun saling berciuman.

    Kedua tanganku yang semuala tidak bergerak kini mulai melingkar di tubuhnya. Tanganku menelusuri punggungnya yang halus dari atas sampai ke bawah dan terhenti di bagian buah pantatnya. Buah pantat yang kencang itu secara refleks kuremas-remas. Tangan Yanti pun demikian, dengan lembut dia pun meremas-remas pantatku, membuatku semakin naik dan terbawa arus suasana. Semakin aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dibalasnya ciumanku itu dengan bernafsu pula.

    Hingga suatu saat ketika Yanti melepas ciuman bibirnya, lalu mulai menciumi leherku dan semakin turun ke bawah, bibirnya kini menemukan buah dadaku yang mengeras. Tanpa berkata-kata sambil sejenak melirik padaku, Yanti menciumi dua bukit payudaraku secar bergantian. Napasku mulai memburu hingga akhirnya aku menjerit kecil ketika bibir itu menghisap puting susuku. Dan sungguh aku menikmati semuanya, karena baru pertama kali ini aku diciumi oleh seorang wanita.

    “Akh.., Yaantiii.., oh..!” jerit kecilku sedikit menggema.
    “Kenapa Rid.., enak ya..!” katanya di sela-sela menghisap putingku.
    “Iya.., oh.., enaaks… teruus..!” kataku sambil menekan kepalanya.
    Diberi semangat begitu, Yanti semakin gencar menghisap-hisap putingku, namun tetap lembut dan mesra. Tangan kirinya menahan tubuhku di punggung.

    Sementara tangan kanannya turun ke bawah menuju kemaluanku. Aku teringat akan suamiku yang sering melakukan hal serupa, namun perbedaannya terasa sekali, Yanti sangat lembut memanjakan tubuhku ini, mungkin karena dia juga wanita.

    Setelah tangan itu berada di kemaluanku, dengan lembut sekali dia membelainya. Jarinya sesekali menggesek kelentitku yang masih tersembunyi, maka aku segera membuka pahaku sedikit agar kelentitku yang terasa mengeras itu leluasa keluar.

    Ketika jari itu menyentuh kelentitku yang mengeras, semakin asyik Yanti memainkan kelentitku itu, sehingga aku semakin tidak dapat mengendalikan tubuhku. Aku menggelinjang hebat ketika rasa geli campur nikmat menjamah tubuhku. Pori-poriku sudah mengeluarkan keringat dingin, di dalam liang vaginaku sudah terasa ada cairan hangat yang mengalir perlahan, pertanda rangsangan yang sungguh membuatku menjadi nikmat.

    Ketika tanganku menekan bagian atas kepalanya, bibir Yanti yang menghisap kedua putingku secara bergantian segera berhenti. Ada keinginan pada diriku dan Yanti mengerti akan keinginanku itu. Namun sebelumnya, kembali dia pada posisi wajahnya di depan wajahku. Tersungging senyuman yang manis.

    “Ingin yang lebih ya..?” kata Santi.
    Sambil tersenyum aku mengangguk pelan. Tubuhku diangkatnya dan aku duduk di ujung bak mandi yang terbuat dari porselen. Setelah aku memposisikan sedemikian rupa, tangan Yanti dengan cekatan membuka kedua pahaku lebar-lebar, maka vaginaku kini terkuak bebas. Dengan posisi berlutut, Yanti mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Aku menunggu perlakuannya dengan jantung yang berdebar kencang.

    Napasku turun naik, dadaku terasa panas, begitu pula vaginaku yang terlihat pada cermin yang terletak di depanku sudah mengkilat akibat basah, terasa hangat. Namun rasa hangat itu disejukkan oleh angin yang keluar dari kedua lubang hidung Yanti. Tangan Yanti kembali membelai vaginaku, menguakkan belahannya untuk menyentuh kelentitku yang semakin menegang.

    Agak lama Yanti membelai-belai kemaluanku itu yang sekaligus mempermainkan kelentitku. Sementara mulutnya menciumi pusar dan sekitarnya. Tentu saja aku menjadi kegelian dan sedikit tertawa. Namun Yanti terus saja melakukan itu.
    Hingga pada suatu saat, “Eiist… aakh… aawh… Yanthhii… akh… mmhh… ssh..!” begitu suara yang keluar dari mulutku tanpa disadari, ketika mulutnya semakin turun dan mencium vaginaku.
    Kedua tangan Yanti memegangi pinggul dan pantatku menahan gerakanku yang menggelinjang nikmat.

    Kini ujung lidahnya yang menyentuh kelentitku. Betapa pintar dia mempermainkan ujung lidah itu pada daging kecilku, sampai aku kembali tidak sadar berteriak ketika cairan di dalam vaginaku mengalir keluar.
    “Oohh… Yantii… ennaakss… sekaalii..!” begitu teriakku.

    Aku mulai menggoyangkan pinggulku, memancing nikmat yang lebih. Yanti masih pada posisinya, hanya sekarang yang dijilati bukan hanya kelentitku tapi lubang vaginaku yang panas itu. Tubuhku bergetar begitu hebat. Gerakan tubuhku mulai tidak karuan. Hingga beberapa menit kemudian, ketika terasa orgasmeku mulai memuncak, tanganku memegang bagian belakang kepalanya dan mendorongnya. Karuan saja wajah Yanti semakin terpendam di selangkanganku.

    “Hissapp… Yantiii..! Ooh.., aku.. akuu.. mau.. keluaar..!” jeritku.
    Yanti berhenti menjilat kelentitku, kini dia mencium dan menghisap kuat lubang kemaluanku.
    Maka.., “Yaantii.., aku.. keluaar..! Oh.., aku.. keluar.. nikmaathhs.. ssh..!” bersamaan dengan teriakku itu, maka aku pun mencapai orgasme.
    Tubuhku seakan melayang entah kemana. Wajahku menengadah dengan mata terpejam merasakan berjuta-juta nikmat yang sekian detik menjamah tubuh, hingga akhirnya aku melemas dan kembali pada posisi duduk. Maka Yanti pun melepas hisapannya pada vaginaku.

    Dia berdiri, mendekatkan wajahnya ke hadapan wajahku, dan kembali dia mencium bibirku yang terbuka. Napasku yang tersengal-sengal disumbat oleh mulut Yanti yang menciumku. Kubalas ciuman mesranya itu setelah tubuhku mulai tenang.

    “Terimakasih Yanti.., enak sekali barusan..!” kataku sambil tersenyum.
    Yanti pun membalas senyumanku. Dia membantuku turun dari atas bak mandi itu.
    “Kamu mau nggak dikeluarin..?” kataku lagi.
    “Nanti sajalah.., lagian udah gatel nih badanku. Sekarang mending kita mandi..!” jawabnya sambil menyalakan shower.

    Akhirnya kusetujui usul itu, sebab badanku masih lemas akibat nikmat tadi. Dan rupanya Yanti tahu kalau aku kurang bertenaga, maka aku pun dimandikannya, disabuni, diperlakukan layaknya seorang anak kecil. Aku hanya tertawa kecil. Iseng-iseng kami pun saling menyentuh bagian tubuh kami masing-masing. Begitupula sebaliknya, ketika giliran Yanti yang mandi, aku lah yang menyabuni tubuhnya.

    Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, pundak kami hanya memakai handuk yang menutup tubuh kami dari dada sampai pangkal paha, dan sama sekali tidak mengenakan dalaman. Aku berjalan menuju kamarku sedang Yanti menuju kamarnya sendiri. Di dalam kamar aku tidak langsung mengenakan baju. Aku masih membayangkan kejadian barusan. Seolah-olah rasa nikmat tadi masih mengikutiku.

    Di depan cermin, kubuka kain handuk yang menutupi tubuhku. Handuk itu jatuh terjuntai ke lantai, dan aku mulai memperhatikan tubuh telanjangku sendiri. Ada kebanggaan dalam hatiku. Setelah tadi melihat tubuh telanjang Yanti yang indah, ternyata tubuhku lebih indah. Yanti memang seksi, hanya dia terlalu ramping sehingga sepintas tubuhnya itu terlihat kurus. Sedangkan tubuhku agak montok namun tidak terkesan gemuk.

    Entah keturunan atau tidak, memang demikianlah keadaan tubuhku. Kedua payudaraku berukuran 34B dengan puting yang mencuat ke atas, padahal aku pernah menyusui anakku. Sedangkan payudara Yanti berukuran 32 tapi juga dengan puting yang mencuat ke atas juga.

    Kuputar tubuhku setengah putaran. Kuperhatikan belahan pantatku. Bukit pantatku masih kencang, namun sudah agak turun, karena aku pernah melahirkan. Berbeda dengan pantat milik Yanti yang masih seperti pantat gadis perawan, seperti pantat bebek.

    Kalau kuperhatikan dari pinggir tubuhku, nampak perutku yang ramping. Vaginaku nampak menonjol keluar. Bulu-bulu kemaluanku tidak lebat, walaupun pernah kucukur pada saat aku melahirkan. Padahal kedua tangan dan kedua kakiku tumbuh bulu-bulu tipis, tapi pertumbuhan bulu kemaluanku rupanya sudah maksimal. Lain halnya dengan Yanti, walaupun perutnya lebih ramping dibanding aku, namun kemaluannya tidak menonjol alias rata. Dan daerah itu ditumbuhi bulu-bulu yang lebat namun tertata rapi.

    Setelah puas memperhatikan tubuhku sendiri (sambil membandingkan dengan tubuh Yanti), aku pun membuka tasku dan mengambil celana dalam dan Bra-ku. Kemudian kukenakan kedua pakaian rahasiaku itu setelah sekujur tubuhku kulumuri bedak. Namun aku agak sedikit kaget dengan teriakan Yanti dari kamarnya yang tidak begitu jauh dari kamar ini.

    “Rida..! Ini baju tidurmu..!” begitu teriaknya.
    Maka aku pun mengambil handuk yang berada di lantai. Sambil berjalan kukenakan handuk itu menutupi tubuhku seperti tadi, lalu keluar menuju kamarnya yang hanya beberapa langkah. Pintu kamarnya ternyata tidak dikunci. Karena mungkin Yanti tahu kedatanganku, maka dia mempersilakan aku masuk.

    “Masuk sini Rid..!” kataya dari dalam kamar.
    Kudorong daun pintu kamarnya. Aku melihat di dalam kamar itu tubuh Yanti yang telanjang merebah di atas kasur. Tersungging senyuman di bibirnya. Karena aku sudah melangkah masuk, maka kuhampiri tubuh telanjang itu.

    “Kamu belum pake baju, Yan..?” kataku sambil duduk di tepi ranjang.
    “Akh.., gampang… tinggal pake itu, tuh..!” kata Yanti sambil tangannya menunjuk tumpukan gaun tidur yang berada di ujung ranjang.
    Lalu dia berkata lagi, “Kamu sudah pake daleman, ya..?”
    Aku mengangguk, “Iya..!”
    Kuperhatikan dadanya turun naik. Napasnya terdengar memburu. Apakah dia sedang bernafsu sekarang.., entahlah.
    Lalu tangan Yanti mencoba meraihku. Sejenak dia membelai tubuhku yang terbungkus handuk itu sambil berkata, “Kamu mengairahkan sekali memakai ini..!”
    “Akh.., masa sih..!” kataku sambil tersenyum dan sedikit menggeser tubuhku lebih mendekat ke tubuh Yanti.

    “Benar.., kalo nggak percaya.., emm.. kalo nggak percaya..!” kata Yanti sedikit menahan kata-katanya.
    “Kalo nggak percaya apa..?” tanyaku.
    “Kalo nggak percaya..!” sejenak matanya melirik ke arah belakangku.
    “Kalo nggak percaya tanya saja sama orang di belakangmu… hi.. hi..!” katanya lagi.

    Segera aku memalingkan wajahku ke arah belakangku. Dan.., (hampir saja aku teriak kalau mulutku tidak buru-buru kututup oleh tanganku), dengan jelas sekali di belakangku berdiri tubuh lelaki dengan hanya mengenakan celana dalam berwarna putih yang tidak lain adalah Mas Sandi suami Yanti itu. Dengan refleks karena kaget aku langsung berdiri dan bermaksud lari dari ruangan ini. Namun tangan Yanti lebih cepat menangkap tanganku lalu menarikku sehingga aku pun terjatuh dengan posisi duduk lagi di ranjang yang empuk itu.

    “Mau kemana.. Rida.., udah di sini temani aku..!” kata Yanti setengah berbisik.
    Aku tidak sempat berkata-kata ketika Mas Sandi mulai bergerak berjalan menuju aku. Dadaku mulai berdebar-debar. Ada perasaan malu di dalam hatiku.
    “Halo.., Rida. Lama tidak bertemu ya…” suara Mas Sandi menggema di ruangan itu.
    Tangannya mendarat di pundakku, dan lama bertengger di situ.

    Aku yang gelagapan tentu saja semakin gelagapan. Namun ketika tangan Yanti dilepaskan dari cengkramannya, pada saat itu tidak ada keinginanku untuk menghindar. Tubuhku terasa kaku, sama sekali aku tidak dapat bergerak. Lidahku pun terasa kelu, namun beberapa saat aku memaksa bibirku berkata-kata.
    “Apa-apaan ini..?” tanyaku parau sambil melihat ke arah Yanti.
    Sementara tangan yang tadi bertengger di bahuku mulai bergerak membelai-belai. Serr.., tubuhku mulai merinding. Terasa bulu-bulu halus di tangan dan kaki berdiri tegak.

    Rupanya Sentuhan tangan Mas Sandi mampu membangkitkan birahiku kembali. Apalagi ketika terasa di bahuku yang sebelah kiri juga didarati oleh tangan Mas Sandi yang satunya lagi. Perasaan malu yang tadi segera sirna. Tubuhku semakin merinding. Mataku tanpa sadar terpejam menikmati dalam-dalam sentuhan tangan Mas Sandi di bahuku itu.

    Pijatan-pijatan kecil di bahuku terasa nyaman dan enak sekali. Aku begitu menikmati apa yang terasa. Hingga beberapa saat kemudian tubuhku melemas. Kepalaku mulai tertahan oleh perut Mas Sandi yang masih berada di belakangku. Sejenak aku membuka mataku, nampak Yanti membelai vaginanya sendiri dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya meremas pelan kedua payudaranya secara bergantian. Tersungging senyuman di bibirnya.

    “Nikmati Rida..! Nikmati apa yang kamu sekarang rasakan..!” suara Yanti masih sedikit membisik.
    Aku masih terbuai oleh sentuhan kedua tangan Mas Sandi yang mulai mendarat di daerah atas payudarara yang tidak tertutup. Mataku masih terpejam.
    “Ini.. kan yang kamu inginkan. Kupinjamkan suamiku..!” kata Yanti lagi.
    Mataku terbuka dan kembali memperhatikan Yanti yang masih dengan posisinya.
    “Ayo Mas..! Nikmati Rida yang pernah kamu taksir dulu..!” kata Yanti lagi.
    “Tentu saja Sayang.., asal.. kamu ijinkan..!” kata suara berat Mas Sandi.

    Tubuhnya dibungkukkan. Kemudian wajahnya ditempelkan di bagian atas kepalaku. Terasa bibirnya mencium mesra daerah itu. Kembali aku memejamkan mata. Bulu-buluku semakin keras berdiri. Sentuhan lembut tangan Mas Sandi benar-benar nikmat. Sangat pintar sekali sentuhan itu memancing gairahku untuk bangkit. Apalagi ketika tangan Mas Sandi sebelah kanan berusaha membuka kain handuk yang masih menutupi tubuhku itu.

    “Oh.., Mas.., Maas… jangaan… Mas..!” aku hanya dapat berkata begitu tanpa kuasa menahan tindakan Mas Sandi yang telah berhasil membuka handuk dan membuangnya jauh-jauh.
    Tinggallah tubuh setengah bugilku. Kini gairahku sudah memuncak dan aku mulai lupa dengan keadaanku. Aku sudah terbius suasana.

    Mas Sandi mulai berlutut, namun masih pada posisi di belakangku. Kembali dia membelai seluruh tubuhku. Dari punggungku, lalu ke perut, naik ke atas, leherku pun kena giliran disentuhnya, dan aku mendesah nikmat ketika leherku mulai dicium mesra oleh Mas Sandi. Sementara desahan-desahan kecil terdengar dari mulut Yanti.

    Aku melirik sejenak ke arah Yanti, rupanya dia sedang masturbasi. Lalu aku memejamkan mata lagi, kepalaku kutengadahkan memberikan ruangan pada leherku untuk diciumi Mas Sandi. Persaanku sudah tidak malu-malu lagi, aku sudah kepalang basah. Aku lupa bahwa aku telah bersuami, dan aku benar-benar akan merasakan apa yang akan kurasakan nanti, dengan lelaki yang bukan suamiku.

    “Buka ya.. BH-nya, Rida..!” kata Mas Sandi sambil melepas kancing tali BH-ku dari punggung.
    Beberapa detik BH itu terlepas, maka terasa bebas kedua payudaraku yang sejak tadi tertekan karena mengeras. Suara Yanti semakin keras, rupanya dia mencapai orgasmenya. Kembali aku melirik Yanti yang membenamkan jari manis dan jari telunjuknya ke dalam vaginanya sendiri. Nampak dia mengejang dengan mengangkat pinggulnya.

    “Akh.., nikmaats… ooh… nikmaatts.. sekalii..!” begitu kata-kata yang keluar dari mulutnya.
    Dan tidak lama kemudian dia terkulai lemas di ranjang itu. Sementara Mas Sandi sibuk dengan kegiatannya.

    Kini kedua payudaraku sudah diremasi dengan mesra oleh kedua telapak tangannya dari belakang. Sambil terus bibirnya menjilati inci demi inci kulit leherku seluruhnya. Sedang enak-enaknya aku, tiba-tiba ada yang menarik celana dalamku. Aku membuka mataku, rupanya Yanti berusaha untuk melepas celana dalamku itu. Maka kuangkat pantatku sejenak memudahkan celana dalamku dilepas oleh Yanti. Maka setelah lepas, celana dalam itu juga dibuang jauh-jauh oleh Yanti.

    Aku menggeser posisi dudukku menuju ke bagian tengah ranjang itu. Mas Sandi mengikuti gerakanku masih dari belakang, sekarang dia tidak berlutut, namun duduk tepat di belakang tubuhku. Kedua kakinya diselonjorkan, maka pantatku kini berada di antara selangkangan milik Mas Sandi. Terasa oleh pantatku ada tonjolan keras di selangkangan. Rupanya penis Mas Sandi sudah tegang maksimal.

    Lalu Yanti membuka lebar-lebar pahaku, sehingga kakiku berada di atas paha Mas Sandi. Lalu dengan posisi tidur telungkup, Yanti mendekatkan wajahnya ke selangkanganku, dan apa yang terjadi…
    “Awwh… ooh… eeisth.. aakh..!” aku menjerit nikmat ketika kembali kurasakan lidahnya menyapu-nyapu belahan vaginaku, terasa kelentitku semakin menegang, dan aku tidak dapat mengendalikan diri akibat nikmat, geli, enak, dan lain sebagainya menyatu di tubuhku.

    Kembali kepalaku menengadah sambil mulutku terbuka. Maka Mas Sandi tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tahu maksudku. Dari belakang, bibirnya langsung melumat bibirku yang terbuka itu dengan nafsunya. Maka kubalas ciuman itu dengan nafsu pula. Dia menyedot, aku menyedot pula. Terjadilah pertukaran air liur Mas Sandi dengan air liurku. Terciuma aroma rokok pada mulutnya, namun aroma itu tidak mengganggu kenikmatan ini.

    Kedua tangan Mas Sandi semakin keras meremas kedua payudaraku, namun menimbulkan nikmat yang teramat, sementara di bawah Yanti semakin mengasyikkan. Dia terus menjilat dan mencium vaginaku yang telah banjir. Banjir oleh cairan pelicin vaginaku dan air liur Yanti.
    “Mmmhh… akh… mmhh..!” bibirku masih dilumati oleh bibir Mas Sandi.

    Tubuhku semakin panas dan mulai memberikan tanda-tanda bahwa aku akan mencapai puncak kenikmatan yang kutuju. Pada akhirnya, ketika remasan pada payudaraku itu semakin keras, dan Yanti menjilat, mencium dan menghisap vaginaku semakin liar, tubuhku menegang kaku, keringat dingin bercucuran dan mereka tahu bahwa aku sedang menikmati orgasmeku. Aku mengangkat pinggulku, otomatis ciuman Yanti terlepas. Semakin orgasmeku terasa ketika jari telujuk dan jari manis Yanti dimasukkan ke liang vaginaku, kemudian dicabutnya setengah, lalu dimasukkan lagi.

    Perlakuan Yanti itu berulang-ulang, yaitu mengeluar-masukkan kedua jarinya ke dalam lubang vaginaku. Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa nikmat dan enak pada saat itu.
    “Aakh… aawhh… nikmaatss… terus.. Yantii.. oooh… yang cepaat.. akh..!” teriakku.
    Tubuh Mas Sandi menahan tubuhku yang mengejang itu. Jarinya memilin-milin puting susuku. Bibirnya mengulum telingaku sambil membisikkan sesuatu yang membuatku semakin melayang. Bisikan-bisikan yang memujiku itu tidak pernah kudengar dari Mas Hadi, suamiku.

    “Ayo cantik..! Nikmatilah orgasmemu.., jangan kamu tahan, keluarkan semuanya Sayang..! Nikmatilah.., nikmatilah..! Oh.., kamu cantik sekali jika orgasme..!” begitu bisikan yang keluar dari mulut Mas Sandi sambil terus mengulum telingaku.
    “Aakh.. Maass, aduh.. Yanti.., nikmaats… oh… enaaks.. sekali..!” teriakku.
    Akhirnya tubuh kejangku mulai mengendur, diikuti dengan turunnya kenikmatan orgasmeku itu.

    Perlahan sekali tubuhku turun dan akhirnya terkulai lemas di pangkuan Mas Sandi. Lalu tubuh Yanti mendekapku.
    Dia berbisik padaku, “Ini.. belum seberapanya Sayaang.., nanti akan kamu rasakan punya suamiku..!” sambil berkata demikian dia mencium keningku.
    Mas Sandi beranjak dari duduknya dan berjalan entah ke arah mana, karena pada saat itu mataku masih terpenjam seakan enggan terbuka.

    Entah berapa lama aku terlelap. Ketika kusadar, kubuka mataku perlahan dan mencari-cari Yanti dan Mas Sandi sejenak. Mereka tidak ada di kamar ini, dan rupanya mereka membiarkanku tertidur sendiri. Aku menengok jam dinding. Sudah pukul sepuluh malam. Segera aku bangkit dari posisi tidurku, lalu berjalan menuju pintu kamar. Telingaku mendengar alunan suara musik klasik yang berasal dari ruangan tamu. Dan ketika kubuka pintu kamar itu yang kebetulan bersebelahan dengan ruang tamu, mataku menemukan suatu adegan dimana Yanti dan suaminya sedang melakukan persetubuhan.

    Yanti dengan posisi menelentang di sofa sedang ditindih oleh Mas Sandi dari atas. Terlihat tubuh Mas Sandi sedang naik turun. Segera mataku kutujukan pada selangkangan mereka. Jelas terlihat penis Mas Sandi yang berkilat sedang keluar masuk di vagina Yanti. Terdengar pula erangan-erangan yang keluar dari mulut Yanti yang sedang menikmati hujaman penis itu di vaginanya, membuat tubuhku perlahan memanas. Segera saja kuhampiri mereka dan duduk tepat di depan tubuh mereka.

    Di sela-sela kenikmatan, Yanti menatapku dan tersenyum. Rupanya Mas Sandi memperhatikan istrinya dan sejenak dia menghentikan gerakannya dan menengok ke belakang, ke arahku.
    “Akh… Mas.., jangan berhentiii doong..! Oh..!” kata Yanti.
    Dan Mas Sandi kembali berkonsentrasi lagi dengan kegiatannya. Kembali terdengar desahan-desahan nikmat Yanti yang membahana ke seluruh ruangan tamu itu. Aku kembali gelagapan, kembali resah dan tubuhku semakin panas. Dengan refleks tanganku membelai vaginaku sendiri.

    “Oh.. Ridhaa.., nikmat sekaallii.. loh..! Akuu… ooh… mmh..!” kata Yanti kepadaku.
    Aku melihat wajah nikmat Yanti yang begitu cantik. Kepalannya kadang mendongak ke atas, matanya terpejam-pejam. Sesekali dia gigit bibir bawahnya. Kedua tangannya melingkar pada pantat suaminya, dan menarik-narik pantat itu dengan keras sekali. Aku melihat penis Mas Sandi yang besar itu semakin amblas di vagina Yanti. Samakin mengkilat saja penis itu.

    “Oh Mas.., aku hampiir sampaaii..! Teruus… Mas… terus..! Lebih keras lagiih.., oooh… akh..!” kata Yanti.
    Yanti mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, Mas Sandi terus dengan gerakannya menaik-turunkan tubuhnya dalam kondisi push-up.
    “Maass.., akuuu… keluaar..! Aakh… mhh… nikmaats.., mmh..!” kata Yanti lagi dengan tubuh yang mengejang.
    Rupanya Yanti mencapai orgasmenya. Tangannya yang tadi melingkar di pantat suaminya, kini berpindah melingkar di punggung.

    Mas Sandi berhenti bergerak dan membiarkan penis itu menancap dalam di lubang kemaluan Yanti.
    “Owhh… banyak sekali Sayang.. keluarnya. Hangat sekali memekmu..!” kata Mas Sandi sambil menciumi wajah istrinya.

    Dapat kubayangkan perasaan Yanti pada saat itu. Betapa nikmatnya dia. Dan aku pun belingsatan dengan merubah-rubah posisi dudukku di depan mereka. Beberapa saat kemudian, Yanti mulai melemas dari kejangnya dan merubah posisinya. Segera dia turun dari sofa ketika Mas Sandi mencabut penis dari lubang kenikmatan itu. Aku melihat dengan jelas betapa besar dan panjang penis Mas Sandi. Dan ini baru pertama kali aku melihatnya, karena waktu tadi di dalam kamar, Mas Sandi masih menutupi penisnya dengan celana dalam.

    Dengan segera Yanti menungging. Lalu segera pula Mas Sandi berlutut di depan pantat itu.
    “Giliranmu… Mas..! Ayoo..!” kata Yanti.
    Tangan Mas Sandi menggenggam penis itu dan mengarahkan langsung ke lubang vagina Yanti. Segera dia menekan pantatnya dan melesaklah penis itu ke dalam vagina istrinya, diikuti dengan lenguhan Yanti yang sedikit tertahan.
    “Owwh… Maas… aakh..!”
    “Aduuh… Yantii.., jepit Sayangh..!” kata Mas Sandi.

    Lalu kaki Yanti dirapatkan sedemikian rupa. Dan segera pantat Mas Sandi mulai mundur dan maju.Ufh.., pemandangan yang begitu indah yang kulihat sekarang. Baru kali ini aku menyaksikan sepasang manusia bersetubuh tepat di depanku secara langsung. Semakin mereka mempercepat tempo gerakannya, semakin aku terangsang begitu rupa. Tanganku yang tadi hanya membelai-belai vaginaku, kini mulai menyentuh kelentitku.

    Kenikmatan mulai mengaliri tubuhku dan semakin aku tidak tahan, sehingga aku memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri. Aku sendiri sangat menikmati masturbasiku tanpa lepas pandanganku pada mereka. Belum lagi telingaku jelas mendengar desahan dan rintihan Yanti, aku dapat membayangkan apa yang dirasakan Yanti dan aku sangat ingin sekali merasakannya, merasakan vaginaku pun dimasukkan oleh penis Mas Sandi.

    Beberapa saat kemudian Mas Sandi mulai melenguh keras. Kuhentikan kegiatanku dan terus memperhatikan mereka.
    “Aakhh… Yantii… nikmaats… aakh… aku keluaar..!” teriak Mas Sandi membahana.
    “Oh… Maas… akuu… juggaa… akh..!”
    Kedua tubuh itu bersamaan mengejang. Mereka mencapai orgasmenya secara bersama-sama.

    Penis Mas Sandi masih menancap di vagina Yanti sampai akhirnya mereka melemas, dan dari belakang tubuh Yanti, Mas Sandi memeluknya sambil meremas kedua payudara Yanti. Mas Sandi memasukkan semua spermanya ke dalam vagina Yanti.

    Lama sekali aku melihat mereka tidak bergerak. Rupanya mereka sangat kelelahan. Di sofa itu mereka tertidur bertumpukan. Tubuh Yanti berada di bawah tubuh Mas Sandi yang menindihnya. Mata mereka terpejam seolah tidak menghiraukan aku yang duduk terpaku di depannya. Hingga aku pun mulai bangkit dari dudukku dan beranjak pergi menuju kamarku. Sesampai di kamar aku baru sadar kalau aku masih telanjang bulat. Maka aku pun balik lagi menuju kamar Yanti di mana celana dalam dan BH yang akan kupakai berada di sana.

    Selagi aku berjalan melewati ruang tamu itu, aku melihat mereka masih terkulai di sofa itu. Tanpa menghiraukan mereka, aku terus berjalan memasuki kamar Yanti dan memungut celana dalam dan BH yang ada di lantai. Setelah kukenakan semuanya, kembali aku berjalan menuju kamarku dan sempat sekali lagi aku menengok mereka di sofa itu pada saat aku melewati ruang tamu.

    Sesampai di kamar, entah kenapa rasa lelah dan kantukku hilang. Aku menjadi semakin resah membayangkan kejadian yang baru kualami. Pertama ketika aku dimasturbasikan oleh suami istri itu. Dan yang kedua aku terus membayangkan kejadian di mana mereka melakukan persetubuhan yang hebat itu. Keinginanku untuk merasakan penis Mas Sandi sangat besar. Aku mengharapkan sekali Mas Sandi sekarang menghampiri dan menikmatiku. Namun itu mungkin tidak terjadi, karena aku melihat mereka sudah lelah sekali.

    Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh pada saat aku terlelap tadi. Aku semakin tidak dapat menahan gejolak birahiku sendiri hingga aku merebahkan diri di kasur empuk. Dengan posisi telungkup, aku mulai memejamkan mata dengan maksud agar aku terlelap. Namun semua itu sia-sia. Karena kembali kejadian-kejadian barusan terus membayangiku. Secara cepat aku teringat bahwa tadi ketika mereka bersetubuh, aku melakukan masturbasi sendiri dan itu tidak selesai. Maka tanganku segera kuselipkan di selangkanganku. Aku membelai kembali vaginaku yang terasa panas itu.

    Dan ketika tanganku masuk ke dalam celanaku, aku mulai menyentuh klitorisku. Kembali aku nikmat. Aku tidak kuasa membendung perasaan itu, dan jariku mulai menemukan lubang kemaluanku yang berlendir itu. Dengan berusaha membayangkan Mas Sandi menyetubuhiku, kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang itu dalam-dalam. Kelembutan di dalam vaginaku dan gesekan di dinding-dindingnya membuatku mendesah kecil.

