• ThreeSome Dengan Teman Suami

    ThreeSome Dengan Teman Suami


    1697 views

  • Cerita Dewasa Ana – Reni Sepupu ku yang Hot & Perawan

    Cerita Dewasa Ana – Reni Sepupu ku yang Hot & Perawan


    2042 views

    Cerita Seks Terbaru – Waktu itu tahun 1996, bulan September, aku baru saja pulang dari KKN di desa, di daerah Kabupaten Blora (sekarang masuk Kabupaten Cepu), dua hari setelah sampai di rumah, ada telepon dari salah satu sepupuku, katanya dia sedang Study Tour ke kotaku. Sepupuku ini masih sekolah di SMUK di daerah Madiun, sebenarnya aku belum pernah bertemu langsung dengan dia, jangan heran ya, sebab dia sepupu jauh sekali. Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia. Fastbet99

    Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku. Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.

    Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jum’at buat disuntik. Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur. Bandar Taruhan Casino

    Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.

    “Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?” tanyaku.

    “Ya… mungkin kira-kira 8 jam Mas..” katanya.

    Dalam hati aku berpikir, “Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialan…” Judi Bola Online

    Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya. Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

    Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat. Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

    Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton MTV. Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV vidio bokep. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Ana.

    Aku bertanya pada dia, “Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!”

    “Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?” dia balik bertanya.

    “Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih, MTV music Awards.”

    “Iya deh… tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?”

    “Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas dong…”

    “Ih.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin.”

    Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

    Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil. Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

    Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.

    Tiba-tiba dia nyeletuk, “Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..”

    “Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?” kataku.

    “Oke deh!”

    Ana dan reni adik sepupu yang masih perawan, Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

    “An.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yah…?”

    Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagi… lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.

    “Ngapain Mas..?”

    “Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?”

    “Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Mas…”

    “Oke An..”

    Ana dan reni adik sepupu yang masih perawan Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.

    “Nah, ketemu nih…” batinku.

    Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.

    Setengah sadar dia bertanya, “Mas, kok enak banget sih pijitannya?”

    “Tenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.” jawabku.

    Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, “Nngggh… ngghh… enak loh Mas… agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkul…, ya.. di situ… terus.. terus..”

    Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.

    “Wah, lha ini nih yang kunanti,” batinku.

    Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMU yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.

    Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas. Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

    Aku berbisik padanya, “An.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.”

    Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.

    “An.. gimana kalo semuanya aku buka…?” tanyaku.

    Ternyata ia mengangguk mengiyakan, “Silakan Mas…”

    Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.

    “Ehm… Mas.., Ana sayang sama Mas…” katanya.

    Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

    Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Ana.

    “An.. kita pindah ke kamarku aja yah?”

    Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, “Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?”

    Aku rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.

    Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.

    “Mana ya?” aku bergumam pelan.

    Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.

    “Cari apa Di?” tanya Tanteku.

    “Tante liat kacamata Padi ngga?”

    “Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,” sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.

    Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, “Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu.” kataku.

    “Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.”

    “Oke Tante..” sahutku.

    Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

    Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.

    Aku tanya ke tante, “Ketemu ngga kacamatanya Tante?”

    “Ngga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.”

    “Waduh… gimana nih… susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,” pikirku, “Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.”

    Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.

    Aku tanya dia, “Kok cuman empat gelasnya Ren?”

    “Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.” jawabnya.

    “Gitu ya?” sahutku.

    Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.

    “Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?” tanyanya.

    “Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,” spontan aku menyahut, “Heh! Itu pasti kacamataku.”

    “Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren!” sahut Tante, “Sana cepet ambilin!”

    Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Ana. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

    Ana dan reni adik sepupu yang masih perawan Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.

    Dalam hati aku berpikir, “Sekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Ana. Wuih! kalo… hehehe kalo… misalnya aku iseng gimana ya?”

    Akhirnya, ternyata aku nekat juga.

    Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. “Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.” pikirku.

    Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.

    “Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?” tapi pikirku, “Biarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.”

    Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.

    “Eit… nanti dulu… ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik nih…” pikirku.

    Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

    Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.

    “Mampus gua,” pikirku.

    Dia melotot sambil teriak, “Lepasin dong Mas… apa-apaan nih Mas?”

    Aku gelagapan berusaha mencari alasan, “An… kamu ngga inget semalem ya?”

    “Lupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!”

    “Tapi Ana semalem udah ngelakuin dosa lho… kenapa ngga sekalian aja?” rayuku.

    Kali ini dia benar-benar marah. Ana teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.

    Wah… gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.

    Katanya, “Mas maapin Ana ya? Ana udah bentak-bentak Mas…”

    “Ngga papa An.., Mas yang salah.” balasku.

    “Sebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!” jelasnya.

    “Ya sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.” lanjutku.

    “Iya Mas, Mas… Ana mau ngasih sesuatu buat Mas.”

    “Apa An?” tanyaku.

    “Liat sini deh Mas..” (dia mulai tidak kaku lagi)

    Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.

    “Mmpphh…”

    “Plas!” jantungku spontan berdegup keras, “Kok tau-tau nyium sih?” pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.

    Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja. Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.
    Aku berkata pada Ana, “Sini An… Mas pangku..”

    “Ngga ah Mas… nanti kayak tadi malem deh jadinya…!”

    “Percaya deh sama Mas… ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?”

    Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.

    Kuraba dadanya sambil berkata, “An.. Ana ngga marah-marah lagi nih?”

    “Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasen…” pintanya.

    “Okey An!”

    Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.

    Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat. Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

    Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.

    Ana kemudian bicara, “Mas, kita lakukan yuk. Ana udah ngga tahan…”

    Wah, benar-benar kejutan..! Ana tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadany

    a di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

    Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.
    Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku. Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lub

    angnya. Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya.

    Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah waja

    hnya. “Kok.., berhenti Mas..?” suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.

    “Ehh.. terusin Mas… hhh… kurang dikit lagi..!” suaranya tertahan.

    Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu. Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

    Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, “Ayo Mas… masukin..!”

    Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.

    Dan, “Ssleeeppp..” ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Ana melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

    Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.

    “Aaahhh… aayooo Mass… aaduhh… cepat Masss..!” pintanya dengan nafsu.

    Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

    Tiba-tiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.

    “Aaahhh… sss…” terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.

    Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

    Dan, “Annn… Annaaa… aaadduuhhh… ssss… Ann..!” spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, “Masss… aaa… Maass… ssshhh… aaddduuhh..!”
    Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

    Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Ana, “An… kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh…”

    “Sialan… iya deh, Ana mandi, makasih ya Mas… Ana udah dikasih pelajaran sama Mas.”

    “Sama-sama An..”

    Aku tidak merasa menyesal karena tidak dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya. Dia tersenyum memandangku, lalu bergegas menuju kamar mandi. Saat dia menutup kamar mandi, aku sempat dengar langkah kaki berlari menjauh dari arah pintu ruang tamu. Aku cepat-cepat menuju ruang tamu ingin mengetahui siapa yang baru saja dari sana. Sempat kulihat warna bajunya, biru seperti yang dipakai Reni. “Mungkinkah..?” batinku.

    Aku kembali ke ruang TV, sambil menebak-nebak, “Apa iya.. tadi itu si Reni, terus kalau benar, berarti dia tahu dong kita lagi ngapain..? Waduh, terlalu serius sih tadi… jadinya begini deh.”

    Kurang lebih 20 menit, Tante dan Reni datang dari pasar, Tante katanya mau masak Sop buntut dan membuat Rujak cingur. Siang jam 12:30, Ana mengajakku untuk makan. Saat makan, Reni kelihatan agak canggung melihatku, pikiranku lalu menghubungkan dengan peristiwa yang tadi kualami.

    “Berarti tadi memang benar Reni..” pikirku.

    Kami tidak bicara banyak saat di meja makan. Akhirnya sore pun tiba, Omku sudah datang sejak jam 3:00 tadi. Aku lewatkan seharian dengan bermain playstation dengan Ana, sedangkan Reni dari tadi berada di dalam kamarnya. Tidak tahu sedang berbuat apa dia, betah-betahnya di dalam kamar terus. Tante sendiri ke rumah tetangga untuk membantu masak, kebetulan tetangga ada yang sedang punya hajat.

    Jam 8:00 malam, aku membaca-baca majalah di ruang tamu. Ana dan Reni di ruang TV sedang nonton HBO, tidak tahu apa film-nya. Tante sudah tidur di kamar belakang, lelah sehabis membantu tetangga. Si Om malam ini mendapat tugas jaga malam. Jam 9:00, Ana ke ruang tamu, dia bicara padaku kalau mau tidur duluan, Reni masih mau nonton TV menunggu opera sabun kegemarannya di HBO kata Ana. Ana suruh aku menemani Reni di ruang TV, soalnya si Reni anaknya sedikit penakut katanya. Jadi aku pindah ke ruang TV, kubawa majalah yang sedang kubaca. Aku rebahkan badanku di sofa panjang di depan TV. Reni sendiri duduk di kursi favoritnya, tanpa sekali pun menengok ke arahku. Aku teruskan baca artikel yang sempat terputus tadi, sambil sekali-sekali aku melihat ke arah televisi. Aku lihat ke arah jam tanganku, ternyata sudah jam 11:13.
    Aku berkata kepada Reni, “Ren.. kamu ngga ngantuk?”

    Dia tidak menjawab, kuulangi lagi dua kali baru dia menjawab, “Belum ngantuk kok Mas, lagian film-nya barusan mulai nih.”

    “Oke.. kalau gitu Mas pergi tidur dulu ya..?”

    “Ntar dulu dong Mas, tunggu film-nya abis… kan Reni takut nonton sendirian, film-nya agak horor nih!” pintanya.

    “Sofanya dibuka aja… jadiin tempat tidur, Mas tidur di situ aja.” katanya lagi.

    “Emang bisa Ren..? Oke deh Mas coba.”

    Aku coba deh usul Reni, dan aku akhirnya tidur di sofa yang sudah diubah menjadi tempat tidur itu. Tidak tahu berapa lama aku tertidur di situ, tiba-tiba aku terbangun merasakan tanganku ada yang memegang. Aku buka mataku sedikit-sedikit, terlihat olehku Reni memegang tanganku, digosok-gosokkannya tanganku ke selangkangannya. Terasa olehku bulu-bulu halus di ujung jariku. Kulirik mukanya, dia mendesah amat pelan. Wajahnya menghadap ke arah televisi, aku jadi curiga, jangan-jangan?

    Aku lalu mencoba melihat ke layar televisi, ternyata di sana terlihat film-nya sudah bukan HBO lagi. Kesimpulanku, si Reni ternyata suka nonton sampai malam berarti hanya untuk menyetel VCD porno. Wow! berarti kakaknya kalah dong sama adiknya. Perlu diketahui, jarak umur antara Ana dengan Reni hanya 1 tahun lebih sedikit, apalagi Reni anaknya agak bongsor, tingginya sepundakku, tidak begitu gemuk tetapi cukup berisi. Singkat kata, aku beruntung kali ini, karena mendapat daun muda nih. Perlahan, tanganku yang masih bebas berusaha melorotkan celana dalamku ke bawah. Sementara Reni masih asyik dengan kegiatannya yang semakin lama semakin menjadi, dia seperti terobsesi dengan film dari VCD tersebut. Lenguhannya kadang-kadang terdengar keras.
    Lalu perlahan-lahan tanganku yang dia pegang kutarik ke arah kemaluanku. Setelah dekat, tanganku yang satunya dengan cepat kurangkulkan ke pinggangnya dan menariknya ke atas tubuhku. Dia kaget sekali, hampir dia berontak, tetapi selanjutnya dia justru memegang batang kejantananku dan mulai mengocok-ngocok dengan lembut. Aku pun lalu mengimbanginya, kuubah posisiku agar lebih enak dengan bersandar ke belakang, ke sandaran sofa. Dia menoleh ke arahku, terlihat wajahnya yang khas ABG, mengingatkanku kepada cewek-cewek yang suka nongkrong di mall-mall. Posisi tubuh kami akhirnya saling berhadapan, dia menggesekkan tubuhnya naik turun. Payudaranya ditempelkan ke dadaku. Nafasnya terdengar keras, khas orang yang sedang terangsang berat, “Sshhhsshhsshhss…” seperti itu deh kalau tidak salah.

    T-shirtnya yang gombrong mulai basah terkena keringatnya, memang malam itu udara terasa sangat panas, aku sendiri juga merasa kepanasan. Aku peluk dia, tanganku kutelusupkan ke dalam t-shirtnya dari belakang, sedangkan bibirku tidak tinggal diam begitu saja, kucium belakang kupingnya dengan pelan, kuhembuskan nafas secara perlahan ke daun telinganya. Terasa olehku Reni semakin menggila, terasa dari gerakan tubuhnya yang turun naik dengan cepat, digesekkannya dadanya ke dadaku, juga selangkangannya dia gesek-gesekkan ke kemaluanku dengan bernafsu. Tanganku yang berada di punggungnya, akhirnya kugeser ke pantatnya, dari atas punggung kugerakkan ke bawah, masuk ke celananya sebelum sampai ke pantat. Kuputar ke samping dengan agak cepat, lalu kuteruskan ke pinggang mencari celana dalamnya, kuraba dari luar celana dalamnya, pantatnya yang empuk kuremas dengan gemas. Aku menyesuaikan dengan irama gerakannya yang maju mundur. Kontan dia makin menggila, tangannya naik ke atas, rambutnya menyuguhkan gerakan yang erotis sekali. Dia berusaha menanggalkan t-shirtnya.

    Setelah t-shirtnya lepas, dia pegang kepalaku, menariknya ke arahnya dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Reni tidak memakai BH, payudaranya yang berukuran lumayan besar terlihat mengkilat karena basah oleh keringat. Aku menjilat-jilat payudaranya, kukulum putingnya yang kecil dan tidak begitu menonjol.

    Dia berteriak pelan, “Mas..!”

    Aku lalu berpindah ke bibirnya yang mungil, kulumat dengan bernafsu bibirnya itu. Dia mendesah keenakan, akhirnya dia tidak tahan lagi.

    “Ayo Mas, kayak yang di VCD itu lho Mas…” pintanya.

    Kujawab, “Yang gimana Ren..?”

    “Cepetan dong Mas… Reni udah ngga tahan nih..”

    “Emang Reni udah pernah..?”

    “Belum Mas… makanya Reni pengen coba, cepetan dong Mas…”

    Kami lalu berdiri berhadapan, aku melepas pakaian yang melekat di tubuhku, dia begitu juga melepas semua pakaian di tubuhnya. Dengan bernafsu dia pegang batang kemaluanku untuk dikocok-kocok, sensasinya, wuah! Tidak tergambarkan. Dipegang oleh anak baru umur 18 tahun! Lalu sebentar kemudian, dia melepas batang kemaluanku dan membalikkan tubuhnya, berpegangan pada lemari buku. Posisinya sekarang agak menungging membelakangiku, pantatnya yang belum begitu besar terlihat kenyal. Dari belakang, aku melihat kemaluannya sudah merekah, ada daging yang keluar dari kemaluannya, entah apa itu namanya. Mungkin itu kli yang dinamakan clitoris. Tetapi pemandangan itu menjadikan batang kejantananku menjadi berdenyut-denyut ingin merasakannya.
    Kudekati dia, kugesek-gesekkan kepala senjataku ke daging yang menyembul keluar itu. Tangan Reni dengan tergesa-gesa menarik batang kejantananku untuk segera dimasukkan ke dalam liang kemaluannya. Terasa agak sulit untuk memasukinya, kutusukkan dengan keras karena aku sudah sangat bernafsu. Aku melihat ke arah wajahnya. Pandangannya ternyata ke arah layar televisi, sambil sesekali bibirnya mengeluarkan desahan-desahan merangsang.

    “Gila!” pikirku, “Dia ternyata maniak sama VCD porno.”

    Aku tingkatkan kecepatanku dalam menggoyang. Lama-lama aku merasa pinggangku capek, dan aku coba mengarahkan dia untuk mengganti posisi classic, aku tiduran dan dia yang di atasku. Dia menurut. Sambil memegang pantatnya, aku tiduran dan menikmati goyangannya. Badannya terlihat mungil bila dibandingkan dengan tubuhku, suara desahannya terdengar melengking lirih di telingaku.

    Pada puncak kenikmatannya, dia melengkungkan tubuhnya ke belakang, tangannya menahan berat badan tubuhnya dengan gemetar. Rasa hangat yang terasa oleh batang kejantananku menjadi bertambah seiring dengan tercapainya puncak kenikmatannya. Sedangkan aku sendiri belum merasakan puncak. Reni merangkulku dengan lemas. Setelah itu, dia berbisik ke kupingku.

    “Makasih ya Mas, Mas telah memberi Reni melebihi dari mbak Ana…”

    “Jreng! Terkuaklah kebenaran peristiwa siang tadi, ternyata memang benar. Reni telah melihatku bermesraan dengan kakaknya.” daliam hatiku.

    “Loh, jadi tadi Reni ngelihat Mas padi gituan sama mbak Ana to?”

    “Heeh Mas… Reni kepingin, lagian Reni sering ngeliat di VCD. Kayaknya enak banget deh Mas… dan ternyata memang bener.”

    “Oke deh, tapi Mas Padi belom sampai puncak nih.. gimana dong? Kan kasihan Reni udah capek.”

    “Begini aja Mas… dari tadi siang emang Reni udah merencanakan ini, gini rencana Reni, tadi waktu Reni ngeliat Mas sama Mbak Ana gituan, sebenarnya Reni mo ngambil Dompet Mama yang ketinggalan. Trus Reni punya rencana, Reni beli CTM (obat tidur) buat dikasih ke minuman Mama ama Mbak Ana, nah.. tadi Mbak Ana sama Mama udah minum obatnya (dicampur sama teh) masing-masing 3 butir.. hehehe.”

    “Terus gimana dong?” sahutku.

    “Sekarang Mbak Ana kan pasti pules banget tidurnya, diapa-apain pasti ngga bangun deh. Kan tempat tidur sebelahnya lagi kosong…”

    “Heh!” aku spontan tahu apa yang dimaksudkannya, “Sip deh! Oke Ren! Sekarang kita pindah aja ke kamarmu…”

    “Ayo..!”

    Kemudian kami berdua berdiri dan menuju ke arah kamar Ana. Memang benar Ana tertidur lelap. Hanya iseng saja, aku membuka dasternya dan menyentuh kewanitaannya Ana dan memasukkan jari telunjuk dan tengah. Ternyata memang tidak bangun! Hanya saja dia mengeluarkan sedikit lenguhan-lenguhan nikmat yang dia rasakan. Kemudian aku mulai memainkan vaginanya sampai basah. Tetap saja Ana tidak bangun sama sekali.

    “Mas, udah dong. Kok malah Mbak Ana yang dimaenin. Giliran Reni dooong…” keluh Reni karena sudah terbalut nafsu yang tinggi.

    Padahal tadi sudah puas. Lagipula aku juga sudah bernafsu karena tadi dalam permainan pertama belum selesai.

    Kemudian aku melepaskan jilatan pada vagina Ana dan berpaling ke Reni ysng sudah mulai memuncak nafsunya. Kemudian aku mulai naik ke atas ranjang dan menidurkan Reni. Secara intense, kami pun mulai pagutan. Tetapi ketika kami berciuman, beda sekali dengan yang pertama. Seperti disirap, kucium pipinya, mulutnya, berhenti lama di situ. Mulut kami berpagut seperti memecah ribuan rindu. Lidah kami bermain di sana. Tidak lama kemudian, kuturunkan lidahku ke arah lehernya, dia menggelinjang, matanya terpejam, tangannya bergidik seperti menahan gelombang perasaannya sendiri. Ketika putingnya kuraba, dia mulai melenguh. Dengan gerakan halus, aku mulai meremas-remas sehingga Reni merasa keenakan. Sementara bibirku sudah beralih, tidak lagi di bibirnya tetapi sudah menjilati telinga, dan lehernya.

    Karena buah dadanya sudah terbuka, mulutku pun bergeser ke puting susunya yang sudah menegang. Ketika kumainkan dengan lidahku, lenguhannya semakin panjang. Tangan kananku pindah ke arah vaginanya dan mulai meremasnya. Sambil memainkan klitorisnya, aku terus menjilati kedua payudaranya. Ketika aku merasakan kemaluannya sudah sangat basah, aku mulai bernafsu untuk melakukan foreplay yang lebih lama. Tidak lama kemudian, mulutku menjilat ke arah perut, pinggang dan sasaran terakhir adalah klitorisnya yang merah. Karena tidak tahan, Reni berontak dan ingin merubah posisi.
    “Ren, duduk di depan mukaku…” pintaku sambil menolongnya berpindah posisi.

    Dia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutnya.

    “Aughhh…” setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya.

    Tiba-tiba Reni berteriak, keras sekali, “Aahhh… ahhh,” matanya terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku.

    “Aku.. keluar,” sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-sentak.

    Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya.

    “Aduh… Mass.. enak banget. Lemes deh.” katanya. Dia terkulai menindihku.

    “Enak?”, tanyaku.

    “Enak banget, kamu pinter yah. Ngga pernah lho aku klimaks kayak tadi.”

    “Akh, yang bener..? Kamu kan tadi udah ngerasain.” kataku mengingatkan pada permainan pertama kami.”

    “Tapi, uuhh… lebih enak yang ini..”

    Ternyata Reni masih menikmati sisa-sisa klimaksnya. Tetapi karena belum puas, langsung saja kujilat kembali liang kemaluannya. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil.

    “Mass… nakal ahhh… kok… akkhh… dimaenin lagi… ouuchh… siiich… uwuuhh ooo… sstt akhs… akhs… akhs… ooohhh aahh… sstth,” sambil tubuhnya agak bergerak tidak karuan, mungkin jilatanku tidak seberapa tetapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku.

    Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Walaupun tadi sih berani. Tetapi takut si Ana bangun. Kemudian aku memberanikan untuk bicara.

    “Ren, aku masukin lagi yaaa… Tadi kan belum puass…”

    Reni tidak menjawab. Dia hanya merintih keenakan. Karena malas bermain sambil berdiri, aku mendorong Reni hingga tertindih oleh badanku. Reni mengerang keras karena vagina tertindih oleh adikku yang sudah menegang tinggi. Kemudian mulai lagi kugerakkan tanganku mencakar halus pinggangnya sampai ke payudaranya. Reni meremas kedua tanganku, menahan geli yang ditimbulkannya.
    “Ssshh… ssshhh!” Reni mendesis berkali-kali menahan kenikmatan itu.

    Kembali aku memainkan klitorisnya dengan tanganku, sementara kujilati kedua pahanya.

    “Aaahhh… ssshhh,” Reni mengerang lirih.

    Aku menikmati aroma kewanitaannya yang semerbak bersamaan keluarnya cairan dari liang kemaluannya. Kubenamkan wajahku ke liang kemaluannya sambil menjilati bibir kemaluannya. Klitorisnya yang berwarna merah jambu kukulum sambil kumainkan dengan lidahku. Tubuh Reni menggelinjang bergetar. “Uuuhffsss… aaahhh!” Reni menjerit menahan kenikmatan sambil tangannya menggenggam tepi ranjang.

    Kurasakan cairan kemaluannya deras mengalir dan kuhisap dengan penuh kepuasan.

    “Masss… masukin sekarang.. aku ngga tahan nih..” Reni lirih memohonku untuk segera memasuki tubuhnya.

    Aku segera menempatkan tubuhku di atas tubuhnya yang ramping, seksi serta kencang itu. Berdesir darahku melihat Reni terbaring polos telanjang. Ini bukan kesekian kalinya aku mengaguminya. Badan Reni kurus tetapi kencang dan atletis seperti pelari sprinter tetapi untungnya tidak sampai berotot.

    “Maass… cepat doong… aakkhh.. ngga tahan nih…”

    “Ok, tenang aja..”

    Sejenak sempat kudengar Reni mendesis saat meraih kemaluanku.

    “Uuu… besar dan kuat..” ujarnya setengah berbisik seperti berbicara pada dirinya sendiri.

    Begitu ujung kepala batang kejantananku menempel di bibir kewanitaannya, kurasakan getaran listrik yang mulai menjalar di seluruh tubuhku. Lalu perlahan kudorongkan ke dalam liang kemaluannya.

    “Uuhhss… yess, Masss… uuuffssh,” Reni mengerang sambil mendongakkan kepalanya.

    Dengan satu dorongan berikutnya, batang kemaluanku sudah masuk secara penuh ke dalam liang kenikmatan Reni yang hangat dan tebal. Reni mengalungkan kedua tangannya di leherku dan kedua kakinya melingkar di pinggangku.

    Aku mulai gerakan memompa liang kemaluannya.

    “Yess… ufff Maas…” Reni menjerit halus sambil memejamkan matanya.

    Gerakanku semakin lama semakin cepat dengan tekanan yang semakin kuat menerobos kedalaman liang kemaluan Reni yang merespon dengan berdenyut-denyut seperti memijit batang kemaluanku.

    Tiba-tiba Reni membuka matanya dan berbisik lirih, “Mas ganti posisi… aku mau nih keluar nih..”

    Kami segera ganti posisi, badan Reni membalik dalam posisi menungging (doggy style). Katanya dia biasa orgasme dalam posisi ini.

    Aku menuruti permintaan Reni yang jelas dalam posisi ini aku jadi bisa melihat postur Reni lebih lengkap. Biarpun Reni ramping, tetapi dia memiliki pantat yang padat dan berisi sehingga dengan pinggangnya yang ramping makin membuat pantatnya montok. Aku segera mengarahkan batang kemaluanku kembali, kali ini penetrasi dari belakang.

    “Srrrt…” makin lancar penetrasiku kali ini soalnya bagian luar liang kemaluan Reni makin basah.

    Reni menggenggam pegangan ranjang degan kedua tangannya. Aku menciumi lehernya dari belakang sambil kadang-kadang menggigit pundaknya. Ternyata Reni sangat aktif dalam posisi ini. Dia semakin aktif bergerak, selain mengikuti gerakan maju mundurku, pinggulnya pun bergoyang mengocok batang kemaluanku.

    “Reni… pinggul kamu hebat banget,” aku berbisik terengah-engah.

    Reni menjawabnya dengan erangan-erangan, dia menoleh kepadaku sambil menggigit bibir bawahnya. Terlihat peluh membasahi wajahnya yang makin memerah.

    Sesaat kemudian dia berbisik kepadaku, “Ouuchhh.. sayang… lebih cepat!” suaranya diikuti deru nafas yang memburu. Rupanya dia sudah semakin mendekati klimaks.

    Aku pun meresponnya dengan gerakan yang lebih cepat dan keras. Kutusukkan batang kemaluanku makin dalam ke liang kemaluannya seiring perasaan klimaks yang sudah di ambang.

    “Aaahhh Uuuh Sssh… teruuus Mas… ahhh…” Reni menjerit sambil bergerak makin liar sampai ranjangnya berderik-derik.

    Kuteruskan gerakanku dengan mengerahkan sekuat tenaga mengimbangi gerakan liar Reni.

    Ana masih tidur ketika Reni tiba-tiba menjerit, “Aaah… uuhhhfffssshhh… Masss…” kepalanya mendongak, tubuhnya bergetar hebat dan kurasakan semburan hangat dari liang kewanitaannya merembes sampai ke buah kemaluanku.

    Aku pun melepaskan jutaan spermaku menyemprot kencang memenuhi karet kondom yang kupakai.

    “Uuu… yess…” Reni mengakhiri gelombang kenikmatan dan mengerang sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya.

    “Ouuhhh.. Masss, kamu hebat sekali… aahh…”

    Mungkin bisa dibilang ini adalah permainan terbaikku dibandingkan dengan Ana. Kemudian kami pun sempat tertidur berpelukan di kamar Ana.

    Jam 5 pagi Reni balik ke kamarnya dan aku pun tidur di kamarku sendiri. Pukul 10:00, aku bangun dan mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke kotaku. Aku diantar Om ke terminal bus, aku tidak sempat pamit dengan Ana dan Reni karena mereka belum bangun. Reni kelelahan karena habis bertempur denganku sepanjang malam, sedang Ana masih terpengaruh CTM. Tante sendiri belum bangun juga. Si Reni memang gila seks. Hari itu hari Kamis, jadwalku adalah harus berobat ke dokter spesialisku. Tetapi sial, di jalan perutku terasa sakit, sepertinya diare. Aku terpaksa turun di jalan dan mencari restoran terdekat untuk buang hajat. Sampai di rumahku pukul 8 malam dan itu berarti aku tidak jadi ke dokter. Tetapi aku tetap tersenyum simpul, kalau mengingat baru saja aku mendapatkan dua perawan ting-ting.

  • Kepergok Ayah Novia Ketika Aku Di Rumah Sang Primadona SMA

    Kepergok Ayah Novia Ketika Aku Di Rumah Sang Primadona SMA


    1494 views

    Duniabola99.org – Hari yang membosankan buat galang, hari ini tak ada yang bisa dikerjakannya, mau jalan keluar..males ga ada teman. nonton DVD membosankan , semua koleksi sudah filmnya sudah ia tonton. Akhirnya ia hanya bermain gitar mencoba lagu lagu baru. saat itulah handphone nya berdering. lanjut…..

    “hallo…?” galang mengangkat telepon
    “hai galang..ini gue….novia..” suara manis terdengar di ujung sana.

    Novia adalah salah satu primadona di sma galang, selain cantik juga dia juga pintar, namun entah kenapa sampai sekarang dia belum punya pacar, padahal yang menyatakan cinta cukup banyak

    “iya kenapa via..?”
    “sibuk ga…..?” tanya Novia
    “kenapa emangnya…..?”
    “mau ga ke rumah gue….ajarin gue main gitar dong………”
    “kamu mau belajar gitar…..?” tanya Galang
    “iya….kayaknya lihat orang main gitar asik banget…..makanya aku kepengen…bisa ya,,…?”

    Galang berpikir sejenak, sebelum akhirnya meng iyakan.
    “ok..deh…gue kesana sekarang…..”
    “thanks galang……see u…” Galang pun bersiap menuju rumah Novia, tak lupa ia bawa gitar kesayangannya.

    Rumah Novia terletak di kompleks perumahan elit, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, sedangkan ibunya adalah dokter di sebuah rumah sakit terkemuka di Jakarta. sesampainya disana, galang sempat agak bingung mencari bel pintu yang ternyata tersembunyi di balik tanaman.

    suara bel terdengar nyaring ke dalam rumah, dan tak lama terdengar suara pintu pagar dibuka
    ‘hai..Galang…masuk yuk…….” ternyata Novia sendiri yg membukakan pintu.

    Galang sempat terpana melihat novia yg kelihatan cantik siang itu, senyumannya, rambutnya yg panjang diikat ke belakang semakin memperjelas kecantikannya, ia memakai celana jeans pendek ketat, dan kaos putih press body , membuat mata Galang tak bisa lepas dari dua tonjolan di dada Novia, dan pantatnya ..hmmmm.

    “ribet banget mau masuk ke kompleks ini ya…?” kata Galang
    “oo..satpam depan ya…..emang gitu sih….demi keamanan juga katanya …ya gitu deh….”
    “gitu ya..”
    “langsung ke kamar aku aja yuk….biar bebas……”ajak Novia

    Galang memang sempat beberapa kali mengantar Novia pulang , namun ini pertama kalinya ia masuk ke dalam rumahnya. Jelas sekali rumah ini mempunyai kelas tinggi, seluruh perabotannya adalah yg terbaik dan termahal.

    Sambil mengikuti novia menuju kamarnya, tatapan mata galang tak lepas dari goyangan pantat Novia saat berjalan..hmmm…otak kotor Galang mulai muncul.galang segera membuang pikirannya itu dan berusaha terlihat cool dan berjalan dengan mantap seolah tak ada apa apa.

    Galang tak dapat menyembunyikan kekagumannya melihat kamar Novia , yang mirip bahkan mungkin lebih bagus daripada kamar hotel bintang lima. Kamarnya punya akses langsung ke kolam renang pribadi, khusus Novia…. sungguh mengagumkan.

    “gila..kamar kamu keren banget…..”
    Novia tersenyum dan berkata , ” asalnya ini kamar kakak aku..dia sekarang kerja di Jerman…aku pake deh kamarnya..”

    Galang duduk di sofa yang ada di situ sementara Novia mengambil gitarnya dari dalam lemari.
    “gitarnya bagus…yamaha…….hebat hebat…” kata Galang setelah Novia memperlihatkan gitarnya.

    Novia tak menjawab hanya tersenyum…..senyuman yg menggetarkan hati Galang. Galang segera mengambil gitar tuanya menyetemnya sejenak dan ia siap memulai pelajaran.

    Novia mengikuti cara galang memegang gitar dan memperhatikan dengan serius segala yg dikatakan Galang. Novia mencoba memainkan gitarnya, namun yg keluar cuma nada sumbang. sejenak mereka berdua berpandangan dan mulai tertawa bagai anak kecil

    “aduh..susah ya….” kata Novia
    “ahh..santai aja..baru pertama kali kok…..wajar..” kata Galang
    satu getaran terjadi saat itu, seolah emosi keduanya menyatu atau apalah.

    Galang mulai merasa nyaman dan betah bersama Novia , begitu juga sebaliknya. selama dua jam, galang mengajarkan nada dasar, lagu lagu sederhana, chord, dan posisi jari. Terakhir Galang memberi contoh bermain gitar dengan menyanyikan lagu romantis ‘my heart’ .