    Sambil mengeluar-masukkan jari tengahku, aku membayangkan betapa besar dan panjangnya penis Mas Sandi. Beda sekali dengan penis Mas Hadi yang kumiliki. Kemaluan Mas Sandi panjang dan besarnya normal-normal saja. Sedangkan milik Mas Sandi, sudah panjang dan besar, dihiasi oleh urat-uratnya yang menonjol di lingkaran batang kemaluannya. Itu semua kulihat tadi dan kini terbayang di dalam benakku.

    Beberapa menit kemudian, ketika ada sesuatu yang lain di dalam vaginaku, semakin kupercepat jari ini kukeluar-masukkan. Sambil terus membayangi Mas Sandi yang menyetubuhiku, dan aku sama sekali tidak membayangkan suamiku sendiri. Setiap bayangan suamiku muncul, cepat-cepat kubuang bayangan itu, hingga kembali Mas Sandi lah yang kubayangkan.

    Tanpa sadar, ketika aku akan mencapai orgasme, aku membalikan badan dan aku memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginaku. Dalam keadaan telentang aku mengangkangkan selebar mungkin pahaku. Kini dua jariku yang keluar masuk di lubang vaginaku. Maka kenikmatan itu berlanjut hebat sehingga tanpa sadar aku memanggil-manggil pelan nama Mas Sandi.

    “Akh… sshh… Masss… Sandii… Okh… Mass.. Mas.. Sandi.. aakkh..!” itulah yang keluar dari mulutku.
    Seer… aku merasa kedua jariku hangat sekali dan semakin licin. Aku mengangkat ke atas pinggulku sambil tidak melepas kedua jariku menancap di lubang vaginaku. Beberapa lama tubuhku merinding, mengejang, dan nikmat tidak terkira. Sampai pada akhirnya aku melemas dan pinggulku turun secara cepat ketika kenikmatan itu perlahan berkurang.

    Aku mencabut jari jemariku dan cairan yang menempel di jari-jari itu segera kujilati. Asin campur gurih yang kurasakan di lidahku. Dengat mata yang terpejam-pejam kembali aku membayangkan penis Mas Sandi yang sedang kuciumi, kuhisap, dan kurasakan. Cairan yang asin dan gurih itu kubayangkan sperma Mas Sandi. Ohhh.., nikmatnya semua ini.

    Dan setelah aku puas, barulah kuhentikan hayalan-hayalanku itu. Kutarik selimut yang ada di sampingku dan menutupi sekujur tubuhku yang mulai mendingin. Aku tersenyum sejenak mengingat hal yang barusan, gila… aku masturbasi dengan membayangkan suami orang lain.

    Pagi harinya, ketika aku terjaga dari tidurku dan membuka mataku, aku melihat di balik jendela kamar sudah terang. Jam berapa sekarang, pikirku. Aku menengok jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku kaget dan bangkit dari posisi tidurku. Ufh.., lemas sekali badan ini rasanya. Kukenakan celana dalamku. Karena udara sedikit dingin, kubalut tubuhku dengan selimut dan mulai berdiri.

    Ketika berdiri, sedikit kugerak-gerakan tubuhku dengan maksud agar rasa lemas itu segera hilang. Lalu dengan gontai aku berjalan menuju pintu kamar dan membuka pintu yang tidak terkunci.

    Karena aku ingin pipis, segera aku berjalan menuju kamar mandi, sesampainya di kamar mandi segera kuturunkan celana dalamku dan berjongkok. Keluarlah air hangat urine-ku dari liang vagina. Sangat banyak sekali air kencingku, sampai-sampai aku pegal berjongkok. Beberapa saat kemudian, ketika air kencingku habis, segera kubersihkan vaginaku dan kembali aku mengenakan celana dalamku, lalu kembali pula aku melingkari kain selimut itu, karena hanya kain ini yang dapat kupakai untuk menahan rasa dingin, baju tidur yang akan dipinjamkan oleh Yanti masih berada di kamarnya.

    Aku keluar dari kamar mandi itu, lalu berjalan menuju ruangan dapur yang berada tidak jauh dari kamar mandi itu, karena tenggorokanku terasa haus sekali. Di dapur itu aku mengambil segelas air dan meminumnya.

    Setelah minum aku berjalan lagi menuju kamarku. Namun ketika sampai di pintu kamar, sejenak pandangan mataku menuju ke arah ruang tamu. Di sana terdapat Mas Sandi sedang duduk di sofa sambil menghisap sebatang rokok. Matanya memandangku tajam, namun bibirnya memperlihatkan senyumnya yang manis. Dengan berbalut kain selimut di tubuhku, aku menghampiri Mas Sandi yang memperhatikan aku. Lalu aku duduk di sofa yang terletak di depannya. Aku membalas tatapan Mas Sandi itu dengan menyunggingkan senyumanku.

    “Yanti mana..?” tanyaku padanya membuka pembicaraan.
    “Sedang ke warung sebentar, katanya sih mau beli makanan..!” jawabnya.
    “Mas Sandi tidak kerja hari ini..?”
    “Tidak akh.., malas sekali hari ini. Lagian khan aku tak mau kehilangan kesempatan..!” sambil berkata demikian dengan posisi berlutut dia menghampiriku.

    Setelah tepat di depanku, segera tangannya melepas kain selimut yang membungkusi tubuhku. Lalu dengan cepat sekali dia mulai meraba-raba tubuhku dari ujung kaki sampai ujung pahaku. Diperlakukan demikian tentu saja aku geli. Segera bulu-bulu tubuhku berdiri.
    “Akh… Mas..! Gellii..!” kataku.
    Mas Sandi tidak menghiraukan kata-kataku itu.

    Kini dia mulai mendaratkan bibirnya ke seluruh kulit kakiku dari bawah sampai ke atas. Perlakuannya itu berulang-ulang, sehingga menciptakan rasa geli campur nikmat yang membuatku terangsang. Lama sekali perlakuan itu dilakukan oleh Mas Sandi, dan aku pun semakin terangsang.
    “Akh… Mas..! Oh.., mmh..!” aku memegang bagian belakang kepala Mas Sandi dan menariknya ketika mulut lelaki itu mencium vaginaku.
    Semakin aku mengangkangkan pahaku, dengan mesranya lidah Mas Sandi mulai menjilat kemaluanku itu. Tubuhku mulai bergerak-gerak tidak beraturan, merasakan nikmat yang tiada tara di sekujur tubuhku.

    Aku membuang kain selimut yang masih menempel di tubuhku ke lantai, sementara Mas Sandi masih dengan kegiatannya, yaitu menciumi dan menjilati vaginaku. Aku menengadah menahan nikmat, kedua kakiku naik di tumpangkan di kedua bahunya, namun tangan Mas Sandi menurunkannya dan berusaha membuka lebar-lebar kedua pahaku itu. Karuan saja selangkanganku semakin terkuak lebar dan belahan vaginaku semakin membelah.
    “Akh.. Mas..! Shh.. nikmaats..! Terus Mass..!” rintihku.

    Kedua tangan Mas Sandi ke atas untuk meremas payudaraku yang terasa sudah mengeras, remasan itu membuatku semakin nikmat saja, dan itu membuat tubuhku semakin menggelinjang. Segera aku menambah kenikmatanku dengan menguakkan belahan vaginaku, jariku menyentuh kelentitku sendiri. Oh.., betapa nikmat yang kurasakan, liang kemaluanku sedang disodok oleh ujung lidah Mas Sandi, kedua payudaraku diremas-remas, dan kelentitku kusentuh dan kupermainkan. Sehingga beberapa detik kemudian terasa tubuhku mengejang hebat disertai perasaan nikmat teramat sangat dikarenakan aku mulai mendekati orgasmeku.

    “Oh… Mas..! Aku… aku… akh.., nikmaats… mhh..!” bersamaan dengan itu aku mencapai klimaksku.
    Tubuhku melayang entah kemana, dan sungguh aku sangat menikmatinya. Apalagi ketika Mas Sandi menyedot keras lubang kemaluanku itu. Tahu bahwa aku sudah mencapai klimaks, Mas Sandi menghentikan kegiatannya dan segera memelukku, mecium bibirku.

    “Kamu sungguh cantik, Ridha.., aku cinta padamu..!” sambil berkata demikian, dengan pinggulnya dia membuka kembali pahaku, dan terasa batang kemaluannya menyentuh dinding kemaluannku.
    Segera tanganku menggenggam kemaluan itu dan mengarahkan langsung tepat ke liang vaginaku.
    “Lakukan Mas..! Lakukan sekarang..! Berikan cintamu padaku sekarang..!” kataku sambil menerima setiap ciuman di bibirku.

    Mas Sandi dengan perlahan memajukan pinggulnya, maka terasa di liang vaginaku ada yang melesak masuk ke dalamnya. Gesekan itu membuatku kembali menengadah, sehingga ciumanku terlepas. Betapa panjang dan besar kurasakan. Sampai aku merasakan ujung kemaluan itu menyentuh dinding rahimku.
    “Suamimu sepanjang inikah..?” tanyanya.
    Aku menggelengkan kepala sambil terus menikmati melesaknya penis itu di liang vaginaku.

    Beberapa saat kemudian sudah amblas semua seluruh batang kemaluan Mas Sandi. Aku pun sempat heran, kok bisa batang penis yang panjang dan besar itu masuk seluruhnya di vaginaku. Segera aku melipatkan kedua kakiku di belakang pantatnya. Sambil kembali mencium bibirku dengan mesra, Mas Sandi mendiamkan sejenak batang penisnya terbenam di vaginaku, hingga suatu saat dia mulai menarik mundur pantatku perlahan dan memajukannya lagi, menariknya lagi, memajukannya lagi, begitu seterusnya hingga tanpa disadari gerakan Mas Sandi mulai dipercepat. Karuan saja batang penis yang kudambakan itu keluar masuk di vaginaku. Vagina yang seharusnya hanya dapat dinikmati oleh suamiku, Mas Hadi.

    Di alam kenikmatan, pikiranku menerawang. Aku seorang perempuan yang sudah bersuami tengah disetubuhi oleh orang lain, yang tidak punya hak sama sekali menikmati tubuhku, dan itu sangat di luar dugaanku. Seolah-olah aku sudah terjebak di antara sadar dan tidak sadar aku sangat menikmati perselingkuhan ini. Betapa aku sangat mengharapkan kepuasan bersetubuh dari lelaki yang bukan suamiku. Ini semua akibat Yanti yang memberi peluang seakan sahabatku itu tahu bahwa aku membutuhkan ini semua.

    Beberapa menit berlalu, peluh kami sudah bercucuran. Sampailah aku pada puncak kenikmatan yang kudambakan. Orgasmeku mulai terasa dan sungguh aku sangat menikmatinya. Menikmati orgasmeku oleh laki-laki yang bukan suamiku, manikmati orgasme oleh suami sahabatku. Dan aku tidak menduga kalau rahimku pun menampung air sperma yang keluar dari penis lelaki selain suamiku.

  • Foto Ngentot Mbak Sri Si Tetek Jumbo

    Foto Ngentot Mbak Sri Si Tetek Jumbo


    1950 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • ROSALY ORAL SEXS

    ROSALY ORAL SEXS


    1842 views

  • Cerita Seks Ngentot Cewe Hyper Sex Sering Ganti Pasangan

    Cerita Seks Ngentot Cewe Hyper Sex Sering Ganti Pasangan


    2351 views

    Cerita Seks Terbaru – Aku punya temen, sebut saja Dini, biar lebih asil. Abg asal kota amoy, Singkawang. Seperti ciri kebanyakan abg amoy, Dini punya perawakan kutilang tapi gak darat, karena toketnya lumyayan gede. Pinggangnya ramping dan pinggulnya yang besar sehingga membuat setiap lelaki betah berlama2 menyapu tubuh Dini dengan matanya. Apalagi kalo liat Dini jalan, pantatnya yang besar bergerak kekiri kekanan mengikuti gerak langkahnya.

    Pasti bikin napsu lelaki yang ngeliatnya, apalagi Dini sering pake celana panjang, apalagi pendek, yang ketat. Kulitnya yang putih dan wajah sendu dengan sepasang mata sipit menambah kecantikan Dini. Yang khas lagi dari Dini adalah bulu tangan dan kaki yang panjang2, ditambah dengan kumis tipis yang menghiasi bagian atas dari bibir mungilnya, menambah keseksiannya. Pastilah jembutnya lebat, dan napsunya gede, seperti aku kalee.

    Model pakeannya juga selalu seperti yang dipake abg amoy, rambut lurus sebahu yang dicat kepirangan, blus ketat yang menonjolkan kemontokkan toketnya, dan celana hipster yang juga ketat sehingga pinggang dan pinggulnya pasti menarik perhatian lelaki yang melihatnya. Lagian blus ketatnya cuma sepinggang sehingga pinggang dan perutnya yang putih mulus serta pusernya suka ngintip kalo Dini bergerak. Tambah lagi daya tarik Dini dimata lelaki. Dini sering ngobrol apa saja dengan aku termasuk urusan seks. Dia cerita bahwa cowoknya suka napsu ama dia dan setiap weekeng pasti Dini ngentot dengan cowoknya, kalo gak dirumahnya ya di rumah cowoknya.

    Ortu Dini sibuk berbisnis sehingga jarang dirumah, makanya Dini bebas saja ngajak cowoknya tidur dirumahnya. Aku nanya “apa ini cowok yang mrawani kamu”, jawabnya “ini cowok yang kedua”. “Kok bisa”, tanyaku lagi. “Iya Dini kenal ama cowok kedua ini karena cowok yang pertama juga”. Cowoknya ngajak temennya untuk ber 3 some dengan Dini. dasar Din, dia mau aja diantre 2 cowok sekaligus. Bener kan napsunya Dini gede. Ternyata kontol cowok kedua ini lebih besar dan panjang dibanding cowok pertama.

    Dini ngerasain lebih nikmat dientot ama cowok kedua. Ketika ber 3 some, cowok kedua sampe 3 kali ngentotin Dini, sedang cowok pertama cuma 2 kali seperti biasanya. Setelah 3some itu, Dini diam2 ngentot juga dengan cowok kedua, hanya berdua saja. sampai akhirnya cowok pertama tau dan hubungan mereka putus. Buat Dini gak masalah karena toh dia mendapat kenikmatan yang lebih dari cowok yang kedua. “Nes, kamu suka ngentotnya ama om om ya”, Dini nanya kebiasaan ngentotku. “Kenapa sih” “Buat aku lebih nikmat kalo sama om om Din”, jawabku. “Om om maennya suka lebih lama, jadi aku sempet nyampe beberapa kali baru si omnya ngecrot”. “Wah kuat banget si om ya”, kata Dini lagi. “Kalo ama cowokku sih kita bareng nyampenya, tapi kalo sampe 3 ronde baru cowokku lama baru ngecrotnya, nikmat banget seh.

    Ama si om kamu maen berapa ronde?” “Sukanya 3 ronde juga, aku sampe lemes udahannya”, jawabku. “Wah lebih nikmat ya Nes”. “La iya lah, kamu mo nyoba ama om om, ntar aku kenalin ama om Andi. Dia fotografer yang suka orbitin model2 yunior, aku kenal om Bram juga lewat om Andi”. “Om Bram produsen sinetron itu?” “Iya, mau gak, ntar aku telponin om Andi.

    Dia pasti gak nolak deh kalo kamu mau maen ama dia”. “Boleh dah”, jawab Dini lagi, penasaran rupanya dia denger ocehanku. Aku segera mengontak om Andi, kamu2 masih ingat siapa om andi itu kan, kalo dah lupa om Andi nongol di crita Ines yang judulnya DIGARAP 2 COWOK dan NIKMATNYA IKUT CASTING. Aku nerangin ke om Andi bahwa Dini mo ktemuan, nyoba peruntungan di modelling, kataku. Ketika aku nerangin cirinya Dini, om Andi antusias banget menyanggupi. “Kalo ketemu suru bawa bikini atau daleman bikini yang minim dan tipis”, katanya.

    Aku dah pahamlah selera om Andi. Hp kuteruskan ke Dini supaya Dini janjian ketemuan sendiri ama om Andi. “Makasih ya Nes. Nikmat gak ama om Andi”, kata Dini sembari ngembaliin hp ku. “Kamu rasain sendiri aja deh. Kapan mo ketemuannya?” jawabku. “Lusa Nes, aku mesti ngatur supaya cowokku gak ngerecokin aku sama om Andi”. “Kamu punya bikini atau daleman model bikini gak?” “Punya sih, cowokku sering beliin aku daleman model bikini, mana kekecilan dan tipis lagi. Bikini juga ada. Kalo aku pake didepan cowokku, 5 menit lagi juga dah dilepasin ama dianya”. “Kamu bawa kalo ketemu ama om Andi, juga bawa baju ganti karena biasanya om Andi ngajak kamu nginep di vilanya”. “Nginep?” “La iya lah, pastinya om Andi ngajak kamu nginep, kebayang kan dia mo maen berapa ronde ama kamu”. “Wah asik dong kalo om Andi kuat begitu, aku jadi gak sabaran mo ketemu om Andi buruan”. Aku tersenyum aja dengernya. Berikut ini adalah apa yang dialami oleh Dini ketika dia bersama om Andi di vilanya. Dini minta aku yang menuliskan ceritanya, dan ini hasilnya.

    Pada hari yang dijanjikan, Dini membawa tas yang berisi baju ganti, bikini dan beberapa daleman bikini serta mantel di resto cepat saji. Dia mengatakan pada cowoknya bahwa dia harus keluar kota untuk satu urusan. Karena Dini sangat menyakinkan ketika menerangkan alesannya, cowoknya tidak keberatan dia pergi. Lagian Dini perginya gak weekend, yang merupakan saat dimana cowoknya dapet jatah nikmatnya. Agak lama Dini nunggu, sampe ada seorang lelaki yang menyapanya, “Dini ya”.

    Dini memang sudah ngasi tau pake blus ketat warna pink dan jins hipster ketat juga. “Wah kamu cantik sekali, Din, seksi juga lagi”, kata om Andi sambil menyalami Dini sambil menyebutkan namanya. “Om belum pernah neh dapet model amoy, mana amoynya bahenol lagi”. Dia duduk didepan Dini. “Kamu dah lama kenal Ines ya Din”, kata om Andi membuka pembicaraan. “Dah lama juga om, Dini sering curhat ama Ines”. “Kok bisa ngerembet sampe ke om segala”. “Iya om, kita cerita2 ngesex, sampe Ines crita nikimat banget ngesex ama om. Dini jadi kepingin nyobain deh” “Bisa aja si Ines.

    Dini biasanya ngesex ama om om juga?”. “Enggak om, sama cowok Dini”. “Sering ya Din ngesexnya”. “Setiap weekend om, keculai kalo Dini lagi dapet”. “Wah asik, dah pengalaman dong kamu urusan ngesex”. “Pengalaman ya cuma ama cowok Dini aja om”. “Iya biar cuma ama 1 cowok tapi kan kamu dah sering ngelakuin ama dia, jadi dah tau dong apa yang dimaui lelaki diranjang”. “O itu maksud om, ya udah lah. Dini selalu nurutin apa yang diminta cowok Dini di ranjang”. “Kamu selalu maennya di ranjang ya Din”. “Iya om, kan maennya selalu dikamar”. “Di hotel?” “enggak om, dirumah Dini atau ditempat cowok Dini”. “Entar asik, vila om ada kolam renangnya, jadi bisa foto session di kolam renang dulu ya Din. Kita berangkat sekarang yuk”.

    Merekapun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke mobil om Andi yang diparkir di halaman resto. Di jok belakang teronggok tas yang katanya berisi peralatan fotografi, serta peralatan bantu lainnya. Segera mobil meluncur meninggalkan tempat parkir, menembus kemacetan kota menuju ke vila om andi yang terletak di daerah Puncak. Selama diperjalanan mereka ngoborol ngalor ngidul. Om Andi mampir disebuah mini mart didekat vilanya dan membeli makanan dan minuman serta keperluan lainnya. Belanjaan yang cukup banyak itu ditaruh dibagasi mobil mengingat di jok belakang dah dipenuhi peralatan foto.

    Sesampainya di vila, om andi menurunkan semua bawaannya. Dini membantu ngangkatin juga selain tas pakeannya. “Gak ada yang nungguin ya om”, tanya Dini. “Ada yang nunggu, setan”. “Bener om ada setannya”, Dini membelalak ketakutan. “He he om becanda kok, kalo juga ada setan, setannya taku ama om. Kan om rajanya setan”, kata om Andi sembari mencolek pinggang Dini yang terbuka. “Ih, om geli ah”, jeritnya manja. “Kan vila ini kosong, jadi kalo om mo pake vilanya, ada orang yang dateng buat membersihkan seluruh vila sebelumnya”.

    Makanan dan minuman dimasukkan ke lemari es, sebagian diletakkan dimeja pantri. Ketika itu dah sore, matahari dah mulai turun. “Din, masih ada matahari, fotosession dulu yuk. Kamu pake deh bikini kamu. Om tunggu di belakang ya, di kolam renang”. Dini masuk ke salah satu kamar dan mengganti pakeannya dengan bikini. Karena bikininya minim, toketnya yang besar montok seakan mo ngeloncat keluar. Demikian juga jembutnya yang lebat ngintip dari sela2 cd bikininya.

    Om Andi menelan ludah ketika dia melihat Dini berbikini sexy. “Wao, mulus banget Din. Merangsang banget”. Dia segera memberi arahan pada Dini untuk berpose di pinggir kolam renang dan mulai mengambil gambar. Karena Dini belum pernah akting maka gayanya kaku. “Kamu malu ya Din ama om, kok kaku banget seh gaya kamu”. “Enggak kok om, Dini gak malu”. “Iya ya kan kamu dah biasa telanjang didepan cowok kamu. Anggep aja om cowok kamu supaya kamu bisa lebih rilex gayanya”. Dengan sabar om Andi mengarahkan Dini berpose sehingga akhirnya dapet juga satu set foto Dini berbikini. Om Andi mengomentari apa yang harus diperbaiki sembari melihat foto2 yang diambilnya di laptop.

    Karena dah mulai gelap, foto session dipindah kedalem. Di ruang tamu. “Din kamu ganti pake lingeri, bawa kan”. “Bawa om”, Dini menghilang lagi kekamar dan mengganti bikininya dengan daleman tipis dan minim yang model bikini juga. Om andi kembali ternganga melihat kemontokan bodi Dini. Karena dalemannya yang tipis maka berbayanglah pentil toket Dini yang belum terlalu besar dan berwarna pink kecoklatan. Demikian pula jembutnya yang lebatpun terlihat jelas dibalik cd tipis yang dipakenya. “Wah Din, kamu lebih merangsang begini daripada telanjang bulet”.

    Foto session dimulai lagi dengan menggunakan sofa. Lampu sorot dipake untuk menambah pencahayaan. Dini tanpa canggung berpose lebih vulgar dari yang di kolam renang, pahanya selalu dikangkangkan menonjolkan kelebatan jembutnya. Toketnyapun selalu dibusungkan sehingga terekam dengan jelas kemontokannya di kamera om Andi. Sementara om Andi sendiri terlihat sekali susah mengendalikan napsunya yang sudah sangat berkobar2 melihat kemontokan Dini. Karena sudah mendapatkan banyak masukan dari hasil sesi foto bikini, Dini jauh lebih rilex berposenya dan memerlukan sangat sedikit perbaikan sehingga cepat selesai sesi foto lingerie.

    Om Andipun men set kameranya ke lap topnya dan mulai membahas satu persatu foto yang telah dibuat dengan Dini. “Foto session ke 3 telanjang ya Din”. “Siapa takut, tapi makan dulu ya om, Dini dah laper neh”. “Kita cari makan diluar ya Din, deket vila ada warung sate kambing, enak”. “Biar tambah hot ya om”, jawab Dini sembari menghilang ke kamar. Keluar dari kamar dia dah memakai pakaeannya yang tadi, blus dan jins hipster. “Din, kalo malem dingin, kamu gak bawa mantel”. “Ada om”, kata Dini sembari masuk ke kamar lagi mengambil mantelnya. Sampe sini om Andi belum menunjukkan aktivitas apa2, walaupun dari wajahnya terlihat sekali bahwa dia sudah sangat bernapsu. Dini heran juga, kok om Andi kuat sekali menahan diri untuk tidak mulai menggelutinya.

    Sekembali dari makan, Dini memakai bikininya lagi dan mengajak om Andi berenang. Air kolamnya terasa hangat walaupun tidak dipanasi. Om Andi hanya bercelana gombrong. Mereka berenamh hilir mudik beberapa saat, kemudian Dini segera keluar dari kolam, membungkus tubuhnya dengan anduk dan berbaring di dipan bermatras yang ada dipinggir kolam. Hawanya terasa dingin, segera om andipun keluar dari kolam dan duduk disebelah Dini yang sudah berbaring didipan. “Om dingin om”, Dini mengundang om Andi untuk bertindak. Segera om andi bereaksi, dia berbaring disebelah Dini, memeluknya dan segera memagut bibir mungil Dini. sebentar saja anduk yang membungkus tubuhnya sudah diurai om Andi. Dini menjadi gelisah, kakinya berubah posisi terus, sebentar kaki kiri diatas kaki kanan, sebentar lagi posisinya sebaliknya. Dia rupanya menahan napsunya yang telah berkobar. “Kenapa Din, gatel ya, kok kakinya berubah terus”. Dini diem saja.

    Om Andi mencium pipinya, Dini menggelinjang dan menoleh ke arah om Andi. Dia segera mencium kembali bibir mungilnya. Melumatnya, lidahnya mendesak masuk ke dalam mulut Dini, menggelitik langit langit mulutnya. Dia mulai merabai toketnya yang masih tertutup bra bikininya. Dini merintih. ” Om..”. Dia menjilati lehernya, ”tenang aja Din, nikmati ..” . Dini benar benar tak kuasa menolak semua itu , dia hanya pasrah menikmati permainan itu. Kembali om andi menciumi bibir Dini lagi . Dini pun membalasnya dengan penuh nafsu . Dengan cepat dia melepas bra bikini yang di kenakan Dini . Dini sama sekali tak menolak . Dadanya telah terbuka.

    Om andi menatap toketnya, yang segera diraba2. Tubuh Dini gemetar. pentilnya juga dimainkan dengan liar. Dini mendesah “ ahh.. .. ehhh ….om ohh… “. Om andi pun menjulurkan lidah , menjilat pentilnya yang tampak menonjol keluar . Dini sudah sepenuhnya di kuasai birahi . Om Andi dengan bernafsu melumat , menyedot toketnya. Membuat Dini semakin birahi . Suara erangan nikmat Dini terdengar , menambah gairah si om . Dia pun mengurai ikatan cd bikini Dini sehingga dalam sekejab Dini sudah bertelanjang bulat. Jembutnya yang lebat menyelimuti daerah nonoknya. Dengan lembut om Andi meraba raba paha putih mulusnya. Perlahan dia mengelus elus paha putih Dini. Sambil sedikit demi sedikit merenggangkan kedua kakinya, dia dapat jelas melihat cairan nikmat yang merembes dari nonok Dini membasahi selangkangan.

    Om Andi menjilati daun telinganya sehingga membuatnya terangsang geli. Satu sentuhan lembut , jarinya tepat di belahan nonoknya. Membuat suara erangan birahi keluar dari mulut Dini. “AAhh …… “ . om Andi terus aktif menyapu pentilnya dengan lidah, toketnya tampak mengeras karena napsu . Di sertai getaran getaran jarinya di atas belahan nonoknyanya, membuat tubuh Dini bergejolak. “ ohh….. ahhh .. sudah, Dini gak tahan lagi .. ..” erangnya ketika jarinya bergerak semakin cepat di belahan nonoknya, keatas dan kebawah. Om Andi tidak berhenti , jarinya bergetar semakin liar. Pentil Dini juga dijilat cepat . Tubuh Dini mengejang , Dini menjerit keenakan, dia nyampe. Nafasnya masih memburu di sertai degup jantungnya yang berdetak cepat . Om Andi pun menciumi bibir nya. “Din, kamu merasa nikmat gak ..” tanyanya, sambil terus mencium bibir Dini dengan mesra. Dengan dua jari, bibir nonoknya dikuakkan lebar. Dini mengerang .

    Om Andi menatap nonok Dini , dengan liangnya yang basah . itilnya tampak memerah dan membesar . Dia menjulurkan lidah menjilati itil Dini . Lagi lagi Dini mengerang nikmat. Jilatannya di itil Dini terus membangkitkan nafsu birahi Dini.

    Sebentar saja Dini telah kembali bernapsu. Dini terus mengerang kenikmatan . Lendir nonok Dini mengalir terus . Rasa nikmat dan gatal mendera itilnya yang tegang terangsang. Dan tubuhnya kembali menegang . “ ahh…enak…ahhh ..enak..” erangnya . Lidahnya terus bergerak menyapu itil Dini dan membawa Dini kembali mengejang kerena nyampe lagi . Tubuh Dini pun kembali lemas . “Om, belum dientot aja Dini dah 2 kali nyampe, apalagi kalo dah dientot ya om”.

    Setelah beberapa saat , om andi membawa tubuh bugil Dini kedalam kamar dan membaringkannya di ranjang. Dini berjalan agak gontai dan sempoyongan , tubuhnya terasa lemas dan tenaganya seperti hilang . “Kok masuk om, katanya mo maen di kolam”. “Kan diluar dingin Din, ntar masuk angin lagi. Besok kan kita mo foto session nude lagi”.

    Sekarang Dini telah berbaring di ranjang. Om Andi memberikan minuman yang tadi dibelinya di minimart kepada Dini. Dia pun mulai membuka celananya. Kontolnya yang tegang itu sudah siap untuk memasuki nonok Dini. Dia menghampiri Dini . Om Andi meminta Dini mengemut kontolnya. “Kontol om”, kata Dini lirih. “Emangnya kenapa Din”. “Kontol om besar sekali, lebih besar dan lebih panjang dari kontol cowok Dini”. Jemarinya mulai menyentuh kepala kontol om Andi.

    Pertama kali Dini hanya memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus dong Din, pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayu om Andi penuh nafsu. “Iiih… keras sekali om”, bisik Dini. “Ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” om Andi mengerang nikmat saat tiba-tiba saja Dini bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat. “Iiih sakit ya om”, tanyanya. Om Andi menatap Dini. “Ooouhh jangan dilepas Din, remas seperti tadi, lekas Din, oohh…” erangnya lirih. Dini kembali meremas kontolnya seperti tadi. om Andi melenguh nikmat.

    Dini menatap kontol yang kini sedang diremasnya, jemari kedua tangannya secara bergantian meremas batang dan kepala kontol om Andi. Jemari kiri berada di atas kepala kontol sedang jemari yang kanan meremas batangnya. Om Andi hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din… terusss, yaahh… ohh… ssshh”, dia melenguh keenakan. Dini memandang om Andi sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian dia mulai memompa dan mengocok kontolnya maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” om Andi menggelinjang menahan nikmat. Dini semakin bersemangat melihat om Andi merasakan kenikmatan, kedua tangannya bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. “Din…aahhgghh… sshh, sekarang diemut Din”, pinta om Andi. Dini pun menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung kontol om Andi.

    Tapi belum diemutnya . om Andi mendorong kontolnya hingga ke mulut Dini . “ayo dong ..Din, diemut ..dong..” pintanya . Dini pun perlahan membuka mulutnya. Kontol om Andi segera melucur masuk ke dalam mulutnya. “ ufff …ughh …. “ suara Dini tertahan kontol . Dini mengeluar masukkan kontolnya didalam mulutnya.

    Om Andi kemudian menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toket Dini, perutnya yang menekan nonok Dini. Kembali dia menggerayangi toket Dini, dia mulai menggesekkan jemarinya mulai dari bawah toket di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketnya yang kenyal dan montok. Dini merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Om, geli, ayo dong om Dini dientot”, erangnya lirih. Beberapa saat om Andi mempermainkan kedua pentilnya yang kemerahan dengan ujung jemarinya.

    Dini menggelinjang lagi, om Andi memuntir sedikit pentilnya dengan lembut. ” Om…” Dini kembali mendesah. Secara bersamaan akhirnya om Andi meremas-remas gemas kedua toketnya dengan sepenuh nafsu. “Aawww… om”, Dini mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Om Andi semakin menggila tak puas meremas lalu dia mulai menjilati kedua toket Dini secara bergantian. Dia menjilati seluruh permukaan toket Dini sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentil Dini secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas. Lima menit kemudian dia menghisap kedua pentil Dini sekuat-kuatnya. Dia tak peduli Dini menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali Dini memegang dan meremasi rambut om Andi, sementara om Andi tetap mencengkeram dan meremasi kedua toket Dini bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.

    Pentil Dini dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Dini hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigi om Anton menggigiti pentilnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toket Dini nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitan om Andi. Cukup lama om Andi mengemut toket Dini, setelah itu dia merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusar Dini, Dini mulai mengerang-erang kecil keenakan, om Andi mengecup dan membasahi seluruh perutnya. Ketika bergeser ke bawah lagi, om Andi membetulkan posisinya di atas selangkangan Dini. Dia membuka ke dua belah paha Dini lebar-lebar, Dini sudah sangat terangsang sekali.

    Kedua tangan Dini masih tetap memegangi kain sprei. Om Andi memandangi nonok Dini yang ditumbuhi jembut lebat. Bibir nonoknya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit berada diantara kedua bibir nonoknya. Selanjutnya om Andi langsung menyosor menekan nonok Dini, hidungnya menyelip di antara kedua bibir nonok Dini. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir nonok Dini dengan bernafsu, sementara tangannya merayap ke balik paha Dini dan meremas pantatnya yang bundar dengan gemas.

    Om Andi mulai mencumbui bibir nonok Dini yang tebal itu secara bergantian. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia mengecup dan mengulum bibir nonok Dini bagian bawah. Karena ulahnya, Dini sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepala om Andi yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir nonoknya. Om Andi memegangi kedua belah pantat Dini yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak. Dini meremasi rambut om Andi sampai kacau. Kadang pantatnya dinaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidah om Andi pada seluruh permukaan nonoknya.

    Dini berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat hebat, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Om Andi semakin bersemangat melihat tingkahnya. Disibakkan bibir nonok Dini, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendir Dini. Om Andi mengusap dengan lembut bibir nonoknya, agak ke atas dari liang nonoknya yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, itilnya. Lalu secepat kilat dengan lidahnya menyentil2 itil Dini. Dini memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya kebawah.

    Dini mengejang hebat, pinggulnya bergerak liar dan kaku, sehingga jilatanom Andi pada itilnya jadi luput. Dengan gemas om Andi memegang kuat-kuat kedua belah paha Dini lalu kembali ditempelkannya bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir nonok Dini. Dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkan menembus jepitan bibir nonok Dini dan kembali menyentil itilnya. Dini memekik tertahan dan tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya. Pantat nya terangkat ke atas sehingga lidah om Andi memasuki celah bibir nonoknya lebih dalam dan menyentil-nyentil itilnya. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit Dini mengejan kembali dan ada semburan lemah dari dalam liang nonoknya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.

    Om Andi masih menyentil itil Dini beberapa saat sampai tubuh Dini terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Dini melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru dirasakan, sementara om Anton masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika Dini nyampe. Seluruh selangkangan Dini tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Om Andi menjilati seluruh permukaan nonok Dini sampai agak kering, “Din…puas kan…” bisiknya lembut namun Dini sama sekali tak menjawab, matanya terpejam rapat. “Giliran om ya Din, om mau masuk nih”, bisiknya lagi. “Sekarang dientot yang lama ya om”, rengek Dini. “Yang penting Dini nikmat kan”. “Nikmat banget2, om”.

    Om Andi segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuh Dini yang telanjang berkeringat. Dia menarik kaki Dini ke atas dan ditumpangkan kedua paha Dini pada pangkal pahanya sehingga kini selangkangan Dini menjadi terbuka lebar. Dia menarik pantat Dini ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas nonok Dini yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir nonok Dini dan lalu beberapa saat kemudian kontol ditepuk2kan dengan gemas ke nonok Dini. Dini menggeliat manja dan tertawa kecil, “Om… iiih.. gelii… aah”. “Din, kontol om mau masuk nih”, bisiknya penuh nafsu. “Om, masukin buruan. Dini dah gak tahan lagi neh”, sahut Dini. Sedikit
    disibakkannya bibir nonok Dini, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang nonok Dini yang sempit. Dia mulai menekan dan tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang nonok Dini membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Dini menggigit bibir saking nikmatnya. Om Andi melepaskan jemarinya dari bibir nonok Dini dan plekk…bibir nonok Dini langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. Dini memejamkan matanya rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. Om Andi agak membungkukkan badan ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah.

    Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam nonok Dini. Dia kembali menekan, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam nonok Dini. Dia terus menekan kontolnya, terus memaksa memasuki nonok Dini yang luar biasa sempit itu. Om Andi memegang pinggul Dini, dan ditarik kearah kontolnya sehingga masuk makin ke dalam. Dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk nonok Dini. Dini mengerang nikmat. Dihentakkannya lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir nonok Dini.

    Om Andi berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat nonok Dini yang luar biasa. Dia merebahkan badannya di atas tubuh Dini yang telanjang, Dini memeluknya, toketnya kembali menekan dada om Andi. Nonoknya menjepit meremas kuat kontol om Andi yang sudah amblas semuanya. “Din… bagaimana rasanya”, bisiknya. “Nikmat banget om”, jawabnya. Dia mencium bibir Dini dengan bernafsu, dan Dinipun membalas dengan tak kalah bernafsu. Mereka saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu om Andi mulai menggoyang pinggul naik turun. Kontolnya mulai menggesek nonok Dini.

    Pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Dini memeluk punggung om Andi dengan kuat, kukunya terasa menembus kulit om Andi. Dini merintih dan memekik keenakan. Beberapa kali Dini sempat menggigit bibir om Andi saking napsunya. Om Andi hanya merasakan betapa nonok Dini yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging nonok Dini seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. “Din, om nggak tahan lagi nih aahhgghghh”, bisiknya. “peju om mau keluar”. “Dini juga mo nyampe om, barengan yach”. Dan akhirnya pejunya ngecret di nonok Dini. Dinipun ikut mengejang ketika merasakan hangatnya peju om Andi yang menyembur2 seperti dam yang bobol didalam nononknya. Mereka pun berpelukan puas. Dan tanpa terasa mereka ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecaapaian dalam permainan tadi.

    Mereka tertidur sampai menjelang pagi. Ketika terbangun, om Andi membangunkan Dini juga lalu mereka berdua mandi bersama karena semalem mereka gak sempet mandi. Di dalam kamar mandi mereka saling membersihkan dan berciuman. Om Andi minta Dini jongkok dan menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri lagi. Kontolnya dikulum Dini sambil dikocok pelan-pelan naik turun. “Enak banget Din, terus diemut Nes”, erangnya. Kemudian giliran om Andi, Dini disuruh berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub. Dia menyerang selangkangan Dini, khususnya itilnya, dengan lidah sehingga Dini mengerang sambil memegang kepala om Andi dan menenggelamkannya lebih dalam ke nonoknya.

    Om Andi menjulurkannya lidahnya lebih dalam ke nonok Dini sambil mengorek-korek itilnya dengan jari manis. Semakin hebat rangsangan yang Dini rasakan sampai akhirnya dia nyampe, dengan derasnya lendirnya keluar tanpa bisa dibendung. Om Andi menjilati dan menelan semua lendirnya. “Om, nikmat banget deh, Dini sampe lemes”, kata Dini. “Ya udah kamu istirahat aja, om mau sediain makanan dulu ya”, katanya sambil keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat. Dini mengikutinya, juga dengan bertelanjang bulat. Mereka sarapan sereal yang dicampur dengan susu, sambil minum kopi. Om Andi menghangatkan kue2 yang kemarin dibelinya di microwave. Sambil bercanda2 mereka menyantap semua makanan yang tersedia.

    Sehabis makan langsung om Andi menyiapkan kembali peralatan fotonya untuk sesi foto telanjang. Dalam keadaan telanjang bulat Dini berpose dengan macam2 gaya, dikamar mandi, diranjang, disofa, dimeja makan, di beranda dan terakhir kembali dikolam renang. Om Andi mengekspos kemontokan Dini, toket, pentil, pantat dan jembut Dini. Cukup lama sesi foto berlangsung. Seperti ketika sesi lingeri, tak banyak kesulitan yang dialami Dini. Dia sudah bisa berpose secara alami, berkat arahan dan kenikmatan yang dia peroleh dari im Andi. Dalam hati Dini membenarkan cerita Ines bahwa om Andi sangat ahli mengolah pose dan mengolah badan prempuan sampai bergelimang kenikmatan. Semalem dan mulai ngentot saja, om Andi mengulangi lagi merangsang tubuh Dini sampai dia merasakan kenikmatan yang luar biasa, sehingga ketika dientot rasanya sampai susah dituliskannya.

    Dini berbaring didipan. Om Andi menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha Dini. Lalu dengan gemas, diciumi pusarnya. ” Om, geli!” Dini menggeliat manja. Om Andi tersenyum sambil terus saja menciumi pusar Dini berulang2 hingga dia menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lutut om Andi merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toket Dini. Dia mengecup pentilnya sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangi beberapa kali, kemudian dia meremes toket Dini dengan lembut. Remasannya membuat pentil Dini makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentil Dini dan kukulum2 sambil mengusap punggungnya. “Kamu cantik sekali, Din. Kamu gak dicariin ortu kamu kan”, katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Dini. Dini hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. Dini merangkul leher om Andi, dan mencium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulut om Andi.

    Mereka langsung berpagutan lagi, Dini sangat bernapsu meladeni ciuman om Andi. Om Andi mencium bibirnya, kemudian lidahnya kembali menjalar menuju ke toket dan mengulum pentil Dini. Terus menuju keperut dan menjilati pusar Dini hingga Dini menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. “Om enak sekali..” nafasnya terengah2. Lumatan dilanjutkan pada itil Dini, dijilati, dikulum2, sehingga Dini semakin terangsang hebat.

    Pantatnya terangkat supaya lebih dekat lagi kemulut om Andi. Om Andipun memainkan lidahnya ke dalam nonok Dini yang sudah dibuka sedikit dengan jari. Ketika responsnya sudah hampir mencapai puncak, om Andi menghentikannya. Dia ganti posisi 69. Dia telentang dan minta Dini telungkup diatas tubuhnya tapi kepala ke arah kontolnya. Dia minta Dini untuk kembali menjilati kepala kontol lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutnya dari atas. Setelah Dini lancar melakukannya, om Andi menjilati nonok dan itil Dini lagi dari bawah.

    Selang beberapa lama mereka melakukan pemanasan maka om Andi berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di nonok Dini. Dini ditelentangkan, pahanya dikangkangkan, pantatnya diganjal dengan bantal. Om Andi kemudian menelungkup diatas Dini. Kontol digesek2kan di nonok Dini yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilnya dijilati barusan. “Ayo om cepat, Dini sudah tidak tahan lagi”, pintanya dengan bernafsu. “Wah kamu sudah napsu ya Din, om suka kalo kita ngentot setelah kamu napsu banget sehingga nikmat banget rasanya ketika kontol om masuk ke nonok kamu”, jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia memasukkan kontolnya ke nonok Dini. Dini melenguh sambil merasakan kontol besar menerobos nonoknya yang masih sempit. Om Andi terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua.

    Lalu ditarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali. “Om enjot yang cepat dong, Dini udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak om, lebih enak katimbang dijilat om tadi”, lenguhnya. “Om juga mau ngecret, Din”, jawabnya. Dengan hitungan detik mereka berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa nonok Dini berkedutan meremes2 kontol om Andi. Lemas dan capai mereka berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

    Sudah satu jam kami beristirahat, lalu om Andi minta Dini mengemut kontolnya lagi. “Om belum puas Din, mau lagi, boleh kan?” katanya. “Boleh om, Dini juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi. Om gak ada matinya, baru aja ngecret dah pengen masuk lagi”, jawabnya sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalanya mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontol om Andi dimulutnya. Om Andi mengerang kenikmatan, “Enak banget Din emutanmu. Tadi nonokmu juga ngempot kontol om ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh, boleh diulang ya Din kapan2″. Dini diam tidak menjawab karena ada kontol dalam mulutnya. “Din, om udah mau ngecret nih, om masukkin lagi ya ke nonok kamu”, katanya sambil minta Dini nungging.

    Sambil nungging Dini bertanya, “Mau dimasukkin di pantat ya om, Dini gak mau ah”. “Ya gak lah Din, ngapain di pantat, di nonok kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir nonok Dini. Terasa bibir nonok Dini menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leher Dini, “Oh…om”, lenguh Dini ketika om Andi menciumi telinganya. Dengan pelan dimasukkan kontolnya ke nonok Dini. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorong lagi. Hal ini dilakukan beberapa kali sehingga lendir nonok Dini makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar nonok Dini, lalu didorong kembali pelan2. “Din, nanti dorong pinggul kamu kebelakang ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.

    Dia kembali mencium telinga Dini dan mendorong kontolnya masuk. Pentilnya diremes dengan jempol dan telunjuk. Dini tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex dia mendorong pinggulnya ke belakang sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Kontol kembali ditarik keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukan beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di nonok Dini. ”Akh om”, lenguhnya ketika terasa kontol om Andi sudah masuk semua, terasa nonoknya berdenyut meremes2 kontol om Andi. Om Andi terus menekan2 sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantat Dini diganjel bantal. Kontol mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar Dini mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatnya. Tangan kiri om Andi menjalar ke toket Dini dan meremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Dini mulai merasakan nikmatnya, “Om, nikmat banget ya dientot om, lebih nikmat dari dientot cowok Dini. Terus yang cepet ngenjotnya om, rasanya Dini udah mau nyampe lagi”, erangnya.

    Itilnya tergesek kontol ketika om Andi mengenjotkan kontolnya masuk. Dini menjadi terengah2 karena nikmatnya. “Din, nonokmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget Din ngentot dengan kamu”. Terasa bibir nonok Dini ikut terbenam setiap kali kontol dienjot masuk. “Om”, erangnya. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya.

    Bunyi itu berasal dari beradunya biji peler om Anton dengan pangkal paha Dini, setiap om Andi mengenjot kontolnya masuk. “Din, om udah mau ngecret”, erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di nonok Dina dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam nonok Dini. Bersamaan dengan itu, “Om, Dini nyampe juga om”, Dini mengejang karena ikutan nyampe. “Om, nikmat banget, kapan ngentotin Dini lagi”. Om Andi tidak menjawab, dia terkapar kelelahan.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Seks Skandal Dengan Murid Privateku Yang Seksi

    Cerita Seks Skandal Dengan Murid Privateku Yang Seksi


    1349 views

    Cerita Seks ini berjudul ” Cerita Seks Skandal Dengan Murid Privateku Yang Seksi ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Seks –  Kisah ini bemula saat muridku sering datang dan belajar dirumah. kita sebut saja namanya fanny, seorang gadis yang berambut panjang dan memiliki alis mata yang melengkung dengan bola mata bundar yang indah serta hidung yang mancung melengkapi kecantikan wajahnya, fanny saat itu Situs Judi Pkv Terbaik baru duduk dibangku SMA Kelas 2, dengan umurnya tersebut wajar bila kadang sifatnya seperti kanak-kanak yang berusia sepertinya.

    Seminggu yang lalu Fanny dan temannya renne mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, aku merupakan seorang duda. yang tinggal di rumah mungil dengan dua buah kamar, Cersek Bergambar diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, biasanya aku dan anak muridku belajar diruang tengah dengan indahnya lukisan dinding yang bergantung membuat rumahku terlihat romantis.

    Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman. Cersek Bergambar Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Situs Online Judi Terbaik Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya.

    Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya. Cersek Bergambar Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.

    “Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny.“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.“Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya. Cersek Bergambar “Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.“Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.

    Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri. “Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, Cersek Bergambar kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

    Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku. Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Cersek Bergambar Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada Kumpulan Situs Judi Pkv Terbaik gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.

    “Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, Cersek Bergambar tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.

    Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Cersek Bergambar Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut. Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

    Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Cersek Bergambar Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku. “Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.

    Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari. Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantis nya. Cersek Bergambar Situs Online Judi Terbaik 2020 Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.

    “Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu. “Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Cersek Bergambar Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki. Agen Judi Hoki Banget

    Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

    “Aaahh..”, dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.“Dadamu sangat indah Fan”, Cersek Bergambar sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

    “Aaahh”, Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli, Cersek Bergambar merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.

    Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.“Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat. Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, Cersek Bergambar hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.

    “Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat. Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. Cersek Bergambar “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala.

    Cerita Seks Skandal Dengan Murid Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya. “Uhh.!”, Cersek Bergambar tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.

    Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Cersek Bergambar Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.

    Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, Cersek Bergambar dan membuka kancing branya. Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

    Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. Cersek Bergambar “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil.

    Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Cersek Bergambar Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur. Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri.

    Sedangkan aku tertegun Cersek Bergambar sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.

    Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras. “Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Cersek Bergambar Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.

    Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, Cersek Bergambar siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat.

    “Geli.. ahh.. ohh!”Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, Cersek Bergambar membuat birahinya semakin memuncak.“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.

    Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, Cersek Bergambar lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

    “Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher Cersek Bergambar belakang dan punggung. “Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya.

    “Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya. Cersek Bergambar “Aaahh”, Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”,

    sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan Cersek Bergambar mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

    “Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, Cersek Bergambar tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya Daftar Agen Judiqq yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.

    Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, Cersek Bergambar sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.

    Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Cersek Bergambar Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.

    Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Cersek Bergambar Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku. Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.

    Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, Cersek Bergambar dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.

    Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya. Cersek Bergambar Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya.

    Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.

    “Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. Cersek Bergambar “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.

    Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.“Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku.

    Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Cersek Bergambar Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.

    Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Cersek Bergambar Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.

    Cerita Seks Skandal Dengan Murid “Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, Cersek Bergambar badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

    Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Cersek Bergambar Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.

    “Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat. Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, Cersek Bergambar berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.“Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.

    Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya. Cersek Bergambar Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.

    Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu.

    Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur. Baca kisah seks bergambar terbaru sebelumnya yang tidak kalah seru dan dapat meningkatkan birahi mu yang berjudul Cersek

    cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,

  • Sexy blonde chick uncovers her small tits as she gets naked on a sofa

    Sexy blonde chick uncovers her small tits as she gets naked on a sofa


    1664 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang
    begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD
    disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita
    dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan
    setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Foto Ngentot Sungguh Enak Gesekan Hachiro

    Foto Ngentot Sungguh Enak Gesekan Hachiro


    1944 views

    Foto Ngentot Terbaru – Koleksi Foto Ekspresi Horny Cewek Ketika Menikmati Dientotin, Banyak dari cewek-cewek yang diam tanpa ekspresi saja ketika dientot. Cewek lokal biasanya memang pandai menyembunyikan perasaan dan ekspresi mereka walau sudah sangat horny sekalipun. Beda halnya dengan cewek-cewek barat yang sudah sangat sange dan horny ini. Mereka cenderung menunujukan ekspresi yang sangat hot ketika menikmati setiap sodokan kontol pasangannya.

     

  • Foto Ngentot Pramugari Cantik Jepang

    Foto Ngentot Pramugari Cantik Jepang


    1881 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Cerita Seks Aku Disetubuhi Pacar Adikku

    Cerita Seks Aku Disetubuhi Pacar Adikku


    2658 views

    Cerita Seks Terbaru – Kenaikan jabatan yang diterima oleh suamiku membuatnya harus berada di luar daerah, dan hanya bisa pulang sebulan sekali. Otomatis kebutuhan biologisku hanya bisa terpenuhi pada saat suamiku pulang saja. Bahkan sering juga aku harus puasa sampai berbulan-bulan karena pada saat suamiku pulang aku sedang kedatangan “tamu”. Tapi itu tidak terlalu kupedulikan, toh saat kami berhubungan, aku jarang sekali mengalami orgasme karena suamiku biasanya sudah keluar duluan dan bila sudah begitu pasti ia langsung tertidur dan membiarkanku menggantung sendirian.Namaku Irma, tapi biasa dipanggil I’in oleh orang di rumah. Aku sulung dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Saat ini usiaku 34 tahun dan adik bungsuku Tita 21 tahun. Aku sangat menjaga bentuk tubuhku, dengan tinggi badan 167 cm dan berat badan 59 kg, tidak ada yang menyangka kalau aku sudah memiliki 2 orang anak yaitu Echa 6 tahun dan Dita 3 tahun. Kalau menurut suamiku, teman-temannya sering memuji tubuhku, terutama pada bagian pinggul dan payudara yang terlihat sangat seksi jika sedang mengenakan baju yang pressed body. Begini ceritaku..

     

    Sampai akhirnya terjadi peristiwa yang membuatku sangat malu pada awalnya, namun menjadi ketagihan pada akhirnya. Orang yang membuatku mabuk kepayang itu bernama Hasan yang tidak lain adalah pacar adikku yang paling bungsu. Orangnya lumayan ganteng dengan bentuk tubuh yang kekar karena ia adalah seorang atlit renang perwakilan daerah. Hasan sudah berpacaran dengan adikku Tita selama 5 tahun sehingga hubungan keluarga kami dengannya sudah sangat dekat, aku sendiri bahkan sudah menganggapnya sebagai adik iparku demi melihat keseriusan hubungan Hasan dan adikku.

     

     

    Hasan juga sering datang ke rumah untuk mengantarkan aku pergi karena aku tidak bisa naik motor, tentu saja sebelumnya aku selalu memintanya tolong melalui Tita. Selama tidak sibuk dia pasti mau menolongku sehingga kami menjadi lumayan dekat. Ia sering bercerita tentang hubungannya dengan Tita adikku, sehingga aku jadi tahu kalau dia adalah pemuda yang sangat menghormati wanita. Itu adalah pandanganku sebelum terjadi affair antara kami berdua.

    Sore itu aku berangkat dengan diantar Tita adikku untuk berenang di sebuah hotel yang cukup besar di kota SMD. Setelah berganti dengan baju renang, aku melangkahkan kaki ke tepi kolam. Beberapa pemuda melirikku dengan pandangan nakal. Setelah melakukan pemanasan aku lalu turun ke air. Setelah menyesuaikan diri dengan suhu air baru aku mulai berenang. Setelah bolak-balik 3 kali putaran, aku beristirahat di pinggir kolam sambil mengatur napas. Beberapa pemuda yang lewat menggodaku, aku hanya tersenyum. Lalu aku terhanyut pada lamunanku yang sudah 3 bulan tidak melakukan hubungan suami-istri.

    “Sendirian saja Kak?” Suara yang ramah mengagetkanku dari belakang.
    “I.. Iya” Jawabku sambil menoleh ke belakang.

    Setelah melihat siapa yang menyapaku, aku menjadi tenang tetapi sedikit risih karena ternyata ia adalah Hasan yang melihatku tanpa berkedip. Sambil mengajakku mengobrol ia melakukan pemanasan. Sesekali aku melirik untuk melihat tubuhnya yang kekar. Lalu mataku turun lagi ke dadanya yang bidang dan perutnya yang sangat berotot. Saat mataku sampai ke celana renangnya, dadaku berdegup kencang, celana itu terlihat sangat menonjol pada bagian tengahnya. Pasti besar sekali, mungkin bahkan lebih besar dari pada milik suamiku, batinku.

    Lalu aku tercekat saat Hasan melompat terjun ke kolam renang dan langsung meluncur. Setelah 7 kali bolak-balik ia menepi ke sampingku untuk beristirahat. Ia meletakkan tangannya di sampingku sehingga sikunya menyentuh paha kananku.

    “Kesini pake apa Kak?” Tanyanya sambil menatapku dengan tajam.
    “Diantar sama Tita” Jawabku sambil menghindari pandangan matanya.
    “Trus.. Sekarang Titanya kemana?” Sahut Hasan melirik sekeliling.
    “Langsung pulang jagain Dita sama Echa..” Sebelum ia sempat menanyaiku lagi, aku langsung melompat terjun.

    Setelah menyeberang, aku lansung naik karena ingin segera pulang. Sebelumnya aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang mengenalku di kolam ini. Dan yang bertemu denganku ternyata Hasan, terlebih lagi aku hanya mengenakan baju renang hingga otomatis menampakkan sebagian tubuhku. Aku tidak mau menoleh ke belakang karena aku takut Hasan akan berbicara lagi denganku. Setelah memakai rok setinggi lutut, aku mengenakan pakaian yang lumayan ketat sehingga memamerkan garis tubuhku yang masih terbentuk.

    Saat melangkahkan kaki menuju jalan raya untuk mencari angkot, ada motor yang memotong jalanku. Aku kaget bukan kepalang, terlebih lagi saat melihat siapa yang menaikinya, lagi-lagi ternyata Hasan.

    “Saya antar ya Kak?” Tawar Hasan dengan sopan.

     

    Aku berpikir sejenak, sebelum aku sempat menjawab Hasan sudah menyodorkan helm. Dengan ragu aku menerima helm itu, setelah mengenakannya aku lalu duduk menyamping di belakang dengan tangan kananku melingkar di pinggangnya. Sebenarnya hal ini sudah sangat sering kulakukan, tapi untuk saat ini aku merasa sangat serba salah. Perasaanku semakin tidak enak saat ia mengarahkan motornya ke arah yang berlawanan dengan arah ke rumahku. Bodohnya, aku cuma diam saja sampai akhirnya Hasan menghentikan motornya di depan sebuah bioskop yang cukup terkenal di kota SMD.

    “Nonton dulu ya Kak?” Pintanya sopan.
    “Aduh gimana ya San.. Ini kan sudah sore” Jawabku panik.
    “Please Kak.. Ini film yang pengen banget aku tonton, lagian ini hari pemutarannya yang terakhir” Sahut Hasan dengan tatapan yang memohon.
    “Iya deh.. Tapi habis itu langsung pulang” tegasku. Hasan tersenyum dengan penuh kemenangan.

    Setelah memesan tiket, kami pun masuk ke dalam dan ternyata yang menonton sangat sedikit. Setelah mendapatkan tempat duduk, kami berdua mulai menikmati film yang diputar. Belum lama berselang, aku tercekat kaget saat tangan Hasan merangkul bahuku. Aku berusaha untuk tenang dan tak bereaksi apa-apa. Melihat aku diam saja Hasan semakin berani, mukanya didekatkan ke wajahku hingga sontak aku menolak saat ia mencoba mencium bibirku. Tapi malah bertambah parah karena yang dia cium adalah telinga dan leherku, padahal itu termasuk daerah sensitifku.

    Aku menjadi deg-degan, dan sepertinya Hasan mengetahui kalau aku mulai memakan umpan yang ia berikan. Tangannya mulai turun ke dadaku dari bahu. Ternyata tangannya sangat lihai meskipun dari luar putaran-putaran jarinya mampu membuatku sesak karena buah dadaku yang telah mengeras. Tangannya terus aku pegang. Tangannya yang satu berhasil kutahan semantara yang lain berhasil lolos dan semakin aktif.

    Dia berhasil membuka kancing-kancing bajuku bagian atas lalu tangannya bermutar-mutar di atas BH-ku yang tipis. Malu juga rasanya kalau Hasan tahu bahwa putingku sudah keras sekali. Bibirnya yang bermain di leherku mulai turun ke bahu dan entah bagaimana caranya, ternyata Hasan telah menurunkan tali BH dan bajuku sampai ke pinggang lalu bibirnya bermain diatas BH-ku dan sekali renggut buah dadaku telah terekspos pada bibirnya.

    Aku menjadi semakin lupa diri, lupa pada suami dan anak-anakku, dan lupa kalau Hasan adalah kekasih adikku dan kemungkinan besar akan menjadi iparku kelak. Begitu buah dadaku terekspos, Hasan tidak langsung mencaplok tapi putingku yang keras dirangsang dulu dengan hidungnya. Nafasnya yang hangat sudah bisa membuat putingku semakin mengeras. Lalu dia ciumi pelan-pelan buah dadaku yang berukuran 34B itu, mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga hampir semua bagian buah dadaku dicium dengan lembut olehnya. Belum puas menggodaku, lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah dadaku. Akhirnya pertahananku pun jebol hingga aku mulai mendesah halus. Akhirnya apa yang kukhawatirkan terjadi, lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan akhirnya..

    Akh.. putingku tersapu lidahnya.. Perlahan mula-mula, semakin lama semakin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika aku merasa nikmat, ia melepaskannya dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi lagi. Perlahan mendaki ke atas dan kembali ditangkapnya putingku. Kali ini putingku digigitnya perlahan sementara lidahnya berputar-putar menyapu putingku. Sensasi yang ditimbulkannya sungguh luar biasa, semua keinginan yang kupendam selama 3 bulan ini serasa terpancing keluar dan berontak untuk segera dipuaskan.

     

    Melihatku mendesah, Hasan semakin berani. Selain menggigit-gigit kecil putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di lututku. Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai bergejolak. Hal itu membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut dan masuk menyelusup ke dalam rokku untuk mengelus pahaku. Dia tahu bahwa tubuhku merinding menahan nikmat dan dengan lihai tangannya mulai mendaki dan kini berada di selangkanganku.