    Novia terlihat terpesona dengan permainan Galang apalagi lagunya adalah favoritnya banget. ia pun ikut bernyanyi sesuai dengan lagu aslinya.

    lagu my heart selesai, keduanya masih saling berpandangan penuh emosi dan cinta, bibir mereka perlahan saling berdekatan, namun belum sempat bertemu tiba tiba Galang menarik diri.

    “ehh..udah sore nih…aku pulang ya….” kata Galang
    “OOH..gitu..ya udah deh…..” kata Novia nadanya terdengar kecewa
    “minggu depan aku kesini lagi deh….kamu latih aja dulu yg tadi aku ajarkan ..ok…?’
    “ya udah…..minggu depan ya…..” Novia mengantar Galang keluar, dan sebelum pulang ia mencium pipi Galang. membuat Galang pulang diantar dengan berbagai khayalan indah.

    malamnya di kamar Galang , ia berpikir tentang hari ini, bibir mungil Novia, dan tatapan pasrahnya terus mengganggu dia, berbagai pikiran kotor kembali memenuhi kepalanya.

    ‘ga deh…jangan……dia tuh anak orang kaya..jet set..kelas atas..elite….sementara gue…….kagak deh..ga bakal sanggup gue…..” batin Galang , ia pun tertidur dan bermimpi tentang Novia tanpa busana.

    Minggu berikutnya Galang kembali datang ke rumah Novia, kali ini pintunya terbuka dan sebuah mobil mewah terpakir di halaman. Rupanya ayah Novia ada di rumah, dan ia memandang curiga ketika Galang masuk dengan vespa kebanggaannya.

    “cari siapa…..?” tanya ayah Novia angkuh
    “Novia ada..oom…saya Galang…..saya….”
    “ooh…yg kasih les gitar ya…..” ayah Novia memotong
    “betul oom….”
    “Novia..sayang…Galang udah datang nih…..” teriak ayah Novia matanya terus menatap tajam Galang dari ujung kepala sampai kaki, seolah sedang menyelidiki.

    Tatapan mata ayah Novia mulai membuat Galang tak nyaman, untunglah tak lama Novia keluar dan ia masih cantik seperti biasanya ,

    “hei..masuk yuk….”ajak Novia
    “permisi oom..” kata Galang sopan , namun tak dijawab oleh ayah Novia, dalm hati ia berkata ” sombong amat..”
    Novia langsung mengajak Galang ke kamarnya.
    “ga apa apa nih via..” tanya Galang khawatir
    “ga apa apa , bebas kok..cuek aja…”

    Galang mencoba tersenyum pada Novia, dan dibalas pula dengan senyuman yang manis.
    “ya udah..dimulai yook….” kata Galang

    mereka memegang gitar masing masing, dan memulai memainkannya, dan ternyata walau belum terlalu lancar, Novia sudah memainkannya lebih baik.

    “wahh..lumayan tuuh…” puji Galang
    “siapa dulu dong gurunya….” kata Novia lalu tersenyum.
    tiba tiba pintu kamar Novia terbuka, dan ayahnya masuk
    “sayang..ayah berangkat dulu….sudah ditunggu…mau oleh oleh apa dari singapura..?”
    “apa aja deh ayah…” kata Novia sambil mencium ayahnya
    “dah..sayang…” kata ayah Novia lalu keluar tanpa mempedulikan Galang disana.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    tak berapa lama terdengar suara mobil meninggalkan rumah, Novia pun kembali ke gitarnya. Galang memberikan pelajaran lanjutan sambil terus mengobrol. ternyata selain cantik dan pintar, wawasan musik Novia juga tidak memalukan. setelah beberapa jam akhirnya mereka beristirahat. Novia melakukan peregangan tangan ke atas kepalanya, membuat dadanya terbusung ke depan, membuat Galang salah tingkah

    “makasih ya Galang..kamu baik banget…” kata Novia
    “sama sama…” jawab Galang tak ada ide mau bilang apa lagi
    “eh..Galang..aku mau berenang ,..ikut yukk..?” kata Novia sambil membuka pakaiannya, di dalamnya ia mengenakan bikini.
    “eh..ya silakan aja…” kata Galang semakin salah tingkah.. Galang bersandar di sofa , dengan gitar dipangkuannya, jarinya refleks memetik metik senar perlahan.

    matanya tak bisa lepas dari tubuh molek Novia yg hanya terbungkus bikini, pantatnya bergoyang indah saat ia melakukan pemanasan, perlahan lahan penis Galang mulai hidup. sebelum menceburkan diri ke kolam Novia sempat berbalik, memperlihatkan sebagian buah dadanya yg montok membuat Galang menelan ludah.

    “ayo dong…ikutan…..” ajak Novia
    ‘aduuh..sorry deh..ga bawa baju nih…”
    ‘ya udah….” kata Novia dan meloncat masuk ke kolam renang.

    Galang tak bisa menahan diri untuk mendekati kolam, namun ia hanya duduk di pinggir kolam, bermain air dengan kakinya. setelah beberapa lama berenang, Novia pun keluar dari kolam dan ikut duduk di samping Galang. puting susu terlihat tercetak menggoda dari balik bikininya.

    “Galang…makasih ya…..kamu udah ajarin aku main gitar…” kata Novia manja
    “ooh..iiya..iya…..” Galang salah tingkah.
    “boleh ga aku memberi ucapan terima kasih…?’ kata Novia sambil memandangi galang.

    Galang membalas tatapan mata Novia, sambil perlahan bibirnya mendekati bibir Novia, dan menekannya lembut saat bersentuhan, ciuman mereka begitu lama dan panas, sementara jari Novia perlahan merayap turun dan menyentuh gembungan di balik celana Galang.

    sementara Galang dengan perlahan dan lembut membuka bagian atas bikini novia, memperlihatkan bulatan penuh buah dada ranum. Galang dengan sedikit ragu meremas buah dada Novia, namun hanya sesaat, kemudian ia kembali larut dalam permainan panas ini.

    kini buah dada Novia telah diraup oleh mulut Galang, dijilati dan digigiti dengan lembut, membuat Novia merintih penuh rasa nikmat….dan kemudian Galang menggendong novia ke dalam dan membaringkannya di sofa, sementara Novia tersenyum pasrah….

    “kamu cantik sekali …” gumam Galang

    Tangan Galang menjelajahi seluruh tubuh Novia, seirama dengan meleburnya hasrat mereka berdua. Galang mencium wajah Novia, matanya, lalu lehernya. bau kolam renang bercampur dengan harum tubuh Novia. ciuman Galang terus menurun ke tubuh Novia, pada buah dadanya, pada perutnya. Galang menikmati tiap jengkal tubuh mulus Novia, diciuminya dan dijilatinya bagai permen.

    Novia melebarkan kakinya saat ciuman Galang semakin turun ke bawah. dengan cekatan Galang melepas bagian bawah bikini Novia, memperlihatkan hadiah istimewa. Vagina Novia terlihat indah di mata Galang, bibirnya bagai kupu kupu , lembab, dengan clit pink basah diantaranya.

    jemari Galang perlahan menyusuri bibir vagina itu, tubuh Novia menggelinjang menikmati rangsangan tersebut. tak tahan lagi , dengan satu gerakan galang menjilati bibir vagina novia, menyedot dan menggigit lembut, lidahnya menyapu clit Novia , membuatnya semakin menggelinjang dan mengerang bagai kesakitan. hal ini membuat Galang makin bersemangat.

    Tiba tiba Novia berbalik posisi, kini Galang yang terbaring di sofa, dan dengan cekatan giliran Novia yang membuka celana Galang, membuat penisnya langsung keluar dan tegak berdiri. Novia mengambil posisi diantara kaki Galang, dan menggegam penis galang dengan dua tangan, perlahan memijit dan mengocoknya penuh perasaan.

    “penis kamu bikin aku geregetan Galang…..” kata Novia manja.

    Galang bagai tersihir, tak mampu berkata apa apa selain menggeram nikmat. kemudian dengan gerakan yg erotis, Novia menjilat kepala penis Galang sekali, sangat perlahan, lalu tersenyum menggoda , dan bicara dengan nada yg menggoda pula..

    “terusin jangan…ya……?”
    tak perlu jawaban , Galang mendorong kepala novia lebih dekat ke penisnya.

    Novia mengecup penis itu sebelum memasukan ke dalam mulutnya, segera kehangatan kenikmatan menjalari seluruh tubuh Galang, penisnya kian mengeras. sambil tetap menggengam penis diujung bawah, mulutnya mulai bergerak naik turun sepanjang penis Galang, dan disaat bersamaan memijit dan mengocok lembut, naik turun.

    Galang melihat ke bawah, menyibakkan rambut Novia, kini ia bisa melihat penisnya meluncur timbul tenggelam ke dalam bibir sensual Novia. sedotan Novia makin lama makin keras, Galang merasa tak akan bertahan lama jika terus begini.

    “Novia….aku….mau..sekarang….” kata kata Galang tak jelas

    Novia mendongak dan tersenyum, penis tak lepas dari mulutnya. Novia kemudian mendorong kepalanya lebih dalam sehingga seluruh penis galang masuk ke dalam mulutnya, sampai ke ujung tenggorokan.

    Dia bertahan di posisi itu sejenak, lalu perlahan kembali menyusuri penis dengan bibirnya, ia sangat menikmati hal itu, apalagi melihat wajah Galang yang belingsatan.

    Novia kemudian menghisap kepala penis satu kali, memainkan lidahnya disana, lalu menelan kembali seluruh penis Galang. kali ini rupanya ia tersedak, ia melepas penis Galang , terbatuk batuk lalu tersenyum manis pada Galang.

    “saatnya tiba..Galang sayang….” kata Novia, sambil bergerak ke atas tubuh Galang mencari posisi yang tepat. Penis Galang bersentuhan dengan paha dalam Novia, bulu bulu halus vagina sedikit menggelitik Galang.

    Novia meraih penis Galang, mengarahkannya ke vaginanya, mengesek geseskan sejenak di bibir vaginanya. sampai akhirnya Galang merasakan penisnya mulai terbenam di vagina Novia saat ia merendahkan tubuhnya.

    Penis Galang menerobos masuk, menyeruak sempitnya vagina ,terasa hangat dan nikmat. Galang meraih pantat Novia, dan menariknya, berusaha untuk membuat penisnya masuk lebih dalam.

    “aduhh..ga muaat…aahhh..” erang Novia.

    perlahan dan teratur, novia mulai menggerakan naik turun tubuhnya diatas Galang. mereka berdua saling menatap sejenak, Novia merendahkan tubuhnya dan mereka pun saling berciuman, nafsu birahi semakin berirama indah di antara mereka, menyatukan mereka dlam gairah panas membara.

    Novia mengerang saat mereka berciuman, lidah mereka bertemu dan saling menari. Galang tiba tiba merasakan rasa hangat yg berbeda menjalari penisnya, saatnya segera tiba. penis Galang mengeras bagai baja dalam lingkup kehangatan, basahnya vagina Novia, suatu efouria mulai muncul makin lama makin kentara.

    “Galang…ahhh..ahhh….”
    “via….aku bentar lagi…uuughhhh…”

    gerakan naik turun Novia semakin cepat, makin cepat makin cepat. dan… keduanya mengerang hampir bersamaan saat kenikmatan bercinta datang menghampiri mereka berdua,

    “oooohh..galaaaaannng…ahaaaaaaahhhhhhh…” Novia berteriak
    Galang hanya menggeram, saat cairan cintanya menyembur keluar cukup banyak. Setelah selesai, tubuh Galang terasa relax, ia berbaring antai di sofa, sementara Novia ambruk di atas tubuhnya, keduanya bermandikan keringat.

    “ooh…Galang…kamu ternyata luar biasa….” kata Novia pelan
    Galang hanya tersenyum, mereka kemudian berciuman mesra.Tiba tiba terdengar suara mobil masuk dan suara orang masuk.

    “celaka..ayah…..kenapa sudah pulang…” Novia terlihat panik .
    Galang hanya terdiam terpaku saat ayah Novia masuk ke dalam kamar., ayah Novia sangat terkejut melihat anaknya telanjang bulat bersama lelaki yg tadi dia acuhkan.

    “NOVIA….!!!!!APA APAAN KAMU……!!!!!!”
    Galang terpaku tak tahu harus berbuat apa saat tiba tiba ayah Novia masuk ke kamar itu dan memergoki mereka berdua tanpa busana, sudah jelas mereka tidak sedang bermain catur.

    “celaka ..mati gue….” gumam Galang, ketakutan terpancar di matanya.
    “jadi …selama ini kalian hanya berbuat mesum saja disini…..?” kata ayah Novia dengan nada tinggi.
    “ayah..tapi Novia……” Novia hendak berkata namun segera dipotong oleh ayahnya.
    “tapi apa lagi…..memangnya kamu pikir ayah goblog…..sejak kapan belajar gitar harus telanjang seperti ini!!! ”

    Galang tak mampu berbuat apa apa, hanya dalam hati ia berdoa semoga bisa lolos dari masalah ini.

    Ayah novia mendekati anaknya dan memandangi tubuh bugil anaknya cukup lama ,“kamu ini……mau belajar gitar apa belajar jadi pelacur…!!!!!…sama gembel lagi….!!!!”Disebut gembel, harga diri Galang agak terusik, namun ia kembali terdiam, ia tidak dalam posisi yang menguntungkan.

    “beruntung penerbangan ayah di cancel…ayah sudah menduga ada yg tidak beres dengan kamu dan guru gitar kamu ini……kamu ini……..kamu..” kata ayah Novia tak mampu berkata kata sambil menatap buah dada anaknya yg ranum.

    “dan kamu anak muda….” tiba tiba ayah Novia berbalik pada Galang.
    “aku sudah tahu siapa kamu, aku selalu menyelidiki siapa siapa saja yang mendekati anakku….dan kamu tahu…anak muda…..aku bisa dengan mudah membuat kamu dan keluarga kamu sengsara dan hidup di jalan….paham!!!!!” lanjutnya.

    Sebenarnya banyak kata kata yg ingin dikeluarkan Galang dari benaknya, namun ia menyadari, dalam posisinya sekarang, satu kata salah, maka seluruh keluarganya akan tidur di jalan, ayah Novia punya cukup kekuasaan untuk berbuat itu.

    Novia terduduk di ranjang, isakan tangisnya membuat tubuhnya terguncang guncang, membuat buah dadanya bergerak naik turun. Dan sial bagi Galang, hal itu justru malah membuat birahinya naik lagi, perlahan penisnya kembali menegang…..

    ” aduh celaka….” gumam Galang ketika ayah Novia memandanginya dengan marah saat melihat Galang kembali terangsang.
    “anakku memang menggairahkan…betulkan anak muda…?” kata ayah Novia
    “mm..maksud..bbbapak…..” Galang tergagap
    PLAKKKK!!!!!! tiba tiba ayah Novia menampar galang.
    “jangan pura pura goblog!!!!!”

    Galang terdiam sambil memegang pipinya yang terasa panas.
    “kamu menikmati tubuh anakku kan……?”
    Galang terdiam

    “kamu sangat menikmati tubuh Novia …..ya kan…..?”
    Galang tetap tak menjawab.
    “baik….kamu duduk disamping anakku sekarang..ayo cepat!!!” perintah ayah Novia pada Galang.

    dengan patuh dan bingung Galang duduk di samping novia, sementara ayahnya mengambil kursi dan duduk dihadapan mereka.

    “baik…..kalau kamu memang suka tubuh anakku, coba kamu elus elus pahanya..ayo…” perintah ayah Novia yg membuat keduanya terkejut.
    “ayah….tapi…..” Novia mencoba protes.
    “diam!!! sekarang kalian berdua ikuti perintah ayah..atau gembel temen kamu ini akan dapat masalah besar.” kata ayah Novia.

    Galang dan Novia saling berpandangan bingung juga khawatir. Novia kemudian mengangguk pelan agar Galang lebih baik patuh pada perintah ayahnya. Dengan masih ragu ragu dan sedikit risih, Galang mengelus paha mulus Novia sambil terus ditonton oleh ayah Novia.

    “buka paha kamu lebar lebar novia…..” perintah sang ayah.

    Novia membuka pahanya lebar memperlihatkan vaginanya, sedangkan elusan galang mulai merambah ke bagian dalam paha Novia dan makin ke atas.

    “ayo…sentuh vaginanya….itu kan yang kamu mau…?” kata sang ayah.

    Galang memandang ayah novia, berusaha menebak apa yg ada dipikiran lelaki ini, apakah ini sebuah jebakan..?? namun ayah Novia justru balik melotot dan menyuruh segera melakukan perintahnya. Perlahan elusan Galang naik ke atas dan menyentuh vagina Novia, jari jarinya menyusuri naik turun bibir vagina Novia. erangan dan rintihan mulai terdengar keluar dari bibir Novia.

    Galang berpaling pada ayah Novia, namun ia terkejut karena ayah Novia sedang membukai pakaiannya, sementara melepas pakaian pandangannya tak lepas dari Galang dan Novia, suatu ekspresi aneh terpancar dari wajahnya, ia kemudian memijat mijat penisnya sendiri sambil tak melepas pandangan pada anaknya. Galang mulai merasakan situasi akan menjadi lebih tak terduga.

    Galang kemudian kembali berkonsentrasi pada Novia, ia terus menerus melakukan rangsangan pada vagina Novia, vagina itu kian basah, ia belum berani berbuat lebih jauh lagi tanpa perintah dari sang ayah, meskipun kini penisnya sudah menegang menagih kenikmatan lebih, aliran darah seolah bergerak cepat di kepalanya.

    “sekarang kamu jilati vaginanya..ayo…” perintah sang ayah selanjutnya

    Galang membungkukkan kepalanya dan mulai menjilati vagina Novia, dan tanpa mempedulikan apa apa lagi , Galang mulai menikmati semua ini. Novia sendiri pun kelihatannya sudah tak peduli apa apa lagi, ia memejamkan mata sambil menggigit bibirnya, kadang terdengar rintihan yg keluar dari bibirnya.

    Sambil menjilati vagina Novia , Galang mengelus paha mulus gadis itu kadang kemudian ia meremas pantat Novia. kepalanya terbenam semakin dalam diantara paha gadis cantik itu.

    Galang mendengar ayah Novia bergerak mendekat , dan sepertinya sang ayah masih melakukan masturbasi sambil melihat anaknya dari dekat.

    “tubuh anakku memang nikmat kan anak muda…..? hmm..kamu menikmatinya kan…..?dan buat kamu Novia , kalo kamu memang mau jadi pelacur…biar ayah yang ajarkan kamu jadi pelacur….” kata ayah Novia.

    saat mendengar hal itu Galang mendongakkan kepalanya, dan ia sempat terkejut melihat Novia sedang menggenggam dan menjilati penis ayahnya sendiri bagai menjilati permen loli, bahkan kemudian walau terlihat sedikit ragu tapi akhirnya ia mengulum penis ayahnya sendiri di mulutnya.

    Terdengar gumaman dan erangan dari bibir Novia saat penis ayahnya bergerak keluar masuk di mulutnya. Galang masih terpaku memandangi dua tubuh telanjang , ayah dan anak sedang melakukan oral sex.

    “anak muda….berdiri kamu..” kata ayah Novia.
    Galang pun berdiri dan ayah Novia segera berdiri disampingnya, kemudian ia menyuruh Novia untuk mengoral penisnya dan Galang .

    Novia kemudian berlutut di depan kedua pria itu , mengenggam kedua penis itu dengan tangannya dan secara bergantian mengocok dan mengulum kedua penis itu, dengan gerakan cepat.

    saat Novia mengulum penis Galang, ia memandang wajah Galang. Dari sinar matanya, Galang dapat melihat keterhinaan dan rasa malu Novia melakukan semua ini, apalagi pada ayahnya sendiri. Namun saat itu Galang sudah tak perduli lagi, birahinya sudah naik ke ubun ubun, ia bahkan mendorong penisnya semakin masuk ke dalam mulut Novia , membuat gadis itu tersedak.

    saat kemudian Galang merasakan akan orgasme , ia menahan kepala Novia dan membiarkan spermanya menyembur masuk ke dalam mulut Novia. Tiba tiba ayah Novia menarik tubuh anaknya ke kasur dan langsung menindihnya, buah dada Novia ia remas dan ia sedot sedot kasar, membuat Novia mengerang ngerang tak jelas.

    Novia dan Galang saling beradu pandang, Galang melihat sinar mata Novia kian meredup, dan samar ia melihat tetesan air mata terjatuh dari mata indah itu.

    ayah Novia lalu mengambil posisi diantara kedua kaki anaknya , mengarahkan penisnya pada vagina yg sudah basah, dan hanya dengan satu gerakan , penis itu meluncur masuk.

    “aaaaaaaaawwwww……..” jerit Novia saat penis ayahnya memasuki tubuhnya, ayahnya mulai bergerak teratur menggenjot tubuh anaknya sendiri.
    “ini yg kamu mau kan…hmmm…? kamu mau jadi pelacur kan….hhmmm…?” kata ayah Novia sambil terus semakin intens genjotannya.

    Galang hanya mampu memandangi adegan itu, di satu sisi ia merasa kasihan dengan Novia tapi di sisi lain ia sangat menikmati hal ini, pemandangan seperti ini dulu hanya ia lihat di vcd bokep, tapi hari ini ia menyaksikan sendiri seorang gadis cantik yang disetubuhi ayahnya sendiri.

    Ayah Novia mengangkat kaki anaknya makin tinggi dan lebar dan mendorong penisnya masuk semakin dalam, sementara erangan dan rintihan makin jelas terdengar dari mulut Novia, air matanya pun kini mulai deras mengalir.

    makin lama gerakan ayah makin cepat, sampai akhirnya tubuh ayah Novia terlihat menegang, wajahnya merengut, dan ia segera menarik keluar penisnya, dan menyemburkan penisnya di buah dada Novia, sebagian mengenai wajah anaknya.

    Sperma nya bagai tak berhenti terus keluar,semburan demi semburan membasahi buah dada Novia yang bergerak naik turun.

    “kamu benar anak muda ..tubuh anakku memang sangat dashyat dan juga nikmat…” kata ayah Novia pada Galang.

    kemudian ia mengelus elus kepala anaknya, mencium keningnya dan kemudian berkata,“nah..begitu cara jadi pelacur yang baik, …..nanti malam ayah akan ajarkan lagi bagaimana jadi pelacur yang baik….”kemudian ia keluar dari kamar itu sambil bersiul siul puas.

    sekeluar ayah Novia, Galang baru berani mendekati Novia yg tengah menangis di tempat tidur. Galang berusaha menghiburnya dan menenangkannya ,namun Novia menyuruh Galang agar lekas pulang.

    Galang mengerti, mungkin ia butuh waktu untuk sendiri, ia pun memakai pakaiannya kembali, membereskan gitarnya dan bersiap untuk pulang., sebelum keluar ia menatap untuk terakhir kalinya Novia yg masih terisak isak di tempat tidur dengan tubuh telanjang.

    selama perjalanan pulang , ia terus mengingat dan membayangkan pada apa yang baru saja terjadi, ia tak pernah mengira niatnya mengajari Novia bermain gitar berubah menjadi sebuah petualangan sex yang tak terduga.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Majalah Dewasa –  Noh Ji Hye

    Majalah Dewasa – Noh Ji Hye


    1540 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model yang begitu-
    begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai
    dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model
    asli yang sangat mempesona . Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan
    materi baru!

  • Foto Bugil Ruri Shinohara Pamer Payudara Hotnya

    Foto Bugil Ruri Shinohara Pamer Payudara Hotnya


    1960 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Cerita Dewasa Mamaku Calon Istriku

    Cerita Dewasa Mamaku Calon Istriku


    2483 views

    Cerita Seks Terbaru – Hari itu sangat mendung, maklum musim penghujan diawal bulan Desember.., cuaca sangat dingin, dan aku bermalas-malasan berbaring di satu2nya tempat tidur yang cukup empuk di Barak tempatku bertugas . Barak yang sangat jauh dari keramaian kota, kira2 8 jam perjalanan mobil ke Bandara terdekat. praktis tidak ada komunikasi kecuali SMS kalau lagi beruntung mendapatkan signal 1 strep. ditempat yang terpencil ini tidaklah membosankan…, karena dipenuhi pemandangan alam yang indah mempesona. Hampir setahun saya dikontrak di perusahaan perkebunan milik PMA tempatku bekerja sekarang..sebagai Manager pengawas, saya mempunyai pendapatan yang lumayan untuk balik ke Jakarta setiap minggu, tetapi kesempatan ini saya tidak pergunakan sampai saat ini kecuali 6 bulan lalu, hitung2 untuk menabung rencana perkawinanku dengan Candy , putri yang sangat cantik yang dijodohkan oleh Almarhum Ayahku.

    Sebenarnya perjodohan ini saya tidak setujui walaupun Candy sangat cantik , 20 tahun atau setahun lebih muda dariku..sangat penurut ..dan kutahu ia sudah mempunyai Pacar.. , bila disandingkan dengan Mama…, ibarat mereka bersaudara selisih beberapa tahun saja, sama cantiknya, cuma mama lebih dewasa..walaupun Mama sekarang berumur 40 tahun… dan mungkin ini yang menyebabkan saya memilih kerja yang jauh dari rumahku agar waktu dapat melupakan perjodohan kami…, lagi pula saya ingin mencari jodoh sendiri ,..yang dapat mengetahui segala kebutuhannku …, kira2 seperti Mama..lah adanya.

    Mengingat Mama, Mama yang sangat jauh di Jakarta…yang telah merawatku sampai saya mulai bekerja ditempat ini…, Mama yang hidup sendiri di rumah peninggalan ayahku yang cukup mewah dengan fasilitas yang memadai lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Mama sendiri walaupun Mama tidak perlu bekerja, lagi pula , kami memiliki pembantu yang sangat setia..dan selalu menemani mama… dan dan sepertinya semua itu tdk ada artinya bagi mama yang kesepian.. oh Mama..

    SMS yang Mama kirim minggu lalu.., Mama akan berkunjung ke tempat kerjaku sekalian berrekreasi ketempat indah yang saya pernah ceritakan. hanya saja Mama tidak mempunyai teman perjalanan…telah kujawab “Mama tidak perlu datang apalagi tidak ada yang menemani, Ar..akan mengambil cuti tahunan bulan depan dan kembali kejakarta melepaskan rindu dengan Mama…” , alasanku agar mama tidak perlu berlelah-lelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, lagi pula ditempat yang terpencil dan sepi ini tidak ada satupun pekerja yang membawa keluarganya. Malu rasanya kalau saya seorang manejer masih ditemani oleh mama …., tetapi Mama tetap bersikeras…malahan mama telah memiliki tiket penerbangan yang konek dengan penerbangan terdekat ditempatku dan berdua ditemani oleh Candy . alasan mama satu2nya yaitu ingin melihat tempat kerja Anaknya yang semata wayang sekaligus mengajak Candy jalan-jalan.

    Keesokan harinya..sebelum saya menjemput Mama dan Candy , pagi2 buta kutemui teman sekerjaku, “Pak Dino…saya akan ke Bandara menjempu Pacarku, mungkin besok siang saya kembali ke Kamp” kataku singkat. dan Pak Dino hanya tersenyum..”Seminggu pun boleh Pak Ar !! apalagi menjemput calon isteri, semua pekerjaan disini sangat lancar”

    Siang harinya tepat jam 13.00 saya tiba di Bandara…, Pesawat yang akan ditumpangi oleh Mama dan Candy belum juga tiba..karena alasan teknis diperkirangan terlambat 2 jam…, pk 16 lewat 8 menit…pesawat satu2nya yang lending dibandara ini telah tiba…, satu persatu penumpang saya telusuri dari jauh…, seluruhnya penumpang berduan cowok dan cewek, atau rombongan cowok…tidak ada penunpang yang berduaan cewek dengan cewek…, tetapi yang satu itu…cewek sendirian …sepertinya Mama !!!, betul…Mama hanya sendiri…, Mama dengan Anggunnya turun dari pesawat, kacamata sunglass bertengger didahinya, memakai blus hitam lengan panjang berenda …, celana panjang ketat warna putih..menjinjing tas kesukaannya…, busana yang tidak mencolok…tetapi sangat serasi..dan kelihatan sangat cantik …, paling cantik dari semua penumpang…, semua pengunjung dibandara ini….

    Kuraih kopor begasinya, kusambut dan kucium tangannya…, mama memelukku dan mencium didahiku…, seperti yang selalu mama lakukan kepadaku setiap kali bertemu atau berpisah.., lama sekali mama memelukku sambil memperhatikan wajahku sampai ke kaki, “sepertinya kamu agak gemuk cuma lebih hitam..anakku”, “Ia Ma..!!!, kerjanyakan dikebun…, tetapi Mana Candy Ma!!” tanyaku singkat…, “Nah…lho…, langsung tanya pacarnya..tidak menanyakan kesehatan Mama!!” gledek mama, mukaku jadi memerah malu…, “justru Ar nanyain , kok teganya Candy membuat mamaku yang cantik bepergiann sendirian..” balasku , “Sedianya Candy akan menemani Mama, tetapi karena tugas ahirnya tdk bisa ditinggalkan, makanya Mama putuskan sendiri aja” alasan mama singkat…. Entah kenapa perasaanku jauh lebih senang kalau mama tidak ditemani oleh Candy, mungkin karena rinduku kepada Mama yang kutemui 6 bulan terakhir, atau perjodohanku dengan Candy yang tidak semestinya terjadi di zaman modern ini…, tetapi alasanku kepada Pak Dino untuk menjemput pacarku…, malu rasanya..

    Lama sekali aku terdiam mencari alasan yang tepat…,”Kenapa kamu diam Ar”, tanya mama sewaktu kami meninggalkan Bandara, ” Kita keliling kota dulu Ma, sambil mencari persiapan bekal di jalan dan Ar istirahat sebentar , jam 7 malam kita berangkat.. dan perkirakan jam 5 pagi kita tiba dilokasi tempat kerja Ar… ” kataku meminta persetujuan mama, ” terserah kamu Ar, yang penting kamu tidak kelelahan dalam perjalanan yang panjang ini” kata mama.

    Dalam perjalanan , Mama banyak bercerita tentang kejadian…dirumah di jakarta…sepertinya mama sangat kesepian.., tinggal sendirian yang ditemani seorang pembantu, walaupun jadual senam, fitnes, renang..hampir setiap hari tidak ada yang mama lewatkan, Mama juga menjelaskan status perjodohan kami.., sebenarnya tidak mengikat tergantung kami berdua.., “Bukan Ar tidak suka Candy, tetapi Candy sudah punya pacar, lagi pula Ar pingin mencari jodoh sendiri yang …yang…pokok..ne ..seperti Mama” kataku terbata-bata, “terserah kamu Ar…, Mama pingin cepat2 punya Mantu” kata mama singkat sambil mengantuk…, “kita istirahat di SBBU depan ya Ma..Ar juga ngantuk”, mama tidak menjawabnya karena sudah tertidur. Di tempat istirahat , kami pindah di jok tengah.., dan mama tertidur pulas terlentang diatas pangkuanku..dan sayapun tertidur…kecapaian, dimalam yang sangat dingin . Tengah malam..Mama menggeliat, dan sayapun tersadar.., mama berusaha tidur miring sambil memeluk pinggangku, tepat pipinya berada diatas pionku.., perlahan2 lahan kuelus anak rambut yang ada dikeningnya…, pelukan mama makin mengencang…, kasihan mama…, alis itu, hidung yang mancung, bibir yang tipis..memerah..dagu yang mengelantung, leher yang jenjang..membuat wajah mama sangat sempurna cantiknya.., tetapi sangat cepat ditinggalkan oleh papa selama-lamanya.., tidak sadar , wajah yang sempurna itu mulai kuelus lembut.., dalam tidurnya…, mama mungkin merasakan kehangatan dari belaianku diwajahnya , dari kening sampai dagunya, dan mama berusaha meraih tanganku yang mengelus wajahnya membawa turun ke lehernya dan …dan..buah dadanya…, wow.., buah dada mama yang kenyal menonjol dan besar tidak ditopang dengan BH…, ditempat ini tangan mama menekan tanganku , dan akupun mulai mengikuti kemauan mama meraba buah dadanya dari balik bajunya.