    Dengan lembut Hasan mengusap pangkal pahaku di pinggiran CD-ku. Hal ini menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Aku tak dapat duduk tenang lagi, sebentar-bentar menggelinjang. Aku sudah tak dapat lagi menyembunyikan kenikmatan yang kualami, hal ini bisa dia ketahui dengan telah lembabnya CD-ku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak mampu kutahan ketika dia memaksa menyelinap ke balik CD-ku dan langsung menuju clitku. Dengan lembut dia memainkan jarinya sehingga aku terpaksa menutup bibirku agar lenguhanku yang keluar tak terdengar oleh penonton yang lain. Jarinya dengan lembut menyentuh clitku dan gerakannya yang memutar membuat tubuhku serasa ringan dan melayang.

    Akhirnya pertahananku jebol, cairan kental mulai keluar dari vaginaku dan Hasan mengetahuinya hingga semakin mengintensifkan serangannya. Akhirnya puncak itu datang, kupeluk kepalanya dengan erat dan kuhunjamkan bibirku ke bibirnya dan tubuhku bergetar. Hasan dengan sabar mengelus clitku hingga membuatku bergetar-getar seolah tak berhenti. Lubang vaginaku yang basah dimanfaatkan dengan baik olehnya. Sementara jari jempolnya tetap memainkan clitku, jari tengahnya mengorek-ngorek lubangku mensimulasi apa yang dilakukan laki-laki pada wanita. Aku megap-megap dibuatnya, entah berapa lama Hasan membuatku seperti itu dan sudah berapa kali aku mengalami orgasme.

    Aku lalu memberanikan diri, kujulurkan tanganku ke arah selangkangannya. Di sana jemariku menemukan gundukan yang mulai mengeras. Begitu tersapu oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang mengeras. Jariku terus membelai turun naik sepanjang batang itu yang menurutku sangat besar untuk ukuran seorang pemuda berusia 21 tahun. Secara perlahan batang tersebut bertambah panjang dan besar hingga menimbulkan getaran-getaran yang membuatku kembali mencapai orgasme. Saat orgasme, tanganku secara tak sengaja meremas-remas bolanya sehingga Hasan pun terangsang.

    “Kita ke tempat kosku ya Kak..” bisiknya kemudian sambil mengecup daun telingaku.

    Aku mengangguk, dan setelah merapikan pakaian yang aku kenakan, Hasan menarikku sehingga aku berjalan mengikutinya. Setelah 10 menit naik motor, kami mulai memasuki sebuah bangunan yang besar dan agak sepi. Saat dia menggandeng pinggulku menuju kamarnya, beberapa orang anak kost di sana tampak menatap kami dengan pandangan penuh pengertian. Tapi itu tetap tak mengurangi rasa kikuk dan canggung yang menyerangku. Apa yang sedang kulakukan di sini, batinku.

    Saat aku sampai di depan pintu kamar kostnya yang terbuka, aku terdiam sejenak. Keraguan besar mendadak menyerangku, dan itu ternyata ditangkap oleh Hasan. Dengan tenang dia menangkap bahuku dari belakang dan dengan pelan dia mendorongku masuk ke dalam. Setelah menutup pintu dan menguncinya, lalu tangannya turun ke pinggulku dan kemudian memutar tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan untuk pertama kalinya sejak dari kolam renang.

    Kami berhadapan sejenak, lalu Hasan tersenyum dan kembali bibirnya mengecup bibir bawah dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan gairahku lagi. Aku mendesah kecil ketika tangannya turun ke bokongku kemudian meremasnya lalu menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Bibirnya perlahan mengecup bibirku, bibirnya merambat di antara dua bibirku yang tanpa sadar merekah menyambutnya.

    Lidah itu begitu lihai bermain di antara kedua bibirku mengorek-ngorek lidahku agar keluar. Sapuan lidahnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat yang belum pernah aku rasakan, sehingga dengan perlahan lidahku dengan malu-malu mengikuti gerakan lidahnya mencari dan mengikuti kemana lidahnya pergi. Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya, dengan sigap Hasan menyambutnya dengan lembut dan menjepit lidahku di antara langit-langit dan lidahnya. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang timbul, itulah ciuman ternikmat yang pernah kurasakan dalam hidupku.

    Pada saat itulah aku merasa Hasan membuka kancing-kancing bajuku. Tubuhku sedikit menggigil ketika udara malam yang dingin menerpa tubuhku yang perlahan-lahan terbuka ketika Hasan berhasil memerosotkan bajuku ke lantai. Kemudian tangannya menjulur lagi ke pinggul, kemudian berhenti di bokong untuk meraih retsleting yang ada di rokku lalu menariknya ke bawah dan menanggalkan rokku ke lantai.

    Aku lalu membuka mataku perlahan-lahan dan kulihat Hasan sedang menatapku dengan tajam tanpa berkedip. Dia tampak tertegun melihat tubuh mulusku yang hanya terbungkus oleh BH dan CD yang ketat. Sorotan matanya yang tajam menyapu bagian-bagian tubuhku secara perlahan, pandangannya agak lama berhenti pada bagian dadaku yang kencang membusung. BH-ku yang berukuran 34B memang hampir tak sanggup menampung bongkahan dadaku, sehingga menampilkan pemandangan yang mengundang syahwat lelaki, apa lagi darah muda seperti Hasan.

     

    Tatapan matanya cukup membuatku merasa hangat, dan dalam hati kecilku ada perasaan senang dan bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh kekaguman sperti itu. Rasanya semua usahaku selama ini untuk menjaga kekencangan tubuh tidak sia-sia. Aku terseret maju ketika lengan kekar Hasan kembali merangkul pinggangku yang ramping dan menariknya merapat ke tubuhnya. Tanganku terkulai lemas ketika sambil memelukku, Hasan mengecup bagian-bagian leherku sambil tak henti-hentinya membisikkan pujian-pujian akan kecantikan bagian-bagian tubuhku. Akhirnya kecupannya sampai ke daerah telingaku dan lidahnya secara lembut menyapu bagian belakang telingaku.

    Aku menggelinjang, tubuhku bergetar sedikit dan rintihan kecil lepas dari kedua bibirku. Hasan telah menyerang salah satu bagian sensitifku dan dia mengetahui sehingga ia melakukannya berulang kali.

    “Kak I’in.. Aku ingin menghabiskan malam ini bersama kamu.., jangan menolak ya.. please..” bisiknya dengan penuh pesona.

    Kemudian bibirnya kembali menyapu bagian belakang telingaku hingga pangkal leherku. Aku tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan dan tanpa sadar tanganku kulingkarkan ke lehernya. Rupanya bahasa tubuhku telah cukup dimengerti oleh Hasan sehingga dia menjadi lebih berani. Tangannya telah membuka kaitan BH-ku dan dalam sekejap BH itu sudah tergeletak di lantai.

    Tubuhku serasa melayang. Ternyata Hasan telah mengangkat tubuhku, dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian Hasan menjauhiku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya. Aku sangat menikmati pemandangan ini. Tubuh Hasan yang kekar dan berotot itu tanpa lemak hingga menimbulkan gairah tersendiri untukku. Dengan hanya mengenakan celana dalam, Hasan duduk di ujung ranjang. Aku berusaha menduga-duga apa yang akan dilakukannya. Kemudian dia membungkuk dan mulai menciumi ujung jariku kakiku. Aku merintih kegelian dan berusaha mencegahnya, namun Hasan memohon agar dia dapat melakukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi yang ditimbulkannya, akhirnya aku biarkan dia menciumi, menjilat dan mengulum jari-jari kakiku.

    Aku merasa geli, tersanjung sekaligus terpancing untuk terus melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah sibuk di betisku yang menurutnya sangat indah itu. Mataku terbelalak ketika kurasakan dengan perlahan tapi pasti bibirnya semakin bergerak ke atas menyusuri paha bagian dalamku. Rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan membuatku lupa diri dan tanpa sadar secara perlahan pahaku terbuka. Hasan dengan mudah memposisikan tubuhnya di antara kedua pahaku. Aku berteriak tertahan ketika Hasan mendaratkan bibirnya di atas gundukan vaginaku yang masih terbungkus CD. Tanpa mempedulikan masih adanya celana dalam, Hasan terus melumat gundukan tersebut dengan bibirnya seperti saat sedang menciumku.

    Aku berkali-kali merintih nikmat, dan perasaan yang lama telah hilang dalam setahun ini muncul kembali. Getaran-getaran orgasme mulai bergulung-gulung, tanganku meremas apa saja yang ditemuinya, sprei, bantal, dan bahkan rambut Hasan. Tubuhku tak bisa diam bergetar menggeliat dan gelisah, mulutku mendesis tanpa sengaja, pinggulku meliuk-liuk erotis secara refleks dan beberapa kali terangkat mengikuti kepala Hasan. Untuk kesekian kalinya pinggulku terangkat cukup tinggi dan pada saat itu Hasan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menarik celana dalamku lepas. Aku agak tersentak tetapi puncak orgasme yang makin dekat membuatku tak sempat berpikir untuk bertindak apa pun. Bukit vaginaku yang sudah 3 bulan tak tersentuh suami terpampang di depan mata Hasan.

    Dengan perlahan lidah Hasan menyentuh belahannya, aku menjerit tak tertahan dan ketika lidah itu bergerak turun naik di belahan vaginaku, puncak orgasmeku datang tanpa tertahankan. Tanganku memegang dan meremas rambut Hasan, tubuhku bergetar-getar dan melonjak-lonjak. Hasan tetap bertahan pada posisinya, sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik klitorisku ketika puncak kenikmatan itu datang. Aku merasa dinding-dinding vaginaku telah melembab, dan kontraksi-kontraksi khas pada lorong vaginaku mulai terasa. Itulah salah satu kelebihanku yaitu lorong vaginaku secara refleks akan membuat gerakan-gerakan kontraksi hingga membuat suamiku selalu tak bisa bertahan lama.

    Hasan tampaknya bisa melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga membuatnya semakin bernafsu. Kini lidahnya semakin ganas dan liar menyapu habis daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan cairanku yang mulai mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai memburu, aku tak lagi bisa menghitung berapa kali aku mencapai puncak orgasme oleh permainan lidah dan bibirnya. Hasan kemudian bangkit. Dengan posisi setengah duduk dia melepaskan celana dalamnya. Beberapa saat kemudian aku merasa batang yang sangat besar itu mulai menyentuh selangkanganku yang basah.

     

    Hasan membuka kakiku lebih lebar dan mengarahkan kepala kemaluannya ke bibir vaginaku. Meskipun tidak terlihat olehku, aku bisa merasakan betapa keras dan besarnya milik Hasan. Dia mempermainkan kepala penisnya di bibir kemaluanku, digerakkan ke atas dan ke bawah dengan lembut untuk membasahinya. Tubuhku seperti tidak sabar untuk menanti tindakan selanjutnya, lalu gerakan itu berhenti. Dan aku merasa sesuatu yang hangat mulai mencoba menerobos lubang kemaluanku yang masih sempit. Tetapi karena liang itu sudah cukup basah, kepala penis itu dengan perlahan tapi pasti terbenam, semakin lama semakin dalam.

    Aku merintih panjang ketika Hasan akhrinya membenamkan seluruh batang kemaluannya. Aku merasa sesak tetapi sekaligus merasakan nikmat yang luar biasa, seakan seluruh bagian sensitif dalam liang itu tersentuh. Batang kemaluan yang keras dan padat itu disambut hangat oleh dinding vaginaku yang sudah 3 bulan tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas mengalir dari dinding-dindingnya dan vaginaku mulai berdenyut hingga membuat Hasan membiarkan kemaluannya terbenam agak lama untuk merasakan kenikmatan denyutan vaginaku. Kemudian Hasan mulai menariknya keluar dengan perlahan dan mendorongnya lagi, semakin lama semakin cepat.

    Sodokan-sodokan yang sedemikian kuat dan buas membuat gelombang orgasme kembali membumbung, dinding vaginaku kembali berdenyut. Kombinasi gerakan kontraksi dan gerakan maju mundur membuat batang kemaluan Hasan seakan diurut-urut, suatu kenikmatan yang tidak bisa disembunyikan oleh Hasan hingga gerakannya semakin liar, mukanya menegang dan keringat bertetesan dari dahinya. Melihat hal ini, timbul keinginanku untuk membuatnya mencapai nikmat.

    Pinggulku kuangkat sedikit dan membuat gerakan memutar manakala Hasan melakukan gerakan menusuk. Hasan tampak terkejut dengan gerakan ‘dangdut’ ini hingga mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat, batang kemaluannya bertambah besar dan keras, ayunan pinggulnya bertambah keras tetapi tetap lembut. Akhirnya pertahanannya pun bobol, kemaluannya menghunjam keras ke dalam vaginaku, tubuhnya bergetar dan mengejang ketika spermanya menyemprot keluar dalam vaginaku berkali-kali. Aku pun melenguh panjang ketika untuk kesekian kalinya puncak orgasmeku kembali tercapai.

    Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun kuakui kenikmatan yang kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan sebelumnya selama aku telah 10 tahun menikah. Kami kemudian terlelap kecapaian setelah bersama-sama mereguk kenikmatan.

    Pagi itu aku terbangun sekitar jam 05:45, dan aku merasa seluruh badanku sangat pegal dan linu. Setelah beberapa saat mengembalikan kesadaran, aku kembali teringat tentang malam hebat yang baru saja aku lalui. Bahkan saat malam pertama bersama suami dulu pun aku tidak merasakan kepuasan yang teramat sangat seperti ini. Bulu kudukku meremang saat mengingat tiap detik kejadian tadi malam. Lalu aku mencoba bangkit untuk duduk, tapi badanku tertahan.

    Saat kuperhatikan, ternyata badanku tertahan oleh kedua lengan Hasan. Tangan kanannya menjadi bantal untuk kepalaku dan sedang menggenggam lemah salah satu payudaraku, sementara tangan kirinya melingkar di pinggang dengan telapak tangan terjepit di antara kedua belah pahaku. Lalu aku merasakan hembusan nafas hangat yang halus di tengkukku, lalu aku menolehkan kepala sedikit. Aku melihat wajah Hasan yang sedang tertidur tenang di sampingku, wajah itu seperti sedang tersenyum puas. Siapa pun akan berwajah seperti itu jika habis ML, batinku.

    Saat aku mencoba melepaskan tangan kirinya, aku mendengar suara Hasan yang bergumam di belakangku. Kutolehkan wajahku, perlahan dia membuka kedua matanya lalu sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya. Bersamaan dengan itu aku merasakan tangan kanannya semakin erat menggenggam payudaraku dan tangan kirinya mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku yang tidak siap dengan serangan itu agak terkejut sehingga tubuhku bergetar halus.

    “Pagi Kak I’in tersayang”, sapanya halus sambil mengecup leherku.
    “Mmh.. Pagi san.. kamu.. mau.. ngapain..?”, balasku sambil mencoba mengatasi pergerakan kedua tangan Hasan yang semakin aktif.

    Lalu kecupannya mulai bergerak dari tengkuk menuju leher di bawah telinga kemudian lidahnya menjilati belakang telingaku yang memang sejak semalam mendapatkan rangsangan berkali-kali.

    “Saan.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku sambil menikmati jilatannya.
    “Masalah apa Kak?”, balasnya sambil terus menjilat dan meremas.
    “Kenapa kamu.. Mau sama Kak I’in yang sudah tua ini?”.

    Sejenak Hasan terdiam, lalu ia membalikkan tubuhku sehingga kini aku berhadap-hadapan dengannya, kemudian dia mengecup bibirku lembut. Lalu Hasan bercerita kalau dia sangat suka melihat keindahan tubuhku yang tetap terjaga walaupun telah memiliki 2 orang anak. Selama ini dia masih bisa menahan hasratnya, tapi saat melihat aku yang mengenakan pakaian renang, Hasan tidak dapat lagi mengendalikan birahinya. Saat aku menanyakan bagian mana dari tubuhku yang membuatnya sangat terangsang. Hasan mengatakan bahwa pinggangku yang ramping terlihat sangat seksi dari belakang. Terutama kalau mengenakan celana kain yang ketat, tambahnya.

    Aku cuma terdiam mendengar penuturannya, tak kusangka kalau selama ini Hasan sangat memperhatikan diriku. Lalu dengan tenang Hasan mulai meremas dadaku lagi, aku cuma diam menerima apa yang bakal dia lakukan. Kedua jari-jari tangannya aktif meremas kedua payudaraku, apa lagi saat jari-jari itu mulai memilin dan kemudian memelintir kedua puting susuku. Rasa nikmat yang luar biasa dari dada itu menyebar ke seluruh badanku, sehingga membuat tubuhku bergetar dan mengerang halus. Tiba-tiba semua kenikmatan itu terhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku membuka mata sebentar, ternyata Hasan sedang asyik menjilati putingku dan sesekali menghisap-hisapnya.

    Aku terus meresapi setiap kenikmatan yang dihasilkan oleh permainan lidah Hasan di dadaku, pelan-pelan kubuka mataku. Dan aku bisa menyaksikan bagaimana Hasan menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Aku mendesah panjang saat aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh vaginaku. Rupanya jari-jari Hasan telah mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Sambil terus memainkan lidahnya di puting susuku yang sudah sangat mengeras, seperti semalam sambil menghisap lidahnya memutar-mutar puting susuku, sesekali dia menggigitnya sehingga aku menjadi berkelojotan tak tertahankan. Saat aku terengah-engah mengambil nafas, Hasan memindahkan serangannya ke arah selangkanganku.

    Aku menarik nafas dalam-dalam sewaktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku, aku mendesah tertahan saat lidahnya naik ke klitorisku dan menyentuhnya. Kemudian dengan lihainya Hasan memelintir klitorisku dengan bibir hingga benar-benar membuatku merem-melek keenakan. Aku seperti tersetrum karena tidak tahan, melihat itu Hasan semakin ganas memelintir klitorisku.

    “Euh.. Ah.. Ah.. Ach.. Aw..”

     

    Aku sudah tidak tahu bagaimana keadaanku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa memutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang yang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku yang bermula dari selangkangan merambat ke pinggul lalu bergerak ke dada dan akhirnya membuat badanku kejang-kejang tanpa bisa kukendalikan.

    Hasan memandangi wajahku yang sedang menikmati puncak kenikmatan yang telah dia berikan, sesungging senyum terlintas di sana. Aku mencoba mengatur nafasku, dan sewaktu aku telah mulai tenang Hasan menyodorkan penisnya yang.. wow, ternyata 2 kali lebih besar daripada milik suamiku.

    Kini penisnya yang telah hampir maksimal berdiri di depan mukaku, tangan kanannya digunakan untuk memegang batang penis itu sementara tangan kirinya membelai rambutku dengan lembut. Aku tahu dia mau dioral. Sudah 2 tahun aku tidak melakukannya sehingga ada rasa jijik sedikit. Tapi rasanya tidak adil, dia sudah memuaskan aku, masa aku tolak keinginannya.

    Aku buka mulutku dan kujilat sedikit kepala penisnya, terasa hangat dan membuatku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi terus dan terus. Hasan duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkannya telentang. Aku juga duduk di ranjang, lalu aku membungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang 2 kali lebih besar daripada milik suamiku itu dengan tangan kiri dan tangan kananku menahan badanku agar tidak jatuh saat mulutku sedang bekerja.

    Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai kulum kepala penisnya. Aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku tapi sayang tidak bisa masuk semuanya. Kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku tapi masih ada sisa beberapa centi lagi. Aku tidak mau memaksakannya, aku gerakkan naik turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya memakai tangan kiriku.

    Hasan sepertinya puas dengan permainanku, dia memperhatikan bagaimana asyiknya aku mengkaraoke batang penisnya, sesekali dia membuka mulut sambil sedikit mendesah. Sekitar 10 menit kemudian, masih juga belum ada tanda-tanda kalau dia akan keluar. Lalu dia melepaskan batang penisnya dari mulutku yang masih penasaran. Lalu Hasan berdiri dan mendorong tubuhku ke ranjang sampai aku telentang.

    Lalu dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatinya lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah berukuran maksimal, kemudian Hasan mengarahkan batang penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukkan. Dia gosok-gosokkan kepala penisnya terlebih dulu ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong batang penisnya ke dalam.

    Terasa sesuatu yang keras padat hangat dan besar memaksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah berlendir. Aku mulai berkejap-kejap lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku hingga rasa nikmat yang luar biasa kembali menjalari tubuhku. Tiba-tiba penis Hasan memaksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku hingga membuat tubuhku berkelojotan tak karuan menahan nikmat.

    Lalu Hasan mulai menggerakkan pinggangnya naik turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat lalu semakin lama semakin cepat. Ada rasa nikmat luar biasa setiap kali Hasan menusukkan penisnya dan menarik penis itu lagi. Hasan semakin cepat dan semakin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus mengalir dari dalam vaginaku.

    Saat rasa nikmat itu semakin menggumpal dan hampir tumpah keluar, tiba-tiba Hasan mencabut penisnya dari vaginaku. Dia tengkurap diatasku, walau sudah lemas tapi aku tahu apa yang ingin Hasan lakukan. Lalu aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit sementara tanganku menahan badanku agar tidak ambruk dan aku bersiap untuk ditusuk olehnya dari belakang.

    Hasan memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus dia kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Hasan tidak terlalu keras, tapi semakin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku agar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Hasan meremas-remas dadaku dari belakang, terus jari-jarinya menggosok-gosok puting susuku hingga ini membuatku merasa seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang.

    Hasan kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya ke dalam anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya masuk, padahal inilah pertama kalinya ada batang penis yang menjelajahi lubang anusku. Hasan sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku sedangkan tangan kanannya sibuk bermain-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya di vaginaku dan jempolnya menggosok klitorisku.

    Aku benar-benar melayang, tubuhku bergerak-gerak tak karuan dan mataku berkejap-kejap keenakan. Anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir dan vaginaku dikocok-kocok juga pakai jari tengah. Aku benar-benar tidak kuat lagi, serasa seperti ada aliran setrum yang menyerang tubuhku dan menyebar ke segala arah. Bersamaan dengan itu aku merasa kepala penis Hasan membesar di dalam lubang anusku. Secara bersamaan aku menjerit halus dan ambruk ke atas kasur, batang penisnya sudah tidak bergerak-gerak lagi tapi kedua tangannya tetap aktif bergerak membantuku meresapi setiap detik kenikmatan di setiap sendi tubuhku. Hasan lalu membalikkan tubuhku kemudian menjilati kedua puting susuku.

    Sambil menikmati sisa-sisa gelombang orgasme yang masih terus menjalar, aku pegang rambut Hasan yang lumayan panjang dan kujambak. Setelah itu aku melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kostnya. Guyuran air yang dingin mengembalikan kesegaran tubuhku yang terasa linu di sana-sini. Saat sedang asyik menikmati semua itu, ada ketokan halus dari arah pintu. Kubuka pintu kamar mandi dan Hasan tampak terkesima menyaksikan tubuhku yang telanjang bulat dengan rambut yang basah. Dia masuk dan langsung merangkul tubuhku.

    “Mandi dulu dong”, pintaku berbisik di telinganya.

    Ternyata dia mau menurut dan langsung mengguyur badannya dengan air, kemudian Hasan menyabuni tubuhnya dengan sabun cair. Melihat tubuh kekar yang berotot itu basah oleh air, gairahku mulai naik kembali.

     

    Aku Disetubuhi Pacar Adikku II

    Selama ini aku belum pernah bercinta sambil mandi dengan suamiku, mungkin inilah kesempatan untukku, batinku. Kudekati tubuh Hasan, kuambil sedikit sabun cair lalu kuoleskan ke telapak tanganku. Setelah itu kusabuni tubuhnya, pertama ke dadanya yang bidang, lalu turun ke perutnya yang berotot dan akhirnya ke arah batang penisnya yang sudah berdiri tegak kembali.

    Melihat batang kejantanannya yang membesar dan mengeras itu membuatku bergidik dan gemas. Pelan-pelan kuoleskan sabun ke penisnya lalu kuusap-usap lembut batang penis yang perkasa itu. Kulihat Hasan mulai gelisah, sehingga kutingkatkan gerakan tanganku menjadi sebuah kocokan tapi tetap lembut. Kulihat gerakan tubuh Hasan semakin tidak beraturan, mau keluar rupanya dia, batinku.

    Tiba-tiba Hasan menarik tanganku dan melepaskannya dari batang penisnya. Lalu Hasan ganti menyabuni tubuhku, mula-mula dia menggosok kedua tanganku terus kedua kakiku. Sampailah gerakan menyabunnya pada daerahku yang vital. Lalu Hasan berdiri di belakangku. Kemudian dia merangkulku dan mulai menyabuni kedua payudaraku dengan telapak tangannya yang besar dan lebar. Aku berusaha bertahan agar tidak mengeluarkan suara desahan, tapi apa mau dikata saat dia mulai memelintir puting susuku sebuah desahan panjang keluar juga dari bibirku.

    Puas bermain di sekitar dada, usapannya merangkak ke bawah melewati perutku dan terus turun hingga akhirnya sampai di liang senggamaku. Aku kembali merintih saat Hasan mengusap liang vaginaku dengan lembut, busa sabun hampir menutupi permukaan lubang vaginaku. Saat gerakanku semakin liar, Hasan menarik tangannya dari bawah pahaku dan mengguyur tubuh kami berdua dengan air yang dingin menyejukkan. Aku lalu membalikkan tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan, tinggi badanku hanya sampai kening Hasan.

    Kucium bibirnya dan dia membalasnya, gerakan lidahnya yang liar menari-nari di dalam rongga mulutku dan aku sangat menikmatinya. Tangan kami pun tidak tingal diam, dia menyentuh payudaraku dan aku pun menyentuh batang kejantanannya yang berdiri tegak perkasa. Terjadilah perang gerakan tangan antara kami berdua, Hasan asyik meremas dan memelintir sepasang puting susuku sambil sesekali menghisap dan menggigitnya. Sementara aku mencoba mengimbanginya dengan terus aktif mengocok batang penis Hasan yang sudah sangat keras. Desahan nafas dan rintihan kenikmatan kami berdua memenuhi semua sudut kamar mandi itu.

    Setelah kurasa cukup, secara perlahan kubimbing batang penisnya untuk memasuki lubang vaginaku. Kulebarkan sedikit kakiku agar batang kejantanan Hasan dapat lebih mudah memasuki liang vaginaku. Secara perlahan batang penis itu mulai menerobos liang senggamaku yang seakan menyedotnya. Kubiarkan sejenak rasa nikmat itu menjalari semua sendi tubuhku, lalu kulilitkan tanganku ke lehernya. Lalu Hasan menggendongku dan menyandarkan tubuhku ke dinding kamar mandi. Kemudian Hasan mulai menggoyang pinggulnya yang membuat batang kejantanannya keluar masuk di lubang vaginaku. Rasa nikmat luar biasa menderaku saat batang penis Hasan menghunjam ke dalam liang senggamaku. Sekitar sepuluh menit kemudian rasa nikmat itu mulai menjalari tubuhku, dan akhirnya sebuah erangan panjang menyertai ledakan orgasme yang menghantam tubuhku.

    Hasan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasme yang kesekian kalinya. Setelah melihat nafasku yang kembali teratur, dia kembali melanjutkan gerakan pinggulnya yang semakin cepat dan tajam. Aku tak menyangka kalau gerakannya itu bisa kembali membuatku merasakan detik-detik menjelang orgasme. Saat Hasan menjerit dan menumpahkan spermanya ke dalam lubang vaginaku, saat itulah aku merasa tubuhku seakan disetrum dan kembali ledakan orgasme menderaku. Padahal baru lima menit yang lalu aku mencapai klimaks. Setelah cukup tenang, aku menarik wajah Hasan lalu menciumnya lembut

    Saan.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku membuka pembicaraan.

    “Apa itu Kakak sayang..?”, bisiknya lembut di telingaku.

    “Apa kamu sudah pernah melakukan ini dengan Tita.. Atau dengan cewek lain?”, tanyaku lembut. Dia tersenyum menatapku, lalu ia memelintir kedua puting susuku sehingga aku mendesah kecil, lalu dia berbisik..

    “Kak I’in adalah orang pertama yang menikmati batang kejantananku”.

    Astaga, ternyata pada saat Hasan bercinta denganku dia masih perjaka, tapi aku tidak begitu saja percaya dan sepertinya Hasan bisa melihatnya dari air mukaku. Lalu ia berkata bahwa dia rajin membaca buku dan cerita mengenai seks, selain itu dia juga sering menonton film BF untuk mencari trik-trik baru. Dan saat bersamaku dia mengeluarkan semua ilmu yang telah didapatnya, dan yang membuatku lebih kaget lagi adalah dia mengatakan bahwa itu pun belum semua ilmunya dikeluarkan.

    Karena periode datang bulanku dan kepulangan suamiku dari tempatnya bekerja, membuat hubunganku dengan Hasan agak terganggu. Praktis selama dua minggu lebih kami tidak melakukan pertemuan sejak hubungan seks pertama yang kami lakukan. Memang pernah sekali dia datang ke rumahku tapi itu hanya untuk menemani Tita adikku yang juga pacarnya.

    Selama dua minggu itu, aku selalu terbayang-bayang bagaimana perkasanya Hasan saat sedang mencumbuku malam itu, bahkan saat sedang bercinta dengan suamiku, yang kubayangkan saat sedang memasukkan batang kejantanannya ke liang senggamaku adalah Hasan.

    Dan siang itu, setelah suamiku kembali ketempat dia bekerja, aku mendapat SMS dari Hasan yang mengatakan bahwa dia sangat kangen padaku dan ingin bertemu di sebuah mall yang cukup terkenal di kota kami. Aku segera bersiap sambil mengkhayalkan apa yang akan kami lakukan siang ini.

    Setelah mengenakan celana kain ketat berwarna hitam lalu BH yang juga berwarna hitam yang menjadi pilihanku untuk menopang sepasang payudaraku yang menggantung indah. Dengan baju kaus warna putih yang agak kekecilan sehingga memamerkan lekuk tubuhku yang tak kalah dengan anak remaja. Aku segera bergegas pergi ke Mall dengan taksi yang kupesan melalui telepon.

    Setelah membayar ongkos taksi, aku segera melangkahkan kaki ke dalam mall yang cukup megah itu. Lalu aku menunggu di suatu tempat yang mana dari tempat itu kita akan bisa melihat hampir ke seluruh sudut ruangan. Saat sedang asyik memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, ada tangan yang merangkul pinggangku dan disertai sebuah ciuman di pipi.

    “Halo Kak I’in.. Apa Kabar? Aku kangen loh..” sapanya sopan.
    “Baik.. Kangen ketemu.. Atau kangen yang lain..?” godaku.
    “Ah kakak.. Paham aja..” sahut Hasan sambil meremas pelan pantatku.

    Kemudian kami berbincang-bincang sejenak untuk menghilangkan kekakuan. Berkali-kali Hasan memuji penampilanku saat itu yang katanya tidak seperti seorang ibu yang telah memiliki dua orang anak, tetapi lebih mirip seorang perawan yang minta diperawani. Aku merasa malu dan langsung mencubit pinggangnya sehingga dia berteriak dan membuat beberapa orang yang lewat menoleh ke kami. Lalu Hasan menarik pinggulku untuk segera beranjak pergi dari sana.

    Dengan mesra kulingkarkan tanganku ke pinggang Hasan, sementara tangan Hasan semakin sering meremas-remas sepasang pantatku yang terlihat kencang dibalut celana kain yang ketat. Aku menunggu sebentar di luar mall, tak berapa lama Hasan datang dengan motornya. Lalu aku membonceng ke motor itu dan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya sementara sepasang payudaraku menempel di punggung Hasan yang lebar.

    Sepanjang perjalanan, Hasan terus bercerita bagaimana dia sangat ingin bertemu lagi denganku, sementara aku hanya berdiam menempelkan dadaku ke punggungnya. Begitu sampai di tempat kostnya, Hasan memintaku naik duluan karena ia masih harus memarkir motor. Beberapa mata mengawasiku saat melangkahkan kaki ke kamar Hasan, entah karena penampilanku atau karena aku pernah bermalam di sini. Setelah membuka pintu aku melangkah masuk dan menutupnya lagi, kuperhatikan seisi kamar masih rapi seperti terakhir kali saat aku berkunjung dan bercinta di sini.

    Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup lagi, kemudian ada suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Kemudian sepasang tangan yang kokoh merangkul pinggangku, dan sebuah kecupan halus mendarat di leherku. Kuletakkan tanganku di kedua tangan Hasan yang sedang merangkulku, kemudian kecupan bibirnya bergerak ke arah sisi lain leherku. Perlahan tapi pasti rangsangan itu mulai merasuk ke tubuhku, ini kurasakan dari payudaraku yang mulai mengencang dan liang vaginaku yang mulai basah.

     

    Lalu kecupan di leher itu mulai berubah menjadi jilatan di sekitar leherku. Sementara tangan Hasan sudah mulai menelusup masuk ke dalam bajuku dari arah depan. Aku memejamkan mataku saat tangan itu mulai mengusap-usap perutku, jarinya berputar-putar di sekitar lubang pusarku hingga menimbulkan sensasi geli tertahan. Kemudian tangan itu bergerak ke atas sambil menyingkap bajuku, sementara kecupan dan lidah Hasan menyerang telingaku sebelah kanan. Ini membuatku mendesah halus.

    “Buka matanya dong sayang..” bisiknya halus di telingaku.

    Perlahan aku membuka kedua mataku, dan entah kapan ternyata Hasan telah memindahkan posisiku yang kini menghadap ke arah cermin lemari pakaiannya. Di cermin itu aku menyaksikan bahwa tangan Hasan telah sampai ke buah payudaraku, sementara kaus yang kukenakan sudah tersingkap setengahnya. Lalu kedua tangan Hasan mulai meremas lembut sepasang payudaraku yang masih berbalut BH, mataku menyipit dan dari bibirku keluar suara mendesah yang halus menikmati remasan tangannya pada dadaku.

    Lalu Hasan melepaskan baju kaus yang masih menggantung di leherku sehingga kini tubuh atasku hanya mengenakan BH hitam yang kontras dengan warna kulitku yang putih kekuning-kuningan. Aku merasakan di punggungku ada benda hangat yang bergerak turun dengan perlahan. Dengan giginya Hasan membuka kaitan pada bagian belakang BH-ku, dan dengan gerakan yang lembut akhirnya BH hitam itu melayang jatuh ke lantai. Seperti dikomando, semua aktivitas Hasan di tubuhku berhenti serempak.

    Kakak punya sepasang susu yang sangat indah..” bisiknya di telingaku. Aku melihat ke arah cermin dan bola mata Hasan tampak sangat bersinar terbakar oleh kobaran api birahi.
    “Aku nggak bosan.. dan tak akan pernah bosan melihat.. menikmatinya..” bisik Hasan sambil mencium pipiku. Aku menjadi terharu mendengar perkataannya hingga rasa sayang dan hasrat birahiku semakin menjadi-jadi padanya.

    Aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu dan berat. Dengan pasti bibir kami saling bertemu, pertama-tama hanya ciuman ringan. Kemudian mulai menjadi liar tak terkendali lagi, mataku kembali terpejam menikmati setiap sensasi yang kualami. Kusambut serangan lidah Hasan yang bergerak-gerak liar di dalam rongga mulutku. Selama beberapa saat lidahku dan lidah Hasan bergulat bagai dua naga langit yang sedang bertarung. Secara tiba-tiba Hasan mencengkeram kedua payudaraku dengan keras hingga membuatku melenguh keras dan kakiku limbung seolah tanpa pijakan.

    Entah mengapa ia melakukannya tapi itu memberikan sensasi luar biasa pada diriku. Aku hanya bisa pasrah sambil tanganku meremas rambut Hasan. Selama beberapa detik ia menahan posisi itu sehingga membuat nafasku mulai menjadi sesak, lalu secara perlahan dia melepas cengkeraman tangannya dan aku segera menghirup udara segar sepuas-puasnya. Tangan Hasan kembali bekerja dengan lembut di kedua buah payudaraku. Sesekali tangan nakal itu memilin-milin puting susuku kemudian meremasnya lagi dengan lembut, lalu puting susuku ditekan dan ditarik sampai membuatku menjerit pelan karena sensasi nikmat yang ditimbulkannya.

    Sambil duduk di tepi kasur Hasan memutar tubuhku hingga kini kami saling berhadapan, sementara kepalanya tepat berada di depan payudaraku yang telah mengeras dengan putingnya yang telah memerah. Sebuah senyum simpul terlukis di wajahnya, lalu dia membenamkan wajahnya di belahan kedua payudaraku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat di sana, kemudian seperti seekor anjing yang sedang mengendus bebauan, hidung Hasan bergerak mengitari kedua payudaraku, ini menambah rasa geli dan nikmat yang kurasakan.

    Akhirnya mulutnya memangsa salah satu puting susuku yang telah memerah dan mengeras. Di dalam mulutnya putingku mendapat serangan yang teramat dahsyat, lidah itu bergerak melingkar-lingkar di putingku sementara giginya menggigit-gigit halus buah dadaku. Hasan melakukannya bergantian pada kedua payudaraku. Dan ini sangat menyiksa batinku hingga kulampiaskan dengan menjambak rambut Hasan yang gondrong ikal itu.

    Kedua tangan Hasan mulai turun ke arah pantatku dan mulai meremasnya dengan lembut. Hisapan, jilatan dan gigitan pada payudaraku, dan remasan pada sepasang pantatku yang kencang membuatku semakin tak dapat mengontrol diri. Aku bisa merasakan bagaimana selangkanganku sudah sangat basah dan lembab, sementara belum ada tanda-tanda bahwa Hasan akan segera menyelesaikan permainannya pada bagian-bagian sensitif pada tubuhku. Tangannya tetap asyik bekerja di pantatku dan mulutnya terus aktif memangsa sepasang payudaraku.

    Ada rasa lega saat Hasan mulai membuka resleting celanaku, dan saat ia memerosotkannya ke bawah tampaklah pemandangan yang pasti akan membuat setiap lelaki akan lupa diri jika melihatnya. CD putih yang kukenakan sudah sangat basah sehingga mencetak jelas apa yang ditampungnya di sana. Rambut vaginaku yang tebal karena belum sempat dicukur sudah basah oleh lendir yang keluar dari liang senggamaku dan mengeluarkan bau khusus yang merangsang.

    “Wah sudah basah banget nih Kak.. Gimana dong..?” godanya nakal.
    “Kamu sich nakal.. Bikin kakak terangsang hebat.. Pokoknya kamu harus tanggung jawab San” bentakku pura-pura dongkol.

    dengan sekali sentak aku merasa melayang dan saat tersadar, tubuhku sudah terbaring di kasur tanpa ada benang yang melekat pada tubuhku. Lalu Hasan naik ke atas kasur dan langsung menindih tubuhku. Dengan nakal dia mencium bibirku lembut dan saat aku ingin membalasnya, bibirnya sudah bergerak turun ke arah leher sampai akhirnya mendarat di dadaku. Di sini bibir itu berhenti sejenak untuk menetek pada sepasang payudaraku, setelah puas di sana bibir itu kembali bergerak turun. Dan ketika mulai menyentuh rambut kemaluanku, bibir itu kembali berhenti dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat perbatasan antara bagian yang berambut dan yang tidak.

    Aku yang benar-benar telah terbakar oleh birahi jadi tak sabar. Kujambak rambut Hasan dan kuarahkan kepalanya ke arah pangkal pahaku. Sebuah lenguhan panjang keluar dari sepasang bibirku saat lidah Hasan menyentuh bibir vaginaku.

    “Kakak cantik dan seksi sekali, Sayang..” katanya dngan suara parau pertanda bahwa dia juga sudah sangat terangsang.

    Setelah itu Hasan membentangkan kedua belah pahaku lebih lebar, kemudian kepalanya kembali tenggelam di selangkanganku. Tanpa membuang waktu, bibir Hasan mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat, sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah payudaraku.

    Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dadaku yang kenyal dan putih ini. Lidahnya yang hangat mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat ke atas saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir vaginaku. Diringi desahan dan erangan dari bibirku, tanganku menarik kepala Hasan lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku, sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Hasan yang masih tenggelam di selangkanganku.

    Aku semakin megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Hasan menjilat dan melumat bibir kemaluanku. Aku semakin melayang dan seolah terhempas ke tempat yang kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Hasan menyedot klitorisku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik klitorisku.

    “Akhh.. Akhh.. Ohh..”

    Dengan diiringi jeritan panjang akhirnya aku merasakan orgasme yang teramat nikmat. Benar-benar pandai memainkan lidah si Hasan ini, pikirku, hingga pantatku secara otomatis terangkat dan wajah Hasan semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami orgasme yang sangat hebat tadi.

    Lalu dengan tenang Hasan membersihkan cairan kenikmatan yang masih terus mengalir keluar dari liang senggamaku, sementara aku masih menetralisir aliran nafasku yang tersengal-sengal setelah mencapai puncak orgasme yang luar biasa. Rasanya seluruh tubuhku remuk dan pegal, kemudian Hasan pamit ke kamar mandi untuk berkumur sebentar.

    Beberapa saat kemudian dia kembali sudah dalam keadaan telanjang bulat dan langsung berdiri di samping kepalaku dengan batang kejantanannya berdiri tegak menantang ke arahku. Aku merinding melihat besarnya batang pelir milik Hasan dan saat membayangkan bagaimana rasanya saat batang kontol yang besar itu memasuki liang vaginaku. Hasrat yang sempat turun itu mulai naik lagi. Saat tanganku hendak memegangnya, Hasan bergerak mundur hingga membuatku menjadi bingung.

    “Hari ini biarkan aku saja yang muasin Kakak ya..” ucap Hasan sambil duduk di tepi kasur.
    “Maksud kamu..? Kakak nggak ngerti San..?” tanyaku bingung.
    “Hari ini aku pengen sepuasnya menikmati setiap inci tubuh Kakak” katanya tersenyum sambil membelai rambutku yang awut-awutan.
    “Hari ini aku pengen membuat kakak mencapai kenikmatan sampai mau pingsan.. Boleh ya Kak..?” pintanya memelas.
    “Ya udah.. Terserah kamu aja..” jawabku, walaupun sebenarnya aku tidak begitu paham dengan apa yang dia inginkan.

    Kemudian dengan tersenyum Hasan mencium keningku yang dilanjutkannya dengan mencium kedua mataku, lalu bibirnya mengecup hidung dan kedua pipiku. Setelah menggosok-gosokkan hidungnya dengan hidungku, bibirnya mengecup pelan bibirku. Dengan mesra aku melingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan menariknya agar lebih puas, aku ingin menikmati permainan lidahnya dalam mulutku karena tadi aku merasa lidah itu terlalu cepat turun ke bawah.

    Lidah Hasan mulai menari-nari di dalam rongga mulutku, dengan lihainya lidah itu menelusuri setiap sudut rongga mulutku seolah memiliki mata. Sementara gerakan lidahku tidak dapat mengimbangi pergerakan lidah Hasan yang sangat liar. Dan itu menimbulkan sensasi nikmat yang memabukkan. Apa lagi saat kedua tangan Hasan mulai meremas-remas kedua buah payudaraku yang telah mengeras lagi. Payudara berukuran 34B itu seakan tenggelam dalam genggaman tangannya yang besar.

    Hasan lalu memegang batang kemaluannya dan ditusukkannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan lembut dia mendorong pantatnya sampai akhirnya ujung kemaluan Hasan berhasil menerobos bibir kemaluanku hingga membuat tubuhku menggeliat hebat ketika ujung kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Perlahan namun pasti rasa nikmat mulai kurasakan dari arah selangkanganku.

    Kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang kemaluan Hasan luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi batang kemaluan Hasan yang bergerak maju mundur secara perlahan. Dia terus menerus mengayunkan pantatnya, sementara keringat kami berdua semakin deras mengalir dan mulut kami masih terus berpagutan.

    “Akkhh.. Ssaann..” aku menjerit perlahan saat kurasakan betapa batang kemaluan Hasan menyeruak semakin dalam dan serasa begitu sesak memenuhi liang senggamaku. Batang penisnya terasa berdenyut-denyut dalam jepitan liang vaginaku. Apa lagi lidah Hasan yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya hingga bulu kudukku serasa merinding di buatnya.

    Aku tak sadar saat Hasan kembali mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku semakin menyeruak masuk. Aku yang sudah sangat terangsang menggoyangkan pantatku untuk memperlancar gerakan batang kemaluan Hasan dalam liang kemaluanku. Kepalaku bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang sedang kualami. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup hendak pecah dari dalam diriku.

    Bless.., dengan perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam lubang kenikmatanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang kemaluan Hasan yang besar itu.

    “Hebat Kak.. Gak terasa kalau lubang kakak ini sudah dua kali ngeluarin anak..” puji Hasan. Ini membuatku semakin merasa bangga dan bahagia.

    Terasa kehangatan batang kemaluannya dalam jepitan liang kemaluanku. Batang kemaluan Hasan mengedut-ngedut dalam jepitan lubang kenikmatanku. Kemudian dengan perlahan sekali Hasan mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kejantanannya menelusuri setiap inci liang kenikmatanku. Ini menimbulkan sensasi yang teramat nikmat untukku. Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Hasan sudah melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.

    Hasan mendengus perlahan pertanda bahwa birahinya sudah mulai meningkat sementara gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam liang kemaluanku. Aku dapat merasakan bagaimana batang kontolnya yang keras menggesek-gesek dinding vaginaku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kejantanannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Hasan yang menarik batang kejantanannya dengan cara menyentak seperti orang memancing sehingga hanya ujung batang kejantanannya yang masih terjepit di dalam lubang kenikmatanku.

    Lalu ia mendorong batang kejantanannya secara perlahan hingga ujungnya seolah menumbuk perutku. Hasan melakukannya berulang-ulang. Aku merasa ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Hasan menarik batang kemaluannya dengan cepat. Gerakannya ini membuat napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang terus naik dan tak tertahankan. Besarnya batang kejantanan Hasan membuat liang vaginaku terasa sempit. Sangat terasa sekali bagaimana nikmatnya batang kemaluan Hasan menggesek-gesek dinding liang vaginaku.

    Secara refleks aku pun mengimbangi genjotan Hasan dengan menggoyang pantatku. Semakin lama genjotan Hasan semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. demikian bunyi gesekan batang kejantanan Hasan saat memompa liang kemaluanku.

    “Akhh..! Akkhh..! Oohh..!” erangku berulang-ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang kudapatkan. Hasan benar-benar menyeretku ke surga kenikmatan, aku kembali merasa seperti gadis perawan yang sedang melepaskan mahkotanya.

    Tak berapa lama kemudian aku merasakan nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku. Tubuhku menggelepar-gelepar di bawah genjotan Hasan. Aku menjadi lebih liar dan menyedot-nyedot lidah Hasan dan kupeluk tubuhnya erat-erat seolah takut terlepas.

     

    “Ooh.. Oh.. Akhh..!” aku menjerit ketika hampir mencapai puncak kenikmatan. Tahu bahwa aku hampir orgasme, Hasan semakin kencang menggerakkan batang kemaluannya yang terjepit di liang kenikmatanku. Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Hasan yang kekar. Tak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.

    “Oohh.. Aauuhh.. Oohh..!” jeritku tanpa sadar. Secara refleks jari-jariku mencengkrram punggung Hasan. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong batang kemaluan Hasan agar bisa masuk sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang senggamaku berdenyut-denyut dan akhirnya aku merasakan sedang melayang, tubuhku serasa ringan bagaikan kapas. Aku benar-benar orgasme! Gerakanku semakin melemah setelah mencapai puncak kenikmatan itu. Hasan lalu menghentikan gerakannya.

    “Enak kan Sayang..” bisik Hasan lembut sambil mengecup pipiku. Aku hanya terdiam dan wajahku merona karena rasa malu dan nikmat. Hasan yang belum mencapai klimaks membiarkan saja batang kejantanannya terjepit dalam liang kemaluanku. Hasan sengaja membiarkan aku untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku, sementara aku merasakan batang kemaluan Hasan mengedut-ngedut dalam jepitan liang senggamaku. Tubuh kami berdua sudah mengkilat karena peluh yang membanjiri tubuh kami berdua. Hanya kipas angin yang membantu menyejukkan kamar kost mesum itu.

    Setelah beberapa saat, Hasan yang belum mencapai klimaks kembali menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Gerakannya yang perlahan, lembut dan penuh perasaan itu kembali membangkitkan birahiku yang telah sempat menurun. Kugoyangkan pinggulku seirama gerakan pantat Hasan. Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Hasan semakin lancar dalam jepitan liang senggamaku.

    Aku yang sudah cukup lelah hanya dapat bergerak mengimbangi ayunan batang kemaluan Hasan yang terus memompaku. Hasan semakin lama semakin kencang memompa batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas sepasang payudaraku yang indah. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu, nafsuku kembali merambat naik menuju puncak. Dapat kurasakan bagaimana kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh tubuhku.

    Bermula dari selangkanganku, kenikmatan itu menjalari putingku dan naik ke ubun-ubun. Aku balik membalas ciuman Hasan. Pantatku bergerak memutar mengimbangi batang kemaluan Hasan yang dengan perkasanya menusuk-nusuk lubang vaginaku. Gerakan Hasan semakin liar dengan napas yang mendengus tak beraturan. Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus batang kejantanan Hasan yang terjepit erat di dalam lubang kenikmatanku.

    Aku pun semakin tak bisa mengontrol tubuhku hingga kusedot lidah Hasan yang menelusup masuk ke dalam mulutku. Tubuh Hasan mengejat-ngejat seperti orang yang terkena setrum karena rasa nikmat yang luar biasa. Kemudian jeritan panjang memenuhi ruangan kost itu saat aku mencapai orgasme untuk yang kesekian kalinya. Sementara gerakan tubuh Hasan mulai mengejat-ngejat tak beraturan

    Ough.. Ough.. Ughh..!” Dengan napas yang terengah-engah, Hasan yang berada di atas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kejantanannya. Lalu.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Aku bisa merasakan bagaimana batang kejantanan Hasan menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang senggamaku. Matanya membeliak dan tubuhnya berguncang hebat. Batang kejantanan Hasan pun mengedut-ngedut dengan kerasnya saat menyemburkan air maninya. Aku bisa merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Kami mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.

    “Teruss.. Teruss.. Putarr.. Sayanghh..!” dengus Hasan. Aku membantunya dengan semakin liar memutar pinggulku. Setelah beberapa saat, tubuhnya ambruk menindih tubuhku dengan batang kemaluan yang masih menancap pada liang vaginaku. Kurasakan ada cairan yang mengalir keluar dari liang kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat yang melelahkan itu. Lalu kupeluk tubuh Hasan yang basah oleh keringat, kuciumi seluruh wajahnya.

    “Thank’s ya San.. Kamu memang sangat perkasa.. Tita sangat beruntung memilikimu..” bisikku di telinganya.
    “Kak I’in juga.. Jangan menolak kalau lain kali aku pengen bercinta lagi dengan kakak ya..” balasnya. Aku mengangguk perlahan.

    Lima belas menit kemudian aku membersihkan diri di kamar mandi sementara Hasan masih berbaring mengatur napasnya. Saat mengenakan pakaian dan celana, Hasan masih mencuri kesempatan untuk meremas kedua dadaku dan mencium bagian belakang leherku. Atas permintaannya, BH dan CD yang kupakai saat itu kuberikan pada Hasan sebagai tanda mata bahwa hubungan kami tak akan berhenti sampai di sini saja.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Seira Matsuoka Merci Beaucoup Vol 4 Beautiful Woman Sh

    Seira Matsuoka Merci Beaucoup Vol 4 Beautiful Woman Sh


    1529 views

  • Video Bokep Ngentot Perawan Muda Yang Baru Kenal Sex

    Video Bokep Ngentot Perawan Muda Yang Baru Kenal Sex


    1734 views

  • Cerita Sex Kenikmatan Dalam Perselingkuhan

    Cerita Sex Kenikmatan Dalam Perselingkuhan


    1657 views

    Cerita Sex – Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.

    Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor
    prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.

    Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya. Agen Nova88

    “Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?” tanyaku.
    “Mungkin sekitar 10 menit” jawabnya pasti.
    “Gaya apa yang dipakai suami kamu?”
    “Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala”
    Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
    “Kira-kira berapa besar penis suami kamu?”
    “Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!” jawabnya bingung.
    Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.
    “Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?”
    Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.
    “Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!”
    Aku tak dapat menahan senyumku.
    “Maksud kamu, ‘helm’nya masih nongol?”
    “Ya!” Dewipun tersenyum juga.

    Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.
    “Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!”
    “Bagaimana dengan kekerasannya?” tanyaku lagi.
    “Keras sekali, Pak, seperti batu!”

    Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?

    “Kok diam Pak?”
    “Aku lagi mikir penyebabnya.”
    “Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar” terangnya.
    Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.
    “Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan.”
    Aku sedikit mengerti maksudnya,
    “Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?” tanyaku.
    “Ya, betul, kenapa ya Pak?”
    Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.
    “Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?”
    “Oke deh!” sahutnya riang sambil meninggalkan aku.

    Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.

    Aku kirim SMS kepadanya, “Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?”
    5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.
    “Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya”
    Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,
    “Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga”

    Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.

    “Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?”
    Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
    “Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!”
    “Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?”
    “Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping”
    “Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!” jawabku tegas.
    “Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!”
    Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.

    Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, “Belum berhasil, Pak!”.
    Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.
    Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.
    “Memang kenapa?”
    Tak lama Dewi pun membalasnya.
    “Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak.”

    Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.


    “Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak”
    Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.
    “Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?”
    Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.
    Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.

    Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,
    “Pak.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya
    Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,
    “Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?” suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.
    “Terserah Bapak deh” jawabnya manja sambil mencubit tanganku.

    Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya, Judi Online Nova88

    Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,
    “Tubuh kamu bagus sekali, Wi!” Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.

    Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.

    Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,
    Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.
    “Terima kasih, Pak” ia mencium keningku.
    “Saya masih mau lagi” ucapnya serak.

    Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.

    “Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?” sambil aku mempercepat kocokanku.
    “Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!” erangnya.
    Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.
    Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.

    Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.

    Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan..

  • Cerita Seks Goyangan Maut Janda 1 Anak

    Cerita Seks Goyangan Maut Janda 1 Anak


    1853 views

    Cerita Sex Terbaru – Awal pertemuan ku dengan mbak mia waktu saya teratur antar jemput ponaan TK. Mbak mia yaitu salah seseorang orangtua murid di TK itu, kebetulan anak nya serta keponaan ku rekan sekelas. Perkenalkan, nama ku Alfa, barusan usai kuliah di kampus negeri di Medan, pada saat menanti panggilan pekerjaan, saya ditugaskan kakak ku untuk antar jemput anak nya sekolah.

    Jalinan ku dengan mbak mia berlangsung saat intensitas bersua kami yang teratur. Gambaran ku perihal mbak mia, kulitnya putih mulus, tinggi 165 cm, tubuhnya imut2, rambutnya sebahu dicat mawna manggis, dada nya tak terlampau besar, cuma segenggam saja rasa ku, namun sanggat bulat, memiliki bentuk sangatlah indah, pantat nya juga bulat. Perjumpaan pertama ku dengan mbak mia saat acara memberi warna yang diselenggarakan sekolah dengan salah satu mall. Acara dikerjakan sepulang sekolah, waktu itu keponaan ku maksa supaya amel anaknya mbak mia turut berbarengan kami, pada akhirnya keinginan mereka ku iyakan. Tetapi terlihat muka sunggkan mbak mia.
    Mbak mia : aduh, dek. Bagaimana? Nga ngerepotin kan jika kami numpang sama adek.
    Saya : ya gpp sih buk. Kan sekalian, lagian anaka2 juga kelak diperjalanan dapat main.
    Mbak mia : duh, makasi lo.
    Saya : yaudah, kita pergi saat ini? Kita naik mobil saya saja ya, mobil ibuk sini saya parkirin di halaman sekolah.
    Mbak mia : oke! Segera mbak mia menyodorkan kunci mobil nya.
    Mobil honda brio hitam punya mbak mia sangatlah enak harumnya, kuperhatikan seisi mobil, sangatlah rapi. Ada hal menarik kudapati dari isi mobil mbak mia, di jok belakang kutemukan G-string merah maroon yang sangatlah seksi komplit dengan stempel harga. Pikir hati ku mungkin saja terjatuh dari belanjaan mbak mia. Sesudah kuparkirkan, saya keluar serta kami pergi.
    Perjalanan ke acara memberi warna memanglah tdk demikian jauh, cuma saja macet nya jalanan bikin perjalanan jadi sangatlah lama. Disela2 kemacetan itu, kuamati gerakan badan mbak mia yang duduk percis disamping ku. Dengan stelan lejin hitam ketat dipadukan dengan kaos ketat serta cardigen, mbak mia tampak sangatlah seksi.
    Tiba2 saya terperanjat, mbak mia membuyarkan lamunan ku.
    Mbak mia : hey, uda lampu hijau tuh. Ngelamun saja.! Sembari dia senyum. Ngelamunin apa sih?
    Saya : ah, nga buk, nga ngelamunin apa2, hanya menghayati lagu diradio ini saja.
    Mbak mia : ohhh. Eh, btw nama anda siapa, kita uda selama ini perjalanan masih tetap saja belum kenalan.
    Saya : nama saya alfa buk, bila ibu?
    Mbak mia : saya mia, panggil saja mia atau mbak mia. Stop panggil saya ibu, apa saya se ibu-ibu itu yah?
    Saya : eh, ia deh mbak. Nga kok, mbak masi tampak muda, masi keliatan ketat lagi.
    Mbak mia : KETAT? Ketat apanya? Sembari mbak mia mencermati tubuhya.
    Duh, keceplosan nih. Ingin ngeles apa nih. Apa jujur saja?
    Saya : anu mbak, itu yg ketat. Sembari saya nunjuk kesembarang tempat. Sembari mata konsentrasi kedepan.
    Mbak mia : oh, ini toh yg ketat!
    Tiba2 saya ngecek posisi tanggan ku, nyatanya percis didepan dada mbak mia. Aduh, malu besar.
    Saya : sorry lo mbak, bukannya nga sopan, hanya saya sembarang nunjuk saja, nga ada kemauan nunjuk itu nya mbak.
    Mbak mia : heeehhe, gpp lagi, mbak juga senang bgt sama bentuk dada mbak, masi terus kenceng. Sembari dia tersenyum manis.
    Anak2 tidak menghiraukan kami, mereka berdua repot main game di ipad ku.
    Sesampainya di mall, anaka2 segera kami antar kan ke tempat anak2 yang lain ngumpul. Terlihat sudah disiapkan paket makanan mekdi untuk anak2 peserta serta anak2 yang pasti sudah dikordinir gurunya. Lantaran uda tengah hari perut juga mulai lapar. Tiba2 mbak mia ngajak makan. Kami juga kerestoran seafod dilantai 3. Selama perjalanan mbak mia jalannya mepet ke tubuh ku. Ku singkap tangan ku kedepan hingga pinggul kami melekat. Dalam hati mbak mia ini tunjukkan tanda.
    Selama makan kami banyak cerita, perihal kuliah ku, status LDR ku sama pacar yang masih tetap kuliah di jawa.
    Saya : ayah nya amel nga pernah jemput mbak, kerja di mana?
    Mbak mia : mbak uda satu tahun menjanda, cerai lantaran banyak pertikaian. Sembari mbak mia melepas cardingannya lantaran lumayan gerah lantaran restorannya padat serta dampak makan pedas. Serta nyatanya mbak mia cuma gunakan pakaian yukensi. Waw!! Saat itu juga lgsg saya horni simak mbak mia, bayangan BH hitaam mbak mia bikin ku sangatlah terangsang. Pembicaraan kembali ku teruskan.