    Denyut jantungku mulai memacu…, mamaku dalam tidurnya sangat merindukan belaian kasih sayang seorang laki2…, patutkah saya, anak yang dilahirkannya 20 tahun lalu…yang dibesarkan dengan kasih sayang tanpa pamrih membalasnya dengan memberikan kasih sayang yang lain sebagai seorang laki2 walaupun mama tidak sadar dalam tidurnya ?? seperti keadaan saat ini , naluri kelakianku kini ditantang… oleh seorang wanita yang cantik.., seksi..yang kuidam2kan , …diperjalanan hanya kami berdua… ditengah malam yang sangat sepi dan dingin dan tidak ada orang ketiga yang tau,….Entah setan yang mana mulai membisik ” Kasihan Ibumu Ar!!…penuhilah kebutuhan dan keinginannya, tidak ada yang tau Ar!! lagi pula ia tidak sadar..dan dia sangat membutuhkannya”, itulah bisikan..yang mendengung membuatku gelisah, gugup dan takut…tetapi menjanjikan… dan secara refleks pionku pun mulai bereaksi… mengeras … tetapi sakit…karena terjepit dengan celanaku dan tertindih dengan pipi mama.., yang membuatku makin berani karena Mama makin agresif..dengan menggelinjitkan tubuhnya , memberikan peluang untuk buah dadanya yang sebelah untuk kuraba , tanganku mulai menyusup langsung meremas kedua buah dadanya bergantian…, mama makin menggeliat..nafas mama mulai memburu . Dalam tidurnya Mama bereaksi sambil berusaha memasukan jari2nya kebalik baju dalamku dan mencakar punggungku dengan kukunya yang tajam…, pionku makin meregang , sangkin sakitnya pionku terjepit, kuusahakan membuka kancing celanaku dan langsung melorotnya… Mungkin mama merasakahn benda kenyal bulat panjang..hangat melekat dipinya.., ia menarik tangannya yang mencakar punggungku…dan memegang batang pionku…, wow…jari yang halus lembut…melilit batang pionku menarik kearah bibirnya yang tipis…, kurasakan kehangatan bibir mama membuatku merasakan suatu kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya…, secara tidak sadar tanganku pun meninggalkan buah dadanya dan langsung …menyusup dibalik celananya…plus…bertengger tepat diatas bibir vaginanya, dan…dan tubuh mama makin bergetar.., jari2nya yang memegang pionku makin mengeras…, nafasnya tidak karuan lagi…pinggulnya mengggejolak…clup…, jari tangahku kumasukan dalam liang vaginanya…terasa hangat…menjepit…yang entah kapan mulai membasah…… Sambil kuaduk aduk vagina mama dengan jari2ku…, per-lahan2 pula kuarahkan kepala pionku kemulutnya…, tiba2 …. plak…plak jari2 yang mencengkram pionku mendarat dipipiku dengan sangat keras…., Mama terjaga dan menamparku…, plak..plok…plak…, entah beberapa kali kedua tangan mama mendarat dipipiku.., sangat keras…dan sakit…tetapi saya membiarkannya…, Nafsu birahiku yang tadinya sangat membara..kini berganti menjadi suatu ketakutan… penyesalan…dan ..dan…siap menerima hukuman seberat apapun… Mama berbalik dan tertelungkup.. yang tadinya kepalanya dipangkuanku kini berganti kakinya… sambil menagis…, lama sekali saya biarkan mama menagis… “Teganya kamu Ar.. membuat Mama seperti ini !!” kata mama dalam isaknya tangisnya, ” Maaf Ma!!…Ar khilaf…” kataku nyaris tak terdengar… sangking takut dan menyesal, dan berjuta .. kata2 yang sediannya ingin kuucapkan.. tetapi .. tak kunjung terucap…, takut kalau mama makin marah…, dan mungkin membunuhku. Walaupun saya rela kalau mama membunuhku…untuk menebus kesalahanku .. tetapi pastilah mama bertambah sedih…, kutinggal sendiri didunia ini dengan noda dan nista.., boleh jadi Mama juga akan bunuh diri…, … oh… tidak Mama tidak boleh membunuhku…, tiba2 mama bangun duduk disampingku…, dengan tenangnya mama mengusap sisa air matanya…, mama tidak menangis lagi ” Ar .. Antar Mama Balik kebandara “, ” tapi Ma .. penerbangan kejakarta 3 hari lagi..” kataku memberi alasan.. dan pasrah, ” Tidak apa Ar , mungkin Mama tidak seharusnya datang kesini” kata mama tegas, tidak boleh dibantah… Inilah suatu kenyataan yang saya harus terima, Mama yang dengan penuh kasih sayang melahirkanku, merawatku dan menjagaku sampai hari ini…namun saya balas dengan perbuatan yang tidak sepantasnya.

    Kuputar balik Mobil menuju Bandara dan perlahan-lahan kutinggalkan tempat yang sepi …dingin … mencekam.. Mama hanya terdiam membisu entah apa yang dipikirkan , dan saya pun diam berusaha konsentrasi membawa Mobil ditengah malam itu…” Ma !!! bolehkah Ar singgah sebentar untuk menelpon teman sekerja Ar di Kamp?”, tanyaku tanyaku mengharap cemas, ” terserah kamu..”, jawab mama lirih. Kuhentikan mobil dan berusaha menelpon Pak Dino, lama sekali baru ada jawaban dari sana, ” Ini Arman Pak Dino, Tolong dikemas Laptop saya dan semua Barang Milik saya di Barak dan kirim ke Jakarta , alamatnya ntar saya SMS “, Pak Dino kaget dan hanya sempat bertanya “Kenapa”, “Ada masalah Keluarga dan saya harus kembali sekarang dan Mobil saya Titip di Bandara” kataku …mengulang-ulang karena signyal sangat kecil…, setelah telepon terputus , kembali saya akan melanjutkan perjalanan , tiba2 ” Apa maksud kamu mengepak barang2 dan kirim kejakarta ..” tanya mama sedikit curiga, “Ar sangat malu kembali kerja, lagi pula mungkin Ar tidak konsentrasi lagi, Ijinkan Ar untuk ikut kejakarta , menemani Mama , merawat Mama, untuk menebus kesalahan Anak yang tidak tau Adat ini” perlahan-lahan mobil kujalankan , “berhenti dulu Ar, Maksudmu kenapa sangat malu kembali kerja di Kamp”, “awalnya Izin Ar untuk menjemput Pacar Ar dan temannya,Ar tidak mengatakan menjemput Mama , karena Ar malu kalau Mama yang berkunjung ketempat yang sangat terpencil ini, lagi pula Pak Dino sudah mempersiapkan segalanya untuk menjemput kita, terus apa kata mereka kalau Ar pulang ke Kamp sendirian, lagi pula takutnya Ar dengan mama tidak akan ketemu lagi kalau berpisah, karenanya kemana mama pergi disitupun Ar harus ikut” kataku menjelaskan , lama sekali mama terdiam…dan kelihatannya Mama sangat terharu dengan ucapanku yang terakhir dan akhirnya ” Kita teruskan perjalanan Ar…ke tempat kerjamu ” kata mama singkat , jelas dan sangat tegas dan tersenyum , awan menduk yang meliputi wajah kami berdua telah sirna dengan terbitnya Senyum Mama.. yang sangat cerah.. walaupun samar samar tampak ditengah malam buta, “tetapi…Ma”, ” Mama sangat mengerti perasaanmu Ar, Mama bersedia menjadi Pacarmu selama di Kamp kalau itu yang kamu maui, Hanya sebatas Pacar dan jangan sampai kejadian tadi terulang kembali” kata mama memotong alasanku, ” berarti mama , memaafkan perbuatan Ar tadi??”, ” Awalnya Mama sangat Marah dan kecewa, tetapi setelah mama pikir2, ini mungkin karena keadaan…, lagi pula mama tau sekarang anak mama sudah dewasa..” Betul Ma??, Mama tidak marah lagi???” tanyaku menegaskan…, tiba2 mama memegang wajahku.., menilik bekas tamparnya yang masih memerah..” Oh…Anakku..maafkan Mama ya!!, sini dekat dekat dengan mama, mama mau cium pipimu bekas tangan mama” , kusodorkan pipiku kiri dan kanan yang masih memar dan sakit, mamapun menciumnya dengan lembut…”yang mana lagi sayang!!” kata mama seakan akan ingin menyelasaikan tugasnya dengan cepat, kusodorkan bibirku “ini juga ma”, “Hushh.. jangan merayu mama Ar!!”, kunyalakan lampu jok untuk memperlihatkan bibirku yang juga mungkin membengkak, “oh..kasihan anak Mama..ha..ha..” kata mama sambil tertawa..melihat bibirku menebal ” tapi ini untuk pacarmu aja ya sayang!!”, kata mama menghindar, ” Bukankah Mama telah bersedia menjadi pacarku ” , mama tersentak…, perlahan-lahan tangan mama menarik leherku kearahnya , sambil menutup mata dan bibir terkatup, mama mendekatkan bibirnya ke bibirku yang membengkak.. Kusambut Bibir Mama yang tipis, basah, merekah dan hangat, tidak seperti sewaktu kami berdua diliputi nafsu birahi yang sangat membara walaupun mama tidak sadar dalam tidurnya..,bibir itu menciumku sangat lembut.., harum .. bak bunga yang baru mekar dipagi hari…bibir itu juga sedikit bergetar.. dan membuat juga sekujur tubuhku ikut bergetar..seakan akan seluruh urat nadiku dialiri strom hangat halus…dan nikmat sekali… Mama menciumku dengan penuh kasih sayang, kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya.., tetapi sebagai seorang wanita .. dalam puncak emosinya yang membutuhkan kasih sayang seorang pria…kelihatannya mama sedidik ragu…., dan keraguan inilah menyebabkan bibirnya sedikit bergetar..yang diikuti desah nafas..halus yang dipaksakan… yang kurasakan..terakhir ini mungkin juga mama rasakan bahwa ada suatu yang tidak betul diantara kami ..membuat kami terdiam.. lama.. lama sekali rasanya suasana sepi dan kaku , tiba2 “Ar …kamu jangan mempermainkan lagi mama ya Sayang!!”..kata mama memecahkan kesunyian dipagi yang buta itu.

    Tidak terasa Mobil yang kami gunakan melaju dengan kecepatan hampir maksimal..dan mama sempat memperingatiku ” Pelan2 aja Ar.. jalannya agak licin”..,setelah 2 jam..tepatnya 05.15 pagi kami pun membelok masuk ke Kamp tempat kami bekerja…, Dipintu gerbang yang kami singgah sejenak ..memberikan waktu kepada pak satpam untuk memeriksa, setelah melihat hanya kami berdua “Katanya yang dijemput adalah Istri Bapak berdua dengan…”, Pak satpam tdk sempat menyelesaikan kata2nya.., karena mama menggeliat dan “Temannya gak jadi datang, cuman sendiri”, kataku lirih agar tidak membangunkan mama, “Sukurlah Pak , karena kami belum menyiapkan ektra bed” kata pak satpam sambil tersenyum..dan mempersilahkan kami meneruskan perjalanan..masuk Kamp. Sebelum tiba dibarak tempatku bekerja mama sempat bertanya “Tadi Satpamnya ngomong apa sich Ar??”, “sebelum Ar pergi jemput mama alasan Ar kan untuk menjemput Pacar alias Calon Isteri berdua dengan temannya, tetapi ternyata.., yang datang cuman seorang , tentu yang datang pacarnya, masa sich temannya?,berarti pak satpam melihat mama tadi menggap calon istriku, lagi pula dia meminta maaf karena tidak sempat atau tidak perlu mempersiapkan ektra bed”, kataku menggoda , Mama hanya tersenyum..”apa kamu tdk malu , calon isterimu udah tua kayak gini..??”, tanya mama , “Siapa bilang Mama sudah tua, dibandingkan dengan Candy, mama mungkin kelihatan tua setahun atau hanya lebih lebih dewasa dan seksi” , “Gombal kamu Ar” mama hanya tersipu2 ..mendengar rayuanku,lanjutnya “jadi selama mama disini harus berstatus calon isteriumu ya??”, “kira2 begitulah, lagi pula kita harus seranjang…bolehkan Ma!!”, Mama tdk lagi memperhatikan ucapanku yang terakir, atau mama pura2 tidak mendengarnya..karena kami telah tiba dan mama langsung membuka pintu pondok dan mulai melakukan inspeksi.., “Hm..sederhana tapi sangat nyaman..dan sehat pondok ini Ar..”kata mama setelah meneliti semua ruangan , “inikan spesial disiapkan untuk Mama tersayang!!” kataku singkat, “Atau untuk calon isterimu yang tdk jadi datang” balas mama dengan sedikit nada cemburu, sambil membuka baju dan celana panjangnya..sehingga nampak samar tubuh mama hanya menggunakan singlet berenda merah maron yang sangat ketat sebatas pusat pengganti BHnya.. dan juga CD berenda transparant warna sama dengan singletnya..sambil membuka kopernya menarik daster tipis halus untuk dikenakannya , “Mama istirahat ya!!, ntar siang Mama rapiin kamarmu” kata mama kelelahan sambil menghempaskan badannya di TT satu2nya yang ada diruang itu. Kuturunkan semua perlengkapan mama dari mobil..dan mengaturnya diruang tamu.. dan tak terasa kelelahanpun menghantuiku…, setelah membuka baju dan celana panjangku, sayapun pingin istirahat,…tapi dimana??, disamping mama???, diTT yang sempit..itu??. Kubiarkan Mama sendiri menikmati satu2nya TTku yang empuk, dan demi mama saya pun rela beristirahat di sova dengan berselimutkan kain yang tipis…apa adanya. Sampai Sabtu sore hari, saya terjaga..dengan selimut yang dikenakan mama sebelumnya, kini melekat menyelimutiku dengan hangat.. dan sayup2 terdengar suara mama bernayanyi keci didapur sibuk memasak..

    Perlahan lahan kuhampiri mama yang asyik melantungkan lagu kesayangannya “Broken angels”, lagu kesayangan sejak Papa pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya.., lagu yang sangat menyayat hati.. dan diiringi gemerincik minyak panas dan asap yang mengepul dari wajan ..hampir menyelimuti wajah mama, kupeluk mama dari belakang dan mama tersentak kaget dan menoleh kebelakang membuat wajah kami bersentuhan.., sebelum mama sempat mengeluarkan seruan kaget atau marah, “Mama menangis ya!!” kataku sambil menatap matanya yang memerah dihiasi 2 butir airmata siap meluncur berderai, kusapu airmata itu sambil mengecup keningnya,”tidak sayang !!, mata mama panas karena asap ini” kata mama berbohong sambil menunjuk wajan yang masih mengepul, “Mama ingat Papa ya!!”, mama hanya terdiam. Mama masak apa?” tanyaku mengalihkan perasaan mama yang hampir meledak, “masakan kesukaanmu sayang” kata mama tersenyum..manis walaupun senyum itu diliputi kabut kesedihan, “Tapi sepertinya masakan ini, kesukaan Papa!!” kataku menggoda dan mama pun sepertinya tidak tahan lagi membendung emosinya dan menyerbu kepelukanku, menyembunyikan wajahnya, dan meledaklah tangisnya didadaku.. Kudekap tubuh mama dan membiarkan mama melepas semua perasaan kesedihannya, tak terasa waktupun berlalu perlahan lahan, kurasakan mama tidak dapat lagi mempertahankan tubuhnya dalam kondisi berdiri, kubopong mama dan dengan sangat hati2 kubaringkan ketempat tidur..tetapi tiba2 Mama menarik tubuhku untuk memeluknya lebih erat sambil terisak. Kubiarkan tubuhku tertarik dalam pelukannya sehingga menindih tubuh mama. Untuk yang kedua kalinya ada perasaan yang sangat aneh menjalar diseluruh tubuhku..hangat, nikmat syur..syur..tidak seperti kasih sayang yang kualami sebelumnya, perasaan syur yang menelusuri seluruh pori-pori menjalar terus turun keselangkangku..menyebabkan pionku berdetak dan tegang..oww..ow.., Pion yang salah tingkah ini khawatir dirasakan oleh mama, menimbulkan kecurigaannya , maksudnya untuk menghindari tonjolannya pionku ke paha mama, tetapi mama justru mendahului goyangan pinggulnya membuat pionku mengarah keselangkang tepat diatas vaginanya. Maksud hati menjauh malah terjerumus kebantalan pubis mama yang sangat empuk.., mama sangat merasakan tonjolan dan ketegangan pionku, Mama makin menggeliat dan mengencangkan pelukannya ” Ar.., mama sangat merindukan papamu..oh…” desah mama dalam isak tangisnya. Mendengar Mama mengeluh seperti itu , timbullah Perasaan Takut karena telah mengecewakan Mama, tetapi kalau kubiarkan mama melepas rindu dalam pelukanku…, ach … aku Ragu jangan sampai aku salah sangka dan Mama memarahiku seperti kemarin dalam perjalanan, cemas melihat kondisi mama yang labil, tetapi … kenikmatan , dan kehangatan dan syur dalam pelukan dan dekapan mama bercampur aduk jadi satu,membuatku semakin nekat.., ku lemot mulut mama yang berbibir tipis , kusedot tapi mama menghindar dan berusaha melepaskan bibirnya.. dengan mengatupkan mulutnya dan menengadah, apa boleh buat..leher mama yang menjadi sasaranku, kujilat dan turun ke dada..”Jangan Ar!!” desah mama terbata-bata dan ragu tetapi tidak marah, “Ar bersedia menggantikan Papa Ma!” kataku mengharap nekat , mudah2an mama mau menerimanya, sambil kujilati dadanya..kekiri dan kekanan ke puting kegundukan buah dadanya yang mulai mengenyal, mama makin menggeliat sambil berusaha melepaskan puting susunya dari mulutku, tetapi usahanya sia-sia malah menambah ransangan di buah dadanya, dan akhirnya mama pasrah malahan menarik kepalaku justru menekan kedadanya “tapi..Ar..oh!!..” kata mama tidak beraturan .. tersengal-sengal sambil menahan birahi dan keraguannya, tiba tiba…tok..tok..tok…pintu diketuk dari luar, Mama menghentikan kata2nya dan sayapun diam membisu diatas tubuh mama…dengan mulut masih ,melekat diputing kirinya. Hening sejenak…kutarik selimut yang berhamburan untuk menutupi tubuh kami berdua. Dalam selimut ,Mama berdiam , membisu dan cemas serta sedikit gemetaran berada dibawah tubuhku yang mendekapnya. “Mama jangan bersuara, mereka menganggap kita istirahat melepas rindu, sebentar lagi mereka akan berlalu” kataku membisikan dekat telinganya, apa boleh buat sudah terlanjur apalagi gelora birahiku telah mengalahkan ketakutan dan keraguanku dan lagi pula mama hanya mengangguk gelisah sambil menahan nafasnya yang juga mulai bergejolak. Perlahan-lahan kucium bibirnya…, mama tidak bereaksi hanya menutup mulutnya rapat2 sambil membolakan matanya seperti mengancamku tapi ada rasa takut ketahuan , tetapi dengan memencet hidungnya agar mama membuka mulutnya untuk bernafas dan usahaku berhasil, kusedot lidah mama, mama hanya tetap diam pasrah.., tok…tok…”Pak Arman !!” serunya dibalik pintu , rupanya pak dino yang berkunjung, “Sialan kamu pak dino, aku lagi mencumbu mama nich, minggat lu” kataku hanya dalam hati dan kulanjutkan kerjaanku mengerayangi buah dada mama dengan tangan kiriku memutar pelintir putingnya dan tangan kananku memfiksasi kepalanya dari belakang lehernya agar mama tidak banyak bergerak dan menghindar dari ciumamnku.

    Setelah kuperlakukan mama seperti ini, mencium dan meraba teteknya dengan sedikit paksaan, mama hanya dapat menunjuk gelisah kepintu tanpa bersuara…, mungkin maksudnya “sabar Anakku…jangan keburu..ada orang dibalik pintu, malu mama kalau ketahuan dicumbu oleh anaknya”, mudah2an mama berpikir demikian berarti mama mau melayaniku kelak ,hanya karena malu dilihat orang lain mama minta bersabar, ok dech…kuhentikan semua kegiatanku ditubuh mama dengan harapan bahwa mama kelak akan melayaniku dengan sukarela, tidak seperti sekarang , dipaksa dan terpaksa, kasihan mama dan kesempatan ini digunakan mama untuk bangun, tetapi segera saya menariknya ..dan mama terjerambat kembali diatas tubuhku..sekali lagi mama ingin memberontak melepaskan diri..tapi sia-sia..akhirnya mama pasrah tertelungkup diatas tubuhku.Kucium bibirnya.., dagunya..turun kelehernya…tetapi mama tidak bereaksi seperti tadi..malah tubuhnya terasa dingin..makin dingin…karena tidak ada lagi reaksi dari mama, menyusul birahiku yang juga menyurut..Lama , lama sekali keadaan ini berlangsung hening dan kudapati mama meneteskan air mata entah kenapa yang jelas bukan karena marah akibat perbuatan yang telah kulakukan kepadanya. Kubiarkan mama melampiaskan kesedihannya sampai dia tertidur…. Sore harinya , kembali pintu rumah diketuk..,”Selamat sore Pak Ar” kata pak dino didepan pintu , setelah saya mempersilahkan Pak Dino duduk , tiba2 mama muncul dengan pakaian terus tanpa lengan bahan kaos warna biru benhur…membuat lekuk tubuh mama yang putih mulus sangat jelas tercetak dibalik baju kaosnya , kulihat Pak Dino terkesima karena kecantikan dan keanggunan Mama.. lalu melihatku “Ma!! ini Pak Dino yang papa sering ceritakan dan Pak Dino !!, ini isteriku ” kataku singkat bersandiwara memperkenalkan Mama kepada pak Dino, “Jadi Pak Ar!!, sudah… “,”Betul Pak Dino, kami menikah 2 bulan sebelum ketempat tugas ini” kataku memotong,”Pantasan Pak Ar banyak diam dikantor dan tidak pernah tergoda dengan cewek perusahaan…!!” jamin Pak Dino kepada Mama, dan mama hanya tersenyum manis sambil menutup bibirnya dengan jari2 yang lentik dengan muka merona. Kami bertiga bercerita kurang lebih 2 jam..yang paling berkesan adalah pesan Pak Dino pada mama ”Ibu…, sebaiknya menetap saja disini Bu Arman , sampai melahirkan anak pertama atau merawat kehamilan Ibu diudara yang segar ini sampai akan melahirkan, Kami tidak yakin Pak Arman dapat bertahan membujang.. Serius Bu… disini Bu Arman!! (Pak Dino memanggil Bu Arman Kepada Mama) dalam setahun udah lebih selusin karyawan bujangan menikah dengan penduduk setempat yang cantik , putih dan manis lagi ” Mama makin merona…kayak anak perawan..sambil menyandarkan kepalanya dibahuku dengan manjanya..membuat Pak Dino terkecoh habis.

    Acting mama sebagai isteri Manja didepan pak dino membuatku semakin menyayangi mama dan nekat, apa toh salahnya.. aku sebagai anaknya juga akan membahagiakan mama bila perlu menggantikan fungsi papa… dari pada orang lain yang .. yang.. akan menggantikan tempat papa…rasanya tidak rela. dan mama hanya terdiam entah apa yang dia pikirkan ,sekali-kali melirikku..sepertinya ada rasa cemburu… atau bangga .. hanya mama yang tau Hari pertama berlalu , waktu memasuki malam ke2, kami kesulitan tempat tidur , tempat tidur yang ada hanya satu itupun sangat kecil untuk kami berdua…, apa boleh buat , mama kuberi kesempatan tidur terlebih dahulu ,lagi pula masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan..ntar kalo mama sudah lelap , selanjutnya saya akan tidur disampingnya atau dibawahnya atau tidur disova kedingianan seperti malam kemarin. Mama telah siap dengan pakaian peraduannya, baju tidur sutra putih transparan bercorak burung dara..yang dipakainya sangat seksi, sangkin transparansnya baju tidur mama, BH dan CD yang mama kenakan tampak jelas tembus warna aslinya yaitu merah maron berenda, wow..walaupun hanya diterangi dengan lampu redup, mama kelihatan sangat cantik dan… dan..sangat merangsang siapun yang melihatnya.., sangat romantis suasananya, apalagi membayangkan tidur seranjang dengan mama…mmm…mm…tidak ada orang ketiga kecuali setan..yang membuatku berpikiran yang aneh2 terhadap mama kandungku……….. Mama tidak curiga apa yang kupikirkan, mungkin Mama hanya melihat kesulitanku..masalah tempat tidur “Kenapa tidak minta satu lagi tempat tidur sama pak dino” kata mama memberi solusi ,”Masa sich suami isteri tidur pisah didaerah dingin kayak gini??” jawabku, “OK deh sayang…, kalo uda ngantuk , Ar..boleh tidur disamping mama” kata mama percaya diri sambil sedikit menggeser kekiri,melihat tingkah laku mama itu, timbul lagi kebanyolanku “Sepertinya Anak pertama mama nantinya seorang laki-laki” kataku menimpali penawaran tempat mama,”Ia Donk!!, Anak mama yang pertama kan Kamu Ar!!” kata mama sekedar menjawab, “Bukan itu maksud Ar.. Ma!!, itu lho kata Pak Dino Ibu Arman sebaiknya melahirkan anak pertama di kamp ini” kataku mencontoh ucapan pak Dino ngeledek mama, “Kenapa laki-laki?? “tanya mama masih berlagak oon…”Mama kan bergeser kekiri berarti papa tidur di kanan ntar naiknya ke Mama dari kanan donk!!..ha..ha..kan hasilnya anak laki”,tiba2 tiba mama dengan manjanya menyerang dan memukulku dengan bantal dan kubiarkan mengenai kepalaku”Aduh sakit ma! sayang!!” kataku semakin menggoda, “Kamu nakal Ar!!, siapa yang mau melahirkan anakmu” kata mama sambil meyerang yang kedua kalinya, tapi kali ini saya tidak beri kesempatan mama memukulku walaupun hanya dengan bantal, Kutangkap lengannya dan lengan kiriku menarik pinggangnya ketubuhku, dan mama terjerambab dalam pelukannku.., mama berusaha melepaskan diri, mama kuterkam dibibirnya dan menggendongnya kepembaringan…,Seperti dua kejadian yang lalu…sewaktu mama tertidur dipangkuanku dalam perjalanan, serta kedua kalinya sewaktu mama kupeluk dari belakang di dapur , mama berupaya berontak melepaskan diri, tetapi kali ini mama tidak melalukan perlawanan atau upaya melepaskan diri yang berarti.., sepertinya hanya suatu gerakan manja yang malah makin merangsang birahiku….seperti gerakan anak perawan yang malu2 kucing, Alangkah bahagianya aku ..Seandainya..seandainya Wanita cantik yang kupeluk ini adalah isteriku…., isteri yang akan melahirkan anak2ku…,pikirankupun makin kotor “Ar…Ar…goblok!!, bukankah wanita dalam pelukanmu sekarang ini adalah isterimu..walaupun hanya dalam sandiwara??, dan…dan…Ar bego!!, Hanya kamu berdua anak Ibu yang tau, lagi pula Mamamu telah bersedia menjadi isterimu, gauli lah dia..kasihani Ibumu..ini kesempatan emas bagimu Ar!!, dia juga sangat merindukan belaialan laki-laki sepertimu…oh..Ar!!!, jangan sia-siakan wanita yang sangat cantik ini..Ar…”…kubaringkan dan kutindih tubuh mama diranjang yang sempit , memang mama malam ini sangat istimewa, cantik seksi dalam pakaian tidurnya.., dan kepalanya terjurai dipinggir tempat tidur siap menerima terkaman, kini nekat dan tekatku sudah bulat… ” Ar…. Mamamu.. .. itu.. sudah siap kamu setubuhi Ar…” bisik setan di benakku , kucoba mencium lehernya , tidak ada reaksi perlawanan… turun ke buah dadanya , mama hanya menggeliat…sambil mencakar cakar dan menarik baju kaosku..hingga sobek… sewaktu mulutku mulai menggelitik…kedua putingnya .. kebawah…turun keperut sampai kebawah pusatnya…persis menggigit halus gumpalan daging diatas pubisnya walaupun masih dibalik baju tidurnya , mama mengerang…gigitan halus ditempat ini membuat mama kesurupan, entah kenapa. .”Ohhhchh..Ar..jangan siksa mama…sayang!!” keluh mama seperti nada meminta , “Ar.. Sayang sama mama…sayang banget…seperti papa menyayangi mama” balasku sambil melucuti baju tidurnya.. dan mamapun telah memberi peluang.. “wow…. mama bersedia kusetubuhi dengan rela ” …pikirku , ditambah lagi Mama juga aktif melucuti celana pendekku. dan dengan kerja sama yang sangat cepat kami berdua telah bergumul berpelukan menjadi satu dalam keadaan bugil…sewaktu usahaku ingin memasukan pionku yang sangat kenyal dan tegang kevaginanya yang juga mulai berlendir …mama berusaha meregangkan selangkangnya ..”tapi Ar…inikan tidak boleh kita perbuat…”kata mama ragu.., Belum selesai ucapan mama ,cluppp…chesss..”ouww…achhhgg..!!,”mama kan udah jadi isteriku “, rintihan mama dan erangan birahiku pun menjadi satu sewaktu kepala pionku membelah vagina mama yang sudah berlendir hangat…dan sewaktu mama memainkan otot vaginanya…meyebabkan pionku kelelap…terjepit dan terhisap kedasar vaginanya…, ditambah kocokanku yang mengaduk biru vaginanya…diimbangi goyangan pinggul mama memutar dan naik turun membuat kami berdua…lupa segala-galanya…Mama tidak sempat menanggapi lagi ucapanku yang terakhir,…”Sakit Ar…ohhhh!!” , keringat birahi telah melumuri tubuh kami berdua , dan entah berapa lama pergumulan kami, anak dan ibu..menyebabkan bantal dan seprei bercampur lendir berhamburan dan berantakan..tiba2 mama berada diatasku dan duduk diselangkangku dengan pionku tetap berkubang divaginanya, sambil menarik tubuhku untuk duduk dan menyedot putingnya..kiri dan kanan..dan mama pun asyik menggoyangkan pinggulnya naik turun…menyebabkan saya tidak tahan lagi….Ohh…., Mama!!…, Ar tidak tahan lagi….”Ya..ya…ochhhhh…ai….mama juga menikmati sayang” erang mama, akhirnya mamapun mencapai langit ketujuh dengan menegang…dan vagina mamapun berdenyut ikut memeras lendir yang tersemprot..dari pionku…, tak ada setetespun yang tercecer..diisapnya semua, dan kamipun makin mengencangkan pelukan…sambil menikmati sisa birahi…berciuman, berpelukan …lemas …dan mama pun tersenyum nikmat….tertelungkup diatas tubuhku..dengan masih mengayomi pionku di vaginanya. “Kamu nakal Ar!!” kata mama tersenyum sambil menggelitik dadaku dengan jari-jarinya..”Abis mama canti sekali sich!!” balasku juga menggelitik gundukan daging diatas pubisnya,”owwwhhh..jangan digelitik disitu sayannngg” teriak mama sambil mengencangkan pelukannya, hah!! rupanya disitulah kelemahan mama..pantasan dengan gigitan halus dipubisnya membuat mama rela kusetubuhi. ======== Setelah beberapa saat keringat dan lendir yang melumuri tubuh kami mulai mengering…mama tiba2 bangun menuju kamar mandi , tetapi saya menahannya “Baring aja dulu ma!! sayang”, kataku sambil mengecup bibirnya, ” Mama mau cucian, kalo tidak salah hari ini mama lagi masa subur..,Mama tidak mau mengandung benihmu” kata mama tetap berkuat untuk ketoilet,”Ma!!, kalo hanya sekali kemungkinan 99 persen pasti jadi walaupun mama cuci bersih ,tapi kalo 2 kali kemungkinan 99% tidak jadi” kataku merayu sambil membalikan badanku sehingga mama sekarang terlentang dibawahku…sambil meraba gundukan daging ditas pubisnya yang ditumbuhi ranbut tempat kelemahan mama, Pionku yang tadinya mulai mengkerut..kini mengeras dan tegang kembali , apalagi sewaktu tangan mama mulai meramasnya dan mengarahkan ke vaginanya sambil berkata..”terserah kamu Ar…owww!!”, Pionku kembali mengaduk vagina mama yang kedua kalinya..dan mamapun sangat tangkas menggoyangkan pinggulnya melingkar dan naik turun..sambil kedua kakinya melilit kakiku.., tidak sampai disitu..mama juga aktif mencium mulutku bergantian menarik kepalaku dan membawa kedadanya…sepertinya buah dada mama ingin dilemot dan dielus juga.. Ternyata pada babak kedua ini, mama sangatlah agresif dan ganas..mungkin pelampiasan dari birahinya yang terpendam sepeninggal papa, dan sayapun tidak ragu2 lagi, menyantap suguhan utama dari mama yang telah merawatku 20 tahun..sungguh nikmat dan tidak pernah saya bayangkan bahwa..wanita yang melahirkanku dan sempurna dalam paras maupun tubuh..juga sangat sempurna dalam bercinta,terlebih lagi dalam gayanya meminta digendong sambil melingkarkan kakinya dipinggangku agar pionku tidak terlepas dari vaginanya, dan melemot kedua buah dadanya bergantian dengan mulutnya sambil dionjot onjot.Model ini sangat menguras tenaga kami berdua, dan mama meminta untuk bersegera , perlahanan-lahan kuhampiri sova disudut ruangan dan duduk dimana mama kududukkan diatas selangkangku berhadapan , mama membuang kepalanya kebelakan memberikan kesempatan agar kedua buah dadanya kuhisap dan satunya kuremas..crot…crott…auuuww achhh….desah mama kesurupan setelah mencapai orgasme yang kedua..dan akupun ..memburu dengan mengocok vaginanya dengan tumbukan pionku menggetarkan seluruh tubuhnya termasuk buah dadanya…ohhhhh….mamaku….terimalah persembahan anakmu…achhhhhhhhh…..dan mama hanya terdiam mendesis….Lama sekali kami berdiam berpelukan sambil duduk berhadapan..menikmati hangatnya birahi…”Kamu hebat melebihi papamu Ar”..sapa mama tersenyum puas.., kukecup mulut itu…. sebelum mama meminta digendong kekamar mandi…

    ================

    Setelah mama membersihkan lendir yang ada diselangkangnya dan mungkin juga yang ada divaginanya sampai dimulut rahimnya, khawatir ada spermaku yang masih melekat yang bisa membuahi mama menjadi hamil,mama kembali berbaring sisiku..masih dalam keadaan telanjang bulat dengan sedikit menindih tubuhku..”Ar… waktu malam pengantin dengan papamu dulu..” mama tiba2 ragu melanjutkan kata2nya, “Kenapa Ma!!?, Papa cuma mencumbu mama 2 kali Kan??” kataku menggoda dan mama hanya mengangguk malu ,”Lalu Mama hamil kan??!”, kembali mama hanya mengangguk… “Kalau begitu Ar..mau cukupin mencumbu mama 3 kali malam ini supaya tidak hamil” kataku sambil menindih dan mencium mama.., mama tidak menolak dan malah balas menyedot ciumanku…sekaligus membuka selangkangnya dan memberi kesempatan kepadaku untuk menyetubuhinya untuk yang ketiga kalinya….Tidak ada kesulitan memulai ronde ini,karena justru mama yang empunya inisiatif. hanya saja waktu yang kami gunakan lebih lama dari 2 ronde sebelumnya, mungkin karena pionku terasa sedikit kram..atau lendir yang sudah banyak tersemprot…menyebabkan orgasme agak lambat atau karena kami berdua lebih banyak beroral seks dalam posisi 69.