    Saya : bermakna mbak mia single parent dong ya satu tahun ini. Trus G-String nya buat apa mbak. Aduh, kembali saya keceplosan.
    Mbak mia : G-string? Kok? Mbak mia bingung.
    Saya : aduh mbak, tadi saya simak ada G-string di mobil mbak. Maaf mbak, saya keceplosan.
    Mbak mia : yauda lho, gpp. Ia, mbak seneng bgt pakai g-string. Terkadang siap mandi malam mbak berniat pakai, trus selfie didepan kaca. Narsis2an pakai g-string. Saat ini juga pakai g-string.
    Mendengar cerita mbak mia, burung ku hanya dapat ngaceng sekeras2 nya.
    Mbak mia : emg pacar mu nga mempunyai gituan?
    Duh, petanyaan mbak mia menjebak.
    Saya : ada sih mbak, tempo hari pernah dia liatin dikit saat dia make.
    Mbak mia : dikit doang? Pelit sangat pacar anda ngasi dikit doang.
    Saya : hehe, ia sih. Maka dari itu saat ini masi membayang2kan.
    Mbak mia : duh kasian, kelak jika ada saat mbak liatin deh mempunyai mbak. Mbak mia merayu.
    Saat itu juga seperti disambar petir mendengar perkataan mbak mia. Kemudian acara usai, mbak mia serta amel kuantar ke sekolah untuk mengambil mobil. Saat sebelum berpisah mbak mia mintak tukeran pin. Segera ku accept.
    Malamnya saat sebelum tidur, ponsel ku bunyi, pesan dari mbak mia, sungguh terperanjat saya mbak mia kirim photo nungging dengan gstring ungu. Berapakah detik lalu, di kirim photo pusar nya dengan tali gstring serta jembut tidak tebal. Kemudian bertubi2 mbak mia kirim photo syurnya. Nafsu ku uda dipuncak, kupelorotkan celana ku, ku kocok burungku dengan sangatlah lembut. Desahan ku, kurekam kukirim ke mbak mia serta waktu puncaknya peju yg meleleh di burung ku, ku photo serta kukirim sama mbak mia. Mbak mia membalas dengan kirim voice note, dengan suara mendesah mbak mia ngomong ” alfa, besok sesudah antar sekolah, kita ngentot ya sayang, mbak uda hilang ingatan malam ini kamu bikin, pepek mbak uda denyut. Anda mesti tanggung jawab.
    Besok paginya, saat sebelum pergi berniat saya mandi bersih serta harum. Kuantar keponaan ku, setelah itu segera ku buntuti mbak mia yang telah jalan didepan. Rumah mbak mia yang lumayan besar dengan garasi yang dapat menyimpan dua mobil segera ditutupnya rapat. Burung ku uda sangatlah kuat menahan gairah bercinta dengan mbak mia. Turun dari mobil, mbak mia segera hampiri ku, dipeluknya segera badan ku, tangannya segera dielus2 keseluruh badan ku. Disingkapnya kaos ku, saya yang cuma memakai boxer segera ditelanjangi nya. Diemut emutnya bibir ku hingga ke lidah. Eummmh, alfa, sayaaaaang,, huwhhh, desah mbak mia. Tangan ku dengan sigap buka daster nya, nyatanya mbak mia tak menggunakan dalaman apa pun. Dada nya menggantung sangatlah indah, puting cokelat mudanya tegang menantang untuk dihisap. Ku hisap puting mbak mia, sembari mengelinjak tangan nya main diburung ku. Di kocoknya, enak sekali terasa.
    Mbak mia : faa, masukin.. Mbak uda ingin dientoti sama alfaaa.. Cepat sayang, emuuah.
    Ku angkat mbak mia keatas kap depan mobil ku. Kulentangkan dia, bulu kemaluannya yg tidak terlampau lebat mencuat kepermukaan, ku jilati klitoris mbak mia, kusedot hingga dia menjerit nikmat.
    Mbak mia : faaa, enak syang, terusin. Sedot sayang. Eummhhh, ahhhhh… Sayang. Sembari ditekan2 nya kepala ku di antara memeknya.
    Tidak Tahan lagi, burung ku juga ku gesek2kan ke memek mbak mia, muka mbak mia memerah, nafasnya tersekal, tidak teratur. Hingga pada akhirnya kumasukkan kepala burung ku, kumain2kan disetengah dalam memek mbak mia.
    Mbak mia : masukin sayang, masukin seluruhnya.. Ahgggghhh. Mbak uda ingin dientotin sama anda, mbak uda lama nga merasakan ini. Mari sayang. Mbak mia memelas manja, sembari pinggul ku ditarik2nya agar burung ku amblas kedalam. Tetapi mbak mia kubiarkan rasakan kegatalan ini. Hingga selanjutnya ku amblaskan seluruhnya burung ku kedalam memek nya, kuhentak hingga mbak mia menjerit. Oucccchhhh sayang, enakkkk. Enak sayang.. Uuuuuwhh, uwwwwh sayang. Ku enjot mbak mia tampa ampun, dengan sangatlah brutal ku entoti mbak mia.. Suaranya terputus2, tak tahu apa yang disampaikannya, tetapi mbak mia sangatlah menikmatinya, tangannya mendekap punggung ku, merasa kuku-kukunya dikulit ku.

    Mbak mia : lagi sayang, yg kencang sayang, buat mbak terangsang sayang, buat mbak mucrat dahsyat sayang. Ouchhh, ugghhhh. Uhhhhhh. Enak alfaaaa, anda benar2 kuat faaaa. Uhhhh. Kepala burung ku merasa mendenyut, kelihatannya akan meletus.
    Saya : mbak, ditembak di mana, saya ingin keluar nih, mbak…. Mmmhhhh, ahhh. Sembari ku pompa selalu memek mbak mia.
    Mbak mia : di dalam saja sayang, kita samaaaaa, mbak juga uda tidak tahan, ingin keluarrrrr. Occccchhhh.
    Tubuh mbak mia menegang, cengkramannya makin kencang.
    Mbak mia : faaaa, mbak nga kuat, kita keluarin ya sayangg ku, uuhhhhhgggg, ahhhhh.. awhhhhhh..
    Saya : ia mbak. Kusemprotkan mani ku di dalam memek mbak mia, merasa hangat. Mbak mia terkulai lemas sinyal senang.
    Kulihat jam didinding memberikan jam 10 pagi, TK pasti belum pulang. Tanpa ada bertanya segera ku angkat mbak mia kedalam rumah.
    Saya : mbak, saya ingin mbak yang di atas, saya ingin WOT.
    Mbak mia : ia sayang, kita main didepan tivi saja ya. dengan posisi burung ku yang masi menancap di memek mbak mia, kuangat dia dengan sangatlah gampang. Kusandarkan tubuh ku disofa depan tivi. Ouh…. Mbak mia menjerit kecil. Sayang, waktu nya mbak yang puasin anda ya. Pinggul mbak mia mulai menggoyang kedepan kebelakang. buah dadanya yang gantung2 sangatlah menggairahkan. Ku remas buah dadanya. Goyangan mbak mia sangatlah luar umum, yang buat horni berat itu, ekspresi mbak mia yang memejamkan mata nya, sembari bibir bawahnya digigit-gigit kecil. Sunggu menggairahkan. Pada akhirnya sesudah 30 menit ngesex ronde ke-2, kami juga klimaks lagi. Mbak mia menjatuhkan seluruhnya tubuhnya di atas tubuh ku. Sembari ku ciumi berwajah, kubisikkan kata2 nakal. Kemudian kami mandi berbarengan, di dalam kamar mandi juga kami lakukan blowjob.
    Hingga sekarang ini, saya masi selalu terkait dengan mbak mia. Kami teratur lakukan jalinan seks, sangatlah bebas. Serta kuakui saya tergila2 dengan memek kelas dunia mempunyai mbak mia.
  • Cerpen Dewasa Teh Lilis, Istri Abang Tukang Bakso

    Cerpen Dewasa Teh Lilis, Istri Abang Tukang Bakso


    1755 views

    Cerpen Dewasa – Sebuah cerpen dewasa yang cocok kalian untuk pecinta cerita pendek setengah baya. Silahkan baca cerpen dewasa tersebut dibawah ini:

    Pada dasarnya, gua ini orang yang senang bergaul. Gua orang yang gemar berada dalam sebuah komunitas atau perkumpulan. Baik yang positif (apalagi) yang rada negative. Hehe.

    Gua ini orangnya supel. Suka pelempuan~

    Tapi, seperti halnya kebanyakan masyarakat urban, masyarakat kelas menengah ngehek, gua justru luput menjalin hubungan dengan tetangga sekitar.

    Gua gak tau siapa-siapa tetangga yang tinggal bahkan disebelah rumah gua sendiri. Tapi sebetulnya, selain karena memang gua yang kurang peduli juga karena sebelah rumah gua itu kontrakan rumah toko (ruko) yang penghuninya sering berganti seiring musim yang sedang terjadi.

    Kalo musim hujan, biasanya ruko diisi sama tukang bakso. Kalo musim kemarau, diisi sama tukang cendol. Gua gak tau bakal diisi sama tukang apa kalo di Indonesia ada musim salju. Besar kemungkinan diisi sama tukang jamu.

    Suatu hari, dirumah gua menggelar sebuah pertemuan yang dihadiri ratusan orang. Karena rumah gua gak cukup untuk menampung ratusan orang (rumah gua cuma cukup menampung 99 orang. Hehe) maka terpaksa harus menggelar tiker sampai keluar rumah, yaitu jalanan komplek yang sekaligus menjadi jalanan umum masyarakat sekitar menuju jalan raya utama.

    Gua baru sampai rumah jam 8 malam dan cukup kaget melihat rumah gua bak studio JKT48. Gua pikir omongan nyokap dipagi hari, “Nanti malem ada acara dirumah..” cuma acara rutin macem pengajian atau arisan warga, ternyata lebih dari pada itu.

    Karena enggan, “permisi-permisi..” untuk masuk ke dalem rumah, gua pun akhirnya menunggu acara selesai disebelah rumah. Diruko tukang jamu, eh, ruko tukang bakso.

    Satu jam berlalu sambil ngobrol ngalor-ngidul sama kang bakso yang tau muka tapi tidak tau nama gua, begitu pun dengan gua sendiri. Akhirnya kami pun berkenalan. Dan akhirnya kang bakso yang bernama Mas Mujiono ini gua pake. Yakali!

    Mas Muji, begitu biasa dia disapa, usianya hampir 50 tahun. Dia baru punya satu anak perempuan, namanya Ria. Usianya tak lebih dari 10 tahun. Sedang lucu-lucunya. Waktu gua ngobrol sama Mas Muji, Ria beberapa kali keluar masuk menggali perhatian gua yang sebelumnya, saat pertama kali melihat dia, gua menggodanya. Anak kecil tau sendiri kalo digodain, maunya terus dan terus.

    Karena tak kuat menahan kencing, gua pun meminta izin Mas Muji untuk pakai kamar mandinya. Mas Muji kemudian mempersilahkan gua setelah sebelumnya masuk ke dalam. Besar kemungkinan dia sedang membersihkan kamar mandinya agar “layak dipinjam”.

    Ruko Mas Muji ini memiliki tiga ruangan/petak. Petak pertama tempatnya berjualan, petak kedua kamar tidur, dan petak terakhir dapur serta kamar mandi. Lebarnya 4 meter dan panjang 10 meter. Yang berminat ngontrak silahkan pm. Lah!

    Saat masuk kedalam, menuju kamar mandi, ada istri Mas Muji, sedang menonton tv. Karena gua diantar Mas Muji, gua pun hanya sepintas lalu melihat istrinya yang sedang ‘diusel-usel’ sama Ria.

    Setelah selesai buang hajat, (yap, abis kencing, mendadak gua mau boker) gua pun keluar kamar mandi. Saat baru saja keluar dari area dapur memasuki area kamar tidur, Ria (kembali) ngajak bercanda. Dia sembunyi dibalik tembok, kemudian seperti seolah-olah mengagetkan gua sembari memeluk sekitaran kaki dan paha gua sambil tertawa cekakakan.

    Mas Muji yang sedang melayani pembeli terdengar memperingatkan buah hatinya itu untuk tidak mengganggu. Tapi apakah gua merasa terganggu? Tentu tidak. Kejadian itu gua manfaatkan untuk melihat dengan seksama sosok istri Mas Muji.

    “Wow..” Gerak mulut gua saat melihatnya. Istri Mas Muji kemudian meminta Ria untuk kembali anteng atau duduk dikasur. Gua sempat tersenyum dan menganggukkan kepala saat saling menatap dengan istri Mas Muji. Dia pun balas tersenyum dan mengangguk.

    Mas Muji ini sepertinya punya aji-ajian dari mbah dukun. Karena kalo dicari alasan logis perempuan muda, cantik, dan bahenol macam istrinya ini mau ‘diajak’ susah menjalani hidup sama dia, gua gak nemuin.

    Istrinya Mas Muji ini cuantik, rek!

    Untuk bersanding sama lelaki umur 50 tahunan yang berprofesi sebagai kang bakso, istrinya malah bisa dibilang cantik banget.

    Bukan bermaksud merendahkan tukang bakso, tapi wajarnya perempuan cantik yang umurnya terpaut 20 tahun dengan seorang lelaki, cuma akan menikah sama kang korupsi, kang tender, atau kang-kang lainnya yang punya harta melimpah. Lah Mas Muji?

    Nama istri Mas Muji ini tak lain dan tak bukan adalah Teh Lilis. Dia dipanggil “Teh” karena lahir dan besar di … Ambon. What? Hehe.

    Teh Lilis ini aseli Ciamis. Dia berkenalan dengan Mas Muji diarea wisata pantai daerahnya. Selang sebulan perkelanannya itu, Teh Lilis dilamar dan kemudian dinikahi lalu dibojong Mas Muji ke Jakarta.

    Ini yang tadi gua bilang kalo Mas Muji punya aji-ajian. Saat berkenalan dan hendak mempersunting Teh Lilis, usaha bakso Mas Muji hanyalah sekala gerobak dorong yang mana tidak mempunyai pelanggan tetap. Mas Muji mengumpulkan keuntungannya berdagang selama lebih dari 10 tahun untuk menikah dan mencari peruntungan lebih besar dengan mengontrak toko, bahasa kitanya, mangkal. Agar punya pelanggan tetap dan usaha berkembang.

    Laba selama 10 tahun itulah modal Mas Muji menemui orang tua Teh Lilis dan memboyongnya ke ibu kota. Kalo Mas Muji gak punya aji-ajian, rasanya orang tua Teh Lilis enggan menyerahkan buah hatinya yang cantik nan montok itu.

    Sejarah singkat diatas, disponsori langsung oleh Mas Muji sendiri (selain dugaan punya aji-ajian, tentu saja). Keabsahan dan keakuratannya jelas terverifikasi serta dapat di pertanggungjawabkan. Ngok!

    Tidak ada hal istimewa yang terjadi setelah perkenalan dengan tetangga sebelah rumah gua ini. Semua kembali normal seperti biasanya, seiring selesainya acara yang berlangsung dirumah gua. Janganlah kalian berharap gua langsung doggiestlye sama Teh Lilis disaat Mas Muji menggodok gilingan baksonya, jangan! Semua berjalan seperti hari-hari sebelumnya.

    Awal mula perkenalan langsung gua sama Teh Lilis adalah saat gua hendak keluar rumah. Waktu itu gua memarkirkan kendaraan disebelah rumah atau lebih tepatnya didepan ruko Mas Muji karena lupa membawa pulpen. Ou, ouw. Jangan sepelekan pulpen. Googling, ‘lost your pen’ untuk keterangan lebih lanjut.

    Karena masih pagi, warung Mas Muji masih tutup. Itu kenapa gua santai aja parkir didepan rukonya. Sekembalinya mengambil pulpen, gua ketemu Ria sama ibunya yang mau berangkat ke sekolah. Gua pun dengan tulus ikhlas tanpa niat kotor mengajak mereka bareng.

    Sebenarnya jarak antara area sekolahan sama rumah gua tidaklah jauh-jauh amat. Bahkan tidak lebih dari 2 km. Tapi atas dasar perputaran ekonomi, masyarakat sekitar rumah gua lebih memilih naik ojek ketimbang jalan kaki. “Bagi-bagi rejeki..” begitu alasan dari keengganan berjalan kaki masyarakat urban saat ini.

    Teh Lilis awalnya sempat menolak karena mungkin malu atau segan. Tapi karena Ria langsung setuju dan naik ke dalam kendaraan, Teh Lilis tak bisa berbuat apa-apa.

    Teh Lilis tampak malu dan kaku, dia membatasi gerak Ria di dalam mobil. Gua sesekali mnggoda Ria dan meng-gpp-kan usaha Teh Lilis meredam tingkah random anaknya. “Gpp, Mba.. Ih, si Mba, kaya gak pernah kecil aja..”

    “Bapaknya mana? Masih tidur ya?” Kata gua, bertanya pada Ria yang tampak antusias (mau gua sebut ‘norak’ ga tega) mencet-mencet dan melihat monitor didepannya. Ria hanya menjawab sepintas lalu tanpa melihat kearah gua, “Iya..” katanya.

    Teh Lilis yang menyadari tingkah anaknya menggelengkan kepala dan tersenyum malu. Karena anaknya tak menggubris, gua pun lalu mengajak berbicara ibunya. Eaaa. Kalo kata pepatah, “Habis jatuh tertiban janda”

    Kalo kata orang jawa, malahane.

    “Mba, siapa namanya?”
    “Lilis..”
    “Aslinya juga satu daerah sama Mas Muji?”
    “Oh, ngga. Saya mah dari Ciamis..”
    “Ooh, urang sunda. Teteh, dong ya, manggilnya..”
    “Hehe, iya..”

    Lagi-lagi kalian jangan berharap gua langsung akan meng-wot-kan Teh Lilis didalam mobil. Karena tak lama dari obrolan perkenalan diatas, kami tiba diarea sekolahan. Lagipula masih ada anak dibawah umur.

    Setelah kami berpisah semuanya kembali normal seperti biasanya lagi. Tak ada niat kotor, tak ada pikiran mesum, meski bertemu dan bertukar senyum dengan Teh Lilis di hari-hari berikutnya.

    Sampai akhirnya, awal mula kemesuman yang kalian tunggu-tunggu hadir juga.

    Gua kedatangan tamu dari jauh, seorang teman lama. Kolega gua dalam usaha membawa cewe-cewe mabuk ke dalam gubuk.

    Namanya Udjo. Saat ini dia sudah tinggal diluar kota bersama istri, anak, dan ibu mertuanya. Sepaket.

    Gua mengajak Udjo makan bakso ditempat Mas Muji karena enggan menambah kemacetan ibu kota diakhir pekan. Entah karena akhir pekan atau habis hujan, ruko Mas Muji kebanjiran pembeli.

    “Alhamdulillah, ya Mas kebanjiran pembeli, bukan kebanjiran air got!” Kata gua, coba mencairkan raut sibuk Mas Muji sehingga membuatnya tertawa. Karena ramai, tentu saja, Teh Lilis membantu suaminya melayani pembeli.

    Saat itulah, Udjo memberi kode dengan menyolek-nyolek paha gua. Semacam isyarat yang berbunyi, “Bro, Anjirr. Bininya cakep bener nih tukang bakso!”
    Gua hanya tersenyum dan sesekali menghentikan colekan Udjo. “Lu kata gua sabun!” kata gua juga dalam bahasa isyarat. Isyarat laraswati~

    Gua sama Udjo pun terlibat obrolan tanpa suara saat menunggu baksonya datang. Kalian tau macam mana obrolan tanpa suara, kan? Taulah, pasti. Haha.

    Gua menyikut Udjo saat dia mulai ekstrim memandang Teh Lilis yang entah sedang mengambil kembalian atau mencuci mangkok. “Lah, elu mah enak, mau ngeliatin dia pake muka mesum macam apa juga gak masalah. Gua, yang gak enak!” Kata gua saat kembali berbincang dirumah.

    “Tapi asli, bro. Itu tadi mbanya boleh tuh, asli. Lah, lakinya aja udah aut, bro!”
    “Aut?” Tanya gua, gak ngerti.
    “Iya, aut. Tua, bego!” Jawabnya menjelaskan sambil tertawa.

    Gua pun tertawa dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tapi Udjo seperti sudah dirasuki iblis mesum piaraan gua sendiri. Dia berkata dengan begitu yakin, “Kalo gua jadi lu, bro. Gua sikat tuh bininya kang bakso! Asli!”
    “Sikat, ndasmu sempal!” Balas gua menyudahi kemesuman yang ada.

    Udjo benar-benar menginspirasi gua untuk menggagahi Teh Lilis. Dia seolah memberikan gua keyakinan kalo Teh Lilis pasti mau diajak selingkuh. “Asli, pasti mau!” begitu kata Udjo, dengan keyakinan tingkat wali.

    Dan, iblis pun menyusun situasi mesum untuk gua.

    Malam itu gua sampe rumah sudah sangat larut, sekitar jam 1an. Gua ngeliat Teh Lilis sedang belanja diwarung klontong milik orang Madura, yang pernah gua tanya, “Buka 24 jam ya pak?” Dijawab, “Ngga, cuma sampe pagi kok..” Okee.. Makasih pak.. ~

    Setelah markir kendaraan, gua bergegas ke warung klontong itu yang jaraknya tak jauh dari rumah gua.

    “Eh, Teh Lilis.. Belum tidur, Teh?”
    “Oh, iyaa..” Jawabnya malas. Duh, gak ada peluang nih, batin gua.

    “Beli apaan, Teh..” Tanya gua lagi.
    “Hah? Ituh, tau nih, bapaknya Ria. Minta makan mie..” Jawabnya setengah terkejut. Teh Lilis tampak murung dan melamun. Gua memandanginya dengan seksama. Baru ngeliatin dia aja, dada gua udah berdebar. Kaki gua gemeter. Dan, yap! Iblis berbisik, “tuh bos, dia nyebut Mas Muji “Bapaknya Ria” bos, bukan “Suamiku”. Itu artinya bisa digoyang imannya, bos! Lanjut, bos!”

    “Beli apa mas?” Tanya Teh Lilis? Bukan! Tanya orang Madura. Membuyarkan lamunan gua menatap Teh Lilis.

    “Oh. Rokok pak.. Lupa saya. Sama kopi juga deh..”
    “Seduh sekalian kopinya?”
    “Gak usah, pak. Eh, tapi kalo airnya baru mendidih, boleh deh..”

    Tak disangka, Teh Lilis ikut bicara.

    “Jam segini malah mau ngopi, mas. Gak tidur emangnya?”
    “Hehe, iya Teh. Masih ada kerjaan..”
    “Emang, Mas kerjanya dimana?” Tanyanya lagi. Sambil bayar gua ngomong, “Kenapa? Teteh mau ikut? Hehe.” dengan pandangan menggoda. Teh Lilis sesaat kaget, lalu tertawa.

    “Duluan, Teh..” Kata gua, kemudian cabut dari warung. Teh Lilis masih menunggu belanjaannya. Dan tak lama, dia pun bergegas pulang.

    Teh Lilis cuma berjarak 3 langkah dibelakang gua. Gua sengaja memperlambat jalan gua. Teh Lilis dilema, antara mau duluin gua atau ikutan jalan lambat. Dia milih opsi pertama, mungkin karena sudah ditungguin suaminya.

    “Ayo, mas..” Katanya saat berada disebelah gua sesaat mendahului.

    “Oh, iya Teh..” Balas gua, sok cuek dengan akting mainan gejet. Dalam hati bergejolak, “minta-ngga-minta-ngga..” Akhirnya gua memilih, Ngga! Haha, cupu banget gua. Minta nomornya aja takut! Yaiyalah, takut. Bini orang, sob!

    Tapi iblis punya rencana lain. Saat berada didepan ruko/rumah Teh Lilis, dia kembali bersuara sebelum masuk. Seolah memberikan kode, kalo dia mau kok diajak selingkuh.~

    “Awas, Mas, kesandung! Hehe” godanya, yang melihat gua jalan sambil menatap layar gejet. Gua sok cool, menengok kearahnya dan hanya tersenyum. Ingin rasanya ngomong, “Teh, minta nomor teleponnya, Teh..” Tapi itu namanya main kotor. Kemungkinan didenger Mas Muji besar, jadi gua urung melakukannya.

    Sampai kamar, gua menyusun rencana dan tidur. Kopi yang gua beli dan udah diseduh, yang hanya menjadi kamuflase itu pun tak tersentuh. “Biarlah jadi rejeki semut..” Batin gua, lalu tidur.

    Pagi-pagi sekali gua bersiap menjalankan aksi. Hemm, seperti apa aksi gua? Stay tune, gaes!

    Pagi-pagi sekali gua sudah berada di area sekolahan tempat Ria sekolah.

    Iblis benar-benar sudah menguasai diri gua. Entah dimana keberadaan malaikat.

    Rencananya, gua akan mulai mendekatkan diri sama Teh Lilis saat dia menunggu Ria. Dan, melihat umur Teh Lilis yang gak tua-tua amat, dugaan gua dia pasti gak akan ikut nunggu Ria sambil ngerumpi sama ibu-ibu lain yang juga mengantar anaknya.

    Tapi dugaan tinggal dugaan. Teh Lilis ikut membaur dengan ibu-ibu. Iblis memberi celah dengan tidak adanya ibu-ibu yang berada di sekitar Teh Lilis yang gua kenal. Jadi, besar kemungkinan juga gak ada yang mengenal gua. Tinggal kemudian gua mencari celah untuk “dilihat” Teh Lilis.

    Mulai dari bersiul kearah Teh Lilis, sampai melambai-lambaikan tangan, dia tetap tak sadar keberadaan gua. Tiba-tiba saja ide muncul saat melihat bocah sd keluar dari salah satu kelas (bukan kelasnya Ria), gua langsung mengiming-imingin jajanan dan mengantarnya kembali ke kelas seolah-olah gua adalah sodaranya.

    Teh Lilis sedikit kaget melihat keberadaan gua. Gua mengangguk dan tersenyum kearahnya. Setelah si bocah masuk kelas, gua menghampiri Teh Lilis.

    “Nganter? Siapa?” Katanya, membuka pembicaraan.
    “Oh, iya. Keponakan Teh..”
    “Oohh..” Responnya sambil beranjak dari tempat duduk hendak membeli jajanan.

    Gua sih yakin kalo dia cuma ngasih peluang ke gua, semacem kode minta ditelanjangin. Atau minimal ini settingan iblis.

    “Nungguin sampe pulang, Teh?” Tanya gua. Dia gak gak menjawab, hanya mengangguk. Raut wajahnya tampak risih. Seketika gua bagai tersambar petir. “Anjir, gua cuma kegeeran nih..” Batin gua.

    “Teh..” Sapa gua lagi. Pantang menyerah.
    “Iya..” Jawabnya, masih dengan raut wajah risih dan cenderung was-was. Gua langsung menyodorkan hp dan minta nomor teleponnya. Dang! Hp gua gak direspon.

    Tapi dia malah bilang, “Nomor Mas aja berapa?” sambil mengeluarkan hpnya dan gua pun pamit duluan setelah memberikan nomor hp.

    Gua sih ga yakin dia bakal ngontek gua, tapi atas dasar positive thinking untuk kelakuan negative, gua menunggu kontak Teh Lilis. Tak sampai satu jam, ada pesan masuk ke hp gua.

    “Ada apa ya, Mas? Maaf, saya risih ngobrol ditempat umum. Takut dikira macem-macem. Lilis.”

    Hhhuuaaa.. Teh Lilis. Macam orang dulu aja ngirim Short Messages Service. Hehe

    “Hehe, kalo gitu saya Teh yang minta maaf. Ga ada apa-apa Teh, mau kenal aja. Mau ngobrol-ngobrol. Kalo smsan gini masih risih ga, Teh? Hehe”

    “Ya kalo sms gini ga risih. Kan gak ada yang liat. Mau kenal? Kan udah kenal. Ngobrol kok sama ibu-ibu sih Mas, sama yang masih gadis aja atuh.”

    “Duh, Teh. Kalo sama gadis mah ribet Teh, ambekan. Dikit2 ngambek. Hehe. Teh Lilis tiap hari nungguin Ria?”

    “Yah Mas, ibu-ibu juga sering ngambek kok. Namanya juga perempuan. Heee. Iya, tiap hari nungguin. Mas tadi anter anaknya ponakan? Kok baru liat.”

    “Hehe, ngga Teh. Sebenernya cuma alesan buat ketemu Teteh aja ”

    “Hmm. Mas, tolong jangan nelepon saya yah klo saya lagi dirumah. Takut bapaknya Ria tau nanti malah nyangka macet-macet.”

    Pesan terakhir Teh Lilis gak gua bales, tapi gua berinisiatif langsung meneleponnya. Teh Lilis terasa begitu segan dan risih saat menerima telepon gua. Tapi meski begitu, dia juga tak memadamkan percikan untuk digoda. Gua sebagai lelaki normal yang abnormal tentu saja tak melewatkan peluang begitu saja.

    Gua mencoba membuatnya nyaman berbicara sama gua. Pelan-pelan Teh Lilis mulai ‘biasa’ dan enjoy dalam berbicara. Sesekali dia bercerita juga bertanya. Nah, kedua hal tersebut adalah koentji sebuah pedekate berhasil atau tidak.

    Akhirnya Teh Lilis menyudahi obrolan via telepon itu karena jam pulang Ria sudah tiba. Gua longok jam tangan, ‘pukul 09:50 WIB’.

    Diakhir obrolan gua sempet ngomong, “Kalo lagi suntuk sms saya aja, Teh. Siapa tau malah tambah suntuk..” seraya tertawa. Teh Lilis juga tertawa lepas saat menutup teleponnya.

    Gua pulang kerumah waktu banci pun belum dandan. Pikiran gua dipenuhi strategi-strategi menelanjangi Teh Lilis.

    Dan sepertinya, Teh Lilis ini memang minta ditelanjangi. Dia sms gua gak lama setelah gua sampai rumah.

    “Tumben Mas jam segini udah pulang? Gak jalan-jalan dulu sama pacarnya? Lagi marahan ya.. Hehehe”

    Gua sempat kaget mendapati sms Teh Lilis, karena pas gua liat sebelum masuk rumah, Teh Lilis lagi momong Ria di dekat Mas Muji. Mas Muji sendiri sedang melayani pembeli yang gak banyak-banyak amat dan gak sedikit juga.

    “Hehe, bisa aja Teteh. Lagi nonton tv apa masih di depan Teh? Tadi saya lihat kan Teteh di depan.”

    “Iya, lagi nonton tv. Udah ga di depan, banyak pembeli. Lagi sekalian nidurin Ria.”

    “Nidurin Ria? Mau juga dong Teh, ditidurin. Ahahaha. Becanda, Teh. Loh, banyak pembeli kok gak bantuin Mas Muji?”

    “Hmm. Untung cuma becanda. Bantuin kok, tapi sambil nonton tv. Heee.”

    “Owgitu..”

    Biajingan, gua keabisan ide sampe cuma begitu doang bales smsnya. ‘Owgitu..’ Sms macam apa itu? Macem lagi wasapan atau bbman aja. Padahal di sms tersedia 140 karakter. Eh, bener apa ngga ya? Bodo, ah. Haha.

    Tapi ditengah keputusasaan balesan sms gua, Teh Lilis memainkan perannya.

    “Besok nganter lagi Mas?”

    “Nganter, bareng aja Teh.”

    “Gak ah. Ngerepotin.”

    “Yah, Teh. Timbang gitu aja ngerepotin.”

    “Heeeehe. Boleh deh kalo gak ngerepotin.”

    “Eh, sebenernya emang ngerepotin sih Teh. Kecuali kalo abis nganter trus Teteh nungguin Ria-nya diluar sama saya, baru gak ngerepotin.”

    “Hmm. Keluar kemana Mas?”

    “Gak usah jauh-jauh Teh. Biar jam setengah sepuluh udah sampe sekolahan lagi. Kemana aja, yang penting bisa ngobrol-ngobrol.”

    “Gak ah. Takut ada yang liat Mas.”

    “Ya kalo gitu, kita pergi ketempat yang gak ada orang liat. Hehe.”

    “Mas bisa aja. Udahan dulu ya, Mas. Jangan sms lagi.”

    Huhu. Yes!

    07:00 WIB

    Besoknya, seperti yang sudah dismskan semalem, gua nganter Ria dan Teh Lilis dengan bergaya seolah-olah gak janjian.

    Teh Lilis sempat bertanya, “Keponakannya mana Mas?” waktu perjalanan ke sekolah. Tapi gak gua jawab, karena pun dia nanya dengan raut wajah menggoda. Jiguri.

    Setelah sampai sekolahan, Teh Lilis mengantar Ria ke kelas. Gua kemudian meneleponnya, memberitau kalo gua nunggu diseberang jalan utama sekolahan. Teh Lilis hanya membalas dengan suara, “Hmm.. He’em.. Iya. Iya. He’em..”

    07:30 WIB

    Tak sampai 20 menit, Teh Lilis sudah masuk ke dalam mobil yang gua parkir di minimarket. Gua sedang berada di dalam membeli ‘perlengkapan perang’.

    Mobil sengaja menyala dan gak gua kunci, Teh Lilis menjalankan semua perintah gua. Nice.

    “Kemana Mas?” Tanya Teh Lilis waktu gua baru masuk mobil.

    “Kemana ya?” Kata gua sambil memandanginya dari atas sampai bawah, tanpa ada gangguan sedikitpun. Muka Teh Lilis seketika memerah. Kemudian memalingkan pandangannya.

    Teh Lilis hanya memakai celana piama. Celana tidur dipadu dengan daster sedengkul dan jaket. Badannya yang bahenol terlihat dari balik pakaian yang berbahan lemas itu. Meski jaket blazernya coba menutupi.

    Gua mulai nakal dengan menyentuh bagian rusuknya. Teh Lilis reflek bergoyang. Sekali, dua kali, sampai akhirnya Teh Lilis menghadap gua, lalu meraup wajah gua. Seperti sedang menampar, tapi tanpa tenaga.

    “Bajingan, berani nyentuh gua nih ibu-ibu..” Batin gua. Gua pun langsung memanfaatkan dengan memegang tangannya. Teh Lilis membeku. Gua berdebar tak karuan.

    “Yang penting, cabut dulu aja Teh dari sini..” Kata gua kemudian sambil keluar parkiran dan gas pol entah kemana.

    Dijalan, gua menimang-nimang tempat tujuan. Teh Lilis gak banyak bicara, cenderung sedikit grogi. Raut wajahnya juga tampak khawatir. Entah khawatir gua apa-apain atau khawatir perbuatan nekatnya ini ketahuan Mas Muji.

    07:50 WIB

    Di depan gerbang hotel, gua berhenti dan memandang Teh Lilis. Satu, dua, tiga detik, Teh Lilis tak kunjung memandang balik. Gua menggoyangkan jari di lingkaran stir.

    Teh Lilis memandang balik. Raut wajahnya bukan sekedar bertanya “Ngapain berhenti didepan hotel?” tapi juga, “..Kalo mau masuk, ya masuk.”

    Gua tersenyum lebar. Teh Lilis menghembuskan nafas panjang. Iblis berdendang dijok belakang. Malaikat terbelenggu didalem bagasi.

    08:00 WIB

    “Mas ngapain kita kesini?” Tanya Teh Lilis saat sudah duduk dibibir kasur hotel.

    “Ngapain ya Teh enaknya? Hehe. Ngobrol aja Teh..” Jawab gua sambil merebahkan badan dikasur. Teh Lilis membelakangi gua.

    “Kan, kalo ngobrol disini gak bakal ada yang liat Teh..”

    Teh Lilis sesekali menengok kebelakang, melihat posisi pewe gua. “Sini, Teh, nontonnya sambil rebahan. Kaya waktu saya pertama ngeliat Teteh, kan lagi nonton tv sambil tiduran gini..” Goda gua.

    Teh Lilis kembali menengok dan tertawa malu. “Saya duduk, sih waktu itu. Gak tiduran. Dibilangin bapaknya Ria, mau ada yang numpang kamar mandi.”

    Didalam kamar, hampir selama setengah jam, hanya gua habiskan dengan ngobrol gak jelas. Sama-sama malu. Sama-sama grogi. Tapi lambat laun, Teh Lilis mulai santai dan berkeliling kamar hotel.

    Duduk dimeja rias. Ke kamar mandi. Buka-buka kulkas dan baca majalah. Sesekali mendekat ke arah gua untuk bertanya sesuatu yang ada dikamar hotel. Gua pun justru larut dengan menyia-nyiakan waktu yang ada sambil glesoran dikasur.

    Madep kanan, madep kiri, tungkerep, telentang. Glesoran gak karuan.

    Sampai akhirnya gua bertanya sesuatu, “Eh, Teh. Kok umurnya bisa beda jauh sih sama Mas Muji?”

    Teh Lilis yang sedang duduk didepan meja rias sambil baca majalah kemudian berdiri. Mukanya seketika kesal. “Saya mau balik ke sekolahan, Mas..” Katanya.

    Doh, ngambek!

    Teh Lilis lalu berjalan menuju pintu, gua langsung beranjak dari kasur dan menahannya.

    Kemudian gua minta maaf kalo ada sesuatu yang menyinggung. Teh Lilis tak bergeming. Gua sedikit menarik tangannya. Yang terjadi kemudian sungguh diluar perkiraan.

    Gua hanya menarik tangannya pelan untuk mendapat perhatiannya yang sebelumnya enggan memandang gua. Tapi reaksi Teh Lilis seperti baru saja di uppercut Muhammad Ali.

    Dia merobohkan badannya yang secara otomatis menimpa badan gua yang lalu terjatuh dikasur.

    Sesaat kami saling pandang. Kedua tangan Teh Lilis berada didada gua, sedikit menopang tubuhnya.

    Gua lalu melingkarkan tangan gua dibadannya. Teh Lilis tak bereaksi. Masih memandangi gua. Gua salah tingkah. Muka Teh Lilis sedikit berubah menjadi sangat serius. Sesekali dia memejam.

    Kemudian gua meraih kedua tangannya. Badan Teh Lilis sepenuhnya menindih badan gua. Payudaranya yang montok mendarat tepat didada gua. Muka Teh Lilis makin berubah saat gua menggoyangkan badannya. Bibirnya bergerak-gerak seperti ingin melumat atau berkata sesuatu.

    Gua melepaskan jaket blazzernya. Ariel sudah tegangan tinggi. Kaki Teh Lilis lurus diatas gua.

    Gua lalu meremas bokongnya agar kakinya terbuka. Dan, yap, Teh Lilis mengangkang diatas gua dengan wajah horny.

    Ariel yang sudah tegangan tinggi terasa bersentuh dengan bagian vagina Teh Lilis. Gua menggoyangkan pinggul naik-turun sambil meremas bokongnya. Sebentar saja, Teh Lilis sudah mengikuti irama goyangan.

    “Sssstttt..” Desisnya sambil memejamkan mata. Giginya seperti sedang menggigit sesuatu. Gua makin kencang meremas bokongnya.

    Tiap gua remas dan bergoyang, Teh Lilis berdesis sambil mengatur nafas. “Sssssttt..”

    Tangan gua masuk ke dalam celana piamanya. Mudah saja buat gua karena hanya berbahan kolor. Setelah didalam celana, tangan gua gak meremas bokongnya, tapi langsung menyentuh vaginanya dari atas.

    Teh Lilis langsung mencengkram wajah dan melumat bibir gua. “Eemmm…” Desah gua.

    Sambil berciuman, saling melahap satu sama lain, gua menarik-narik kancut Teh Lilis. Teh Lilis bergeliat sambil menggoyangkan sendiri pinggulnya. “Sssssttt…hhuuu..” Desahnya kali ini.

    Gua lalu mulai meremas payudaranya. Teh Lilis memberi ruang dengan sedikit mengangkat tubuhnya yang berada diatas gua. Sebentar saja, gua langsung membuka tali branya dan mengangkat daster serta branya.

    Payudara montok Teh Lilis menggantung diatas wajah gua. Dia menahan tubuhnya dengan kedua tangan dikasur. Setelah menikmati aroma tubuhnya, gua mulai mengulum puting payudara Teh Lilis.

    Dari payudara yang satu, ke yang lain. Secara adil gua kulum dan remas payudaranya. Teh Lilis menggoyangkan badannya saat gua sedang melahap salah satu payudaranya.

    08:40 WIB

    Sambil menjilati putingnya, gua kembali meremas bokongnya.

    Teh Lilis makin menikmati kebejatannya. Dia membuka celananya pake satu tangan dengan gerakan yang dinamis, tanpa mengganggu gua yang sedang melahap payudaranya. “Ssssttt.. Aahh..” Desahnya.

    Gua lalu membalikkan badan. Teh Lilis telentang sambil bergeliat saat gua melepas celana. “Dasternya, buka Teh..” Kata gua saat hendak menjilati vaginanya yang masih tertutup. Teh Lilis membuka dasternya dan tapi kemudian menarik wajah gua dan memberikan ciuman dahsyat. Dia mencium sambil menyedot.

    Gua memasukkan tangan ke dalam kancutnya dan menyentuh vaginanya. Teh Lilis makin melumat bibir gua. Lalu gua memaikan jari dimulut vaginanya. Basah!

    Vagina Teh Lilis sudah basah saat gua melepaskan kancutnya, dan saat hendak menjilati, lagi-lagi dia menarik kepala gua. Gua pun akhirnya hanya mengocok vaginanya dengan jari sambil menjilati payudaranya. “Aaaahhhh.. Sssttt.. Aaaauuggghh..” Desahnya.

    Kemudian gua memasukkan satu lagi jari ke dalam vaginanya. Teh Lilis mengerang sambil mencengkaram leher gua. Gua melepaskan cengkramannya sambil mempercepat gerakan jari mengocok vaginanya.

    Untuk mendapatkan hasil maksimal, gua menegakkan dudukan badan. Yang tadinya sedikit membungkuk mengulum payudara, menjadi duduk tegap disamping badan Teh Lilis yang bergeliat keenakan.

    Pemandangan dari sini adalah yang terbaik saat sesi porplei, bro.. Haha. You, know lha.

    Teh Lilis tak dapat menyembunyikan raut wajah malu bercampur nafsu saat gua sengaja mengocok vagina sambil memperhatikannya. “Enak, Teh..” Kata gua.

    Entah pertanyaan bodoh macam apa itu. Sialnya, itu pertanyaan yang sering diajukan lelaki saat sedang memberikan nikmat ke wanita yang sesang dieksekusi.

    Teh Lilis menutupi wajahnya dengan bantal saat tak kuasa mendesah. Dia mendesah dibalik bantal. Gua langsung menyingkirkan bantal. Wajah Teh Lilis tampak sudah tak perduli. Dia benar-benar menikmati gerakan jari-jari gua.

    “Aaahhh, aaakkhhh, hhhaaaahhh..” Desahnya sambil meremas salah satu payudaranya. Payudara yang lain, gua bantu meremas.

    Sesaat gua bertanya-tanya. “Ini orang udah punya anak kok pentilnya masih bagus?” Sambil memilin dan meremas buah dadanya.

    Sesekali gua kembali melumat pentil dan payudaranya. “Aaaakkkhhh…” Desahnya, panjang. Kemudian gua makin cepat mengocok vaginanya. Teh Lilis coba merangkul leher gua, tapi tak bisa karena gua menghindar. Ia lalu mencengkram sprei kasur dengan kedua tangan yang berada diatas kepalanya. Melihat pemandangan seperti itu, gua makin semangat mengocok.

    Akhirnya Teh Lilis memuncratkan cairan dari vaginanya. Badannya bergeliat tak karuan. Ia menahan gerakannya sambil mengatur nafas.

    09:05 WIB

    Teh Lilis terkujur lemas dengan badan sedikit miring. Kedua kakinya menutup vaginanya.

    Gua lalu mengeluarkan Ariel dan mendekatkan ke wajahnya. Gua ‘memukul-mukul’ wajah Teh Lilis dengan pentungan hansip itu. Lalu mulai menggerayangi mulutnya. Teh Lilis urung membuka mulut, dia tampak sedang masih mengumpulkan tenaga.

    Gua terus berusaha sambil kembali meremas payudaranya. Lalu membuka kakinya yang menutupi vagina. Teh Lilis kembali terlentang dengan posisi sedikit mengangkang. Gua memberikan sentuhan-sentuhan ringan ke sekujur badannya.

    Kemudian setelah menjilati payudaranya, gua menciumi bagian pahanya. Posisi gua masih dengan Ariel yang berada di wajah Teh Lilis. Gua lalu merebahkan badan disamping dengan posisi terbalik. 69!

    Dengan posisi menyamping, gua mulai melumat vagina Teh Lilis. Dia langsung meremas Ariel. Lalu gua mengangkat badannya menindih badan gua dalam posisi sempurna 69.

    Gua menjilati vagina Teh Lilis yang terasa asin. Teh Lilis urung melahap Ariel sampai gua memasukkan satu jari kedalam vaginanya. “Oouugghh..” Desahnya, lalu melahap Ariel.

    Ariel terasa hangat dan basah.

    Bokong Teh Lilis bergerak-gerak diatas wajah gua. Vaginanya tepat berada dimulut gua. Sementara Ariel keluar masuk mulutnya.

    Teh Lilis makin menikmati tugasnya. Sesekali dia menyedot Ariel dalam-dalam, lalu menjilati dan mengulum bola dragonbol. “Ahhh, enak teh..” Kata gua. Kali ini bukan pertanyaan, ini pernyataan.

    Teh Lilis tiba-tiba menegakkan badannya.

    Sambil mengocok Ariel, dia merangkak naik dan mengurung Ariel kedalam vaginanya. Jleb!

    “Aahh, Fak!” Respon gua, tak menyangka dia langsung ke topik utama.

    Teh Lilis membelakangi gua dengan kedua tangan memegang sandaran punggung kasur. Ariel terlihat timbul tenggelam dari bokong Teh Lilis yang gua liat dari belakang.

    Gua memegang bokong Teh Lilis, membantunya bergerak naik-turun, maju-mundur. “Sssssstttt, mmaaasss… Aaahhhh” Desah desis Teh Lilis yang makin cepat menggenjot.

    Lalu gua bangun dari tidur dan memeluk Teh Lilis dari belakang. Sambil meremas payudaranya, gua menciumi punggungnya.

    Teh Lilis makin beringas, dia merangkul gua dengan posisi membelakangi. Nikmat sekali. Lalu Teh Lilis meminta berciuman, dengan senang hati gua melayaninya. Kedua tangan Teh Lilis yang setengah merangkul leher gua, membuat ketiaknya tampak menggairahkan. Sesekali gua memberikan kecupan ke ketiaknya.

    Meski tidak harum, tapi juga tidak bau. Yang penting, tidak ada bulunya!

    09:18 WIB

    Badan Teh Lilis yang bahenol tak dapat gua tahan lebih lama berada diatas paha gua.

    Gua lalu* memintanya berdiri, dan mengambil posisi doggy tanpa melepas Ariel yang betah didalam vagina Teh Lilis.

    Teh Lilis berdiri dengan lututnya, masih dengan posisi membelakangi gua.

    Gua sedikit membungkukkan punggungnya, sambil meremas payudara. Teh Lilis bergeliat saat lehernya gua kecup-kecup.

    “Keluarin didalem, Teh?” Tanya gua saat bergerak lambat menikmati ciuman.

    “Jangan dikeluarin dulu..” Bisiknya, manja.

    Gua kemudian menghadapkan wajahnya kearah jam dinding sambil melumat bibirnya.

    Dia yang paham maksud gua lalu mendorong bokong gua agar masuk lebih dalam. Gua lalu berakselerasi tingkat tinggi.

    “Plak! Plak! Plak!” Suara yang keluar, diikuti desahan Teh Lilis, “Aaakkhhh, aaaaakkhh, Maasss.. Sssttt..”

    Tak butuh lama dari serangan terakhir, Ariel memuntahkan ludah naga didalam vagina Teh Lilis.

    “Oouugghhh…” Desah gua, panjang.

    Teh Lilis langsung membenamkan wajahnya dikasur dengan posisi nungguing. Tampak sperma gua secara perlahan keluar dari dalam vagina Teh Lilis. “Sssstttt.. Hhhaaaahhh..” Desisnya.

    Setelah sepertinya sperma sudah banyak yang keluar, Teh Lilis merobohkan badannya, tidur tungkerep.

    Lalu bersuara pelan, “Ria udah aku titipin sama temen. Nanti langsung aku jemput dirumahnya..”

    Cie “Aku” ~~

    (Tamat)

  • Foto Bugil Dillion Pamer Toket Gede di Kantor

    Foto Bugil Dillion Pamer Toket Gede di Kantor


    2350 views

    Foto Bugil Terbaru – Foto Memek Janda Genit Lagi Gatel Pengen Colmek, Postingan ini saya dedikasikan untuk para pecinta janda muda genit yang sudah menanti-nanti galeri terbaru dari kami. Nah, hari ini kami akan menampilkan album dari seorang janda genit yang sudah sange dan pengen colmek. Mungkin karena jarang dibelai dan kontolmu tak kunjung-kunjung datang menghampirinya sehingga ia blingsatan di kamar mandi seperti ini.

  • Dark haired college girl Zoey Kush parks her tight cunt on cock after oral sex

    Dark haired college girl Zoey Kush parks her tight cunt on cock after oral sex


    1753 views

    Duniabola99.org– Kumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Cerita Dewasa Pijat Plus-Plus Untuk Melepas Penat Karena Lembur

    Cerita Dewasa Pijat Plus-Plus Untuk Melepas Penat Karena Lembur


    1373 views

    Duniabola99.org – Badan terasa lelah habis ada kerjaan dikantor yang membuat pikiran penat, untuk itu saya berfikir untuk merilekskan badan saya di tempat panti pijat plus di kawasan Jakarta, untuk memilih tempat panti pijet yang special saya menuju kesebuah tempat dimana panti pijet tersebut dekat dengan warung makan, enaknya gini, habis dipijet badan terasa bugar apabila langsung makan , menurutku begitu.

    kemudian tidak lama lagi saya bergegas masuk ke tempat panti pijet yang saya pilih, disambut oleh beberapa wanita cantik yang memakai celana gemes, langsung saja menuju ke resepsionisnya, Saya pesan Mbak Sxx ke Mbak Axx (resepsionisnya),

    kemudian saya dipersilakan ke kamar VIP 304, berarti saya naik ke lantai 3, dengan kondisi kamar seperti di atas. Setelah masuk kamar yang telah disediakan, akupun langsung mencopot semua baju dan celana kecuali CD saya, untuk segera dipijet oleh wanita yang saya pilih,

    “Selamat siang Pak”, sapa Mbak Sxx.
    “Siang”, jawabku.
    “Mau minum apa Pak?”, tanyanya.

    “Teh plus krem panas tanpa gula!” kemudian dia pergi ke pesawat telepon di luar ruangan, dan kembali ke kamar lagi. Saat aku akan naik ke tempat tidur..

    “Pakai krem nggak Pak?” tanya Mbak Sxx.
    “Pakai!” jawabku singkat.
    “Kalau gitu sekalian dilepas aja CD-nya nanti kena krem”, kata Mbak Sxx.

    Karena sudah telanjur tidur telungkup dengan kaki rapat, “Tolong dong lepasin!”, seruku. Kan malu belum kenal udah mau lihat rudal mengkeret aja, jadi sambil tidur, CD-ku diplorotin sama dia, tentunya dengan melebarkan sedikit kakiku.

    “Mbak AC-nya boleh nggak dimatiin aja, soalnya saya nggak kuat dingin?” Ini trikku karena dia pasti kepanasan, bayangin saja dia jalan sana-sini, mijat, pakai baju komplit, paling tidak blazer akan di lepas, dan tinggal kaos tanpa lengan (bahkan Mbak Soxx, kaos tanpa lengannya di angkat hingga bawah bra 42FF-nya). Jangan lupa letakkan rudal pada posisi yang aman, bila sewaktu-waktu berubah ukuran, tidak sakit.

    Mulailah pijat tanpa krem ke seluruh tubuhku, dimulai dari telapak kaki, betis, paha, pantat, pinggang, punggung. Karena letak kedua kakiku agak rapat, saat dia memijat bagian telapak kaki, otomatis kakiku tertarik dengan sendirinya masing-masing terbawa ke tepi tempat tidur sehingga posisi kakiku terbuka lebar (akhirnya aku tahu maksud posisi ini untuk dapat memijat bagian dalam pahaku, menyenggol biji sedikit).

    Saat memijat punggung dia naik ke tempat tidur dengan menduduki pantatku, dan paha bagian dalamnya menyentuh pinggangku, terasa dingin dan halus. Hasil sensor pantatku mengatakan bahwa dia menggunakan celana ketat hingga pangkal paha.

    Saat tangannya mendorong dari pinggang ke pundak, otomatis posisinya agak menunduk, terasa ada dua hal yang membuat sensor probe-ku over range. Pertama, itu payudara 38D menyentuh punggung, walau masih dibungkus bra dan kaos ada rasa kenyal gimana gitu.

    Kedua, Saat diduduki pasti daerah lobang pantat dia kan yang nempel di pantatku, nah saat dia menunduk otomatis daging vagina yang tembem seperti tutup bagasi VW Kodok-ku menyentuh pantatku dan ada rasa seperti kedutan, mungkin karena dia tekan pundakku sehingga tumpuannya ada di tutup bagasi itu.

    Hingga akhirnya memijat bagian lipatan paha dalam yang kadang-kadang ujung jarinya menyentuh rambut di sekitar biji (kalau aku bilang sih bukan pijat plus tapi sentuhan atau lebih halus lagi. Padahal belum pakai krem, kalau dia sebelum melakukan ini dia bilangPunten, maka lain kali kalau ke sini lagi, aku langsung order banyakin Puntennya saja, sayang dia nggak bilang).

    Untuk ukuran pria normal, digituin sih ya pasti kemaluanku bangun, ibarat dongkrak mobil, otomatis pantat keangkat, karena volume kemaluan terisi penuh, untung sudah pada posisi, coba kalau lagi ketekuk, pasti tuh pantat lebih tinggi lagi ngangkatnya.

    Lama nggak ngobrol, hanya mendengarkan musik sayup-sayup, dan nampaknya dia sudah menguasai keadaan-aman terkendali (lihat pantatku kadang naik dan merasakan pangkal kemaluanku keras saat pijat dekat biji tadi), keluarlah pertanyaan standar PPT.

    “Ke sini sama teman Pak?” tanya Mbak Sxx.
    “Nggak” jawabku.
    “Sudah pernah ke sini?”
    “Sudah..” agak berbohong, biar aku tahu servicenya nanti seperti apa, soalnya sesama WP mereka juga bersaing baik wajah, teknik, dan lain-lain.
    “Dengan siapa Pak?”
    “Wah aku lupa namanya, nggak ngingetin sih!” jawabku. Kalau kamu jawab nama WP-nya nanti dia akan tanya diservice apa aja, bayar berapa dan lain-lain.
    “Berarti sering dong Pak”,
    “Nggak juga, asalnya dari mana Mbak?” tanyaku.
    “Bandung”, pembicaraan terhenti.

    Dia mulai memijat dengan krem yang cukup banyak (ini pijat plus apa lulur krem) semuanya dari arah bawah ke atas (mungkin maksudnya ke arah jantung, agar peredaran darah lancar, nah bisa bayangkan peredaran darah lancar, kemaluan jadi keras, apa nggak tinggal muncrat saja) tapi teknik pijatnya cukup baik (menurutku) pada daerah tanpa titik rangsang dia akan tekan,

    tapi bila di daerah titik rangsang berubah tekanannya (bukan pijat tapi sentuhan) bayangkan aku dibikin tegang-nggak-tegang-nggak dan seterusnya, disinilah seninya seks, kalau cuma masukin – muncrat – tidur ngorok nggak ada seni, hanya kewajiban memenuhi kebutuhan.

    Urutan pijat plus dengan krem dilakukan sama seperti tanpa krem, hanya saat dia mulai ke daerah pantat, dia ada di sisi kiriku dekat pinggang, dengan usapan dari paha luar ditarik ke atas masuk antara biji dan paha dalam mengitari lubang anus (yang terkadang sengaja disentuh) dengan kedua tangan secara bergantian, otomatis pantatku naik lagi, pindah ke betis, terus kembali ke pantat lagi (dalam hatiku harus sabar nih,

    bayangin coba kamu dirangsang terus dicuekin, dirangsang turus di cuekin dan seterusnya), pantas memang lobang pantat itu enak kok kalau dielus-elus, nggak pria atau wanita sama saja, apalagi di masukin. Kemudian dia pindah ke sisi kanan, kembali aku di rangsang terus di cuekin (memijat di tempat lain tanpa menghiraukan rudal yang sudah tanggung), di rangsang terus di cuekin dan seterusnya).

    Setelah tahu bahwa kemaluanku keras (dengan menyentuh pangkal kemaluanku dia tahu kalau aku sudah ereksi) berarti aman terkendali, sebab kalau nggak bangun berarti dia harus bersusah payah untuk membangunkan agar dapat tip khusus. Dia pindah memijatnya ke pundak terus ke pinggang terus tangan (benar-benar dibuat kesal nih kemaluanku).

    Untuk pinggang dia tidak menduduki pantatku lagi, karena banyak krem, takut bajunya kotor (sebelumnya aku protes kok nggak seperti tadi mijatnya?). Setelah itu dia kembali lagi ke pantat dan melakukan pijatan seperti tadi lagi, terpaksa aku protes keras.

    “Teteh! (kakak; bahasa Sunda) tolong dong jangan dibikin pusing nih!” kataku.
    “Memangnya kenapa, Pak?” tanyanya.
    “Itu mijatnya bikin pusing nih”,
    “Ya udah Bapak diam saja, ikutin saja yah!”
    “Ya sudah”,
    “Tetapi nanti tip-nya spesial ya Pak!” tuh kan benar.

    Disinilah triknya saat kita lagi butuh banget, dia memberikan penawarannya, memang hampir semua WP berusaha mati-matian secara singkat dan seksama membuat kita tegang dan bikin pusing, yang akhirnya kalau sudah nggak kuat akan mengeluarkan work-order.

    “Berapa spesialnya?” kataku lagi.
    “Biasanya $100”,

    “Ya sudah”, tanpa merinci lagi work-order seperti apa yang akan dia lakukan (soalnya aku belum tahu) lebih gila lagi aku belum tahu apakah di dompet ada $175 ($75 kamar $100 tip) dan seingatku cash only.

    Disinilah kelakuan para pria, di otak kepalanya yang lebih besar bisa dikalahkan dengan isi kepala bawahnya yang cenderung lebih kecil tapi bisa bikin kepala bagian atas tips buat para wanita.

    Mulailah dia meraba dengan menambah krem tadi dengan baby oil (mungkin, soalnya rasanya lebih cair) di bagian pantat, terus meraba dengan ketajaman kukunya dia menyisir (bahasa kasarnya digaruk, tapi lembuut banget) rambut sekitar biji ke arah anus. Wah, volume darah di kemaluanku semakin penuh dan pantat ke angkat sebatas kemaluan, biar nggak ketindihan badanku.

    Tahu kalau ada celah kiri antara kemaluanku dengan pangkal paha tangannya masuk dan mengelus secara perlahan bagian paha, yah naik lagi pantatku, diulangi lagi celah kanan, yah naik lagi pantatku, pijat plus lagi sekitar lubang anus, yah naik lagi pantatku, hingga posisi badanku tertumpu pada lutut kaki dan siku tangan dan muka menancap di bantal. Sensasinya, jangan anggap enteng.

    Kucoba mengeluarkan kepalaku dari bantal dan melirik ke belakang, wah ternyata dia duduk dengan posisi mengangkang spt huruf M, kan benar pakai celana pendek ketat sebatas paha, tapi kelihatan mblendug-nya persis seperti tutup bagasi VW-ku. Aku mencoba meraih tutup bagasi itu, tapi kuurungkan, karena ini pertama kali aku ketemu dia.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    Akhirnya dapat juga yang dia cari, memijat kemaluanku secara perlahan sekali lagi perlahan, seperti menimang rudal nuklir takut meledak, dengan sangat pelan tangannya ditarik sehingga hanya bagian ujung jari-jari ke arah anus seolah-olah takut kemaluanku jatuh, tangan berputar sesuai dengan bongkahan pantat, jari tangan kiri ke arah kiri dan jari tangan kanan ke arah kanan,

    saat ini kalau kemaluanku tidak sehat pasti jatuh (ereksi 60%-80%), tetapi yang terjadi antara kemaluan dengan badan seperti garis yang tidak bersinggungan kata geometri, keras sekali, (setelah tegang, aku bilang sama Teteh bahwa apakah tamu Teteh pijat plus seperti itu apa tegang semua, atau bila orang impoten apakah bisa ereksi, soalnya di atas kepalaku sudah banyak bintang kecil-kecil alias pusing).

    Akhirnya aku berkata, “Teteh, aku sudah nggak tahan keluarin aja!”

    Tangan kanannya menggenggam kemaluanku dengan lembut (tanpa tekanan dan banyak baby oil-nya) memutar kepala kemaluan dengan jari-jarinya, genggam batang, maju mundur, sementara tangan kiri menusuk anus, kadang meraba rambut di sekitar anus, begitu berulang-ulang, hingga sperma akan keluar.

    Kira-kira dalam perjalanan di tengah batang kemaluan, eh dipijat sekuatnya kemaluanku, otomatis aku bergetar (over vibration), tak berapa lama dilepas, ya muncrat cairan dari kemaluanku dengan tekanan yang kuat dan nyaris mengenai daguku. Setelah tekanan cairanku turun, otomatis badanku ambruk seperti hidrolik saja atau mesin yang shut-down.

    Si Teteh membersihkan tangannya yang belepotan baby oil plus krem plus cairanku dengan kain sprei, dan melanjutkan memijat. Aduh enak lho rasanya, setelah ejakulasi dipijatin, rasanya seperti habis lari dikejar anjing terus selamat lompat pagar.

    “Pak sekarang bagian depannya” tanya Teteh. Aku membalikkan badanku, terlihat kemaluanku mengkerut kembali seperti semula, dan Teteh mulai memijat, seperti urutan saat aku telungkup.
    “Pak perutnya di urut nggak?” tanya Teteh. Aku menggangguk saja, sepertinya capai banget, dia tersenyum saja melihat aku kelenger.

    “Kenapa ketawa?” tanyaku.
    “Nggak, itu keluarnya banyak banget dan itunya keras banget”,
    “Kamu bisa saja nyanjung, entar, kutambah nih tip-nya”, candaku.

    “Pak ini mau dikeluarin lagi?” tanpa sadar saat urut, rupanya perutku ditarik dari bawah ke atas (mungkin karena gravitasi, perutku buncit jadi turun sehingga perlu ditarik ke atas) tapi saat ditarik, ujung jari menyentuh kemaluanku. Ya, tegang lagi. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk sambil memberikan senyum (yang paling manis dari yang kupunya).

    Cuma karena posisi telentang jadi mengurutnya (bukan sortir) digenggam dari bawah ke arah atas sambil diputar dengan telapak tangan menyentuh ujung kemaluan, karena tadi sudah keluar. Jadi sekarang agak lama, tapi dengan keahliannya, tangan kanan mengurut kemaluan, tangan kiri meraba biji hingga menyisir rambut sekitar anus, dan akhirnya keluar juga cairanku.

    “Pak permisi keluar dulu, cuci tangan”, aku mengangguk saja.

    Gila 1 jam 20 menit, aku segera pakai kimono dan menuju kamar mandi, dan pakai baju, karena masih ada waktu aku sempatkan mengobrol.