    Keesokan harinya, matahari pagi telah bersinar menembus masuk kekamar, pagi2 sekali mama terbangun dan membuka jendela agar udara segar menggantikan udara birahi yang menyelimuti kamarku semalam…mama sudah mandi dengan membasahi rambutnya..kini rambut yang indah itu diurai sebatas bahu, seperti yang sering dilakukan sampai 3 tahun lalu…mama sudah berdandan tipis.. walaupun masih menggunakan sepasang pakaian dalam BH dan CD bewarna pink berenda.. dan berkaca didepan meja rias.. Baru kali ini kulihat benar2 bahwa tubuh dan paras mama sangat sempurna…layaknya bidadari yang menjelma jadi wanita yang sangat cantik ,anggun dan seksi, jantungku berdecak kencang…” harus…, mama harus jadi isteriku ….dan melahirkan anak anakku.., tidak perduli apapun tanggapan orang dan apapun yang akan terjadi…, kenapa harus bercape2 mencari isteri seperti Mama, mama kan juga seorang wanita.. lebih cantik dari gadis perawan yang pernah kulihat, Perlahan lahan kuhampiri mama dari belakang..dan mama pun mengetahui kedatanganku dari cermin didepannya, sehingga mama tidak kaget sewaktu aku memeluknya dari belakang…, mama mengangkat sedikit dagunya memberikan luang untuk mencium lehernya..dari samping..serta mengaktifkan tanganku menelusuri bawah BHnya untuk meramas kedua buah dadanya..mama menggeliat dan bersandar didadaku..,tangan kirinya menyusup di CDku diantara selangkangku, “Ai…sepertinya pion ini gak tidur semalam ya sayang” kata mama sambil menggenggam halus pionku yang sudah tegang.., “Abis Mama gak keloni tadi subuh.., sepertinya dia menuntut haknya..Ma!!” kataku sambil memopong tubuh mama yang mungil kemeja kerja yang ada diruang itu.”Kok disini sayang” kata mama protes, “Buat suasana baru Ma!!” kataku sambi membaringkan mama diatas meja dan menekuk kedua lututnya seperti posisi hendak melahirkan…, perlahan lahan kusapu dan kusimak buluh2 yang menutupi pubis dan bibir vaginannya , dengan sedikit melebarkan liang vagina mama dengan jari2 lalu mulai kujilati clitorisnya yang entah sejak kapan memerah dan berlendir..mama menggelinjat dan menyambak rambutku…dan menanamkan mukaku kedalam vaginanya…seakan akan vagina ini akan menelan mukaku…, kuakui mama cepat sekali terangsan apabila menyentuh pubisnya, kuikuti kemauan mama dengan menyedot clitorisnya…, membuat mama berteriak histeris..,auhhhh..achgg…erang mama ” mana pionmu sayang…mama pingin melumatnya”,kali ini saya tidak mengikuti keinginan mama, pionku langsung kosodokan ke vaginanya…dan dengan dorongan dan kocokan yang sangat kuat…sampai sampai teh dan berkas yang ada diatas meja ikut berhamburan…tetek mama bergoyang ikut pula irama kocokanku namun tidak lama karena segera kedua tangankupun bermain diputingnya sambil meramas…mama makin gelagapan…dan kesetanan…”mama mengencangkan vaginanya “oh sayang…jangan dikeluarin di memek mama…, mama pingin menelannya…ohhchhh…”pinta mama kesurupan. begitu merasakan hampir bersamaan klimaks mama…, sayapun merubah posisi dan naik ke meja membawa selangkangku kewajah mama dan menjongkok menjilat vaginanya dan akhirnya mama memainkan pionku kedalam mulutnya sekaligus memeras lendir lendir yang tersemprot dan ditelannya sebagian dan sebagian disapuhkan ke lehernya…buah dadanya dan pionku…Pertarunganku kami kali ini sangat meguras tenaga..mama sepertinya kehabisan tenaga sampai sampai tidak bisa bangun dan berdiri, terpaksa dengan sisa tenaga yang ada maksudnya akan menggendong mama ketempat tidur tidak kesdampaian dan mamapun saya baringkan dilantai dan sayapun tertelungkup diatasnya tubuhnya..

    Mulai saat itu..dan hari2 berikutnya akan kubahagiakan Mama sebagai wanita yang telah melahirkanku dan dan…mengambil sepenuhnya tugas Papa…. Demikian pula Mama.., tidaklagi memanjakanku sebagai anak satu2nya…tetapi lebih dari itu…setiap hari membuatkan masakaan kesukaanku dan melayaniku dari A sampai Z termasuk di ranjang yang sempit itu. Selama 3 minggu pertama layaknya pengantin baru selama saya dirumah rasanya tidak pernah tubuh kami tidak bersentuhan, mama tak henti2nya memperbaiki dan merapikan tempat tidur kami yang selalu berantakan…dan berlumuran lendir.., mama tidak pernah mengeluh..walaupun ia kurang tidur dan istirahat untuk melayaniku…, kecuali kemarin mama mempertanyakan siklus haidnya “seharusnya mama haid seminggu lalu ” kata mama cemas, “Haid mama terlambat karena capek ma!, dan kurang tidur, mungkin perlu lebih banyak ditidurin” kataku ngeledek, mama hanya tersenyum “Mama tidak mau mengandung benihmu sayang!!, Mama akan gugurkan, malu dongk hamili tanpa suami”,” lho , Pak Arman kan suami Mama” kataku singkat, “itukan hanya sandiwara, disini, tapi diluar sana kamu kan anak mama” kata mama , “Yang tau kan cuma kakek dan nenek dikampung serta Mama, tetapi di sini semua orang tau bahwa mama kan isteriku” kataku menjelaskan, sekali lagi mama hanya terdiam sejenak “tetapi mengandung benihmu itukan sangat tabu” protes mama,”bukankah bersetubuh antara anak dan ibu kandung juga sangat tabu, tetapi kita kan sudah melanggarnya, dan ternya sangat membahagiakan, ia kan Ma!!”, mama mengangguk “Memang sich waktu dalam perjalanan kamu ganggu mama rasanya sangat meyakitkan…, kok diganggu anak sendiri, tetapi setelah kamu setubuhi mama pertama kalinya..ternyata perasaan mama agak lain ya!!, mama makin sayang sepertinya perasaan itu sama yang mama berikan kepada papamu dulu”, kata mama curhat dan panjang lebar,

    “Berarti mama bersedia menjadi isteri Ar??” tanyaku mengharap cemas,”Bukankah selama ini kamu sudah menganggap mama adalah isterimu??,lagi pula 3 minggu ini kan mama sudah melayanimu sebagi suami mama” kata mama sedikit memelas..paksa,”aih.. ! Sepertinya mama tidak rela menjadi isteriku” kataku sedkit merajuk,”Mama rela dan mulai saat ini mama bersedia kamu setubuhi kapan saja kamu mau tetapi ada satu permintaan mama yaitu mama belum siap mengandung benihmu” kata mama mulai terisak…, tetapi perasaanku agak lain…kata mama belum siap..artinya nanti suatu waktu mama akan siap mengandung benihku…oh..mamaku , isteriku yang cantik…engkau sangat mulia..dan tidak sampai hati rasanya mendesak mama terius menerus…biarlah keadaan yang akan menyesuaikan nya nanti, “Gini aja ma!!, inikan mama baru terlambat satu minggu atau 7 hari…, kalau hanya keterlambatan haid, begitu mama haid kita kembali kejakarta untuk pasang Kontra sepsi dan kembali lagi kesini , tetapi kalau mama ternyata hamil, mama harus tinggal sementara disini merawat kandungan mama, Ok!??”,”tapi..tapi…setelah melahirkan anakmu…Ach!!” mama tidak bisa melanjutkan kata2nya,”Mama khawatir tidak ada surat nikah untuk ngurus akte lahirnya kan???” mama hanya mengangguk cemas,”tidak masalah..ma!!, kita minta duplikat akte nikah di catatan sipil disini, kalu mereka tidak percaya dan tidak mau memberikannya ya!!..kita nikah aja di CCTN sipil bereskan ma!!” sekali lagi urusan kayak ginian mama hanya berdiam dan sangat mempercayaiku… .sebagai pengganti papa…, saya selalu memeluk mama sewaktu kami saling curhat..dan hampir selalu diakhiri dengan..kondisi kami telanjang berpelukan , sekalipun hujan lebat dan Angin dingin meniup mencekam dibulan Desember…

  • Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis Panggilan

    Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis Panggilan


    1646 views

    Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas. Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini. Tokoh yang pertama adalah Faried, seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu.

    Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Faried telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu. Suatu ketika, ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya.Sesungguhnya, ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ, sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa, tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya.

    Kalau pun kemudian, si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga, lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘jasa’ nya, dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya, itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya. Komitmen Faried untuk menjunjung tinggi ‘harkat ke-supir taksi-an’ saya, tak lebih. Pada kesempatan lain, ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi.

    Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat, dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu. Semua terasa seperti tindakan ‘bawah sadar’ yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun, sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Faried.

    Hari itu Faried kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, karena setiap petang tiba, ia menjemput Ayu (25 tahun), tokoh sentral berikutnya, yang adalah seorang wanita panggilan ‘kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate, untuk kemudian membawanya ke suatu tempat, di mana saja, yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu. Ayu sudah menyewa taksi Faried selama enam bulan.

    Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Faried menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu, lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula. Ayu membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Faried menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya. Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayu. Ini bagian dari tugas, demikian ia mencari alasan pembenarannya. Faried selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya. Baginya, ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi

    dirinya sendiri. Prinsip sederhana memang tapi logis. Sudah empat bulan lamanya Faried melakukan ‘tugas rutin’ itu. Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta. Terus terang sebagai seorang pria, Faried memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayu memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Ayu tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya, termasuk dirinya. Sebagai lelaki bujangan dan normal, Faried tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayu yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya. Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya.
    Terlebih, ketika muncul rasa cemburu, saat Ayu terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya. Faried seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi. Maka ia mematuhi ‘rambu-rambu’ itu secara konsisten. Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayu, mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayu mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya, bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan? Faried cukup tahu diri mengenai hal ini. Percakapan mereka pun, baik ketika pergi maupun pulang, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, bahkan nyaris bersifat rutin. Faried berusaha menjaga jarak dengan Ayu agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi. Namun belakangan ini sudah ada sedikit ‘peningkatan kualitas pembicaraan’. Tidak hanya sekedar, ‘Mau ke mana?’ atau ‘Jam berapa mau dijemput?’, dan sebagainya. Ayu mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini. Tentu Faried pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini. Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik.

    Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat. Ayu mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir. Ia ternyata produk keluarga broken home. Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul. Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya pun tidak selesai. Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri.

    “Saya harus terus hidup dan berjuang”, kata Ayu menetapkan hati.

    Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model. Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion, lifestyle hingga majalah pria dewasa. Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal. Namun, tanpa disadarinya, perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista. Kehidupan malam dan hingar bingar pesta, sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana. Sejak itu Ayu pun dikenal sebagai model plus-plus, ia menjadi primadona di kalangan atas. Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya. Belakangan, ia kemudian menjadi ‘simpanan’ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini, dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya. Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayu. Meskipun begitu, profesinya tak juga ditinggalkan, selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas.

    “Saya menyukai pekerjaan ini,” katanya suatu ketika, suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan.
    Faried melirik melalui kaca spion, wanita cantik itu duduk santai di belakang, menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok. Faried tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan. Ayu tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan. Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ‘When A Man Loves A Woman’-nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Faried.

    “Omong-omong…Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga?” tanyanya tiba-tiba.

    Kontan Faried gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi.

    “Saya sih udah cerai Mbak” ia menjawab tersipu, “ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah, masih sendiri”

    Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu. Ayu terkekeh. Ia menghirup rokoknya dalam-dalam. Rimbun asapnya mengepul-ngepul, memenuhi kabin taksi. Faried menelan ludah.

    “Kalau Mbak Ayu sendiri bagaimana?” ia balik bertanya.

    “Abang tahu sendiri, kan? Banyak. Banyak sekali,” sahut Ayu, suaranya terdengar hambar, kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi? entahlah

    “Banyak memang. Tapi hampa,” Faried menanggapi dengan getir.

    Untuk beberapa saat Ayu terdiam. Ia mematikan rokoknya, lalu merenung…lama. Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar. Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi. Sebagian lampu jalan telah dipadamkan. Faried tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya, maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya.

    “Eh…maaf ya Mba,apa saya….”

    “Nggak apa-apa Bang. Itu emang benar, mereka hampa, cuma punya tubuh dan nafsu, bukan jiwa dan cinta,” Ayu bertutur dengan lirih.

    Faried menghela nafas panjang, ia merasa dadanya sesak, simpati pada nasib wanita secantik Ayu harus bernasib demikian.

    “Hidup menawarkan banyak pilihan, Mbak.”

    “Tapi saya tak punya pilihan!” sangkal Ayu dengan nada suaranya meninggi.

    “Kearifan menyikapi dengan landasan moral, itu kunci untuk memilih. Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat. Tapi setidaknya, kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah,” Faried berkata lembut berusaha menghiburnya.

    Terdengar nafas berat Ayu di belakang. Suasana terkesan kering dan kaku.Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Faried tiba di gerbang depan rumah yang dituju.

    Ayu hanya mengucapkan ‘Selamat malam. Sampai jumpa besok sore’.

    Faried pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk, sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya. Ketika selesai tugas malam itu, ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya.

    Keesokan harinya

    Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Faried dengan Ayu. Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa, ia menjemput Ayu pada waktu dan tempat yang sama.

    “Maaf, apa ini punya Mbak? Kemarin saya nemuin di belakang” kata Faried sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin

    “Ohh…iya benar, makasih ya Bang, sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin” Ayu tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu.

    Kekakuan komunikasi akibat ‘insiden’ semalam berangsur-angsur lenyap. Faried pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Ayu.

    “Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini?” ia membuka percakapan,

    “Apa Abang punya ide yang baik?” wanita cantik itu balas bertanya.

    “Yah… misalnya rutinitas yang baru. Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka, hidup bahagia, punya anak dan menikmati kehidupan,” Faried mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban, ia ingin mendengar pendapat Ayu mengenai hal ini.

    Sejenak Ayu terdiam. Faried kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya, parasnya yang memukau seperti bercahaya, dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit. Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram, sepertinya memikirkan sesuatu.

    “Itu angan-angan yang terlalu ideal, Bang,” jawabnya pada akhirnya.

    “Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif, Mbak. Saya rasa pendapat saya cukup realistis. Gak mengada-ada. Setiap orang, baik lelaki maupun wanita, pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga. Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan, sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya, hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya,” Faried mencoba berargumen.

    “Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang. Tak akan bisa bertemu. Jangan terlalu banyak bermimpi. Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan. Apa yang bakal terjadi kemudian, kita gak bisa menebak. Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan,” ujar Ayu lirih dengan bibir bergetar.

    Faried menarik nafas, putus asa.

    “Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya?”

    “Memang gak sama Bang. Bahkan sangat jauh berbeda. Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini. Tapi, bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga. Saya bukan orang yang munafik lah, terus terang dalam hati saya tetap mendambakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati. Namun, kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini, bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya.”

    “Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini?”

    “Saya gak bisa menjawabnya Bang. Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa. Begitu pula sebaliknya. Kita punya ‘nilai rasa’ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan,” Ayu bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi.

    Faried terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar, wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya. Mendadak, kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu. Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayu. Besok, Ayu akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan. Ia tidak tahu apakah Ayu akan menyewa ‘jasa’ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak. Baginya itu tidak penting. Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini, tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya. Wanita itu bukan hanya sekedar langganan, namun telah menjadi teman baginya. Melalui kaca spion mobil, ia melirik Ayu. Ia begitu cantik, sangat cantik, mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor? Faried membatin sekaligus nelangsa. Tak lama kemudian, mereka telah sampai ke tujuan. Faried segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Ayu untuk mengantarnya pulang, tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong. Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu. Setibanya di rumah Ayu, Faried turun dan mengeluarkan payung sebelum membuka pintu belakang dan memayungi wanita itu hingga ke gerbang.

    “Bang, masuk dulu aja, minum dulu sambil tunggu hujan reda!” tawar Ayu setelah membuka gembok.

    “Tapi Mbak…”

    “Sudahlah Bang, masuk saja, hujannya terlalu deras, mana ada yang numpang saat-saat gini?” Ayu malah menarik lengan Faried memasuki pekarangan rumahnya.

    Faried tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu, malah hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Ayu membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk. Faried langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu. Ayu memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman. Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental, beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut. Faried terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu, entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini.

    “Duduk Bang!” Ayu mempersilakannya duduk di sofa “mau minum apa nih? Teh? Kopi? Juice?” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ.

    “Kopi panas aja Mbak, makasih ya!” jawab Faried sambil menjatuhkan diri di sofa.

    Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Faried pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Ayu membuatkan minum. Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil, Ayu memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil.

    “Silakan Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Ayu sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.

    Badannya agak membungkuk, sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.

    “Makasih ya Mbak!”

    Ayu kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya. Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja, juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas.

    “Ini hari terakhir kita bertemu Bang! Besok saya pergi…makasih ya bantuannya selama ini” kata Ayu berkata sambil menghela nafas.

    Hingga suatu saat, Faried memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu, ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama. Ayu agak tertegun, tapi tidak menolak.

    “Mbak…jaga diri di sana ya” kata Faried singkat.

    Ayu tersenyum, “Ya…makasih, Abang juga, semoga dapat jodoh yang baik” balasnya.

    Tiba-tiba Ayu melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya.

    “Tunggu bentar ya Bang!” katanya sambil tersenyum penuh arti, ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka, “nonton aja dulu ya sambil nunggu!” lalu ia masuk ke kamarnya.

    Di ruang tamu, Faried mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Ayu keluar dari kamarnya, kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah.

    “Ayo sini Bang!” ajak Ayu sambil menggandeng tangan Faried.

    “Tapi Mbak…mau apa?” Faried gugup dengan ajakan wanita tersebut.

    Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini.

    “Eeennggg….kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil menutup kegugupan, “kita mau apa Mbak?”

    Ayu hanya menjawab terima kasih, dia terus menuntun Faried hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu.

    “Bang…makasih ya atas bantuannya selama ini” kata Ayu lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Faried ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok, tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini, apalagi di dunia saya”

    “Eeee…apaan nih Mbak?” Faried mencoba menghindar antara mau dan tidak.

    “Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang…sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu” habis berkata Ayu lalu mencium Faried dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu.

    Iman Faried pun dengan cepat runtuh. Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Ayu sambil tangannya meremas lembut pantatnya. Ayu mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Faried. Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak. Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Ayu. Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan “french kiss” nya. Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai. Ayu melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu. Faried pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Ayu. Payudaranya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya, terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi.

    Ayu meraba dan meremas lembut batang kemaluan Faried yang masih dibalut celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi. Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Ayu, wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai. Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, kulitnya putih mulus dan begitu terawat. Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut. Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Faried yang selama ini mengisi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya. Perlahan, Faried mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya. Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya. Ayu pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya, sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Ayu mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Faried dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu.

    “Yuk…kita sambil berendam aja!” Ayu “menuntun” penis Faried menuju bathtub.

    Faried hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Ayu. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayu dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok penisku. Faried memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayu beraksi naik turun.

    “Eeemmmhhh…enak Mbak…!” erang Faried.

    Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayu. Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Ayu dari belakang. Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu. Tangannya memainkan payudaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Faried menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Ayu dan sekitar tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu.

    “Oohhhhhh….Bang, enak Bang…terushhh…saya milikmu malam ini!” desah Ayu

    Faried sedang menciumi leher Ayu, tangannya meremas lembut payudara montok itu. Ayu yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini, tak mau kalah. Ia mengocok pelan penis Faried. Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang, ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur

    Akhirnya setelah seperempat jam, mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Ayu menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan “french kiss” lagi dengan posisi saling mendekap. Setelah puas melakukan “french kiss”, Ayu berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, keduanya kembali berpelukan dan melakukan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing.

    Rupanya Ayu sudah birahi tinggi. Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun penis Faried ke arah gerbang kewanitaannya.

    “Saya udah kepengen banget Bang, ayo setubuhi saya…buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.

    Faried membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Ayu. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus mengulum bibir merahnya. Ayu mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka. Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Faried, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu. Ayu memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia memeluk pria itu semakin kencang. Faried mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Ayu membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluan Faried seperti disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami.
    Faried merasakan lubang kemaluan Ayu semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Ayu menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan posisi “rear entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan Faried memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Ayu.

    “Aaaahh….yahhh!” desis Ayu dengan tubuh mengejang.

    Faried mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Ayu. Ayu merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Ayu bergantian dengan remasan-remasan pada payudaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu.

    Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Ayu meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi “rear entry” ke posisi berhadapan.

    “Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.

    Habis berkata Ayu langsung mencium Faried dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. Faried mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluannya. Dengan sekali dorong penis itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayu yang sudah sangat berlendir itu. Setelah penisnya masuk, Faried pun menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa.

    “Aaaarrgghh….entot memekku, Bang…, yah…gituuuuuhh…yang keras, yang keras….oohhhh, kontol Abang enak bangettthhh!” ceracau Ayu tidak karuan

    Faried pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan. Maka ia semakin kuat menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Ayu. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Ayu merasakan klimaksnya sudah sangat dekat.

    “Saya keluaarr Bang..! Aaagghh..!” serunya sambil memeluk Faried erat-erat.

    Ayu merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Faried. Pria itu juga merasakan tubuh Ayu yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menyangga tubuhnya. Mulutnya menghisap-hisap puting payudaranya, kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Ayu seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Faried. Setelah beberapa saat, mendadak dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,

    “Aaagghh..! Ooohh Bang…saya keluaarr lagii..!”

    Ayu engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Ayu menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya.

    “Mbak..tahan yah.. saya juga mau keluar sedikit lagi..” kata Faried sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Ayu.

    Ayu hanya bisa pasrah. Akhirnya, Faried pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat, maka ia mengatur pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Ayu.

    “Aaahhh…saya keluar Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme

    Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu. Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup, bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks. Ayu menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa.

    “Fantastis…beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu?” Ayu setengah tak percaya.

    “Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria itu keheranan.

    “Jajan juga gak pernah?” tanya Ayu lagi sambil meraih penis Faried yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya

    Faried menggeleng, menatap wajah Ayu yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower.

    “Saya percaya, orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong” Ayu tertawa renyah.

    Faried hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu. Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower. Ayu memeluk Faried dari belakang dan membantu mencuci batang itu. Setelah selesai mandi bareng, mereka saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika Faried hendak mengenakan pakaiannya kembali, Ayu melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ.

    “Abang capek? Malam ini nginep aja di sini…hujannya juga belum berhenti!” tawar Ayu

    “Eerrr…Mbak!” Faried menepuk pundak Ayu yang membelakanginya

    “Iya…eeemmm!”

    Saat Ayu menoleh, Faried mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Ayu ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink. Diletakkannya tubuh telanjang Ayu perlahan di tempat tidurnya. Ia ciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, ia berbaring di sebelahnya, tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Ayu tertidur dengan senyum di bibirnya. Faried mengecup lembut bibirnya, lalu ikut tidur di sampingnya, beredekapan, telanjang di bawah selimut.

    Keesokan pagi

    Faried terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya. Ayu telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu. Ayu mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah “french kiss”. Tangan Faried mengelusi punggung putih mulus Ayu sementara Ayu mengelus-elus rambutnya.

    “Mbak…bukannya hari ini harus ke bandara? Nanti telat” kata Faried.

    “Masih ada waktu…” jawab Ayu “pesawatnya berangkat sore jam lima, kenapa gak kita habiskan bersama saja?”

    “Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini? Kalau kita ketauan kan gak enak” Faried agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya, bisa-bisa digebuki seperti di film-film.

    “Nggak…dia terlalu sibuk jam-jam segini, nanti baru nyusul di bandara” Ayu tersenyum lalu mengecup kembali bibir Faried. “pokoknya Bang…sekarang ini waktu cuma buat kita berdua, santai dan nikmati aja!”

    Ayu mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu, menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya. Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Faried, memainkannya, mengelus dan mengurutnya sehingga penis itu pun bangun dari tidurnya. Ayu tersenyum. Perlahan, disusurinya perut, pusar dan pinggangku dengan lidahnya.

    “Eeemmhh…Mbak!” desah Faried yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding. Ia mengusap-usap kepala Ayu dengan penuh kelembutan. Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya.

    Perlahan jilatan lidah Ayu semakin turun ke arah selangkangan Faried. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Faried, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya. Disusurinya penis itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat. Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang penis pria itu. Ia memang profesional dalam membuat Faried merasa seperti melayang.

    Dari ujung penis itu, Ayu kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat buah pelirnya, sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Faried menggeliat-geliat.

    “Enakkhh…Mbak…geli…uuhh” desah Faried sambil meremasi rambut Ayu.

    Ayu memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan

    “Sungguh bidadari sejati.. betapa cantiknya kamu Ayu!” kata Faried dalam hatinya

    Tiba-tiba Ayu berhenti melakukan oral seksnya. Dia mendekati wajah Faried. Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu. Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku, seperti posisi “69”. Ia memegangi penis Faried dan mulai menghisap, mengulum dan menjilatinya.

    Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu. Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Ayu yang terpampang menantang di depan wajahnya. Gerbangnya sudah mulai terbuka, berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi. Penisnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wanita itu. Ia memegangi dan mengelus pantat Ayu dengan kedua tangannya. Ia arahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutnya. Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya. Ayu mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Faried. Vagina itu mulai licin dan basah, serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat.

    Faried mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya, dijilatinya benda itu. Ayu pun mengerang dan mendesis, sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya. Faried menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.

    “Oooh Bang… kok jilatannya enak bangethhh!” kata Ayu di antara erangannya.

    Ayu mengurut dan mengocok penis itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya. Kedua tangan Faried tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas. Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Ayu dengan lembut, atau meraba, mengusap dan memainkan payudaranya yang menggantung menantang di atas perutnya.

    Setelah beberapa lama saling menjilat, menghisap dan menikmati permainan ini, Ayu beranjak dari posisinya.

    “Bang…sekarang yah!” katanya sambil memegang penis yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit.

    Ayu mengangkangi Faried sambil memunggunginya. Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewanitaannya. Faried menggeser-geserkan ujung penisnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya untuk membantu penisnya masuk. Ayu memejamkan matanya sambil mendesah saat penis pria itu memasuki liang kemaluannya yang sudah licin basah. Pelan.. lembut.. Ayu perlahan menurunkan pantatnya, membuat penis itu masuk semakin dalam. Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang penis pria itu. Ayu agak terpekik saat ujung penis itu menyentuh dinding rahimnya. Kemudian Ayu mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun. Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan, akhirnya Ayu semakin cepat. Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan. Ayu berulang kali mendesah, melenguh, mendesis, meracaukan kata-kata yang tak jelas. Faried juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.

    Beberapa menit kemudian, Faried mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Ayu. Ayu sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengayuh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya.

    “Aaaghh.. Mmmbbakkk..” teriak Faried sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena penisnya serasa dipelintir ketika Ayu meliuk-liukkan tubuhnya.

    Ia meraih tubuh Ayu dari belakang. Ia remas-remas lembut kedua payudaranya yang terasa keras tapi kenyal. Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra. Ayu menghentikan sejenak ayunan pantatnya. Dia mendesah, mendesis. Faried merasakan batang kemaluannya dan liang kemaluan Ayu sama-sama berdenyut-denyut. Diciuminya tengkuk wanita itu, sesekali digigit-gigit ringan tengkuk, bahu kanannya, dan belakang telinganya.

    “Putar sini Mbak!” pinta Faried pada Ayu untuk membalikkan posisinya.

    Wanita itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Faried dari liang kemaluannya. Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya. Sekarang keduanya berhadapan. Mereka saling memeluk, saling meraba. Faried mereasakan penisnya masih berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu. Mereka berpagutan, saling menggigit, menghisap dan mengulum. Tangan dan jemari Faried dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Ayu, membuat wanita itu kegelian dan merinding. Sekitar setengah jam dalam posisi demikian, akhirnya Faried merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak. Ia mengerang dan mengatur napasnya. Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kemaluannya.

    “Mbak Ayu sayang…saya hampir keluar sedikit lagi..” kata Faried terengah-engah.

    “Barengan ya Bang!” jawab Ayu lalu memagut bibir tebal pria itu

    Faried pun balas menciumnya. Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh. Faried merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya. Sekujur tubuhnya terasa hangat, begitu juga dengan tubuh Ayu. Sambil terus bermain lidah, mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu.

    “Aaaaahhhhh….!!” erang Faried melepas ciuman

    “Iyaahhhh….teruusss…..teruussshhh!!”Ayu juga merasakan hal yang sama

    Faried merasa seperti melayang ke langit. Senyap, pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya. Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka. Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan. Nikmat…cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan. Ia rubuh menindih tubuh Ayu, mereka terdiam dengan nafas naik turun. Ayu menatap wajah ndeso si sopir taksi, dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya. Faried balas memagut kecil dagu Ayu. Tak lama, Ayu mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan.

    “Istirahat dulu yuk, abis ini kita makan!” kata Ayu lalu mengajak Faried kembali ke balik selimut. Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat.

    Sore harinya

    Satu hal yang mengganjal di hati Faried sejak peristiwa semalam dan tadi pagi, ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ayu namun belum ada keberanian untuk itu. Faried memang pria yang tulus, namun pengetahuannya tentang wanita terbilang minim. Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan. Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka. Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Ayu sibuk bicara melalui ponselnya, yang pertama dengan seorang teman, yang kedua dengan si direktur, yang membakar api cemburu dalam hati Faried. Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara, Faried turun duluan dan menurunkan barang bawaan Ayu dari bagasi, saat itu Ayu masih berbicara di ponselnya. Ini adalah saat terakhir, juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat, maka Faried pun membulatkan tekadnya, ia masuk ke jok kemudi. Ayu baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru.

    “Ayu, tunggu!” pertama kali ia memanggil wanita itu dengan namanya.

    Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya. Matanya bertanya. Dada pria itu berdegup kencang.

    “Saya mencintai kamu, Ayu,” Faried mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat.

    Ayu menatap tak percaya. Faried segera meraih tangannya, meraba jemarinya yang halus, mengalirkan keyakinan. Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata, hening selama beberapa saat

    “Hentikan semua ini, Ayu. Kamu seharusnya hidup lebih layak, terhormat dan bernilai. Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa. Hiduplah dengan saya. Kita kawin. Saya berjanji akan membahagiakan kamu.”

    Ayu menggigit bibir. Ia tampaknya memikirkan sesuatu. Faried berharap-harap cemas dalam hatinya, ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali, inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wanita. Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk. Matanya memandang Ayu dengan tajam dan penuh harap.

    Ayu akhirnya tersenyum, ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi. Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu. Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata,

    “Baiklah Bang….” ia berhenti sesaat, “saya memang harus menentukan pilihan, pada akhirnya. tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda. Bang, Abang tak akan bisa memahami saya, seperti saya pun tak bisa memahami Abang. Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang. Saya menghargainya. Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik. Abang orang baik, terus terang, saya suka Abang, seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang, kita mungkin bisa bersatu. Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik…jauh lebih baik dan suci, tidak seperti wanita di depanmu ini. Maafkan saya…selamat tinggal!” Ayu mengucapkannya dengan bibir bergetar, pelupuk matanya basah, namun ia menyekanya cepat-cepat, lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi. Faried tak bisa mencegahnya lagi. Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan, untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang, dengan pandangan kosong. Terasa ada yang hilang dalam dirinya, bak istana pasir yang diterpa ombak dan lenyap seketika, sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya. Dua puluh menit Faried termenung di taksinya di luar bandara, matanya kosong menatap langit biru. Sebagian dirinya serasa hilang bersama wanita itu. Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Ayu meninggalkannya tadi.