    “Teteh liburnya hari apa?” tanyaku.
    “Hari Jumat, kenapa tanya libur segala, mau ke sini lagi?”
    “Nggak kalau ada temanku mau ke sini kan jadi tahu.”
    “Bapak orangnya baik deh”,

    “Oh iya uang tip-nya belum yah, pantes kamu nyanjung terus”, candaku sambil memberikan $100-ku sambil kulihat masih ada selembar lagi berarti selamatlah aku nanti diresepsionis, artinya kan nggak dikejar pengaman PPT.

    “Benar Pak, biasanya tamu suka meraba-raba, pegang sana sini, akunya yah belum tahu aja. Semua pria itu bajingan. Kata bokap tetangga temanku nasehatin anak perawannya, kucing itu kalau diberi ikan kadang pura-pura ngambil dikit, tapi kalau nggak ada orang (ada kesempatan) yang diambil ayam seekor, dasar perempuan kaya bola, jauh dikejar, dekat ditendang.”

    “Ya sudah, nih uang tip-nya, makasih ya Teteh”, sambil kucium tangannya.

    Sekilas kulihat bulu tangannya merinding.

    “Kenapa merinding?”
    “Nggak, Bapak memperlakukan WP koq kayak gitu sih”,
    “Kamu manusia kan, saya juga gitu, dan saya benar-benar puas”,
    “Pak ke sini lagi yah!”
    “Nggak janji yah!”

    Tahu nggak, aku melakukan itu semua, ya memberikan preview yang baik agar kalau ke sini lagi dapat yang lebih, pakai ilmu kucing dong.

    “Ya udah, terima kasih Teh”, dibukanya kain penutup pintu, langsung aku pergi ke resepsionis.
    “Makasih Mbak Ajxx”, sapaku.
    “Sama-sama Pak”, jawabnya.

    Tiba-tiba.., “Lho, elu Bud”, tanya suara dari belakangku.

    “Eh, iya Fexx, kok kamu di sini?”
    “Iya gue lagi nunggu Sxx yang lagi kerja, abis pijat plus sama siapa lu”,
    “Eh.. sama Sxx”
    “Wah lu pasti pijat anus yah?” ucapnya (agak keras, sehingga pengunjung di ruang tunggu pun terdengar).

    “Nggak, apaan tuh?” pura-pura bodoh, gila nih anak bikin aku malu aja.
    “Ya udah sana, lu kelihatan lemes bin lapar”, katanya.

    Oh ternyata dia nungguin Sxx yang td kerja denganku, aku ngeloyor sambil senyum, mudah-mudahan jari tangan si Teteh nggak dicuci biar dia pijat dengan kerak di sekitar anusku.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

  • Ceirta Seks Ketika Hujan Rintik

    Ceirta Seks Ketika Hujan Rintik


    1856 views

    Ceirta Seks – Aku ingin berbagi cerita mengenai pengalamanku yang tidak terduga. Namaku E, aku dilahirkan dalam keluarga yang amat bersahaja namun aku cukup beruntung sehingga berpendidikan dan memahami dua bahasa asing. Fisikku sebenarnya tidak masuk kategori pria idaman, tinggi badan hanya sekitar 160 cm, lagi tidak memilki fasilitas apa-apa. Hal ini membuat aku pemalu dan agak sedikit tertutup, sehingga sampai saat selesai kuliah aku belum mengenal yang namanya wanita, bahkan rasanya hal itu jauh di luar angan-anganku. Sampai ada kejadian, kejadian yang terjadi saat aku baru pertama kerja, antara aku dan S.

     

     

    S adalah gadis keturunan, kulitnya halus, badannya semampai dan bekerja sebagai staf keuangan. Kedekatanku dengan S adalah kedekatan kerja, kami hanya sering pulang bersama dan akhirnya sering jalan bersama. Karena seringnya kami berdekatan, S sudah menganggap aku seperti saudaranya. Kami sering bercanda, cerita dll. Dalam hati kecilku, aku mulai menyukainya.

    Siang itu hujan rintik-rintik, hujan memang sering turun di kotaku, sesuai dengan julukannya kota hujan. Seperti biasa karena hari ini hari Sabtu, kami hanya kerja setengah hari. Aku dan S duduk diam di ruang depan, memandangi tetesan hujan.
    Kira-kira sudah 1/2 jam, kukatakan pada S. “S, jalan aja, yuk. Cuek saja, hujan air ini”, kataku.
    “Yuk”,jawab S sambil tersenyum.
    Akhirnya kami setengah berlari kecil naik ke Angkot. Di dalam Angkot kami duduk bersebelahan sambil cerita-cerita. Setelah Angkot separuh jalan, tiba-tiba S berkata:”E, masih siang, nih! Kita jalan-jalan aja, yuk. Kalau pulang kerumah rasa rasanya nanggung”, ajaknya
    “Yok, kemana?”tanyaku
    “Ke D Plaza, aja!” ajak S, aku hanya mengangguk saja.
    Sampai di D Plaza, kami putar-putar mengayunkan kaki, melihat-lihat pakaian, melihat jam, tas pokoknya menghabiskan waktu, terus karena haus minum es teler. Setelah itu kami pulang, tapi sampai di pintu keluar ternyata hujan sudah semakin deras. Kami jadi bingung dan malas rasanya pulang, apalagi masih sore.

    Lama juga kami berdiri di emperan pintu keluar. Lama-lama bosan juga dan badan rasanya pegel, kalau bisa baring, baring sajalah. Lagi kesel nunggu hujan, aku melihat di seberang jalan agak jauh ke dalam ada losmen.
    Iseng-iseng kukatakan pada S, “S, daripada kita nunggu disini, jenuh dan kesel, lebih baik ke sana, bisa tidur, kan masih sore ini!” kataku sambil monyongkan bibir menunjuk ke losmen tersebut. S diam saja tak menjawab, dia kelihatan ragu tapi mulai kedinginan.
    Lalu kukatakan lagi, “S, ayolah, nggak akan aku ngganggu, janji. Lagian kita bisa istirahat”, lalu kupanggil ojek payung kemudian kupegang tangan S, sambil sedikit memaksa kutarik tangannya. S terpaksa ikut. Sampai disana, aku menanyakan kamar kosong, ternyata ada.

    Singkat kata kami berdua sudah berada dalam kamar. Melihat S kedinginan, aku memesan nasi goreng dan teh manis hangat dan aqua dingin. Setelah makan dan minum, aku langsung naik ke tempat tidur untuk istirahat sedangkan S masih duduk ditepi tempat tidur yang satu lagi.
    “Udah S, kita tidur aja, biar seger!” kataku. S kemudian nurut, menarik selimut dan merebahkan badannya ke tempat tidur.

    Sebelum tidur kuperhatikan S, dia juga melihat padaku kemudian tersenyum. Bibirnya sudah tidak sepucat tadi, mulai kelihatan memerah. Timbul keinginanku untuk mengecup keningnya dan mengatakan “Met, bobo, yah!”. Aku turun dari tempat tidur kemudian duduk di tepi tempat tidurnya, kukecup keningnya dan kugegam tangannya.
    “Met, istirahat”, kataku.
    “Met,bobo”, jawab S.
    Sewaktu aku ingin bangkit, S mengangguk dan tersenyum. Saat itulah aku terpana, betapa S kelihatan begitu rupawan, kulitnya putih bagai salju, bibirnya merah jambu sedikit pucat, sinar matanya begitu jernih. Tak tahan aku, kutempelkan jari telunjukku pada bibirnya, ku sentuh, kuraba, kuelus. S terlihat kaget. Tapi kukecup bibir S dengan lembut, kuciumi seluruh wajahnya. Betapa S bagai bidadari. Ketika kuangkat wajahku, kulihat S memejamkan mata. Setelah itu kusentuhkan tanganku ke kulit wajahnya kemudian kubelai dengan halus dan lemah lembut., sentuhan kulitku dengan kulitnya membuat wajahku memanas dan darahku bergelora.

    Aku ingin menyentuhnya, aku ingin mengelusnya, lebih lama, lebih berperasaan dan lebih intens lagi. Kutelusuri lekuk-lekuk wajahnya dengan punggung tanganku, kuresapi kehalusan kulitnya. Setelah beberapa lama giliran leher dan kupingnya kusentuh dan kuelus dengan penuh kelembutan. Mata S masih terpejam hanya napasnya sedikit memburu. Ah, aku semakin lupa akan kantukku, entah aku tidak begitu menyadari kapan aku mulai meraba dadanya. Mulanya rabaanku masih dibatasi oleh selimut dan pakaiannya. Tapi kemudian aku tak tahan, aku ingin menyentuh kehalusan kulitnya. Kusibakkan selimut tersebut dan kumasukkan tanganku ke dalam bajunya, kuelus lembut perlahan. S tetap diam, matanya terpejam-pejam. Akhirnya perlahan kulepas satu-persatu kancing kemejanya, kulihat branya yang krem menutupi payudaranya. Kutelengkupkan tanganku pada branya. Payudaranya tidak begitu besar, kusentuh dan kuraba dengan lembut. Tak puas aku menyentuh hanya dengan telapak tangan, perlahan kueluskan punggung tanganku pada bukit daging yang terbuka. Kudengar napas S semakin tak teratur dan suhu badannya semakin tinggi. Beberapa lama rabaan itu kulakukan, kemudian kumasukkan tanganku kedalam bra bagian kanan dan kukeluarkan pelan-pelan bukit kewanitaan S.

    Takjub mataku memandang, indahnya, tak terkatakan dengan kata-kata. Putingnya yang merah jambu kecoklatan kontras dengan bukitnya yang putih. Dengan lembut kukecup bukit itu. Kemudian kumasukkan lagi tanganku kedalam bra bagian kiri dan kukeluarkan pelan-pelan bukit sebelah kiri. Darahku berdesir, pemandangan itu tak dapat kulupakan seumur hidupku hingga saat ini, begitu indah, begitu menggoda dan begitu mempesona. Perlahan kulepaskan branya, ah, aku tak tahan, Kudekap S, kucium, kukecup bukit-bukit yang mempesona itu. Aliran darahku rasanya sudah tak teratur. Kutempelkan kulitku pada kulitnya sementara terus kubelai bukit itu, punggung tanganku kugerakkan melingkari bukit itu kemudian dari puncak bukit ke lembahnya, ganti berganti.

    Mulanya S hanya diam pasrah, tak lama kemudian kurasakan badannya mulai bergetar-getar, tahu-tahu tangannya memelukku erat. Aku kaget, saat itu aku sadar telah terhanyut, aku meronta ingin melepaskan diri. Tapi S malah mempererat pelukannya dan kemudian menempelkan bukitnya ke wajahku. Aku tak kuat lagi, kukulum dengan lembut puncak bukit S. Tahu-tahu S mendesah halus dan getaran badannya semakin keras kemudian badannya tiba-tiba bergetar lembut dan diam tak bergerak dengan mata terpejam. Tak lama kemudian S membuka matanya, tersenyum padaku, kemudian mengelus-elus rambutku kemudian mengelus lenganku bahkan kulit dadaku. Langsung kubuka bajuku, kusentuhkan kulitku dengan kulitnya, kami sama-sama bertelanjang dada, kurasakan luar sensasi yang luar biasa saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya. Kulihat S menerawang. Perlahan kukecup bibirnya, ia membalas, aku pun mulai lagi menyentuhnya, merabanya dan mengelus seluruh permukaan kulitnya. Tak terasa tanganku semakin ke bawah, akhirnya tanganku mengelus betisnya, terus mengelus pahanya. Saat mengelus sisi paha bagian dalam di balik rok, ada rasa takut tapi ada rasa ingin tahu, kemudian kuberanikan diri untuk melakukan sentuhan pada kulit pahanya. Akhirnya seluruh kakinya kuusap dan kuraba dengan lembut. Kulihat S hanya diam bahkan memejamkan mata menikmati usapan tanganku. Aku mengubah posisiku bersandar pada sisi kaki kanannya sambil tetap mengusap kakinya. Kaki S begitu putih, halus dan bagus, kuciumi seluruh kulit-kulit kakinya

    Saat menciumi kaki S itu, aku melihat pangkal paha S, terlihatlah gundukan yang agak basah dan dibalik tipisnya segitiga S samar kulihat bulu-bulu. Darahku berdesir, rasanya aliran darahku bertambah cepat. Aku tak sadar ketika tanganku menyentuh gundukan tersebut, saat kuusap gundukan tersebut, aku mendengar S mendesah, aku tak tahan, rok S kulepaskan. Kuteruskan usapanku, desahan S semakin menjadi, kepalaku semakin berdenyut-denyut akhirnya kumasukkan tangan kananku ke dalamnya dan menyentuh bulu-bulu serta lembah yang basah. Kugerakkan tanganku menyusuri lembah tersebut sehingga menyentuh ciri kewanitaannya, S menggeletar dan menjerit lirih. Kubelai ciri kewanitaannya, kuraba dan kugeser-geserkan dengan jariku.

    Tak puas dengan satu tangan, penutup tubuh S yang terakhir aku buka, S membantu dengan mengangkat pinggulnya. Di depanku terpampang lembah kewanitaan, rambut halusnya berwarna coklat kehitaman. Dengan ibu jari dan telunjuk kubuka lembah tersebut, terlihat bibir-bibir berwarna merah muda. Kemudian tanganku menyusuri bibir-bibir tersebut dengan kehalusan, S hanya mendesah. Tanganku menelusuri bibir-bibir tersebut kemudian ke ciri kewanitaannya, tiap kali tanganku menyentuk ciri kewanitaannya S hanya menggeletar dan mendesah. Kulakukan hal ini berulang-ulang bahkan kugunakan kulit sepanjang lenganku untuk menyusuri bibir tersebut sampai suatu saat S menjadi liar, dia menarik kepalaku dan membenamkannya di lembah tersebut. Karena tanganku tidak dapat digunakan sementara darahku sudah mengelegak, aku menggunakan mulut dan lidahku untuk menyusurinya. Ternyata S semakin menggila sampai kemudian lembah kewanitaannya membanjir, saat itulah S terdiam mengejang.

    Aku tak tahan, kulepaskan tangannya, kulepaskan seluruh pakaianku, kemudian kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan tubuhnya, kutempelkan kejantananku melintang pada lembah tersebut. Kudekap erat pinggulnya, tak lama kemudian kurasakan getaran lembut tubuh S. Kukecup lembut bibirnya dan tanganku mulai lagi menelusuri setiap lekuk liku tubuh S. S memelukku, dan mulai kurasakan bibir-bibir lembah kewanitaan S berdenyut-denyut menyentuh kejantananku. Aku diam sejenak untuk bernafas kemudian kugeser-geserkan batang kejantananku pada lembah kewanitaan S, dia tergetar dan mulai turut menggerakkan pinggulnya. Setelah beberapa kali, badanku rasanya terbakar, maka kuangkat pinggangku untuk memberi ruang dan kuarahkan kejantananku ke lembah kewanitaan S. Kukulum mulut S kemudian tanganku memegang batang kejantananku dan kugesek-gesekkan pada lembah kewanitaannya. Mata S hanya terpejam-pejam dan dari kerongkonganya terdengar suara yang tidak jelas. Akhirnya kupegang batang kejantananku kemudian perlahan-lahan kumasukkan dalam gerbang kewanitaannya, ketika baru kepala kejantananku mulai masuk, S hanya mendelikkan matanya seakan-akan sukmanya terbang entah kemana.

    Tapi begitu kudesakkan untuk maju lagi, terasa olehku seakan ada suatu selaput yang menghambat gerak maju kejantananku. Aku diam sejenak, kulepas bibir S yang kukulum, aku berkonsentrasi untuk maju mendesak rongga kewanitaannya. Saat aku mendesak maju dalam rongga kewanitaannya, S menjerit lirih, kuku-kukunya menancap di punggungku dan kakinya mengejang menahan sakit, hanya pelukannya padaku semakin erat seakan tidak ingin melewatkan kenikmatan yang dirasakannya. Kurasakan kejantananku seakan menembus selaput dunia misteri, sukmaku melayang-layang, entah berapa lama. Aku sudah separuh sadar, aku sudah tak peduli lagi dengan jeritan dan erangan S.

    Saat aku sadar kembali, aku terdiam, kulihat lelehan air mata di sudut-sudut mata S (baru kemudian kutahu saat deflorasi ternyata memang sedikit sakit, walau ukuran kejantananku standar ukuran orang Indonesia). Ada perasaan bersalah, aku diam sejenak kemudian kukecup matanya, kusapukan bibirku pada pipinya dan akhirnya kukecup bibirnya, S membuka matanya, kupeluk S dengan segenap perasaanku. Tapi aku masih ingin mengulangi lagi sensasi yang tadi kurasakan, sehingga kugerakkan lagi kejantananku perlahan-lahan, S hanya merintih perlahan, namun setelah beberapa saat ia mulai mengikuti gerakanku walau kulihat S masih sedikit menahan nyeri.
    “S, kenapa?”tanyaku.
    “Entahlah, sakit tapi juga penuh sensasi”, jawabnya.

    Kudekap S dengan kasih, seraya tetap melanjutkkan aktivitasku. Tak tahu berapa lama tetapi kembali kurasakan tubuh S mulai bergetar, mula-mula perlahan makin lama makin keras. Kupererat dekapanku, tapi ia sudah tak terkendali, hanya rintihannya yang terdengar. Akhirnya ia menjeritkan namaku dan kurasakan rongga kewanitaannya mulai berkontraksi tak henti-henti, kukunya mencengkeram pungungku dan kurasakan kejantananku seperti dipijit-pijit, aku tak tahan, kupercepat gerakanku.

    Akhirnya kejantananku luluh oleh kelembutan kewanitaannya. Kami sama-sama terdiam dalam dekapan masing-masing. Saat itulah pertama kali kurasakan sensasi pada kejantananku, sensasi yang dapat kulukiskan dengan kata-kata. S terbaring lemas, aku juga lemas tapi kejantananku belum sepenuhnya merunduk. Ketika aku menggerakkan badanku untuk merenggangkan badan dengan S, kejantananku mengeras kembali. Ternyata aku masih ingin kembali mengulangi sensasi tadi. Tapi aku kasihan melihat S yang lemas.
    “S, capek, ya?”tanyaku.
    Ia hanya menganggukkan kepala. Kurenggangkan kaki-kakinya dan S kuminta untuk mengangkang kemudian aku menggerakkan kakiku melingkari pinggulnya seraya mengangkat badan S. Akhirnya kami berpelukan dalam posisi duduk itu. Kuambilkan botol aqua dingin di atas rak kecil disisi tempat tidur.
    “S minum dulu, ya”, kataku lembut sambil menyodorkan botol aqua tersebut. S minum seperti orang digurun pasir menemukan air.
    “Hei, minumnya pelan-pelan, dong”, kataku.

    Selesai minum S tersenyum dan memberikan botol aqua dingin kepadaku. Baru kurasakan betapa keringnya kerongkonganku. Selagi aku minum, kurasakan S memeluk dan menjatuhkan badannya padaku. Selesai minum kami berdua tetap diam sambil merapatkan badan. Beberapa saat kemudian kuelus punggung S, lengannya, wajahnya serta bukit kewanitaannya. S-pun balas mengelus-elus punggungku, wajah dan dadaku. Kemudian kukecup seluruh wajah dan bukit kewanitaannya, akhirnya kukulum puncak bukit kewanitaannya, S hanya mengeluh lirih.

    Ternyata kebersamaan dalam posisi seperti ini memberikan kesempatan bagi kami untuk saling berkasih mesra, bahkan setiap gerakan kecil menimbulkan listrik kecil pada kejantananku dan rongga kewanitaannya. Kami mengoyangkan badan sambil tetap berpelukan, rasanya seperti berdansa. Ya, memang kami berdansa dalam kasih akung. Cukup lama kami berdansa, akhirnya kukatakan pada S.
    “S, kita daki lagi puncak kebersamaan, ya Sayang!” kataku sambil mengecup keningnya.
    S mengangguk dan mengecup bibirku. Kemudian ia lembut mendorong badanku tanpa melepaskan pelukannya. Ternyata sekarang S yang memulai. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya sambil tetap mengelus-gelus dadaku. Akhirnya ia mencapai puncaknya. Kupeluk S dan kugulingkan, sehingga sekarang aku yang aktif. Tak lama kemudian akupun mencapai puncak. Kami beristirahat sebentar, saat kami menyudahi kebersamaan kami, kukecup rongga kewanitaannya dan kuucapkan terima kasih. Saat itu kulihat jam, ternyata hampir 8 jam lamanya sejak kami pulang kerja. Kemudian kami pun saling membersihkan diri dan makan malam.

    Selesai makan malam kuantar S pulang hingga depan jalan masuk ke rumahnya. Kuawasi dia sampai benar-benar masuk ke rumahnya. Sebelum masuk ia melambaikan tangan padaku. Semenjak itu kami sering bersama. Sayangnya empat bulan kemudian aku pindah kerja dan tak berapa lama S pindah kantor, sehingga kami tidak lagi dapat bertemu dan mengatur waktu untuk bersama lagi. Padahal aku masih mengenangnya.


    Kejadian itu membekas dalam pada diriku, sejak itu pula aku begitu menyukai gadis-gadis keturunan, mengagumi kehalusan kulitnya bahkan mungkin mendambakan mereka. Bagiku, kebersamaan adalah kehalusan dan kelembutan serta saling menghargai antar sesama manusia. Bila anda menyukai kehalusan dan kelembutan tetapi bukan seorang yang hanya mencari kepuasan dan ingin berkenalan.

  • Foto Bugil Donna Bening Cakep Habis

    Foto Bugil Donna Bening Cakep Habis


    3029 views

    Foto Bugil Terbaru – Kebetulan kami sudah mendapatkan beberapa gambar sex yang akan membuat kalian semua menjadi sange dan pengen ngocok kontol. Buat kalian yang pengen sange tentu saja tak bolek melewatkan kesempatan untuk melihat gambar gerak paling hot seperti ini. Berikut adalah gambar seks paling porno tersebut:

  • Majalah Dewasa Edisi Regina Octora

    Majalah Dewasa Edisi Regina Octora


    1288 views

    Duniabola99.org– Regina Octora

    Cewek lucu campuran darah Sunda dan Cina ini sedang mengejar mimpinya sebagai penyanyi. Anda akan sering menemuinya di beberapa mall karena ia sangat suka untuk menghabiskan waktu untuk hangout bersama teman-temannya. Kabarnya ia sedang mencari pasangan untuk dijadikan suami. Let’s find out who she is.

  • Kisah Memek Pasrah Ditiduri Oleh Sopirku

    Kisah Memek Pasrah Ditiduri Oleh Sopirku


    1625 views

    Cerita Sexs – Saat aku sendirian dirumah bapakku yang masih kerja di kantor dan Ibu sedang seminar di luar kota dan aku dirumah hanya ada aku, sopirku dan pembantuku satunya, supirku manto namanya dia sudah menikah tapi istrimya ditinggal di luar kota.

    Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Nisa untuk aku ajak ngobrol melalui telepon.

    Telepon Nisa angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Nisa nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Nisa. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu kenikmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

    Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang berhubungan badan. Aku semakin terangasang setelah mendengar suara Nisa juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, bra, serta celana dalam aku meremas payudaraku dan memasukkan jariku ke vaginaku.

    Aku kocok vaginaku hingga aku pun menyapai orgasme ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan.

    Aku cari sopirku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung.

    Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku.

    Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu.

    Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celana dalam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa penis yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan mengulumnya. Situs Judi Bola

    Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut sopirku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya. Aku singkapkan sarungnya lebih keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.

    Aku semakin tertarik untuk menikmatinya lagi, aku elus berkali-kali penisnya hingga berdiri dan semakin panjang penis itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba mengulumnya.

    Ku jilati serta memberikan gigitan kecil pada buah pelirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bernafsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju penis yang telah berdiri.

    Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah penis itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran.

    Payudaraku terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat braku terasa sesak juga vaginaku yang terasa mengeluarkan cairan. Akupun semakin tidak bisa menahan nafsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat kulumanku sehingga membuat penis sopirku licin karena liurku.

    Di saat aku sedang keenakkan melakukan kuluman di penis sopirku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan sopirku dan mencabut penisnya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini,

    Akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan nafsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam sopirku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah diperkosa sopirku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku.

    Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah sopirku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.

    Aku tidak peduli bagaimana perasaan sopirku, aku hanya ingin kenikmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agresif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangsangan terhadapnya. Kukulum lagi penisnya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada sopirku, kupercepat kulumanku sehingga membuat penisnya kembali berdiri. Aku sangat menikmati penis.

    “Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsang yang mulai menunjukkan ke agresifannya. Sopirku mendesis menikmati kulumanku.

    “Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Melda”

    Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat kulumanku. Hingga beberapa kuluman penisnya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.

    “Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Melda ough” dan keluarlah spermanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya. Spermanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sperma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu mencium aku.

    Ciumannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan spermanya untuk mengimbangi permainan bibir itu.

    Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dicium oleh cowok, dia terus mencium aku dan tangannya mulai menyelinap masuk ke kaosku. Tangannya menuju ke payudaraku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agresif dengan membuka kaos ketatku, rok, bra serta celana dalamku.

    Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku telanjang dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup vaginaku juga payudaraku. Tetapi karena nafsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku telanjang dan akupun dengan agresif melucuti kaosnya.

    Sekarang kita benar-benar telanjang bulat, kita saling berhimpitan sehingga penis yang telah mengacung itu menempel pada vaginaku. Aku ingin sekali merasakan penis itu masuk ke vaginaku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan penisnya ke vaginaku dan itu membuat aku semakin bernafsu.

    Setelah dia puas mencium aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia menciumi kakiku sampai ke vaginaku. Dia menjilati vaginaku, menyedot vaginaku dan juga memberikan gigitan kecil pada vaginaku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku.

    Semakin dia mempercepat jilatannya semakin keras pula erangan serta desissan yang keluar dari mulutku. Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke vaginaku, jilatan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.

    “Auhh.. Ouhh..”

    Dia terus menjilati vaginaku sehingga membuat aku semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan akupun mengalami orgasmeku yang pertama, aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami orgasme bersama cowok.

    Sopirku menghisap-hisap vaginaku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami orgasme terasa badanku lemas tetapi sopirku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

    Dia bermain di payudaraku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, sopirku mengulum, menyedot, meremas dan juga menggigit-gigit payudaraku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali nafsuku, sopirku sangat menikmati payudaraku dan dia selalu memuji payudaraku yang kenyal dan kencang itu.

    Aku yang ingin kembali menikmati penis sopirku segera aku menggulingkan sopirku disampingku, aku menindihnya dengan vaginaku menghadap ke muka sopirku dan kita pun saling melakukan rangsangan. Aku kembali mengulum penisnya sedangkan dia menjilati vaginaku.

    Permainan lidahnya yang liar di vaginaku membuat tak kuasa menahan nafsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan penisnya ke vaginaku dan diapun mengijinkannya.

    Aku membalikkan badan dan sekarang penis itu tepat di bawah vaginaku, aku memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun vaginaku telah basah. Penis sopirku seperti tidak mau masuk penisnya selalu ke kanan atau ke kiri.

    Sopirku pun membantuku, dia memegang penisnya sedangkan tangan satunya menuju vaginaku dan memasukkan jarinya ke vaginaku, akupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.

    Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk vaginaku, sopirkupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan penisnya ke vaginaku. Secara mengejutkan penis itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak “Auhh.. Ough..”

    Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas. Vaginaku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi sopirku duduk menghiburku dengan menciumku.

    Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya nikmat sekali merasakan dua alat kelamin bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada. Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu sopirku semangat dia mulai meremas payudaraku dan mulai melakukan gerakan juga.

    Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa nikmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat nikmat Nisambah lagi remasan sopirku di payudaraku.

    “Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus mendesis.

    Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi kocokan serta teriakanku, kulihat sopirku sekali memejamkan mata menikmati kocokanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di vaginaku.

    “Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai” akupun merasakan orgasme yang kedua kali

  • Foto Bugil Model Jepang Jessika Kizaki Hot

    Foto Bugil Model Jepang Jessika Kizaki Hot


    1739 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Foto Bugil Hot Si Cantik Jennifer Pamer Tetek Indahnya

    Foto Bugil Hot Si Cantik Jennifer Pamer Tetek Indahnya


    2706 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Majalah Dewasa – Kim Sarang

    Majalah Dewasa – Kim Sarang


    1626 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model yang begitu-
    begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai
    dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model
    asli yang sangat mempesona . Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan
    materi baru!

     

  • Video Bokep Jepang Menikmati Payudara Pacarku Yang Hot

    Video Bokep Jepang Menikmati Payudara Pacarku Yang Hot


    1572 views

  • HENTAI 036

    HENTAI 036


    1821 views

  • Koyuki Ono In Superb Japanese Squirting Solo Show

    Koyuki Ono In Superb Japanese Squirting Solo Show


    1448 views

  • Video Porno Tante kou minefuji Malu-Malu Tapi Mau

    Video Porno Tante kou minefuji Malu-Malu Tapi Mau


    1705 views

  • Horny mature amateur Lara loses her latex to fuck up a storm wearing boots

    Horny mature amateur Lara loses her latex to fuck up a storm wearing boots


    2046 views

    Duniabola99.org– Anda sedang mencari foto ngentot yang terupdate setiap hari? temukan di Duniabola99.org yang selalu update dan membagikan Foto-foto ngentot terbaru 2018.

  • Majalah Dewasa Edisi Fahria Yasmin

    Majalah Dewasa Edisi Fahria Yasmin


    1621 views

    Duniabola99.org–  Fahria Yasmin

    Untuk Anda yang kerap menyelami dance scene di Jakarta, pasti sudah akrab dengan DJ seksi ini. Dengan cerita yang lebih seru, musik yang lebih pumping dan pastinya tampilan yang lebih hot, Yasmin membuat kami lupa kalau dulu ia sudah pernah menjadi cover MAXIM!

  • Nikmatnya Darah Perawan Pembantuku Yang Polos

    Nikmatnya Darah Perawan Pembantuku Yang Polos


    1509 views

    Duniabola99.org – Dalam berkehidupan rumah tangga termasuk sudah bahagia sudah memiliki 2 anak yang masih kecil satunya umur 8 tahun dan yang kedua 4 tahun, di rumahku ada salah satu pembantu yang masih muda dia belum menikah görükle escort di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.

    Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku.

    “Sum harus gimana Pak?” tanyanya lugu.

    Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”

    “Ya, Pak nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

    Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk.

    “Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.

    “Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku.

    Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.

    “Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.

    “Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.

    Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    “Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.

    Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.

    Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali.

    “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya, “Sum nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.

    Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.

    Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya, “Sum kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”

    “Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas.

    Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

    Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.
    “Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi.

    Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.

    Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu.

    Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.

    “Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.

    Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”.

    Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum.

    Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya.

    Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang,

    “Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas.

    “Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.

    “Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.

    Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Sum.

    Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Impressive Squirting Along Juicy Rosa Kawashima

    Impressive Squirting Along Juicy Rosa Kawashima


    1443 views