    “Faried…ayo kamu bisa! Dunia belumlah kiamat, kehidupan terus berjalan! Bangkit!! Bangkit!! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati! Bangkit…bangkit…bangg…bangg” Faried sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya, almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya

    “Bang….bang…narik ga nih?” tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya, rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya.

    “Ooohh….iya…iya Pak, narik lah…ayo silakan masuk!” ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu, “kemana nih Pak?”

    “Sudirman, cuma lagi ada demo deket situ…bisa ga Bang? Saya buru-buru nih, daritadi udah dua sopir nolak!” jawab pria yang menenteng tas laptop itu.

    “Beres Pak…saya coba lewat jalan tikus, moga-moga keburu!” sahut Faried lalu segera tancap gas dari situ,

    “Ayo Faried, kamu bisa, semangat!!” ia kembali menyemangati dirinya, ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil.

    Delapan tahun kemudian
    Foodcourt sebuah mall

    “Oke..oke…, kamu urus saja, yang ginian gak usah pakai lapor, belajar lah memutuskan sendiri!” Faried berbicara lewat ponsel dengan seseorang, “pokoknya pastikan jangan sampai terlambat, ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang, ngerti?!”

    “Baik Pak…saya usahakan sebaik mungkin, Bapak tenang aja, nanti saya kabari lagi” jawab suara di seberang sana.

    “Gitu dong….oke ditunggu kabar baiknya, sampai nanti ya!” ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi.

    Faried yang sekarang sudah berbeda dari Faried yang dulu, rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi, sebagian kecil nampak telah beruban, di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis. Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan, tapi kini ia terlihat lebih dewasa. Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu, melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi, melainkan keluaran terbaru yang masih mulus. Hasil kerja keras, pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya, kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang, bahkan telah membuka cabang di kota lain. Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya. Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan. Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu.

    “Michael…Mom said don’t play it here…now you see!” sahut seorang wanita

    Faried memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu.

    “Thank you sir!” kata si anak.

    “Maaf ya Pak…come say sorry to uncle!” kata wanita itu, “Hah….kamu!”

    Faried juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu, mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing.

    “Faried? Bang Faried?” wanita itu membuka suara duluan.

    “Iya…Ayu kan?” yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala.

    Tidak banyak yang berubah pada wanita itu, ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak. Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan. Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan.

    “Eeemmm…sudah lama ga jumpa ya…gimana kabarnya sekarang?” sapa Faried yang merasa senang kembali bertemu dengan wanita itu, ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi, “ayo duduk dulu!”

    Ayu duduk di depan Faried dan keduanya saling berpandangan dengan gembira.

    “Kelihatannya banyak yang sudah berubah” kata Ayu melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya.

    “Ya…banyak, sangat banyak, kehidupan ini memang dramatis” jawab Faried “kamu di mana saja selama ini? Pulang kampung?”

    “Bukan…jauh…jauh sekali, benar kata Abang kehidupan itu dramatis, selain itu juga penuh misteri”

    Ayu kini telah menikah dengan seorang bule Inggris. Setahun setelah perpisahan mereka di bandara, ia berhenti menjadi wanita simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati. Di tengah kesepiannya, ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris, hubungan mereka makin serius. Pria itu ternyata tulus mencintai Ayu tanpa memandang masa lalunya yang kelam, ia sendiri seorang duda tanpa anak. Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Ayu ke negaranya. Demikian pula Faried yang kini telah sukses, ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun. Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa, sesekali Ayu memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya.

    “Akhirnya, hari ini saya benar-benar lega” kata Faried,

    “rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu, seperti yang dulu kita obrolin di taksi, ingat?”

    “Ya…doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab. Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang, saya tidak pernah bermimpi wanita seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini, bagi wanita seperti saya, ini lebih dari yang saya harapkan” mata Ayu nampak berkaca-kaca, nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang.

    “Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini, kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu, seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka, namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka” Faried berfilsafat.

    “…..dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain” Ayu menyambung lalu mereka hening, saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya.

    “Ahahha…abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi?” Ayu tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja.

    “Hehe…sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi, filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin, kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu, cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak”

    “Tuh…kan berfilsafat lagi…hihihi….!” mereka saling tertawa lepas, lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat.

    Tiba-tiba BB Ayu berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya.

    “Ok baby…we’ll meet you soon!” kata Ayu lalu menuntup pembicaraan

    “Papanya…udah nunggu di depan ngejemput!” kata Ayu, “Oke Bang…kita sudah harus berpisah lagi, tapi kali ini perpisahan yang melegakan, ya kan?” wanita itu lalu bangkit dan berpamitan pada Faried, “Michael, say goodbye to uncle!” katanya pada buah hatinya.

    “Eeeii…Ma…udah selesai salonnya?” Faried tiba-tiba melambai ke arah belakang Ayu pada seorang wanita lain yang menghampiri mereka, “ini istri saya, Anita!” ia memperkenalkan wanita itu pada Ayu, “Ini Ayu…langganan taksi dulu waktu narik hehehe….”

    “Ya udahlah, rapiin rambut aja ngapain pake lama?” jawab wanita itu lalu beralih menyapa Ayu dan anaknya, “Hai….”

    Anita dengan senyum ramah menjabat tangan Ayu dan juga membelai anak itu, gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut. Secara fisik memang Anita kalah dibanding Ayu, kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk, apalagi kini sedang hamil empat bulan. Namun, wanita inilah yang banyak membantu Faried mencapai sukses, ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Faried. Seorang wanita yang rajin dan ulet, sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online, belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri. Anita dan keluarganya juga cocok dengan Faried yang jujur dan pekerja keras, hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Faried berpisah dari Ayu dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak. Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Anita membantu Faried mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku. Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar.

    “Ayo Pa, kalau telat, nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah, udah mau jamnya nih!” kata Anita mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu.

    “Oke Ma, yukk!!” Faried menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah.

    “Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya…pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe” canda Anita sambil tetap berjalan.

    Faried hanya tertawa nyengir, hatinya tenang kini, ia dan Ayu telah menemukan kebahagiaannya masing-masing. Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing, manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya, kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak.

  • Kisah Seks Ngentot Pertama Kali Dengan Kekasihku

    Kisah Seks Ngentot Pertama Kali Dengan Kekasihku


    1497 views

    Duniabola99.org – Aku seorang cowok, ini adalah cerita dewasa ketika aku ngentot pertma kali dengan kekasihku, terasa aneh dan enaaaak banget. Inilah cerita panas tersebut, Namaku Agung dan pacarku bernama Ririn. Kami satu sekolah di Jakarta dan kami resmi menjadi pacar di kelas 3 setelah sekitar setahun sering pulang bareng karena rumah kami searah.

    Ririn sendiri adalah seorang gadis yang bertubuh mungil, tingginya mungkin tidak lebih dari 155 cm dan bertubuh kurus, namun memiliki ukuran payudara yang besar, mungkin seukuran dengan payudara Febby Febiola. Sampai-sampai teman-temanku sering berkata kalau nafsu seksnya pun pasti besar. Tapi bukan itu yang jadi penyebab aku mencintainya, sikap manja dan tawanya yang lepas membuatku senang bersama dan bercanda dengannya. Hubungan pacaran kami layaknya gaya pacaran remaja era 90-an, tidak lebih dari nonton bioskop atau makan di restoran cepat saji. Tapi memang setelah pulang sekolah aku sering mampir ke rumahnya untuk ngobrol atau mengerjakan tugas bareng. Biasanya ada ibunya dan adik laki-lakinya yang masih smp. inilah cerita dewasa panas yang aku alami.

    Sehari menjelang acara liburan perpisahan sekolah kami, seperti biasa aku mengantarnya pulang dan mampir ke rumahnya. Ternyata hari itu ibunya sedang ke Kota Malang bersama adiknya untuk menjenguk kakaknya yang kuliah dan sedang sakit di sana. Sedangkan bapaknya memang biasa pulang malam. Jadilah kami hanya berdua di rumah tersebut.
    “Mau nonton CD ga? Aku punya CD baru ni,” katanya seperti biasa dengan ceria. “Boleh,” sahutku. “Bentar ya, aku mo ganti baju dulu, bau,” katanya sambil beranjak ke kamarnya. Aku pun memasukkan keping CD ke dalam CD playernya sambil menunggunya ganti baju.

    Tidak lama dia pun kembali ke ruang tengah dengan celana pendek sekitar 20 cm di atas lutut dan kaos ketat. Kami pun menonton film dengan duduk bersebelahan di sofanya. Film yang kami tonton adalah film Armageddon.
    Kugenggang tangannya dan menariknya menempelkan bahunya dengan bahuku, dia pun merapat dan lenganku pun kini berada di atas payudaranya yang kenyal. Dia sudah terbiasa dengan hal ini, toh biasanya pun seperti itu tiap kali nonton di bioskop atau di perjalanan.

    Semakin lama posisi duduknya makin bergeser dan kini dia tiduran dengan kepalanya berada di atas pahaku. “Cantiknya gadisku ini,” pikirku dalam hati. Tanganku pun kuletakkan di atas perutnya. Ketika adegan ada adegan panas di film, kurasakan nafasnya berubah. Terus terang aku pun merasa terangsang, pelan-pelan kugeser telapak tanganku ke atas payudaranya, tapi dia menolaknya.
    Karena terbawa suasana, kucium keningnya dan dia tersenyum kepadaku. Kulanjutkan dengan mengecup pipi dan bibirnya, lagi-lagi dia tersenyum. Itu adalah ciuman pertama kami. Ciuman yang awalnya hanya menempel kurang dari sedetik, kini sudah menjadi ciuman penuh nafsu. Lidah kami saling bermain dan tanganku pun sudah meremas-remas payudaranya

    Tiba-tiba dia bangun dan duduk di sebelahku, “udah ya, nanti keterusan lagi”. “Sorry ya, abis kamu gemesin sih. Tau ngga, itu tadi ciuman pertamaku lho,” ujarku polos. “sammma,” jawabnya lagi sambil menampilkan senyumnya yang bikin makin cinta itu. Kami pun meneruskan menonton film dan hanya menonton.

    Setelah film selesai, dia bangkit dari duduknya, “Mau ke mana?” tanyaku. “Mau beresin baju dulu buat besok,” jawabnya. Memang besok kami akan pergi ke luar kota bersama seluruh teman satu sekolah.

    “Mau dibantuin?” tanyaku. “Ayo,” jawabnya sambil berjalan menuju kamarnya. Aku pun mengikutinya ke kamarnya dan inilah pertama kalinya aku masuk ke kamarnya. Kamarnya betul-betul menunjukkan kalau dia masih manja, dengan cat pink dan tumpukan boneka di atas ranjangnya.

    Dia mulai mengeluarkan baju-bajunya. “Yang ini jangan dibawa, terlalu seksi,” kataku ketika dia mengeluarkan bajunya yang memang tipis dan berbelahan dada besar. “Jangan protes doang, nih beresin sekalian,” jawabnya seolah protes dengan memasang wajah ngambek, tapi lagi-lagi tetap terlihat manja.

    Aku pun mengambil alih lemarinya dan kupilih-pilih baju yang kupikir cocok untuk dibawanya. Tiba-tiba muncul ide isengku untuk memilihkan juga pakaian dalamnya. Kuambil satu yang berwarna krim, “ih jangan pegang-pegang yang itu” jerit manjanya sambil berusaha merebut dari tanganku. Aku pun berlari menghindar, “Wah ini toh bungkusnya, gede juga,” candaku

    Dia pun menarik tanganku dan memelukku untuk merebut bra dari tanganku yang lain. Segera saja kucium lagi bibirnya dan dia pun membalas ciumanku. “emmmh…emhhh,” suaranya mendesah sambil tangannya memegang tanganku.

    Kudorong tubuhnya ke ranjang sambil terus berciuman. Kini posisiku ada di atasnya dan menempel di tubuhnya. Terasa betul payudara kenyalnya di dadaku. Kugeser tubuhku ke sampingnya agar dapat meremas payudaranya.

    “emmmh…emhhhhh…emhhhh,” desahnya makin jelas dan kini tangannya sudah menyentuh penisku dari luar celanaku. “Sudah nafsu banget,” pikirku.

    Perlahan-lahan kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan meremas payudaranya langsung. Kuangkat ke atas kaosnya sehingga kini terpampang payudaranya yang besar terbungkus bra krim. Segera kuciumi kedua payudaranya dan tidak lama dia pun melepas sendiri bra tersebut. Benar-benar payudara yang besar dan indah, warnanya kecoklatan dengan puting yang lebih gelap.

    Kumainkan kedua putingnya, kujilati bergantian. “emmmh….emhhhh…kamu juga buka dong,” pintanya sambil menahan desah. Segera kubuka baju seragam dan celana sekolahku hingga tinggal celana dalam, kulanjutkan dengan membuka celana pendeknya. “celana dalamnya jangan,” tolaknya ketika aku akan menarik lepas celana dalam coklatnya.

    Kulanjutkan jilatan-jilatanku di puting payudaranya, tangan kiriku memainkan puting yang satu lagi, sedangkan tangan kananku menggesek-gesek vaginanya dari luar celana dalam. “Enak?” tanyaku. Dia hanya mengangguk sambil meremas-remas penisku dari luar celana dalam. Tiba-tiba dia menarik keluar penisku. “dibuka aja ya?” tanyaku sambil kubuka celana dalamku.

    Tangannya makin kuat meremas-remas penisku, sementara tangan kananku mulai memasuki vaginanya dari samping celana dalamnya. Kugesekkan jari telunjukku ke bibir vaginanya yang sudah basah. Pelan-pelan kumasukkan jariku ke dalam vaginanya, kulihat kepalanya mendongak ke atas sambil terus mendesah.

    “Boleh dimasukin ga?” tanyaku sambil menatap wajahnya yang sekarang menjadi begitu seksi. “Pelan-pelan ya,” jawabnya dengan nafas terengah-engah. Mendapat persetujuan, aku pun berdiri di bawah ranjangnya dan di antara kedua kakinya. Kutarik lepas celana dalamnya sehingga kini untuk pertama kalinya aku melihat langsung vagina seorang gadis.

    Vaginanya berwarna coklat dan kedua bibir vaginanya begitu rapat seolah tidak ada lubang di sana. Bulu-bulu kemaluannya yang tipis sudah terkena lendir-lendir yang keluar dari vaginanya ketika kumasukkan jari telunjukku tadi. Kucium vagina tersebut, “iiiihh, apaan sih. Jangan dicium, jijik ah, “ tolaknya sambil kedua telapak tangannya menutup vaginanya.
    “Abis imut sih,” kataku sambil tersenyum kepadanya. Kulepaskan kedua tangan yang menutupinya dan langsung kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya. Sesekali kujilat-jilat kedua putingnya. “ehmmm…ehhhhm….” lenguhnya makin tidak jelas. “Ji, masukin ji, masukin….emmmhhhh,” pintanya.

    Segera kudorong penisku memasuki lubang vaginanya, begitu sempit namun karena sudah dipenuhi cairan-cairan, akibat rangsangan tadi, perlahan-lahan penisku kun menembus vaginanya. “Oooooooh…ohhhhhhh,” kali ini aku pun ikut mendesah keenakan.
    Setelah penisku masuk seluruhnya, kurasakan denyutan-denyutan vaginanya menjepit kepala penisku, begitu nikmat. Kutatap wajahnya, mata kami pun berpandangan seolah membuat kesepakatan untuk mulai memompa.

    Kutarik pelan-pelan penisku lalu kumasukkan kembali pelan-pelan. “Ji, enak banget ji. Aduh enak banget….emmmmhh,” teriaknya makin meracau. Semakin lama kocokan penisku semakin kencang. Kedua tanganku pun terus memainkan kedua puting payudaranya, sambil sesekali meremasnya dan menjilatnya.
    Dia pun menarik tubuhku memeluknya. Kini tubuh kami serasa menempel, payudaranya menempel di dadaku yang telah berkeringat. Bibir kami berpagutan dan lidah kami saling membelit. Nikmat sekali. Hanya penisku yang masih bisa bergerak keluar masuk vaginanya.
    “Ji…..ohhhhh…ohhhh….jiii ,” tiba-tiba tubuhnya menegang kemudia lemas sebentar. “Kamu keluar ya?” tanyaku sambil menghentikan kocokan penisku namun masih terbenam di vaginanya.”Iya, enak banget, enak banget. Kamu belum ya?” jawabnya sambil kepalanya menggeleng-geleng pelan seolah baru merasakan sangat enak.

    Tidak kujawab pertanyaannya tapi kembali kukocok penisku. “Jangan cepet-cepet, masih geli,” pesannya. Karena memang sebetulnya aku pun hampir ejakulasi, tidak lama kemudian aku pun mengeluarkan maniku. “Ohhhhhh…ohhhhh…ke….keee ,” racauku sambil menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya | baca juga Cerita Ngentot Adik Teman.

    Kucabut penisku dan tidur di sebelahnya. “Enak banget, makasih ya ke,” ucapku. Dia Cuma tersenyum dan memelukku dengan kepalanya bersandar di dadaku. Setelah itu kami pun mandi bersama.

    Besoknya di acara liburan perpisahan sekolah, kami menjadi semakin rapat seperti sepasang pengantin baru. Kami pun beberapa kali mengulangi aktivitas seks di rumahnya. Hingga akhirnya kami berpisah jarak karena harus kuliah di kota yang berbeda dan berujung dengan putus karena sulit mempertahankan pacaran jarak jauh.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    logo-markasjudilogo-fastbet99hokibet99-logo

    hokijudi99-logofortunebet99-logologonexialogo-rf

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

  • Foto Ngentot NAGATSUKI Hot!!!!!

    Foto Ngentot NAGATSUKI Hot!!!!!


    1919 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Busty asian babe in lingerie and stockings stripping

    Busty asian babe in lingerie and stockings stripping


    1521 views

    Duniabola99.org adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • SENSUAL COUPLE

    SENSUAL COUPLE


    1813 views

  • Kisah Denok Penari Jalanan

    Kisah Denok Penari Jalanan


    1545 views

    Ibükota memang keras. Semüa orang di dalamnya mesti berjüang dan berkorban biar tidak tersingkir, dan tidak semüa jalan yang bisa dilalüi itü terang-benderang…Izinkan saya menceritakan kisah hidüp saya. Nama saya Darmini, tapi orang nggak banyak yang mengenal nama asli saya. Bapak dan Simbok memanggil saya Denok, itü panggilan biasa üntük anak perempüan di kampüng saya, tapi artinya nggak cüma itü. Denok jüga berarti montok alias sintal, dan rüpanya arti itü yang lebih diingat banyak orang dalam kehidüpan saya di Ibükota.

    Masa kecil saya dihabiskan di kampüng. Saya anak semata wayang, sekelüarga petani penggarap yang tak berpünya. Sejak kecil saya diajari menari oleh Simbok, karena beliaü sendiri waktü müda adalah seorang penari, dan masih sering ditanggap kalaü ada acara di kampüng. Sayang, kehidüpan kami yang damai di kampüng terhenti ketika süatü hari saya dan Simbok dapati Bapak gantüng diri.

    Ternyata Bapak pünya banyak ütang gara-gara gila jüdi, dan bapak tidak mampü bayar ütangnya itü. Kami jelas sedih karena Bapak südah tidak ada, tapi jüga bingüng karena beberapa hari setelah Bapak dimakamkan, kami diüsir dari rümah karena rümah kami disita bandar jüdi yang memberi ütang kepada Bapak. Kami tak pünya tempat tüjüan, dan üang simpanan kami tak seberapa. Simbok akhirnya nekat mengajak saya pindah ke Ibükota mencari penghidüpan

    “Denok, kita ndak bisa apa-apa lagi di sini, di kota kita bisa coba cari uang, mudah-mudahan di sana mendingan daripada di sini,” kata Simbok.

    Saya cuma lulusan SMP, Simbok lulusan SD. Kami sama-sama nggak sadar hidup di Ibukota begitu beratnya. Melamar kerja kesana-kemari, nggak diterima karena dianggap pendidikan kurang tinggi. Cari kerja yang nggak perlu ijazah, saingan banyak sekali. Akhirnya setelah cukup lama mencermati berbagai kesempatan yang ada, Simbok memutuskan untuk memanfaatkan keahlian kami. Dengan bermodal pakaian dan perlengkapan yang kami bawa dari kampung, serta radio tape bekas dan kaset-kaset musik tradisional yang kami beli dari pasar loak dengan sisa uang, mulailah kami berdua menjadi penari jalanan.

    Waktu gadis-gadis seumur saya yang di kota sedang siap-siap ujian akhir SMA atau menjalani tahun pertama kuliah, dan yang di desa menunggu dijodohkan oleh orangtuanya, saya mulai menjalani kehidupan baru, menjajakan keahlian seni tari bersama Simbok. Awalnya kami berkeliling Ibukota, sekadar mencari keramaian di mana kami bisa memperoleh beberapa lembar rupiah demi menyambung hidup.

    Kami biasa mulai pagi-pagi, menjajaki jalan-jalan Ibukota untuk mencari orang-orang yang mau kami hibur dengan tarian kami. Ternyata nggak gampang juga mencari uang dengan cara seperti ini, paling-paling yang kami dapatkan hanya cukup untuk makan kami berdua, satu atau dua kali pada hari itu. Dan nggak di semua tempat kami bisa mendapat penonton yang bersedia membayar, kadang-kadang kami malah diusir atau dihardik. Setelah cukup lama, kami ketemu tempat di mana kami bisa selalu dapat penonton dan uang: satu pasar induk yang cukup besar, dan lingkungan di sekitarnya.

    Kami pun menyewa satu kamar kontrakan murah di dekat Pasar. Banyak orang di Pasar, yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, haus hiburan murah yang bisa bikin mereka ingat kampung masing-masing. Kehadiran kami di sana selalu disambut senyum, tawa, dan lembar-lembar uang yang kumal hasil perasan keringat mereka. Walaupun tak jarang lembar-lembar itu diberikan kepada kami dengan kurang sopan misalnya dengan diselipkan ke pakaian kami.

    Apa saya dan Simbok memang menggoda? Entah ya. Saya sendiri tidak merasa cantik. Sebagai anak petani yang sering main di luar sejak kecil, kulit saya jadi agak gelap terbakar matahari. Tapi Simbok juga dari dulu selalu mengajari dan mengingatkan saya untuk merawat tubuh biarpun dengan cara sederhana, jadi biarpun sawo matang, kulit saya tetap mulus dan tidak jerawatan apalagi bopeng-bopeng lho.

    Oh ya, tadi kan saya sudah cerita arti nama panggilan saya, Denok. Dipikir-pikir benar juga sih kalau dibilang saya montok. Enggak tahu kenapa, biarpun rasanya dari kecil makanan saya bergizi pas-pasan, kok tetap saja badan saya bisa jadi ya. Sebelum remaja saja tetek saya sudah tumbuh, dan sekarang jadinya subur gumebyur sampai-sampai saya selalu kuatir dengan kemben saya tiap kali menari. Bokong saya juga kencang gara-gara dibentuk latihan olah tubuh dalam tarian.

    Ada yang bilang bahenol, saya sih matur nuwun saja kalau ada yang anggap begitu. Herannya, biarpun atas bawah gede, tengahnya tidak ikut gede, perut dan pinggang saya masih singset. Saya anggap masih singset soalnya kayaknya nanti badan saya akan jadi seperti badan Simbok, tengahnya mulai ikutan lebar. Nah, kalau Simbok itu memang cantik. Sampai umur segitu pun beliau tetap cantik. Apalagi kalau sudah pakai sanggul dan rias, wuihh. Semua orang nengok dan nggak lihat apa-apa lagi.

    Saya sendiri selalu merasa jelek lho kalau tampil bersama Simbok. Ah, tapi sedunia cuma saya sendiri yang nganggap muka saya jelek. Selain Simbok, orang-orang yang biasa nonton kami menari kok semuanya bilang saya cantik. Saya pikir, itu sih pinter-pinternya Simbok mendandani saya aja. Waktu pertama kali didandani buat ngamen, saya protes, kok repot amat. Rambut mesti disasak, disanggul, disunggar, pakai tusuk dan kembang. Muka mesti dibedaki tebal-tebal, sampai beda warna dengan badan. Mungkin tinggal tahi lalat di pipi saya saja yang nggak ketutupan. Alis saya yang sudah tebal dibikin tambah tebal. Bibir juga dikasih gincu warna merah mentereng. Saya waktu itu ngeluh,

    “Kok sudah kayak penganten aja, Mbok.”

    Simbok menjawab, “Yang namanya penari itu nggak boleh biasa-biasa aja, nduk. Mesti kinclong, manglingi. Kita mesti bikin senang yang nonton.”

    Lama-lama saya biasa juga memakai riasan seperti itu, malah saya jadikan guyonan sama Simbok.

    “Mbok, aku wis saban hari jadi penganten, ntar kalau nikah beneran mesti kayak apa diriasnya?” Rias wajah yang tebal jadi bagian seragam kerja saya, sama seperti kemben, kain batik, dan selendang.

    Tapi memang yang namanya nasib itu jalannya nggak ada yang tahu. Dua bulan kami menetap di dekat Pasar, musibah datang lagi. Waktu sedang nyebrang jalan, Simbok ketabrak mobil. Luka parah. Saya panik, orang-orang di sekitar ramai-ramai ngangkut Simbok ke rumah sakit. Tapi Simbok nggak tertolong. Simbok meninggal di rumah sakit setelah dua hari dua malam berusaha diselamatkan dokter di sana. Sebenarnya sejak ketabrak juga Simbok sudah nggak ada harapan, tapi entah kenapa beliau lama sekali meninggalnya.

    Sekaratnya sampai seharian. Sampai nggak tega saya melihatnya. Waktu itu ada yang bisik-bisik, mungkin Simbok pasang susuk, makanya meninggalnya susah. Orang kok tega ya ngomong seperti itu. Tapi apakah itu benar atau nggak, saya nggak mau tahu, biarlah itu jadi rahasia Simbok. Saya akhirnya sendirian di Ibukota, sepeninggal Simbok. Ditambah lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit dan pemakaman, malah mesti berutang ke mana-mana.

    Saya nggak mampu mengadakan acara macam-macam buat Simbok, hanya bisa mendoakan sendiri semoga arwah Simbok bisa tenang di alam sana dan ketemu lagi dengan Bapak. Seminggu lebih saya di kontrakan saja karena terlalu sedih. Mungkin saban hari saya menangis, sedih mengingat Simbok, juga kesepian. Akhirnya saya memaksa diri untuk keluar lagi, ngamen lagi, karena uang sudah habis dan saya juga mesti hadapi para tukang tagih utang yang nggak mau tahu kesulitan saya.

    Jadi, seminggu sesudah Simbok dimakamkan, saya kembali siap-siap untuk keluar, menari. Di hadapan cermin saya tata rambut saya sendiri, saya pasang sanggul dan kembang, saya bedaki muka saya biar nggak kelihatan bekas-bekas menangis, saya pakai lagi kemben dan kain, saya sampirkan selendang di leher. Ealah, pas keluar kamar saya malah ketemu dengan ibu yang punya kontrakan.

    Si ibu nggak pake basa-basi langsung nagih tunggakan 2 bulan. Saya nggak punya uang, jadi saya cuma bisa bilang maaf, dan si ibu malah ngancam secara halus. Nggak apa-apa nggak bayar, katanya, tapi besok kamu keluar dari tempat saya. Haduh biyung, kok nggak habis-habis ya cobaan buat saya. Saya mau usaha dulu, kata saya, nanti akan saya bayar. Hari itu saya berangkat ngamen, berusaha cari uang buat hidup.

    Sang Juragan Beras

    Sialnya, hari itu pasar agak sepi, dan sesudah dua jam saya baru dapat Rp5000 sesudah menari di pangkalan ojek. Saya nggak bisa konsentrasi, kepala penuh dengan pikiran, gimana caranya supaya nanti kalau pulang sudah punya cukup uang untuk bayar kontrakan. Belum utang-utang lainnya. Menjelang siang, saya sedang jalan di barisan toko-toko besar di samping Pasar.

    Dan di depan toko beras paling besar di Pasar, saya melihat Juragan sedang menghitung segepok uang. Beliau baru saja terima uang banyak, rupanya ada orang yang habis mborong. Saya waktu itu cuma kenal beliau sebagai ‘Juragan’. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Beliau sudah tua, lebih tua daripada Simbok, mungkin umurnya sudah 50 atau 60 tahun. Kepalanya hampir botak, rambutnya tipis beruban, kumis dan jenggotnya jarang-jarang. Badannya besar dan perutnya gendut.

    Sekali dua kali saya dan Simbok pernah menari di depan tokonya, dan pegawai-pegawainya memberi kami uang tapi beliau tidak. Tapi beliau pernah meminjamkan uang kepada Simbok, dan Simbok sempat mengembalikannya. Saya beranikan diri menghampiri Juragan. Dia sendirian di depan toko, sementara anak buahnya sibuk di dalam dan di belakang. Tokonya sedang sepi, tidak ada pembeli.

    “Juragan,” pinta saya. “Anu… saya…”

    Juragan melihat saya dengan acuh. “Ada apa, Denok?”

    “…saya… saya…” Duh, saya nggak kuat bilangnya. Tapi saya harus bilang. “…saya boleh pinjam uang, Juragan? Uang saya sudah habis untuk biaya pemakaman Simbok… sekarang saya mesti bayar kontrakan dua bulan…”

    “Hah?” Juragan melihat saya dengan aneh, “Kamu perlu uang?”

    “Tolong, Juragan,” saya meminta lagi, “Saya sudah ditagih, hari ini harus ada, atau saya diusir. Saya janji akan kembalikan secepatnya.”

    Eh, kok Juragan langsung mengantongi segepok uang yang tadi dia hitung-hitung.

    “Denok,” kata beliau dengan dingin, “Aku ini pedagang, bukan tukang ngasih utang. Kamu perlu uang? Kerja sana. Atau kamu jualan aja.”

    “Saya sekarang juga lagi kerja, Juragan,” saya jengkel tapi tidak berani menunjukkan; sepertinya Juragan tidak mau meminjamkan uang. “Cuma takutnya saya tidak bisa dapat cukup uang hari ini buat bayar kontrakan. Kalau jualan, saya ndak punya apa-apa, mesti jual apa?”

    Tapi lantas tatapan Juragan kok berubah jadi aneh… Beliau mendekati saya dan merangkul saya. Tangannya yang besar itu memegang bahu saya.

    “Siapa bilang kamu nggak punya apa-apa?” bisiknya. “Badan kamu bagus, Denok. Aku mau kok mbayar buat itu.” Beliau menarik badan saya mendekat ke badannya, sampai pipi saya nempel di samping dadanya yang gemuk.

    “Ihh?!” saya kaget dengar bisikan Juragan itu. Duh, inikah yang namanya bisikan iblis? “Badan… saya?” Bisikan Juragan terus terngiang di kepala saya. Merinding bulu kuduk saya membayangkan apa maksudnya itu.

    “Kalau kamu mau, Denok, aku lunasi tagihan kontrakanmu yang dua bulan itu sekalian mbayar untuk bulan depan,” bisik Juragan lagi.

    Duh, biyung, saya mesti gimana? Saya perlu uang, tapi apa mesti dengan cara seperti ini? Tapi kalau nggak, bagaimana lagi? Yang ada saya bakal diusir, nggelandang, dan…ujung-ujungnya sama saja. Saya nggak punya pilihan lain…

    “…mau, Juragan…” saya berbisik, lirih sekali sampai nggak kedengaran. Kalau saja nggak ketutupan bedak, mungkin sudah kelihatan muka saya berubah merah seperti cabe.

    Juragan ketawa, badannya yang gendut itu sampai terguncang-guncang. “Bagus, Denok. Ayo ikut aku. Kamu ikutin aja kataku, nanti kubayar kamu, ya?”

    Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. Juragan membawa saya naik tangga di samping toko, masuk ke rumahnya. Juragan ternyata tinggal sendirian. Saya penasaran, apa Juragan nggak punya istri? Kami masuk ke rumah Juragan. Saya terus memandangi lantai, tidak berani mengangkat kepala, tapi sekali-sekali saya ngintip kesana-kemari melihat keadaan.

    Juragan rupanya tinggal sendirian di atas tokonya. Ada foto tua yang menunjukkan Juragan dengan seorang perempuan—istrinya kah? Juragan menggandeng tangan saya masuk ke satu kamar. Kamar tidurnya. Dia nyuruh saya duduk di ranjang. Saya duduk, sambil menundukkan kepala. Juragan berdiri di depan saya, mengamati sekujur tubuh saya. Dia menyentuh dagu saya, sambil bilang,

    “Denok, angkat kepalamu, lihat aku.” Saya nurut. Mungkin dia lihat mata saya ketakutan setengah mati.

    “Buka kembenmu,” katanya.

    Dia taruh selembar uang Rp50.000 di samping saya. Saya menengok, melihat uang itu. Besar sekali buat saya. Biasanya seharian menari saya tidak pernah dapat uang sebanyak itu. Tapi saya tetap ragu. Juragan tiba-tiba mau mengambil lagi uang itu.

    “Kalau nggak mau ya sudah,” katanya dengan nada kurang senang.

    Tapi saya tahan uang itu dengan tangan saya, lalu saya ngangguk. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya lepas ikatan kemben di punggung saya, lalu pelan-pelan saya urai lilitan kain kemben merah yang membebat badan saya. Pas tinggal selembar lilitan yang menutup tetek saya, saya jadi malu, dan saya tahan selembar itu dengan lengan saya. Juragan tersenyum melihat saya.

    “Wahh…susu kamu gede, ya? Bikin orang nafsu ajah…” saya lihat Juragan nyengir lebar setelah ngomong itu. sumpah, baru kali ini ada laki-laki blak-blakan ngaku seperti itu.

    Lembar uang lima puluh ribu yang tadi ditaruh Juragan di sebelah saya dia ambil, lipat, lalu dia selipkan ke… aduh! Dia selipkan ke belahan dada saya!

    “Itu buat kamu, Denok,” katanya. Duh, nggak percaya rasanya. Sebelumnya saya dan Simbok mesti menari seharian, sampai pegal-pegal, buat dapat uang kurang dari lima puluh ribu. Tapi… sekarang saya dapat uang sebanyak itu … kok gampang banget?

    “Beneran buat saya…?” Masih tidak percaya, saya tanya lagi.

    “Iya… asal kamu buka semuanya,” kata Juragan sambil menyeringai. “Badan kamu bagus, Denok. Montok… bahenol…”

    Duh, apa maksudnya itu? Apa Juragan suka dengan tubuh saya? Seumur-umur belum pernah ada orang yang bilang itu ke saya… Jantung saya deg-degan mendengarnya. Juragan menarik kain kemben yang masih ditahan tangan saya, dan kainnya meluncur begitu saja tanpa saya tahan. Saya masih tutupi gunung kembar saya dengan kedua tangan. Aduh… malu banget rasanya, telanjang di depan orang lain…Tapi saya bisa dapat uang…

    “Nah, Denok, sekarang buka kainnya, ya?” sekarang Juragan minta saya buka juga kain batik coklat yang saya pakai.

    Mungkin karena tadi saya malu-malu dan lambat sekali waktu buka kemben, Juragan mendekati saya dan menyingkap kain batik saya. Saya sontak mundur, tapi tangan Juragan lantas memegang pundak saya.

    “Jangan takut, Denok…” katanya.

    Juragan juga memegang paha saya yang masih sebagian tertutup kain batik. Dia remas sedikit paha saya. Suara “Eihh” keluar dari mulut saya, malu karena sentuhan Juragan. Tangannya lantas nyelip ke bawah kain saya! Kulit tangan Juragan bersentuhan dengan kulit paha saya, dan saya makin deg-degan. Dia terus remas-remas paha saya. Saya nggigit bibir, takut keluar suara macam-macam dari mulut saya. Tangan satunya terus nyibak kain saya, sampai ke dekat pinggang… Duh, biyung, sedang diapakan saya ini? Kain saya tinggal nyangkut di pinggang saja, sementara kedua kaki, betis, dengkul, sampai paha saya sudah dikeluarkan dari bungkusnya, sedikit lagi kancut saya kelihatan!

    “Rebahan saja, Denok!” suruh Juragan.

    Saya nuruti perintahnya, pelan-pelan saya rebahkan badan atas saya. Kedua tangan saya tetap nutupi sepasang tetek saya. Sanggul yang belum saya copot (apa seharusnya saya copot juga?) ngganjal belakang kepala saya. Dan sambil saya rebahan itu, tangan Juragan beraksi sangkutan terakhir kain saya di pinggang. Aduhhh biyung. Kedua tangan saya bagi tugas: satu melintang di depan dada, satu turun ke bawah nutupi kancut saya.

    Saya ragu-ragu, tapi nggak tahu kenapa, saya juga kok ngerasa gairah saya bangkit? Waduh? Kok begini jadinya? Juragan terus-terusan melihat sekujur tubuh saya, sambil memuji.

    “Ayo dong, nggak usah ditutupin,” kata Juragan. “Tanganmu disingkirin dong? Denok, kalau kamu mau kupegang, kutambah dua puluh ribu, ya…”

    Kedua tangan saya dipegang Juragan, lalu pelan-pelan diletakkan di samping badan saya. Duh, buyar deh pertahanan saya. Sekarang susu saya nggak ada lagi yang menutupi. Sekarang kancut saya kelihatan.

    “Euh… Juragan… mau pegang?” kata saya bingung. “Ja… jadi sekarang tujuh puluh ribu?”

    Juragan juga sudah buka baju, dan hanya dengan bercelana pendek beliau naik ke ranjang, posisi merangkak di atas badan saya. Gede sekali badannya, kalau dilihat di atas pasti saya ketutupan.

    “Eh!?” pekik saya waktu tangan Juragan yang besar menggenggam tetek saya.

    “Wooh, Denok, empuk ya susumu,” kata Juragan. “Kenyal-kenyal kalau diremas…”

    “Kh… ihh… apa iya…?” kata saya, sambil merasa jari-jari Juragan memenceti sepasang tetek saya. Muka Juragan mendekat ke muka saya.

    “Bibir kamu nggemesin, Denok. Merah, kelihatannya empuk… Ayo, cium aku,” pintanya.

    “Ci… cium?”

    “Ya. Belum pernah ciuman? Nggak susah kok, cuma bibir ketemu bibir.”

    “Eh… kalau cium bibir saya belum pernah, Juragan… paling-paling cium pipi, cium tangan…”

    “Ya udah, nggak apa-apa! Ayo…”

    “…”

    Muka Juragan yang lebar itu menempel ke muka saya, bibirnya yang lebar menempel ke bibir saya, memaksa mulut saya terbuka. Duh, lidahnya ikut main juga, masuk-masuk ke mulut saya, mengajak bergulat lidah saya. Beda sekali rasanya dengan cium pipi atau cium tangan, rasanya hangat, geli… Saya kurang suka bau mulut Juragan, jijik dengan lidahnya yang basah, tapi saya merasa nggak mau melawan, nggak tahu kenapa… Lidahnya melumat lidah saya, bibirnya melumat bibir saya.

    Lama sekali kami ciuman, ciuman saya yang pertama, kepala saya terhimpit kepalanya. Duh, yang saya lakukan ini salah nggak ya? Iya, saya mulai sadar saya sedang jual badan saya… itu sebenarnya salah, tapi kok… kenapa saya jadi nggak peduli? Kenapa saya malah jadi bergairah membayangkan bagaimana kelihatannya saya sekarang? Saya nyaris telanjang, susu saya habis diremas-remas, bibir merah saya dilalap, dan badan saya dihimpit badan laki-laki. Bunyi-bunyi jilatan, desahan, dan cairan di mulut saya. Dan saya malah makin larut. Lidah saya mulai menjilat balik lidah Juragan. Air liur Juragan saya telan.

    “Uaahhh…” keluh saya ketika Juragan akhirnya menarik bibirnya.

    Sisa liur kami dari ciuman basah tadi masih nyantol seperti tali yang menyambung bibir saya dan bibir Juragan.

    “Juragan… rasanya kok beda ya…” kata saya. “Jiah!”

    Saya kaget waktu Juragan mencubit-cubit pentil saya.

    “Gimana Denok, kamu suka dicium seperti tadi? Enak kan?”

    “Ahn…” desah saya karena keenakan pentil saya dimain-mainkan, akibatnya omongan saya sudah nggak terkendali,

    “Iya Juragan… saya suka dicium kayak tadi…”

    “Bener? Bagus, bagus,” Haduh! Juragan nyentuh bagian depan kancut saya! Katanya, “Aku bikin kamu tambah enak di sini ya?”

    Juragan menyibak kancut saya dan menowel… menowel… itil saya!

    “Coba kalau begini…”

    “Nhaaaa!! Iyhaaah? Aahh… jangan!!”

    Seperti kesetrum saya waktu itil saya ditowel dan dikocok jari-jari Juragan. Kenapa ini… kok badan saya bereaksi seperti itu?

    “Ooh… heehhh… aduh Juragan… kena…pa ini?” saya meracau, bingung dengan badan saya sendiri.

    Saya belum pernah disentuh orang di bagian situ. Sumpah, saya nggak tahu ada apa gerangan. Rasanya ada sesuatu yang mau keluar dari dalam badan saya… Saya takut. Juragan terus memain-mainkan itil saya tanpa ampun. Rasanya panas dingin, kalang kabut, merinding! Dan… aduh, nikmat! Ditambah lagi, sekarang Juragan memasuk-masukkan jarinya juga ke… belahan memek saya!

    “Aduh, aduh, ahh… Juragan! Juragan udah… jangan! Ah… saya… saya… aduh juragan ada yang mau keluar Juragan… aduh…”

    Memang, saya merasa seperti mau pipis… Haduh bagaimana ini, masa’ saya pipis di depan Juragan? Jari-jari Juragan terus main di kemaluan saya, dan nggak tahu kenapa, saya malah ngangkat-ngangkat selangkangan saya!

    “Uuuuaaahhh… iyaaA!!”

    Bobol-lah pertahanan saya akhirnya, dan terdengar bunyi “criiit” dari itil saya yang memuncratkan sesuatu. Aduhhh… malunya. Saya merasa seperti barusan pipis di ranjang Juragan. (Belakangan saya tahu itu bukan pipis). Tapi… kok rasanya enak dan nikmat sekali, sampai ada yang keluar dari badan saya sesudah itil dan memek saya dimain-mainkan Juragan? Sampai saya ngangkat pinggul saya?

    “Haahh… haduhh…” Saya tersengal-sengal, sehabis ngecrit, badan saya seperti habis kena setrum atau kesambar petir. Duh, edan tenan. Sampai gemetaran. Juragan senyum di depan muka saya, sambil bilang, “Nah, itu buat permulaannya, Denok…”

    Dan tahu-tahu saja, Juragan sudah buka celana, dan menempelkan… menempelkan… anunya di belahan memek saya!

    “Aduh, Juragan…! Itu… Kok ditempel ke anu saya?!” kata saya. Memang saya belum tahu banyak mengenai badan laki-laki dan wanita.

    “Ini namanya kontol, Denok,” Juragan menjelaskan, “Kontol ini mau masuk ke memekmu…”

    Saya melotot melihat anunya Juragan yang gede dan berurat itu. “Tapi… tapi nggak bakal muat, Juragan!”

    “Nggak apa-apa… Kukasih kamu tiga puluh ribu lagi kalau kamu mau kumasuki.”

    Kali ini Juragan tidak nunggu jawaban saya. Beliau langsung saja menurunkan badannya yang besar itu, menghimpit badan saya di bawahnya. Dan anunya… kontolnya… masuk ke memek saya! Ampuun! Sakit! Saya sampai njerit!

    “AaaaAAAA!! Aduuuu!!”

    Juragan mendengus dan menggerung. “Huoooh! Kamu masih perawan ya Denok!? Sempit banget!”

    Perawan? Aduh biyung… saya diperawani Juragan! Badan Juragan yang berat menindih badan saya, dadanya menggencet susu saya, kontolnya yang gede itu mencoblos memek saya… menerobos kehormatan saya… Saya merasa sakit campur nikmat campur malu… Aduh, Bapak, Simbok, saya sudah bukan perawan lagi!

    “Aku masuk lebih dalam lagi, ya, Denok?” Juragan bertanya tanpa menunggu jawaban, menerobos tambah dalam ke anu saya. Saya cuma bisa bersuara ah uh saja. Lalu pelan-pelan Juragan menarik kontolnya sampai keluar semua… Beliau raih belakang kepala saya, nyuruh saya melihat. Di kontolnya kelihatan bercak darah, darah perawan saya! Haduh biyung. Juragan ketawa, lalu beliau cium bibir saya lagi. Sambil mencium, anunya dia masukkan lagi ke memek saya.

    Saya njerit lagi, tapi mulut saya ketutupan mulutnya. Sesudah itu Juragan terus nggenjot saya, keluar masuk, keluar masuk, tambah lama tambah kencang. Badan saya diguncang-guncang, kepala saya menenggak-nenggak, sepasang susu saya gondal-gandul, digoyang gerakan Juragan. Saya sampai nggak bisa ngomong, cuma bisa ndesah dan njerit nggak karuan.

    Saya berusaha minta Juragan jangan kencang-kencang, tapi beliau tidak mendengarkan. Tapi…kok saya merasa nikmat, ya? Duh, saya lagi di… dientot sama Juragan, dan saya baru tahu ngentot itu… enak… sudah gitu… saya… dibayar? Kenapa ndak dari dulu saja, ya?Terlintas pikiran seperti itu dalam kepala saya. Tapi saya acuhkan. Saya luluh akibat gempuran-gempuran Juragan. Waktu beliau rebahan dan minta saya tegak, saya nurut. Dan badan saya gerak sendiri, naik-turun sambil masih tersodok kontolnya.

    “Aah! Aiih!! Hiih!”

    Duh, saya sudah nggak tahu lagi apa yang keluar dari bibir saya, atau seperti apa kelihatannya saya. Muka saya pasti kelihatan mesum banget. Dada saya gonjang-ganjing. Juragan kelihatan senang.

    “Hah… uh… Ayo terus Denok… aku senang ndengar suaramu kalau dientot… mbikin tambah nafsu. Kamu juga suka, kan?” Juragan berusaha ngajak bicara. Saya njawab dengan lenguhan dan ocehan nggak jelas, ah-ah uh-uh. “Hauhh… Ga…n! Enakh… ahh…”

    “Denokh… uh… nanti kalau udah sampai… kamu njerit yang keras ya?” pinta Juragan di sela-sela nafasnya yang memburu.

    “Sampai?” Saya bingung apa maksudnya.

    “Nanti juga kamu… uh… hh… rasa sendiri,” kata Juragan.

    “Yang seperti… uh… tadi. Aku mau… keluarin di dalam kamu kalau kamu udah… sampai, ya?”

    “Hah… ough… di… dalam?” sumpah, saya nggak ngerti apa maksudnya Juragan, dan nggak sempat mikir juga. Mana sempat mikir, kalau kepala saya penuh dengan perasaan nikmat karena dientot Juragan. Tapi nggak lama kemudian saya merasa ada yang memuncak dalam badan saya, seperti waktu itil dan memek saya dimain-mainkan tadi. Apa sudah waktunya?

    Saya nggak bisa kendalikan badan saya. Saya makin getol nggoyang pinggul, merasakan kontol Juragan dalam anu saya.

    “Eahh!! Uwahh!! Haduhh!! JURAGAAAN!! ANNGGGHHHH!!” Dan menjeritlah saya.

    Juragan mendengar saya njerit, dan langsung memegangi tangan saya sambil ngangkat pinggulnya sehingga burungnya masuk sedalam-dalamnya ke memek saya.

    “Khn! Ghooh!”

    Mata saya melotot, mulut saya nganga, mungkin lidah saya menjulur keluar, saya sudah nggak peduli semesum apa tampang saya selagi saya menjerit keenakan itu. Saya merasakan ada yang keluar di dalam kemaluan saya. Basah dan hangat. Dari anunya Juragan. Untuk pertama kalinya ada orang yang menebar benihnya di dalam badan saya.

    “Hiyahh…” erang saya.

    Badan saya condong ke depan, kedua tangan saya bertumpu ke dada Juragan, kepala saya mendongak, menganga sambil memekik. Dan akhirnya ambruklah badan saya ke dada Juragan, ngos-ngosan, mendesah-desah. Susu saya yang tergencet jadi menyembul ke samping badan, pentilnya mencuat keras. Beberapa lama saya terkulai di atas badan Juragan yang empuk. Dia lantas menggeser saya dan bangun, lalu memakai lagi bajunya. Sambil berpakaian, dia ngomong ke saya.

    “Hehehe. Lumayan juga bisa ndapat perawan siang-siang begini… Kalau kamu mau, Denok, cari uang itu nggak susah…”

    Beliau jatuhkan enam lembar lima puluh ribuan ke dekat muka saya. Saya nggeletak nggak karuan di ranjang Juragan, mandi keringat, ngos-ngosan.

    “Itu buat kamu,” kata Juragan. “Cukup kan buat bayar kontrakan kamu tiga bulan?”

    Saya berbaring agak lama sampai akhirnya kekuatan saya kembali. Buru-buru saya pakai lagi kemben dan kain saya. Haduh, tampang saya pasti sudah ndak karuan. Bedak saya sampai luntur dan nempel di seprai ranjang Juragan. Juragan terus duduk memperhatikan saya yang kalang kabut pakai baju. Beliau diam saja. Saya pamitan dan buru-buru turun. Di bawah, di depan toko mulai ramai. Beberapa orang pegawai Juragan manggil saya, tapi saya nggak berani menghadapi mereka, apalagi pas acak-acakan begini. Saya sampai setengah lari meninggalkan toko beras Juragan, langsung ke kontrakan. Ee, ternyata ibu pemilik kontrakan lagi nangkring di depan.

    “Siang-siang kok udah balik, Denok? Lah, kok berantakan gitu? Habis ngapain kamu?”

    Semua pertanyaannya saya acuhkan, saya jejalkan uang yang saya dapat ke tangannya, lalu saya langsung mabur ke kamar. Saya langsung buka pakaian serta sanggul, masuk kamar mandi, dan mandi…ngguyur sekujur tubuh, cuci muka. Masih nggak percaya apa yang barusan saya lakukan dengan Juragan. Saya barusan serahkan keperawanan saya ke Juragan… ditukar uang kontrakan tiga bulan. Apa saya sedih atau malu? Apa saya mestinya sedih atau malu? Nggak tahulah… Tapi yang terjadi malah tangan saya mulai meraba-raba selangkangan saya, memainkan itil saya seperti yang dilakukan Juragan tadi…

    *****

    Saya si Denok, penari jalanan. Ini kisah kehidupan saya. Sesudah hari itu, ada yang berubah dalam kehidupan saya. Saya tetap mencari penghidupan dengan menari untuk orang-orang di Pasar. Tapi ada yang lain…sekarang, kapan saja saya perlu uang, saya nggak lagi segan-segan menawarkan badan saya kepada laki-laki. Saya tahu ini nggak benar, dan harusnya saya berhenti, tapi godaan duit terlalu kuat. Saya si Denok, penari jalanan, semua orang di Pasar kenal saya.

    Siapa yang tidak kenal si Denok yang berkemben merah, berbedak dan bergincu tebal, bertahi lalat di pipi. Dan sekarang saya dikenal juga sebagai Denok yang susunya montok, pantatnya sintal, goyangannya mantap. Sudah malam, dan saya baru saja menari buat beberapa orang supir truk pengangkut sayur yang habis bongkar muatan. Saya kalungkan selendang saya ke salah seorang, saya beri senyum manis dan saya bisikkan harga saya kalau dia mau.

    “Bener nih, segitu?” kata si supir yang bertubuh kerempeng, berambut cepak, dan mulutnya bau minuman.

    “Iya Bang… tapi buat satu orang aja ya… kalau yang lain mau ikutan, nambah.”

    “Hehehe,” katanya sambil menjamah kemben saya.

    “Mau dong nyobain,” dia remas tetek saya.

    Dari semua orang yang ada di sana, cuma dia dan satu orang temannya yang ‘nanggap’ saya. Saya bawa supir-supir itu ke deretan kios kosong di dalam pasar, yang nggak laku-laku disewa karena letaknya terlalu ke dalam. Saya buka salah satunya dan saya nyalakan lampunya, dan dua orang supir itu pun saya layani di sana. Saya digilir mereka berdua di sana. Mereka minta saya layani mereka sekaligus. Jadilah saya dijepit mereka berdua… satu orang ngentoti memek saya, dan yang satunya saya kasih bokong saya.

    “Waduh, Neng, pantatnya sempit amat, nih,” kata orang yang nyoblos pantat saya. “Baru pertama kali?”

    “Ah, enggak Bang,” kata saya malu-malu, disela nafas memburu.

    Temannya iseng menanya, sudah pernah sama berapa orang saya bersetubuh. Berapa ya? Saya pikir mungkin dua puluh atau lebih. Saya nggak ngitung. Saya nggak peduli… yang saya pikir cuma kerja seperti ini lebih gampang dapat uang. Saya juga nggak pernah merasa sendirian lagi.

    “Uohhh… buang di dalem boleh gak Neng?” tanya supir yang di depan saya.

    Saya ngangguk. Dia muncrat di dalam memek saya. Saya ngerti itu sebenarnya bahaya, tapi rasanya lebih enak… anget dan lebih puas aja rasanya. Dan sesudahnya, saya dapat duit. Sebulan-dua bulan sesudah Juragan ngambil kegadisan saya, saya jadi makin berpengalaman sebagai lonte. Sudah banyak orang di Pasar yang merasakan badan saya: kuli, pedagang, preman, petugas, tukang ojek, supir dan lain sebagainya. Dan saya pun jadi makin akrab dengan mereka semua.

    Saya seperti nyimpan semua rahasia mereka. Hihihi… Saya tahu siapa yang kontolnya paling gede, siapa yang lemah syahwat, kadang-kadang saya sampai tahu urusan rumah tangga mereka. Saya tahu orang-orang yang sehari-harinya kelihatan galak atau rajin ke tempat ibadah, tapi kalau sudah pengen, mereka nyari saya juga. Saya juga berkali-kali tidur dengan Juragan. Juragan sering nyuruh saya coba hal-hal baru. Misalnya ngemut dan nyedot. Atau pakai tetek saya buat njepit kontol.

    Juga bahwa lubang pantat saya bisa dientot juga. Duh, waktu pertama kali nyoba itu, saya jejeritan. Sakit! Minta ampun sakitnya. Tapi lama-lama kebiasa juga. Saya juga jadi makin kenal dengan Juragan. Perempuan yang ada di foto bersama Juragan itu benar istrinya, tapi sudah meninggal. Meninggal waktu melahirkan anak pertama, anaknya juga tidak selamat. Juragan selama ini kesepian, dan kehidupannya cuma ngurus toko beras saja.

    Saya jadi kasihan sama Juragan, ternyata beliau sendirian juga seperti saya. Saya juga jadi tahu bahwa dulu, sewaktu muda dan masih tinggal di kampungnya, Juragan pernah kepincut seorang penari juga. Cuma waktu itu Juragan belum punya apa-apa, apalagi penari itu juga simpanan seorang camat. Juragan cuma bisa nonton dan mengagumi dari jauh tiap kali si penari itu mentas.

    Kata Juragan, saya mirip penari itu. Mungkin karena itu juga Juragan selalu minta saya pakai pakaian dan riasan penari lengkap tiap kali beliau nanggap saya…Yah, saya juga ikut senang kalau bisa bikin Juragan senang. Makin hari saya makin larut dalam kehidupan sebagai penari yang juga jualan badan. Karena uang, harga diri saya lupakan, dan saya jadi bahan pelampiasan nafsu laki-laki.

    Tiap kali ada orang menggencet saya, menjamah saya, memasuki badan saya… sebenarnya saya ingat jalan ini tidak benar, tapi badan saya terus minta lebih. Saya jadi nggak tahu lagi apa saya masih terus melakukannya hanya karena duit. Makin lama saya makin gawat. Melayani dua-tiga orang sekaligus. Sudah nggak terhitung orang yang membuang benih di dalam rahim saya. Saya pun makin berani.

    Akhirnya saya nggak bisa lagi hitung berapa orang yang sudah merasakan badan saya, dan saya pun bunting… Wajar, kalau ingat sudah begitu banyak orang yang bisa menghamili saya. Tapi saya terus melacur walaupun perut saya membesar. Dan saya juga terus datang ke Juragan. Terakhir kali saya tidur dengan Juragan, perut saya sudah mulai menonjol, dan beliau kelihatan agak khawatir dengan saya.

    “Sudahlah Denok… Kamu berhenti saja, ingat keadaan kamu,” kata Juragan sambil pelan-pelan menggenjot saya.

    “Ndak apa-apa Juragan…” kata saya.

    Saya tersenyum buat Juragan. Saya ingat dulu saya tidak senyum buat beliau waktu pertama kali beliau tiduri saya. Tapi sekarang, di antara semua pelanggan saya, saya cuma bisa senyum untuk Juragan… Senyum setulus hati. Kenapa? Entahlah… saya sendiri juga nggak tahu. Mungkin karena sesudah Simbok meninggal, Juragan-lah yang paling dekat dengan saya? Yang jelas saya sungguh menikmati saat-saat bersama Juragan. Termasuk sekarang, waktu beliau sedang senggama dengan saya, sambil tampangnya khawatir. Rasanya saya ingin bikin beliau nggak khawatir. Bukannya sakit, malu, atau jijik, saya bahagia tiap kali badan Juragan bersatu dengan badan saya.

    *****

    Hampir setahun sesudah saya dan Simbok meninggalkan rumah untuk jadi penari jalanan di Jakarta, ada satu lagi kejadian yang ngubah hidup saya. Saya sudah enam bulan bunting, tapi tetap masih keliling menari… Saya seharusnya sudah berhenti. Tapi saya mbandel. Saya pingsan di jalan. Pastinya ada yang melihat dan membantu saya, soalnya saya siuman di rumah sakit. Tengah malam. Dan di samping tempat tidur rumah sakit, duduk sendirian sambil pegangi tangan saya, ada Juragan.

    “Kamu sudah sadar Denok? Syukuuur…” kata Juragan sewaktu melihat saya siuman.

    Juragan menangis. Saya nggak bisa apa-apa karena masih lemas. Selanjutnya Juragan kasih tahu saya, beliau dan anak buahnya yang bawa saya ke rumah sakit. Dan bahwa saya keguguran.

    “Duh, untung kamu masih selamat, Denok… Tapi anakmu…” Juragan bilang itu semua sambil nangis.

    Beliau bilang teringat istrinya, dan sudah takut saya bakal mengalami kejadian yang sama. Beliau genggam tangan saya erat-erat, nggak dilepas-lepas. Dan…

    “Denok, maaf… maafin aku. Kalau bukan karena yang pertama kali itu, kamu nggak usah sampai seperti ini… Aku salah, Denok, aku yang ndorong kamu sampai jadi begini… Salahku gede sekali sama kamu, Denok…”

    Dengan sedikit kekuatan yang sudah muncul, saya coba rangkul beliau sebisanya.

    “Juragan… nggak apa-apa… mungkin ini sudah jalan hidup Denok…”

    “Nggak, nggak boleh lagi, Denok… Mulai sekarang biar aku yang nanggung kamu, Denok. Kamu nggak boleh lagi melacur. Biar aku nebus dosaku ke kamu, Denok.”

    “Juragan…” saya cuma bisa bilang itu karena masih lemah, sambil berusaha senyum. Kata-kata Juragan penuh arti…

    Juragan mendekatkan mukanya ke muka saya

    “Jangan panggil Juragan lagi… panggil namaku saja… namaku…”

    *****

    Ibukota memang keras. Tapi buat mereka yang gigih dan mujur, selalu ada jalan. Sesudah saya keluar dari rumah sakit, Juragan melamar saya. Sekarang saya sudah jadi istri Juragan, dan kehidupan saya jadi jauh lebih baik. Waktu kondangan pernikahan, semua orang di Pasar datang dan memberi selamat ke saya, si Denok, penari jalanan berkemben merah yang sudah ketemu jodoh.

    Untungnya, Juragan termasuk dihormati di Pasar dan semua orang tidak ada yang mempermasalahkan pilihan beliau untuk mengangkat saya yang hina dan pernah terjerumus ini. Kini hari-hari saya dihabiskan mengurus Juragan dan membantu Juragan menjalankan toko beras. Juragan dan saya sadar bahwa perbedaan umur kami itu jauh banget, dan Juragan juga sudah tidak muda.

    Saya berusaha menjalankan peran sebagai istri dengan sebaik-baiknya untuk Juragan. Tapi ada peran lama saya yang nggak saya lupakan. Sekali-sekali, kalau Juragan minta, saya akan kenakan lagi kemben merah dan batik, sanggul dan kembang, bedak tebal dan gincu merah, untuk kemudian melayani Juragan di ranjang. Memang dulu penampilan penari saya yang membuat Juragan kesengsem, dan memang dengan berpakaian seperti itulah saya jalani malam pertama kami. Itu jadi kenangan penting buat kami, waktu Juragan didatangi seorang penari jalanan.

  • Cerita Seks Salah Masuk Toilet Pria

    Cerita Seks Salah Masuk Toilet Pria


    2101 views

    Cerita Seks Terbaru – Kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Sekrataris yang melakukan skandal sex dengan Atasanya. Cerita Sex ini bisa terjadi berawal dari Anis yang salah masuk Toilet. Anis yang saat itu merasa sakit perut ditengah pekerjaanya, dengan buru-buru dia-pun bergegas Ke toilet bertujuan Untuk buang air besar. Singkat cerita ternyata dia salah masuk toilet Pria dan pada saat ditoilet dia bertemu oleh Managernya dan terjadilah hubungan Sex itu didalam Toilet. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan mak baik baik cerita dewasa ini.

    Awal mula cerita sex Anis ini berawal dari Anis yang salah masuk toilet. Pada hari itu tepatnya pada hari Rabu, hari itu adalah hari kerja pertama Anis diperusahaan dimana tempatnya bekerja sebagai sekretaris. Karena dia sebagai sekretaris maka sudah wajar walau dihari pertamanya dia sudah disibukan dengan tugas kantornya. Sebagai sekretaris gaji yang diterima anis sebenarnya tidak begitu besar, walaupun demikian dia dengan senang hati menjalankan tugasnya. Ketika itu Anis sedang menyiapkan beberapa laporan untuk diberikan kepada Managernya.
    Laporan itu berisi laporan bulanan yang akan diserahkan untuk rapat nanti sore, ditengah kesibukanya itu tiba-tiba saja dia merasa sakit perut yang begitu menggangunya. Kemudian dengan segera dia-pun bangkit dari duduknya dan bergegas menuju ke toilet yang kebetulan toiletnya berada di ruang kantornya. Karena dia sudah tidak kuat untuk menahan sakit perutnya Anis-pun sampai melihat lagi tulisan yang menunjukkan bahwa itu toilet untuk laki-laki atau untuk wanita.
    Dia-pun masuk begitu saja dengan buru-buru karena memang perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tetapi, begitu tiba di dalam toilet itu, dia terkejut karena melihat seorang laki-laki bertubuh proposional sedang buang air kecil didalam toilet itu . Astaga, ternyata aku salah masuk ke toilrt Laki-laki ( ucap dalam hatinya ), dan laki-laki itu-pun sama terkejutnya dengan anis ketika dia menoleh ke arah Anis,
    “ Upsss… kamu ngapain disini Nis, kamu salah masuk toilet, inikan toilet laki-laki… ” tegurnya kepada Anis,
    Anis-pun terkejut sekali, ternyata ketika itu sang Manager sedang buang air kecil. Seketika itu tanpa sengaja, kedua mata Anis tiba-tiba menuju kearah Penis yang terselip ditengah ritsliting celana panjang yang sedang dipegang oleh sang Manager. Upss… terlihatlah Penis Manager itu yang belum dimasukkan ke sarangnya.
    Wajah Anis-pun seketika memerah karena malu, kemudian Anis-pun membuang mukanya dan segera ingin segera berbegas meninggalkan toilet Pria itu. Sial !!! gara-gara sakit perut malah salah masuk toilet pria ( ucapnya dalam hati ). Tapi Manager itu-pun tidak ingin membuang kesempatan emas itu. Dengan cepatnya tangan Anis ditarik dan tubuhnya disandarkan ke arah tembok.
    “ Nis, sudah lama sebenarnya aku ingin menikmati keindahan tubuhmu, Pasti kau juga pernah mendengar bahwa di kantor ini yang paling perkasa adalah aku, Nah sekarang tiba saatnya kita mencoba apa yang kamu dengar dari teman-teman… ”,
    Mendengar ucapan managernya itu Anis merasa kaget sekali. Dia tidak menyangka bahwa Manager yang sangat dihormati karena kharismanya, memiliki hati yang demikian bejatnya.
    “ Tapi Pak, saya sedang sakit perut nih, lagian Bapak-kan Manager saya, masa Bapak tega melakukannya pada saya? ” ucap anis kepada managernya,
    “ Oh…, jangan kuatir Nis, cuma sebentar kok, Ibu Edi saja pernah melakukannya denganku kok… ” , kata Manager sembari dengan kasar membuka kancing stelan atas yang dipakai Anis.
    “ Ja…, jangan Pak…, tolong jangan…, ingat po Bapak di kantor… ” , jerit Anis.
    “ To…, tolong…, tolong…! ” , teriaknya,
    Tampak Anis berusaha meronta-ronta karena tangan Manager mulai masuk ke dalam Bra-nya yang berukuran besar, 36B. Dan…, bret…, bret…, baju Anis terlihat sudah sobek, Dan dengan sekali hentakan, Bra Anis-pun turun dan jatuh ke lantai. Walau sudah berusaha mendorong dan menendang tubuh atletis itu, namun nafsu Manager yang sudah demikian buas terus membuatnya bisa mencengkeram tubuh mulus Anis yang kini hanya mengenakan celana dalam dan terus menghimpitnya ke tembok toilet itu.
    Karena merasa yakin bahwa dia sudah tidak bisa lari lagi dari sana, Anis hanya bisa pasrah. Sekarang mulut Manager sudah mulai menghisap-hisap puting susunya yang besar. Pers seperti bayi yang baru lahir sedang menyusu ke ibunya. Gairah dalam diri Anis tiba-tiba muncul dan bergejolak. Dengan sengaja diraihnya Penis Manager yang sudah berdiri dari tadi. Dan dikocok-kocokknya dengan pelan. Memang Penis itu amat besar dan panjang.
    “ Wah, pasti enak nih kalo ngi lubang gue…, udah lama gue ngangenin batang kenikmatan yang segini besar dan panjangnya… ” , pikir Anis dalam hati.
    Sementara itu tangan Manager pun sudah melepaskan seluruh celana dalam putih yang dikenakan Anis. Dan Manager pun ikut membuka semua pakaiannya, hingga kini keduanya sama-sama dalam keadaan tanpa busana selembar benangpun. Manager mengangkat kaki kanan Anis ke pingggangnya lalu dengan perlahan dia memasukkan Penisnya ke liang kewanitaan Anis.
    “ Blessss…, blesss…, Zleebbb… ”,
    Separuh dari Penis itu masuk dengan sempurna ke liang surga wanita yang rupanya sudah tidak lagi perawan. Anis terbeliak kaget merasakan besarnya Penis itu di dalam liang Vaginanya. Manager terus saja mendorong maju Penisnya sambil mencium dan melumat bibir Anis yang sek itu. Anis tak mau kalah. Dia pun maju mundur menghadapi serangan Manager.
    “ Zleb… Zleb… Zleb… ”,
    Penis yang besar itu keluar masuk berkali-kali. Anis sampai terpejam-pejam merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Sakit perutnya pun sudah terlupakan.
    Sepuluh menit kemudian, mereka berganti po. Anis kini berpegangan ke bagian atas kloset dan pantatnya di hadapkan ke Manager. Melihat pemandangan menggairahkan itu, tanpa membuang-buang waktu lagi Manager segera memasukkan Penisnya dari arah belakang kemaluan Anis, “ Blesss…, Zlebb… Zlebb… Zlebb…”,
    Manager dengan asyik melakukan aknya itu. Tangan kanannya berusaha meraih payudara Anis sambil terus menusukkan Penis supernya ke kewanitaan Anis.
    “ Bapak duduk aja sekarang di atas kloset ini, biar sekarang gantian saya yang aktif… ” , kata Anis di tengah-tengah permainan mereka yang penuh nafsu.
    Manager itu pun menurut. Tanpa menunggu lagi, Anis meraih Penis yang sudah 2 kali lebih keras dan besar itu, untuk segera dimasukkan ke liang kenikmatannya. Dia pun duduk naik turun di atas Penis ajaib itu. Sementara kedua mata Manager terpejam-pejam merasakan kenikmatan surgawi itu. Kedua tangannya meremas-remas buah dada Anis.
    “ Ouuh…, Ssss…, aaahh… ” , erang Anis penuh kenikmatan.
    Penis itu begitu kuat, kokoh dan keras. Walau sudah berkali-kali ditusukkan ke depan, belakang, maupun dari atas, belum juga menunjukkan akan menyemburkan cairan putih kentalnya. Melihat itu, Anis segera turun dari pangkuan Manager itu. Dengan penuh semangat dia meraih Penis itu untuk segera dimasukkan ke mulutnya. Dijilatnya dengan lembut kemudian dihisap dengan lidahnya,
    “ Ouhhh…, Sssss…, ahhhh… ”,
    Kali ini ganti Manager yang mengerang karena merasakan kenikmatan. Lima belas menit kemudian, wajah Manager tampak menegang dan dia mencengkeram pundak Anis dengan sangat erat, Anis menyadari apa yang akan terjadi, tapi dia tidak menghiraukannya, dia terus saja menghisap Penis ajaib itu, dan benar,
    “ Crottt…, crottt…, crottt… ”,
    Tersemburlah sperma masuk ke dalam mulut Anis tanpa bisa dihalangi lagi. Anis pun menelan semua sperma itu, dan menjilat bersih sperma yang tersisa di Penis Manager itu dengan lahapnya. Sejak peristiwa di toilet itu, mereka berdua sering melakukan skandal sex di mana saja dan kapan saja selama ada kesempatan. Mereka berdua bahkan sering melakukan kadang di mobil, di hotel, atau di rumah Managernya itu. Sungguh skaldal sex yang sangat tak terduga ya para pembaca. Berawal dari salah masuk toilet, berakhir dengan skandal sex.
  • MENCARI KESEMPATAN MELAKUKAN SEKS DENGAN TEMAN SMP

    MENCARI KESEMPATAN MELAKUKAN SEKS DENGAN TEMAN SMP


    1505 views

    Duniabola99.org – Namaku Stev 27 tahun. baru 1 minggu yang lalu aku melakukan ini.waktu itu malam minggu, suasana cerah-cerah saja. entah kenapa aku pengen keluar waktu itu. cerita ini aku kirimkan kepada Duniabola99.org agar ceritaku ini dapat dimuat. Begini ceritanya.

    segera aku bergegas menuju kota dengan kendaraanku. waktu itu aku memakai Sepeda motor Ninja. kuparkirkan di parkiran. aku jalan-jalan sebentar dan tanpa sengaja melihat teman smp ku dulu. namanya dina, dia adalah salah satu gadis tercantik disekolahku waktu itu. tanpa ragu kusapa dia, “hai, dina ya? masih ingat aku ga?”.

    dia kaget dan spontan menjawab, “siapa ya?”
    “Stev, temen smp dulu.. kamu dulu 3B kan?” jawabku.
    “eehmmmm.. oh ya.. kamu yang dulu suka pake topi tu ya?
    “tepat… boleh gabung?”

    langsung kita ngobrol-ngobrol dan bernostalgia tentang masa smp dulu. kebetulan waktu itu dina disitu sendirian, katanya lagi cari suasana, suntuk dirumah mulu. sedang asik kita berbincang, tiba-tiba “prak..” hapenya jatuh ke lantai, dia membungkuk mengambilnya dan kulihat sebagian buah dadanya yang begitu putih mulus. sontak nafsuku langsung naik. dari hal itu timbullah hasratku untuk bercinta dengan dina.

    “eh, iya cowokmu kemana?” tanyaku
    “ga tau tuh, tak sms ga dibales, bikin jengkel aja!”
    “loh, emang lagi berantem ya?”
    “ia, udah 1 minggu kita diem-dieman”

    “ya udah, moga-moga cepat selesai masalahnya.. maen ke rumahku yuk, aku kesepian ga ada teman dirumah, orang tuaku pergi ke luar kota 1 bulan”
    “wah gimana ya..”
    “ayolah.. please kali ini saja…”
    “baiklah kalau begitu”

    setelah itu kami melesat ke rumahku. pikiranku sudah ga karuan pengen nikmati tubuh indahnya.. sesampainya dirumah langsung kusuruh duduk disofa ruang tamu.

    “mau minum apa?”
    “air putih saja”
    masa cuma air putih? sirup aja ya..”
    “terserah kamu lah.. jawabnya pasrah”

    aku ke dapur untuk membuatkan dina minum. kumasukkan semacam obat tidur dalam minuman itu, dan segera kuberikan pada dina.
    “silahkan diminum”
    “ia”

    glek glek glek minuman itu diminum oleh dina, tak berapa lama dia tertidur. langsung ku telanjangi dia. ku remas-remas payudaranya dengan buas, oh nikmat sekali… setelah puas aku turun ke bawah ke lubang kenikmatannya. ku jilat-jilat dan kadang sedikit kugigit klitorisnya.

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    belum puas bermain dengan memeknya, dia terbangun. mungkin karena dosis obat tadi hanya sedikit. namun setelah dia bangun aku kaget karena dia langsung melenguh nikmat dan menyebut namaku

    “terus andy, jangan berhenti, aku sudah lama pengen ngrasa’in ini, cowokku sudah lama tak memuaskanku”
    “siap dinaku yang cantik”
    langsung kujilat lagi sampai dia orgasme yang pertama kali. kemudian kusuruh dina mengulum penis besarku
    “ah…. enak… terus…”

    setelah puas dengan mulutnya, langsung kutancapkan kontolku ke lubang vaginanya dan bles….

    “ah… nikmat sayang…”
    “bles.. slep.. bles.. slep..” suara penisku yang masuk ke vagina dina..
    10 menit bergelut dengan vagina dina lahar panasku serasa ingin meledak…
    “aku hampir keluar dina…”
    “bareng ya say… aku juga udah mau keluar nih…”

    kami pun mengeluarkan lendir kenikmatan kami berbarengan. rasanya begitu nikmat.

    setelah kejadian itu, dina sering menelponku untuk mencari kesempatan untuk melakukan seks lagi..
    benar-benar surga dunia.

    END

     

    Baca Juga :
  • Foto Bugil Gadis Muda Asia Hot Dan Seksi

    Foto Bugil Gadis Muda Asia Hot Dan Seksi


    1829 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Ngentot Dengan Teman Istriku

    Ngentot Dengan Teman Istriku


    1863 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat Malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Dan kali ini kami akan membagikan Foto Ngentot yang berjudul “Ngentot Dengan Teman Istriku”. Langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • ROSALY ORAL SEXS

    ROSALY ORAL SEXS


    1873 views

  • Nikmatnya Toket Super Milik Sepupuku Yang Masih ABG

    Nikmatnya Toket Super Milik Sepupuku Yang Masih ABG


    1560 views

    Duniabola99.org – Pergaulan dikota yang membuatku menjadi liar hingga sampai-sampai aku bisa mengenal yang namanya berhubungan Sex. Berawal dari teman-temanku yang cerita tentang betapa nikmatnya melakukan hubungan Sex dengan seorang wanita, nikmatnya mencium memek perawan, nikmatnya penis dikulum sampai ngecrot, dan lain-lain masih banyak lagi teman-temanku bercerita kepadaku.

    Namun selama ini aku hanya bisa melihat video porno saja dan melampiaskannya saja dikamar sambil mengocok penisku sendiri. Hingga akhirnya aku bisa merasakan benar apa yang dikatakan teman-temanku, kalau ngentot seorang gadis perawan itu sangat nikmat sekali.

    Sebut saja bi minah, pembantu yang sudah tua dan sudah lama bekerja sebagai pembantu dirumahku. Bahkan bapak dan ibuku sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Suatu ketika bi minah minta ijin kepada bapak dan ibuku untuk untuk pulang kedesanya, karena adiknya yang didesa sedang sakit dan bi minah harus merawatnya, jadi dia harus pulang. Namun bi minah tidak pulang begitu saja, sebelum bi minah pulang, bi minah menyuruh anak perempuannya untuk datang kerumahku untuk menggantikan pekerjaannya selagi bi minah pulang.

    Anak bi minah ini masih sangat muda sekali, umurnya masih belasan tahun. Sebut saja namanya aryani, panggilannya yani. Meskipun dia berasal dari desa, namun dia memiliki kulitan seperti orang kota yang perawatan. Dia memiliki kulit putih bersih, serta badannya langsing bagus, aku dapat melihatnya kemolekan tubuh aryani dibalik baju desa yang dipakainya.

    Setelah seminggu aryani tinggal dirumahku, aku semakin akrab dengannya karena pada saat itu aku sedang liburan sekolah, makanya aku sering dirumah, toh juga ada pemandangan yang enak dirumah. Kalau pekerjaan aryani sudah selesai semua kami sering ngobrol banyak ngalor ngidul kayak sudah kenal lama.

    Hingga akhirnya suatu pagi bapak dan ibuku bilang kepadaku untuk jaga rumah karena bapak dan ibuku ingin pergi ketempat saudara dan pulangnya larut malam. Bapak dan ibuku juga berpesan kepada aryani untuk melayani semua yang aku inginkan karena kebiasaanku pada ibunya aryani juga begitu, aryani pun mengangguk ketika mendengar pesan dari ibuku. Aku pun sangat senang sekali, karena dengan aryani melayaniku aku akan bisa menggodanya dengan bebas, dan aku akan berusaha membuktikan apa benar yang dikatakan teman-temanku tentang nikmatnya berhubungan Sex.

    Setelah ibuku pergi, aku langsung memanggil aryani.
    “Yani, sini temenin aku ngobrol sambil aku makan, ” kataku ketika melihat Aryani melintas. “Kamu sekolah kelas berapa Yan ?

    “SMP kelas 3, mas. Tapi tidak tahu tahun depan apa bisa melanjutkan ke SMA, ” katanya polos.
    “Di kampung sudah punya pacar apa belum ? Atau apa malah sudah dilamar ? ” tanyaku lagi.
    “Belum mas, sungguh !” jawab Aryani. “Kalau mas sendiri, pasti sudah punya pacar ya ?”
    “Gadis kota mana mau sama aku, Ya ? ” kataku mulai mengeluarkan rayuan gombal. “Lagipula aku sukanya gadis yang masih polos seperti kamu. “
    “Ah mas, bisa saja, ” katanya malu-malu, “Aku kan cuma anak seorang pembantu. “

    “Yan, aku sudah selesai makan. Nanti setelah beres-beres kamu temenin aku ke ruang atas ya. Soalnya aku kesepian, bapak dan ibu baru pulang malam hari, ” kataku sambil bergegas naik ke lantai atas sambil mikir gimana ya bisa ngadalin si Aryani.

    Kutunggu-tunggu Aryani tidak naik-naik ke lantai atas. Akhirnya dia datang juga, rupanya habis mandi, karena tercium wangi sabun luks. Segera kusuruh ia duduk menemaniku nonton VCD. Sengaja kuputar film pinjeman temanku yang biasanya kuputar kalau bapak/ ibu tidak di rumah. Kupilih yang tidak terlalu vulgar, supaya Aryani jangan sampai kaget melihatnya. Adegan yang ada paling cuma percintaan sampai di ranjang tanpa memperlihatkan dengan detail.

    Rupanya adegan-adegan itu membuat Aryani terpengaruh juga, duduknya jadi tidak bisa diam. “Mas. sudah ya nontonnya, aku mau ke bawah, ” katanya.

    “Tunggu dulu, Yan, aku mau ngomong, ” kataku yang telah dapat ide untuk menjeratnya, “Kamu takut tidak bisa melanjutkan sekolah apa karena biaya ? Kalau cuma itu, soal sepele, aku akan membantumu, asal …”

    “Asal apa mas, ” katanya bersemangat.

    “Asal kamu mau membantu aku juga, ” kataku sambil pindah ke dekatnya. Segera kuraih tangannya, kupeluk dan kucium bibirnya. Aryani sangat kaget dan segera berontak sambil menangis.

    “Yani, kamu pikir aku akan memperkosamu ? ” kataku lembut. “Aku cuma mau supaya kamu bersedia menjadi pacarku. “

    Ia membelalak tidak percaya. Sebelum ia sempat mengucapkan apa-apa kuserbu lagi, tapi kali dengan lebih lembut kukecup keningnya, lalu bibirnya. Kugigit telinganya, dan kuciumi lehernya. Aryani terengah-engah terbawa kenikmatan yang belum pernah dialami sebelumnya. Ingin rasanya segera kurebahkan dan kutiduri, tapi akal sehatku mengatakan jangan terburu-buru. Menikmati kopi panas harus ditiup-tiup dulu sebelum direguk. Kalau langsung bisa lidah terbakar dan akhirnya malah tidak dapat apa-apa.

    Perlahan-lahan dari menciumi lehernya aku turun ke bagian atas dadanya, dan kubuka kancing dasternya dari belakang tanpa setahunya. Tetapi ketika akan kuturnkan dasternya ia tersadar dan mau protes. Segera kubuka baju kaos t-shirt ku sambil mengatakan udara sangat panas. Ia tersipu melihat dadaku yang bidang, hasil rajin fitness.

    “Yan kamu curang sudah lihat dadaku, sekarang biar impas aku juga mau lihat kamu punya dong. “

    “Ah jangan mas, malu, ” katanya sambil memegang erat bagian depan dasternya.

    “Bajunya doang yang dibuka, Yan. kalau malu behanya nggak usah, ” kataku sambil menyerbunya lagi dengan ciuman. Yani tergagap dan kurang siap dengan serbuanku sehingga aku berhasil membuka dasternya. Segera kuciumi bagian seputar payudaranya yang masih tertutup beha berwarna hitam.

    “Aduh mas, mhm, enak sekali, ” katanya sambil menggelinjang. Tanganku pun bergerilya membuka pengait behanya.

    Tetapi ketika kulepaskan ciumanku karena hendak membuka behanya ia kembali tersadar dan protes.
    “lho mas janjinya behanya tidak dibuka”

    Tanpa menjawab segera kuserbu payudaranya yang tidak besar tetapi sangat indah bentuknya, dengan puting yang kecil berwarna coklat muda. Kukulum payudara kanannya sambil kuemut-emut. Ia tidak dapat berkata-kata tetapi menjerit-jerit keenakan. Terdengar alunan suara erangan yang indah, ” mph, ehm, ahhh, ‘ dari bibirnya yang mungil. Jemariku segera mulai menjelajah selangkangannya yang masih tertutup celana dalam yang juga berwarna hitam. Rupanya hebat sekali rangsangan demi rangsangan yang Aryani terima sehingga mulai keluar cairan dari Memeknya yang membasahi celana dalamnya.

    “Oh mas, oh mas, eemmmph, enak sekali, ” lenguhnya. Tanpa disadarinya jariku sudah menyelinap ke balik celana dalamnya dan mulai menari-nari di celah kewanitaannya. Jariku berhasil menyentuh klitorisnya dan terus kuputar-putar, membuatnya badannya gemetaran merasakan kenikmatan yang amat sangat. Sengaja tidak kucolok, karena itu bukan bagian jariku tetapi adik kecilku nanti.

    “Ahhh !” jerit Aryani, dibarengi tubuhnya yang mengejang. Rupanya ia sudah mencapai klimaksnya. Tak lama tubuhnya melemas, setelah mengalami kenikmatan pertama kali dalam hidupnya. Ia terbaring di sofa dengan setengah telanjang, hanya sebuah celana dalam yang menutupi tubuhnya.

    Segera aku berdiri dan melepaskan celana panjang serta celana dalamku, pikirku ia masih lemas, pasti tidak akan banyak protes.

    “Lho mas, kok mas telanjang. Jangan mas, jangan sampai terlalu jauh, ” katanya sambil berusaha untuk duduk. “

    “Yan, kamu itu curang sekali. Kamu sudah merasakan kenikmatan, aku belum. kamu sudah melihat seluruh tubuhku, aku cuma bagian atas saja, ” kataku sambil secepat kilat menarik celana dalamnya.

    “Mas, jangan ! ” protesnya sambil mau mempertahankan celana dalamnya, tetapi ternyata kalah tangkas dengan kecepatan tanganku yang berhasil melolosi celana dalamnya dari kedua kakinya. Terlihatlah pemandangan indah yang baru pertama kali kulihat langsung. Memeknya masih terkatup, dan baru ditumbuhi sedikit bulu-bulu jarang. Adik kecilku langsung membesar dan mengeras.

    Segera kuciumi bibirnya kembali dan kulumat payudaranya. Aryani kembali terangsang. Lalu sambil kuciumi lehernya Kunaiki tubuhnya. Kubuka kedua kakinya dengan kedua kakiku, “mas, jangan, oh !” katanya. Tetapi tanpa memperdulikan protesnya kulumat bibirnya agar tidak dapat bersuara. Perlahan-lahan torpedoku mulai mencari sasarannya. Ah, ternyata susah sekali memasukkan burung peliaraanku ke sangkarnya yang baru. Bolak-balik meleset dari sasarannya. Aku tidak tahu pasti di mana letaknya sang lubang kenikmatan.

    “Mas, jangan, aku masih perawan, ” protes Aryani ketika berhasil melepaskan bibirnya dari ciumanku.

    “Jangan takut sayang, aku cuma gesek-gesek di luar saja, ” kataku ngegombal sambil memegang torpedo dan mengarahkannya ke celah yang sangat sempit.

    Ketika tepat di depan gua kewanitaannya, kutempelkan dan kugesek-gesek sambil juga kuputar-putar di dinding luar Memeknya. “Mas, mas, mphm, oh, uenak sekali, ” katanya penuh kenikmatan. Kurasakan cairan pelumasnya mulai keluar kembali dan membasahi helmku.

    Lalu mulai kepala helmku sedikit demi sedikit kumasukkan ke dalam Memeknya dengan menyodoknya perlahan-lahan, “Aw mas, sakit ! Tadi katanya tidak akan dimasukkan, ” protes Aryani, ketika kepala helmku mulai agak masuk. “Nggak kok, ini masih di luar. Udah nggak usah protes, nikmatin aja, Yan !” kataku setengah berbohong sambil terus bekerja.

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    Sempit sekali lubangnya si Yani, sehingga susah bagiku untuk memasukkan torpedoku seluruhnya. Wah kalau begini terus, jangan-jangan si otong sudah muntah duluan di luar, pikirku. Sambil sedikit demi sedikit memaju-mundurkan torpedoku, kugigiti telinganya dengan gigitan kecil-kecil. Tiba-tiba kugigit telinganya agak keras, Yani terpekik, “Aw !” Saat itu dengan sekuat tenagaku kusodok torpedoku yang berhasil tenggelam semuanya di Memeknya Aryani.

    Gerakan pantatku semakin menggila memaju-mundurkan torpedoku di dalam Memek Aryani. Tetapi tidak kutarik sampai kelaut, takut susah lagi memasukkannya. Rupanya rasa sakit yang dialami Aryani tergantikan dengan rasa nikmat. Yang keluar dari bibir mungilnya hanyalah suara ah, uh, ah, uh setiap kali ku maju mundurkan torpedoku, menandakan ia sangat menikmati pengalaman baru ini.

    Torpedoku semakin menegang. Keringat bercucuran dari tubuhku, Akupun mengalami kenikmatan yang selama ini hanya kuimpikan. Sekitar selangkanganku terasa ngilu. Rupanya aku sudah mendekati klimaks. Gerakan pantatku semakin cepat, terasa jepitan Memek perawan desa ini semakin kencang juga. Empuk sekali rasanya setiap kali torpedoku terbenam di dalamnya.

    Terasa hampir meledak torpedoku, siap memuntahkan lahar panasnya ke dalam surga kenikmatan Aryani. Dengan sekuat tenaga kubenamkan torpedoku sedalam-dalamnya dan croooot, croooot, crooot ! Air maniku muncrat ke dalam rahim Aryani, Terdengar lenguhan panjang dari bibir mungil Aryani. Rupanya kami mencapai orgasme bersamaan. Tubuhkupun jatuh terbaring di atas tubuhnya penuh dengan kenikmatan. Kami berdua terbaring tak berdaya.

    Tubuh lemas, tetapi masih terasa kenikmatan yang sampai ke ubun-bubun.

     

    Baca Juga :
  • Kisah Memek Bantuan Benih Ekonomi

    Kisah Memek Bantuan Benih Ekonomi


    1769 views

    Cerita Seks Terbaru – Berulangkali Darjo menatap layar handphonenya, berharap ada balasan sms dari Citra Agustina, istri Marwan Sudiro, penghuni rumah kontrakannya. Namun, tetap saja NIHIL. Sama sekali tak ada respon darinya.
    “Telatnya sudah mau dua bulan… ” Ucap Darjo kesal, “Kalau tak segera ditagih, mau sampai kapan mereka akan menunggak…?” tambahnya lagi sambil berjalan menuju rumah Citra.

    Darjo, adalah seorang pria tengah baya beristri 3. Berusia 46 tahun yang tak lain adalah pemilik komplek rumah kontrakan tempat Citra, Seto dan beberapa tetangganya tinggal saat ini. Tubuhnya gemuk, kulitnya hitam, dengan tinggi rata-rata kebanyakan orang pribumi.

    “Janjinya minggu depan… Preeeettt…. Ini sudah hampir lewat seminggu dari janjinya, eh belum juga memberi kabar….” Gerutunya di jalan, sambil berulang kali melihat layar handphonenya.

    Memang, akhir-akhir ini sepertinya Marwan dan Citra sedang mengalami masalah ekonomi, namun bukan berarti hal itu bisa selalu dijadikan alasan buat menunggak bayar sewa kontrakan.

    Kembali otak Pak Darjo mengingat-ingat sosok Citra. Dari awal kepindahannya, wanita gemulai itu memang langsung menyita tempat di hatinya. Wajah cantiknya, senyum manisnya, suaranya yang lemah lembut membuatnya selalu betah jika berlama-lama main kerumahnya. Tubuhnya yang ramping, kulitnya yang mulus, ketiaknya yang tak berbulu dan aroma tubuhnya yang wangi, juga membuat dirinya tak ingin cepat-cepat meninggalkan rumahnya. Terlebih, ketika melihat ukuran payudara besarnya, wah bakal membuat celana dalam lelaki manapun menyempit. TETEK ITU BESAR SEKALI.

    Namun , sayang sekali, Citra telah menikah. Menikah dengan Marwan, lelaki bermasa depan suram yang memiliki banyak hutang disana-sini. Seorang calo tanah yang tak pernah tahu kapan ia akan mendapatkan penghasilannya.

    Sebenarnya, Citra tahu jika ia di sms oleh Pak Darjo. Namun, karena Marwan belum juga memberikan hasil dari pekerjaannya, Citra sengaja tak membalas semua sms dari Pak Darjo. “Toh, ujung-ujungnya, ntar juga ia bakal datang kerumah…” Batin Citra setiap kali Pak Darjo sms.

    Citra dan Marwan sudah tinggal cukup lama dikontrakan Pak Darjo, dan selama itu pula ia jarang sekali telat. Entah kenapa, hanya akhir-akhir ini suaminya agak sedikit kesulitan untuk bisa menyediakan uang bayaran kontrakan tepat waktu. “Mungkin karena banyak sekali saingan sehingga mas Marwan sering kalah tender..” Pikir bijaknya lagi.

    Dan memang benar, Pak Darjo juga mengakui hal itu. Citra dan Marwan adalah pasangan yang cukup kooperatif dalam hal pembayaran. Oleh karena itu, mereka agak dijadikan sebagai anak mas olehnya. Berbeda dengan tetangga lainnya yang harus membayar, buat Citra dan Marwan hampir bisa mendapatkan semua fasilitas perumahan dengan tanpa menambah bayaran sepeserpun. AC, TV, Kulkas, semuanya ditambahkan oleh Pak Darjo dengan gratis, walau pembayaran listriknya tetap diharuskan membayar.

    “Tapi kalo misalnya Marwan tetap tak bisa bayar… Apa aku harus mengusir neng Citra ya..?” bimbang Pak Darjo, “Istri Marwan itu terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja…”

    Berulang kali, otak mesum Pak Darjo memikirkan segala kemungkinan yang terjadi jika Marwan tak mampu membayar uang kontrakan. Bingung dan galau. Pak Marwan, yang walaupun sudah memiliki 3 orang istri, tetap saja selalu tergiur setiap kali ia berkunjung ke rumah Citra. Tak jarang, ia mencuri-curi pandang untuk sekedar menikmati kemolekan tubuh istri Marwan itu. Dan Citrapun Citra pun seolah mengerti jika Pak Darjo sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu terlalu mempedulikan.

    Bahkan akhir-akhir ini, supaya berhasi merajuk mood lelaki gemuk itu supaya mau memperlunak tagihan rumahnya, Citra semakin berani memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi lelaki gemuk itu. Tak jarang, ketika Pak Darjo melirik aurat-aurat tubuhnya, Citra balas menatap lirikan mesum Pak Darjo sehingga akhirnya mereka berdua saling bertatapan.

    “Cantik sekali tubuhmu Mbak… Andai aku bisa menjadi suamimu… ” Kata Pak Darjo dalam hati sambil berulang kali menelan air ludah birahinya. Melihat tatapan matanya dibalas oleh Citra, Pak Darjo hanya bisa tersenyum kecut.

    Tak lama, Pak Darjo tiba di pekarangan kompleknya. Dengan santai, ia berjalan sambil melihat-lihat komplek perumahannya. “itu dia, rumah wanita idamanku… rumah nomor 2 dari ujung…”

    TOK TOK TOK
    “Mbak Citra…? Mmbakkk…?” panggil Pak Darjo.

    Sepi. Tak terdengar kehidupan apapun.
    “Padahal ini hari sabtu, seharusnya mereka ada dirumah…” Batin lelaki tua itu yang tahu jika sabtu minggu adalah hari libur kantor Citra. Namun setelah beberapa kal mencoba mengetuk pintu rumah citra namun sama sekali tak ada respon, ia mulai merasa putus asa,”Wah sia sia nih aku datang kesini… ”

    TOK TOK TOK
    “Mbaaaak….?” panggil Pak Darjo lagi.
    “Apa mungkin neng Citra ada dibelakang ya…?” Dengan ragu-ragu Pak Darjo memutari rumah Citra, menuju pintu belakang dan mencoba mencoba mengetuk pintu lagi.

    TOK TOK TOK
    Tetap saja hening. Namun tak lama kemudian, terdengar suara Maryati, istri Sunarto, penghuni sebelah rumah kontrakan Citra berteriak dari samping rumahnya
    “Eh Pak Darjo… Nyariin mbak Citra ya…?”
    “Iya bu Mar… Tahu nggak Mbak Citra pergi kemana…?”
    “Kayanya sih tadi sedang pergi makan siang bareng Pak Utet….”
    “Pak Utet…?”
    “Iya… Pak Utet.. Ojek pribadi Mbak Citra…”
    “Masuk sini aja pak… Tunggu di dalam rumah saya… Mbak Citra mungkin sebentar lagi pulang” ajak Maryati.
    “Nggak apa-apa bu… Saya tunggu didepan saja” jawab Pak Darjo kembali keteras rumah Citra.

    Benar, Tidak begitu lama terlihat sebuah sepeda motor butut muncul dari ujung komplek, seorang lelaki tua membonceng wanita jelita.

    “Busyet… Pakaiannya seksi sekali…” batin Pak Darjo. Sambil melihat ke arah wanita itu tanpa mengedipkan mata.

    Siang itu, Citra hanya mengenakan sebuah daster bali berkain katun tipis warna warni yang pendek. Saking pendeknya, bawahan dasternya tak mampu menutupi paha mulusnya dengan sempurna.

    “Bentar ya pak saya mau turun… Tahan… Jangan digoyang-goyang motornya… Ntar saya jatuh…” Pinta Citra pada pak utet.
    “Hak hak hak …. Kalo digoyang mah yang ada mah moncrot keluar neng… Bukan jatuh…” Balas Pak Utet mesum.
    “Idih… maunya tuh moncrot terus… Khan barusan juga udah dapet… Ntar abis tuh peju…”
    “Yaaa.. Namanya juga nafsu Neng… Pasti minta dikeluarin terus… Apalagi kalo maennya ama Neng Citra… Sampe nginep-nginep juga bapak mau neng..”
    “Bener yaaaa… Awas aja kalo nanti tau-tau minta pulang…. Hihihi…”
    “Nggak bakalan neng… hak hak hak….”

    Beruntung, karena melihat sosok Citra lekat-lekat, Pak Darjo tak mendengar perkataan mesum Citra dan Pak utet. Melihat Citra yang turun dari motor, Mata Pak Darjo seolah mau lepas dari tempatnya. Selain itu, karena Citra menurunkan beberapa macam belanjaan dari motor, membuat ia berulang kali harus menundukkan badannya. Dan dari depan jaket kain Citra yang tak tertutup rapat, Payudara besar Citra seolah turut menyapanya. Payudara tanpa bra itu kelihatan bergoyang-goyang seiring gerakan Citra.
    “Busetttt tuuh teteeeekkk…. pasti enak tuh kalo dikenyot-kenyot….”

    “Ehem…. Pak Darjo… ” Kaget Citra yang sama sekali tak menyadari jika diteras rumahnya ada bapak pemilik kontrakan, “Tumben Pak dateng kesini…” Selah Citra membuyarkan lamunan lelaki gemuk itu ketika melihat kearah payudaranya.
    “Eeh iya mbak…”
    “Ada perlu apa ya…?” Sapa Citra berusaha sopan sambil melewati Pak Darjo yang sedang duduk di bangku teras rumahnya, membuka rumah lalu mengambil air putih, suguhan ala kadarnya buat Pak Darjo dan Pak Utet. Lagi-lagi, ketika Citra menyuguhkan air minum itu, Pak Darjo melihat payudara Citra yang bergelantungan manja dari luar dasternya yang berleher rendah.
    “Uuuhhh… Jadi ngaceng aku melihat tubuh semok ini…” ujar Pak Darjo sambil membetulkan benda yang mulai mengeras diselakangannya.

    Citra sebenarnya tahu jika maksud kedatangan Pak Darjo adalah untuk menagih rumah , cuman demi menjaga hubungan baik mereka, tetap saja ia harus menyembunyikan wajah kurang menyenangkannya. Dan dari ekor matanya, ia juga tahu jika sedari awal tadi, Pak Darjo tak henti-hentinya menatap mesum kearahnya.

    “Silakan diminum pak… ” Kata Citra mempersilakan tamu-tamunya menikmati suguhan air putih sambil duduk di kursi teras diseberang kursi Pak Darjo. Karena dasternya yang pendek, membuat paha putih mulus Citra kembali terlihat.

    “Pak…?” Tanya Citra sambil melambai-lambaikan tangannya kewajah Pak Darjo. Membuyarkan lamunannya yang sudah mulai absurd.
    “Ehh.. Eh iya mbak… Begini…” kembali Pak Darjo membetulkan selangkangannya. “Begini mbak Citra yang cantik… Maksud kedatangan saya kemari adalah… Sekedar Silaturahmi, sekaligus, ingin menagih janji mbak Citra….
    “Oooo.. mau menagih duit kontrakan…?”
    “Hehehe… Iya mbak… Berhubung si Srinah, tahu Srinah khan…?” Jelas Pak Darjo sok akrab.

    Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

    “Si Srinah, istri ketiga saya akan melahirkan, otomatis saya harus menyiapkan segala macam kebutuhan buat biaya lahiran…. Nah oleh sebab itu saya kemari…. ” Kata Pak Darjo menjelaskan dengan meta jelalatan menatap lawan bicaranya. “…. Mau minta bayaran sewa rumah dua bulan kemaren…”

    Lagi-lagi mata mesumnya melirik tajam kearah selangkangan Citra yang sedikit terbuka. Mencoba merekam setiap jengkal paha mulus itu di dalam benaknya.

    “Ooohhh gitu ya pak… Sebenernya sih saya mau bayar… Cuman kok ya, saya masih belum ada duit yang bisa dibayarkan… ” Jelas Citra.
    “Memangnya suami neng nggak pernah kasih duit…?”
    “Ngasih sih pak… Cuman khan hanya buat hidup sehari-hari….”
    “Lalu duit kontrakannya…?”
    “Yaaah… boro-boro ngasih duit kontrakan pak… Wong buat makan aja kadang susah… Apalagi, akhir-akhir ini malah Mas Marwan juga jarang pulang..”
    “Loooh…? Kok bisa jarang pulang….?”
    “iya…”
    “Berarti mbak Citra kesepian dong…” Celetuk Pak Darjo berusaha melucu.
    “Enggak juga sih pak.. Khan masih ada Pak Utet yang menemani…” Jawab Citra lagi sambil menujuk ke arah Pak Utet yang sedari tadi sibuk mengelapi motor bututnya. Pak utet yang merasa namanya dipanggil Citra segera menengok sambil tersenyum kearah Pak Darjo.

    “Mas Marwan masih sibuk dengan kerjaannya pak… jadi belum banyak bisa ngasih duit….”
    “Masa kerja mulu tapi ga ngasih duit. Aneh..
    “Ya gitu deh pak… Namanya juga pekerja lapangan.. Jadi ya jarang dirumah…”
    “Lalu kira-kira kapan saya bisa dapet kepastian tanggal Mbak Citra bisa bayaran kontrakannya..?”

    Tak menjawab, Citra hanya bisa menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

    “Waaduuuhhh… Ya ngak bisa gitu juga mbak… Saya udah tidak bisa memberikan toleransi lagi mbak.. Mbak sudah menunggak duit kontrakan lebih dari dua bulan…. Otomatis kalo mbak nggak bisa mbayar, mbak harus angkat kaki dari rumah ini secepatnya….” Ancam Pak Darjo.
    “Ayolah pak…Saya mohon ya pak…”
    “Nggak bisa Mbak… Orang yang mau nempatin rumah ini sudah banyak yang mengantri..”
    “Janji deh pak… Beri saya waktu seminggu lagi…..”
    “Hmmm… Gimana ya… Sebenarnya saya juga senang mbak… Rumah kontrakan saya ditempati oleh Mbak Citra yang cantik ini. Tapi kalo terus-terusan menunggak begini, bisa digoreng saya sama si Srinah dan istri-istri saya lainnya…”

    “Saya bakal usahakan pak… Seminggu lagi mas Marwan pasti udah dapat duit buat bayar kontrakan kok… Percaya deh…”
    “Kalo misalnya belum dapet duit juga…?”

    Terdiam, citra tak mampu mengatakan apa-apa. Masalah ekonomi memang selalu menjadi masalah pelik buatnya. Terlebih saat ini, ia sudah tak memiliki barang berharga lagi. Dengan menarik nafas panjang, Citra menawarkan sebuah solusi yang tak mungkin dapat ditolak oleh Pak Darjo.

    “Hhhmmm.. Kalo minggu depan saya masih belum bisa bayar duit kontrakan…” Citra menarik nafas lalu menghembuskan pelan, “Terserah bapak mau apakan saya…”
    “Mau apakan gimana neng..?”
    “Ya saya bersedia melakukan apapun pak… ”
    “Apapun…? Termasuk…….”
    Citra mengangguk. Mengiyakan. “Terserah bapak. Daripada saya harus tinggal dijalanan…”

    Merasa percakapan antara pak Darjo dan Citra mulai mengarah ke arah yang kurang jelas, pak Utet langsung turun tangan.

    “Memangnya tagihan kontrakan Neng Citra berapa pak? ” Tanya Pak Utet dengan nada cukup lantang.

    Pak Darjo menatap tajam kearah Pak Utet dengan tatapan merendahkan. “Utangnya banyak pak… ” Jawab Pak Darjo ketus.
    “Sebanyak apa…?” Tanya Pak Utet lagi.
    “Duit kontrakan rumah ini sebulannya 600 rebu… Ini mbak Citra sudah menunggak lebih dari dua bulan, dan sekarang mau masuk tagihan bulan ketiga…. ” Jelas Pak Darjo, “Kenapa pak… Bapak mau bayarin…? Kaya sanggup saja….” Tambah Pak Darjo melecehkan.

    Sambil tersenyum, Pak Utet mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya. “Ini saya ada duit 400 rebu, buat sekedar jaminan….” Kata lelaki tua itu sambil menyodorkan gepokan uang receh pada pa Darjo, “Santai saja pak… Neng Citra pasti bakal bayar kok….”
    “Pak Utet… Gak usah repot repot pak…” cegah Citra sambil menahan tangan pak Utet mendekat ketubuh Pak Darjo.
    “Nggak apa-apa neng… Santai saja…” Ucap Pak Utet sambil tersenyum, “Ini pak terima saja uangnya…”

    Dengan perasaan malu, Pak Darjo segera menyembar semua uang receh dari tangan Pak Utet. Lalu, ia memperiksa lembara-lembaran uang itu sambil beberapa kali menerawang uang tersebut ke arah langit.

    “Kampret… Gara-gara lelaki tua sialan, aku jadi gagal mendekati istri Marwan itu..” Gerutu Pak Darjo sambil beranjak pergi ,” Okelah kalo begitu… Saya pergi dulu….” Tutup Pak Darjo sembari langsung beranjak pergi menginggalkan Citra dan Pak Utet.

    “Pak… Makasih ya… ” Ucap Citra sambil tak henti-hentinya tersenyum simpul.
    “Makasih apaan neng…?”
    “Makasih udah mbantuin aku…. Seharusnya bapak nggak perlu ngelakuin itu semua… Aku yakin kok bentar lagi mas Marwan pulang bawa banyak duit….”
    “Hak hak hak… Halaaah…Gausah dipikirin Neng..”
    “Kalo gitu saya balas dengan MPPPFFF….”

    Kecup Citra melahap habis bibir tebal Pak Utet, sambil menggiringnya masuk kedalam rumah.

    ***

    “Semprul…Kakek-kakek kampret…..” Ucap Pak Darjo berulang kali sambil menyeruput secangkir kopi panasnya yang sudah mulai dingin.
    “Ada apa toh mas…? Kok mukanya kusut gitu…?” Tanya Limun, si pemilik warung kopi.
    “Berantakan Munnn… Pokoknya… Berantakan…”
    “Opone yang berantakan mas..?” tanya Limun lagi.
    “Aku baru saja dipermalukan oleh tukang ojek jeleknya si Citra…?” Jelas Pak Darjo.
    “Dipermalukan…? Maksudnya…?”
    “Iya… Gara-gara lelaki kerempeng itu, aku tak bisa mendekati si Citra….”
    “Owalaaahh… Emangnya bapak naksir istri Mas Marwan itu ya….?” Tebak Limun.
    “Kekekekekek…. Kenapa kamu…? Kaget…?” Tawa Pak Darjo lagi, “Boleh donk aku perlihara wanita jelita itu… Toh dia sering diterlantarkan oleh suaminya… Bayangin, punya bini secantik Citra, ga bakalan aku bolehin jalan kemana-mana… Sepanjang hari kerjanya cuman…. Kekekekekek ….”
    “Hahahaha… Ngimpi kowe mas….”
    “Wah.. gara-gara mbayangin si Citra, aku jadi ngaceng… Udah-udah Mun… Berapa totalannya… Aku mau pulang ke istri-istriku saja kalo gitu….”

    Segera saja, Limun menghitung semua pesanan Pak Darjo, “Cuman lima belas ribu aja mas…”
    “Eh… Mun… Sek sek… Handphone aku mana ya…?”

    Sambil kebingungan, tiba-tiba ingatan Pak Darjo kembali ke rumah Citra. Sepertinya handphone itu tertinggal disana. Pak Darjo buru-buru membayar kopinya dan segera balik lagi kerumah Citra.

    ***

    Tak berapa lama, Pak Darjo sudah sampai didepan pintu pagar rumah Citra.

    “Kok sepi ya…?” Kata Pak Darjo sambil celingukan, “Tapi pintu depannya kok masih terbuka…?” Tambahnya lagi sambil celingukan.
    “Nah itu dia Handphone aku…” Girang Pak Darjo yang melihat telephon genggamnya masih berada di atas meja teras.

    Tanpa mengetuk pintu pagar, Pak Darjo masuk ke halaman rumah Citra, mengambil handphonenya lalu memasukkannya kedalam saku celana. Melihat pintu rumah yang melompong begitu saja, membuat keisengan pak Darjo muncul. Ia ingin mencari tahu, istri Marwan yang cantik jelita itu sedang apa di cuaca yang panas seperti ini.

    “Neng Cit….”

    Tak sempt menyelesaikan panggilannya, mata Pak Darjo seketika itu langsung melotot. Terbelalak lebar menatap pemandangan dibalik pintu ruang tamu. Nampak, kedua insan yang bertelanjang bulat itu sedang melakukan sebuah permainan yang sangat melanggar norma-norma kesopanan. Tubuh Pak Utet rebahan di kursi sofa, sementara Citra duduk diatas selangkangannya. Pinggulnya dengan lincah bergerak maju mundur sambil kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggelantung besar, mulutnya menceracau tak jelas sambil terus menjilati payudaranya yang besar.

    Karena terlena melihat persetubuhan Citra dan Pak Utet, Pak darjo membuka pintu depan itu lebih lebar lagi. Namun tak dikira, ternyata pintu itu bersuara berisik sekali.

    KKKRRRRIIIEEETTTT….

    Mendengar suara pintu rumahnya terbuka makin lebar, Citra buru-buru menengok ke arah suara itu berasal. Setelah tahu jika ada seseorang yang sedang mengintip perselingkuhannya, buru-buru ia meloncat, mencabut tusukan penis Pak utet yang masih bersarang di vaginanya, lalu berlari kedalam kamar. Begitu pula dengan Pak Utet. Sadar jika tunggangannya berlari panik, ia juga ikut-ikutan lari tunggang langgang menyusul Citra kedalam kamar.

    “Mampus aku Neeeeng… Yang punya kontrakan dateng…” bingung Pak Utet.
    “Tenang pak…. Tenang… Mungkin Pak Darjo tidak melihat kita…”
    “Nggak mungkin Neng… Pasti bapak itu tadi melihat persetubuhan kita…. Bapak langsung pergi saja ya Neng… Khawatir bapak itu memanggil seluruh warga kampung…”

    “Mbak…? Mbak Citra….? Permisi….” Suara panggilan Pak Darjo dari arah ruang tamu, “Mbak… Saya masuk ya… Ada yang ingin saya omongkan…” ucap Pak Darjo lagi.

    Dan beberapa saat kemudian, sosok lelaki itu sudah berada di depan pintu kamarnya. Perlahan, jemari gempal Pak Darjo menyibak horden.

    Seketika, mata Pak Darjo kembali melotot ketika melihat pemandangan yang nampak di dalam kamar tidur Citra. Wanita seksi itu, hanya berdiri kaku sambil termenung bingung menatap sosok tua yang sedang tergesa-gesa mengenakan pakaian didepannya. Seumur-umur, Pak Darjo tak pernah melihat wanita dengan tubuh sesempurna Citra.

    Untuk sesaat, mereka bertiga hanya bisa saling memandang satu dengan yang lain. Saling terkesima. Pak Darjo terbelalak menyaksikan pemandangan Citra dan Pak Utet yang masih dalam keadaan telanjang, Pak utet masih kaget karena perselingkuhannya tertangkap basah, dan Citra hanya diam seribu bahasa karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

    “HEH BANGSAT… SEDANG APA KAMU DISITU..” Teriak pak Darjo lantang sambil menyerbu masuk kekamar Citra. Dengan satu gerakan, Pak Darjo langsung membekuk Pak utet yang masih berusaha mengenakan pakaiannya. “KAMU SEDANG MEMPERKOSA ISTRI MARWAN YA…?”

    “Memperkosa..?” Tanya Pak Utet bingung. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melepas cengkraman tangan besar Pak Darjo sambil terus memakai semua pakaiannya. “Enak aja… Saya nggak memperkosa.. Neng Citra yang ngajak ngentot…”

    Kaget sekaget-kagetnya, Pak Darjo sama sekali tak menyangka jika wanita secantik dan seanggun Citra, mau mengajak bercinta lelaki tua renta seperti Pak Utet. Seketika, Pak Darjo merasa kalah. Namun karena gengsi untuk meminta maaf, Pak Darjo tetap saja memelintir tangan lelaki tua itu.

    “BANGSAT… NGGAK MUNGKIN… MBAK CITRA NGGAK MUNGKIN MINTA DITIDURIN OLEH LAKI-LAKI RENTA SEPERTIMU…. AYO… IKUT AKU KE KANTOR POLISI….”

    “Jangan Pak… Jangan lapor ke kantor Polisi…” Tiba-tiba Citra mendekat dan menyentuh lengan tebalnya, ia seolah berusaha membebaskan Pak Utet dengan rayuannya. Luluh, Pak Darjo lalu melepaskan cengkeraman tangannya. Setelah bebas, buru-buru Pak Utet melanjutkan memakai pakaiannya lagi.
    “Waduh, nggak bisa Mbak… Saya tak bisa membiarkan rumah kontrakan saya dijadikan sebagai tempat mesum oleh lelaki tua ini…” Jawab Pak Darjo dengan intonasi nada rendah.
    Lagi-lagi, Citra menarik nafas panjang. ” Maafin Pak Utet Pak.. Memang saya kok yang mengajak dia meniduri saya…”

    Kembali, pak Darjo kaget. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang sedang bertelanjang bulat didepannya itu bakal senakal itu.

    “Enggak Mbak. Saya tetap harus melaporkan kejadian ini.. Paling tidak, saya harus melaporkan kepada Pak RT atau Pak RW…”

    “…. Waduh Neng… Gimana nih…?” tanya Pak Utet bingung, “Kita bakal diarak warga keliling kampung…”
    “Sebentar-sebentar… Nama anda siapa pak…? Anda sepertinya bukan warga sekitar sini khan…?”

    Tak menjawab, pak utet terus saja mengenakan semua pakaiannya dengan buru-buru.
    “Heh… Pak tua… JAWAB PERTANYAANKU…” hardik Pak Darjo sambil mendorong pak utet jatuh kearah kasur.
    “Aku pulang saja ya Neng…” kata Pak Utet tak menggubris pertanyaan Pak darjo. Dengan batang penisnya yang masih berlumuran cairan vagina Citra, ia terus mengenakan pakaiannya. Dan setelah semuanya terpakai, dengan buru-buru Pak Utet pergi meninggalkan Citra. Dengan kecepatan super cepat, Pak Utet sudah bertengger di motor, siap-siap mengengkol mesin motor bututnya.

    Merasa tak digubris, Pak Darjo langsung naik pitam. Ia buru-buru menghambur keluar rumah dan menangkap Pak Utet yang hendak kabur. “HEH BANGSAT… SINI.. JANGAN KABUR….”

    Tak ingin insiden ini semakin panas, Citra pun segera mengejar Pak Darjo keluar rumah dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu. Dengan tak mempedulikan tubuh telanjangnya, ia menarik tangan Pak Darjo supaya melepas Pak Utet pergi.

    “Pak… Jangan pak… Tolong biarin Pak Utet pergi….” Cegah Citra sambil memeluk tubuh pak Darjo dari belakang.
    “Tidak bisa Mbak… Saya tetap harus melaporkan lelaki BANGSAT ini ke pihak berwajib….”

    Pak Darjo heran dengan apa yang dilakukan Citra. Mengapa wanita cantik itu begitu ingin dirinya melepaskan lelaki tua ini.
    “Pak jangan Pak…. ”

    Tanpa mendengar teriakan Citra, Pak Darjo terus saja mencekik leher pak Utet dan menyeret tubuh lelaki tua itu supaya turun dari motornya. Merasa usahanya sia-sia, Citra lalu melepaskan pelukannya lalu merentangkan tangannya lebar-lebar, mencegat kedua pria itu supaya tak bertengkar semakin panas.

    “PAK DARJO… TOLONG LEPASIN PAK UTET….” teriak Citra lantang.
    “Minggir Mbak…”
    “Aku mohon pak… Lepaskan Pak Utet…”

    Citra sadar jika usahanya sama sekali tak membuahkan hasil. Ia juga sadar, jika Pak Darjo tetap tak mau melepaskan selingkuhannya, keributan ini bakal menjadi lebih panjang, dan bisa menarik perhatian tetangga sekitarnya. Sehingga ujung-ujungnya, banyak orang yang tahu jika selama ini Citra sudah berbuat serong dengan lelaki lain.

    Merasa tak ada jalan keluar, Citrapun akhirnya menggunakan jalan satu-satunya. “Jika bapak sudi melepaskan Pak Utet… Bapak boleh memilikiku jika bapak mau…”

    Kalimat terakhir Citra sepertinya sangat ampuh meredam amarah Pak Darjo.
    “Ke… Kenapa Mbak…?” Tanya lelaki gemuk itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.
    “Barusan… Mbak bilang apa…?”

    “Pak Darjo boleh memilikiku jika mau…”

    Bak memenangkan undian togel, hati pak Darjo mendadak berbunga-bunga. Sebuah senyuman terukir di wajah gelap Pak Darjo. Lebar sekali, hingga ujung bibirnya bisa menyentuh telinga. “Mimpi apa ya aku semalam? Citra agustina akhirnya menyerahkan dirinya padaku..”

    “Kamu sadar khan mbak maksud dari perkataanmu barusan….?”

    Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepala.

    Perlahan, ia melepas cengkraman tangannya pada leher Pak Utet, membiarkan lelaki tua itu kembali pergi. Tak ingin mensia-siakan kesempatan ini, Pak Utet buru-buru menstater motornya, lalu kabur meninggalkan komplek rumah kontrakan Citra.

    “Sudah mbak…. Aku sudah melepaskan lelaki bajingan itu… ” Kata pak Darjo sambil terus-terusan mengembangkan senyum liciknya, “Lalu…. Sekarang gimana…?”

    Masih dengan diam, Citra buru-buru membalikkan badannya, lalu melangkah masuk kedalam rumahnya, dengan wajah kusut. Tampak kebingunan di wajah cantiknya. Ujung kedua alisnya bertaut. Dan kerut didahinya benar-benar terlihat jelas. Wanita jelita itu benar-benar bingung. Ia tak menyangka jika perselingkuhannya dengan Pak Utet bisa ketahuan karena ketelodarannya.

    Mendadak, terlintas di benak Citra semua akibat dari perselingkuhan yang terlah ia lakukan. Mas Marwan murka, dan langsung menceraikan dirinya. Nama baiknya rusak. Tak ada kepercayaan lagi oleh orang sekitar terhadap dirinya. Dikucilkan dari masyarakat.

    Duduk di sofa ruang tamu, Citra hanya diam. Dewi keberuntungannya kali ini sama sekali tak bisa membantu masalahnya ini.

    Melihat Citra yang sedang bingung, Pak Darjo buru-buru mendekat kearah Citra. Ia lalu mengajak Citra pergi ke kamar tidurnya. Masih dalam kondisi bingung, Citra menuruti permintaan lelaki gemuk itu. Dan sesampainya di dalam kamar, Pak Darjo segera menubruk tubuh ramping Citra. Ia memeluk tubuh wanita cantik itu erat-erat, sambil mulai mengecupi kening dan pipi mulusnya.

    Seketika, Citra tahu apa yang sedang pak Darjo mulai lakukan pada dirinya. Itu adalah konsekwensi dari kalimat terakhirnya. Iya, ia harus menyerahkan semua kehormatan dirinya kepada pemilik kontrakan bertubuh tambun ini.

    “Kehormatan….?” tanya citra dalam hati, “Memangnya aku masih punya kehormatan…?”
    “Setelah bersetubuh dengan Pak Utet, Seto, dan sekarang Pak Darjo… Masih adakah kehormatan dari diriku yang masih tersisa…?”

    Dalam menit-menit terakhir, akhirnya Citra menyerah. Setelah susah-susah berusaha mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya, mendadak Citra tersenyum.

    “Tak apalah, jika aku harus melayani para lelaki-lelaki hidung belang itu… Karena paling tidak, aku tak harus pusing-pusing memikirkan beban ekonomi yang harus aku tanggung….”

    Melihat wanita yang sedang dipeluknya mendadak senyum-senyum sendiri, Pak Darjo kembali menatap raut wajah dan tubuh telanjang Citra dalam-dalam.
    “Akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu mbak…” Ucap Pak Darjo sebelum akhirnya ia memeluk kembali tubuh jelita Citra lagi.

    Citra dapat merasakan desah hembusan nafas birahi lelaki gemuk itu menerpa keningnya, matanya, pipinya, hingga lehernya. Tak ingin terlihat malu-malu, Citra lalu memejamkan mata , tak tau harus menolak atau menikmati kecupan mesra lelaki gemuk itu. Perlahan, birahi Citrapun mulai terusik kembali, apalagi setelah kecupan Pak Darjo mulai merambat sampai pada bibir tipisnya.

    “Hangat sekali kecupanmu… Pak Darjo…” batin Citra sambil mulai mempersilakan lidah lelaki tua itu bermain dalam mulutnya. Tangan nakal Pak Darjo pun tak tinggal diam, mulai merayapi payudara, perut, pantat, vagina hingga paha Citra. Mencoba meresapi kehalusan kulit istri Marwan itu.

    “Ehhhhmmm…..” Desah Citra, menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Pak Darjo.

    Melihat Citra hanya diam pasrah, Pak Darjo semakin bersemangat. Dari gerakan yang awalnya hanya mengusap dan membelai, hingga pada akhirnya ia mulai meremas, memilin dan mencubit. Apa saja ia remas, pantat, perut, pinggul hingga payudara Citra tidak luput dari remasannya. Hal ini semakin membuat Citra menjadi lemah tidak berdaya, nafsunya yang sempat padam karena ditinggal oleh lelaki pengecut seperti Pak Utet, perlahan mulai terbakar lagi.

    Sedikit demi sedikit Pak Darjo mendorong tubuh Citra ke arah kasur.

    Citra yang sudah dimabuk birahi itu hanya bisa menurut saja ketika ia diminta Pak Darjo untuk menurunkan tubuhnya dan duduk dikasur. Pak Darjo lalu mengikuti Citra duduk ditepi tempat tidur dan mulai memainkan lidahnya diseputar puting payudaranya.

    Dengan sekali dorong, Pak Darjo merebahkan tubuh indah Citra kebelakang. Membuatnya telentang. Sekali lagi, lelaki tua itu mengamati keindahan tubuh Citra. Mengagumi setiap pori-pori kulitnya yang mulus tanpa luka. Mengagumi payudara besarnya yang membuncah indah. Mengagumi bibir vagina Citra yang gemuk seperti kue apem

    Dalam diam, Citra mulai mengapai tubuh pak Darjo yang masih berdiri di samping tempat tidurnya. Berusaha meraih tonjolan daging yang tumbuh diselangkangan Pak Darjo.

    “Buka bajunya pak…” Ucap Citra lembut.
    Melihat Citra mulai berinisiatif, Pak Darjo segera memelorotkan celana panjang beserta dalemannya. Tak lupa ia juga melucuti kemeja lusuhnya dan melemparnya ke sudur kamar.

    Pada akhirnya, tampaklah oleh Citra, tubuh hitam nan gemuk milik Pak Darjo. Walau penisnya tak terlalu panjang, tetap saja Citra merasa kagum akan kegemukannya. Irip ubi jalar. Kepalanya kecil, tapi batangnya benar-benar besar.

    Perlahan, Pak Darjo mulai mengulik vagina Citra. Menggelitik mesra, sambil sesekali menjilat klitorisnya. Citra tak mengira jika gaya pemainan lelaki yang temperan itu benar-benar sopan. “Sepertinya, Pak Darjo bisa berlaku romantis juga… ” Kata Citra dalam hati. Tak seperti permainan seks mas Marwan yang asal gabruk, tubruk, tusuk, dan akhirnya ambruk. Seruntulan.

    Tidak puas hanya dengan hanya mengusap vaginanya, Pak Darjo mulai menusuk-nusukan jemarinya kevagina Citra yang telah basah oleh cairan birahinya.

    “Eeehhmmm….Pak…” Panggil Citra pelan
    “Hmmmm….”
    “Jangan laporin kejadian tadi ke Mas Marwan ya pak….”
    “Kekekekek… Kita lihat saja nanti… ” Kekeh lelaki gemuk itu.
    “Tolong ya pak…. Jangan….”
    “Trus kalo aku nggak lapor ke suamimu, aku dapet apa…?”
    “Apa aja pak…”
    “Apa saja itu gimana..? Aku nggak ngerti….”

    CLOK CLOK CLOK.
    Rupanya vagina Citra sudah benar-benar basah, karena tak terasa, kocokan jemari Pak Darjo sudah diiringi oleh lendir-lendir liang vaginanya.

    “Aku rela pak jadi MADUMU….”
    “Kekekekekek …. Kalo aku nggak mau gimana…?”
    “Kamu nggak mau pak…?”
    “Buat apa wanita tukang selingkuh sepertimu dijadikan maduku…?” Ejek Pak Darjo.

    Citra hanya diam.

    “Kamu pasti wanita murahan…. Sama lelaki tua aja mau diajak ngentot..”
    “Ayo coba ngaku, kamu sudah berselingkuh ama berapa orang..?”

    Lagi-lagi Citra diam, tak menjawab,

    “Kekekekekek…. Aku yakin kamu sudah dipake banyak orang…” Ejek Pak Darjo sambil terus mengocok vagina banjir Citra cepat-cepat.

    CLOK CLOK CLOK

    “Dasar LONTE…. ”

    Mendengar hinaan Pak Darjo, Citra buru-buru bangkit. Ia langsung berdiri dan meninggalkan pak Darjo. Walau ia sudah benar-benar bernafsu, namun panggilan Pak Darjo buat dirinya tadi membuatnya emosi.

    “Heh… Lonte.. Mau kemana…?” Tanya Pak Darjo sambil mengamit tangan kecil Citra. Dengan sekali kibas, lelaki gemuk itu membanting tubuh kecil Citra keras-keras ke kasur.

    “Aaaawww…. Pakk…” Rintih Citra begitu tubuhnya terhempas ke atas kasur, “Kasar banget kamu pak…”
    “Jangan sok suci Mbak…. Lonte sepertimu harusnya tak aku perbolehkan tinggal di sini…”
    “Lepasin…!”
    “Udahlah Mbak… Ga usah banyak bacot… ”
    “Aku bisa teriak pak…”
    “Kekekekek… Teriak saja mbak… Biar sekalian orang kampung tahu, betapa binalnya dirimu… ” Ujar Pak Darjo, “Udah nggak bisa bayar kontrakan, pamerin tubuh telanjang biar nggak jadi ditagih duit sewa.. Gitu ya…? Orang-orang pasti bakalnya berpikir seperti itu.. Kekekekekek….”

    “Sialan…. Apa yang dikatakan lelaki busuk ini ternyata cukup masuk akal…” Gerutu Citra.

    “Ayo… Sekarang kamu nungging…” Pinta Pak Darjo kasar. “Kalo kamu mau jadi MADUKU…. Kamu harus layani aku dengan segenap hatimu…. LONTE MURAHAN….”

    Tak pernah seumur-umur Citra dilecehkan seperti ini. Lonte. Dengan tatapan penuh amarah, Citra tak menjawab pertanyaan Pak Darjo, ia hanya terus menatap tajam kearah lelaki gemuk itu.

    “Gimana…? Mbak Citra Agustina yang terhormat…. Apakah kamu mau kamu jadi lonteku…?” Goda Pak Darjo semakin mempercepat kocokan jemarinya ke liang kenikmatan Citra.

    CLOK CLOK CLOK

    “Jawab…!” Bentak Pak Darjo lagi. “Mau nggak kamu jadi lonteku…?”

    Tanpa menunggu jawaban Citra, Pak Darjo segera membekuk tangan Citra kesamping tubuh rampingnya. Lalu dengan satu tangan lainnya, ia menindih dan memasukkan alat kelaminnya kedalam kemaluan istri Marwan itu dalam-dalam. Vagina Citra yang sudah benar-benar basah, segera saja menyambut penis gempal pak Darjo.

    CLEP…

    Tak mampu bergerak, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Dalam penolakannya, ia berusaha merasakan kenikmatan tusukan kasar dari penis gemuk Pak Darjo. Walau penis itu tak sebesar dan sepanjang penis Pak Utet, tetap saja, mampu membuat birahinya kembali menggelegak.

    Tak lama, kemaluan Pak Darjo berhasil melesak seluruhnya. Sejenak, mereka terdiam sambil saling merasakan kenikmatan persetubuhannya,

    “Gimana mbak….? Kamu mau jadi LONTEKU…?”
    Tak menjawab. Citra hanya diam sambil terus menatap tajam kearah Pak Darjo. Citra sama sekali tak mengira, jika lelaki yang dihormatinya itu bakal melakukan tindakan hina seperti ini. Pak Darjo tega memperkosa Citra di rumahnya sendiri, di atas kasur yang biasa ia gunakan untuk bersetubuh dengan suaminya.

    “Nggak usah kamu jawab juga aku sudah tahu mbak…” Ucap Pak Darjo penuh keyakinan. “Liat aja memek kamu yang membanjir seperti ini, aku tahu jika kamu suka diperlakukan seperti ini ya…? Kekekekek….”

    Sekali lagi, Citra dibuat malu oleh lelaki gemuk itu. Apa yang dikatakan oleh lelaki gemuk itu benar. Walau wajahnya menunjukkan penolakan terhadap apa yang sedang dilakukan Pak Darjo pada dirinya, tubuhnya tidak sama sekali. Tubuh moleknya justru menikmatinya.

    “Aku tahu… Kamu bakal bersedia Mbak… Kekekekek…” Tawa Pak Darjo. Dengan kecepatan tinggi, lelaki gemuk itu mulai menggenjot penisnya keliang vagina Citra. Menusuk dan mencabut batang gemuknya dengan kecepatan tinggi.

    “Wuuuoooooo…. Sempit banget memekmu mbak… ” puji Darjo, yang seumur-umur belum pernah merasakan vagina sesempit milik Citra. Walaupun ia telah sering menikah, tak satupun dari ketiga istrinya yang memiliki vagina seperet Citra. “Aku nggak ngira… Lonte Cantik sepertimu punya memek yang menggigit seperti ini….”

    “Ehhmmm.. Ssshhshhhhsss….”

    Mendapat tusukan cepat seperti itu, mau tak mau membuat Citra akhirnya mulai mendesah keenakan. Rupanya ia tak kuat juga menahan gempuran birahi penis Pak Darjo. Perlahan, erangan dan desahan kenikmatan meluncur dari bibir tipis Citra.

    “Kekekek…. Kenapa mbak…?” Goda Pak Darjo yang tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Citra.
    “Ooohhh….” Erang Citra, ” Paakk…..”
    “Kenapa mbak….? Pengen lagi…”

    CLOP. Pak Darjo kembali menusukkan penisnya lalu mencabut kembali.

    “Ooohhhmmm…. Ssshhh… Pak…”

    “Kekekek… Mukamu lucu sekali mbak….”

    CLOP. Lagi-lagi Pak Darjo menggoda Citra. Dengan santai ia menghujamkan penis gemuknya lalu mencabutnya kembali. “Kekekekekek….”

    Merasa dipermainkan seperti itu, membuat Citra meronta-ronta nikmat.

    “PAK DARJO… ENTOT AKU PAAKK… JANGAN PERMAINKAN NAFSUKU… ” Jerit Citra.

    “Kekekekekek…. Gimana Mbak…? Kamu bersedia jadi LONTEKU..?”
    “Ooohh…. Iya pak… ”
    “Iya Apa…?”
    “IYA PAAAKK.. AKU BERSEEEDDDIIIAAAAA….” Erang Citra lagi.
    “Kekekekekek…”

    Mendengar lawan bercintanya mulai mendesah-desah, Pak Darjo pun semakin cepat menggerakkan pinggulnua. Menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke vagina sempit Citra.
    “Enak ya mbak…?”
    “Ehhmmmm….”
    “Kekekekek…. Dasar lonte…”

    Suhu Sabtu siang yang sudah panas, semakin dibuat panas oleh kelakuan bejat mereka. Dan tak lama kemudian, desahan lantang pun mulai terdengar nyaring di komplek yang sedang sepi begini.

    Mendengar panggilan kasar Pak Darjo kali ini, entah kenapa tak membuat Citra sakit hati. Malah, ia semakin bernafsu untuk dapat mengalahkan stamina lelaki gemuk yang sedang mencucuki vaginanya.

    Namun apa daya, persetubuhan dengan Pak Utet sebelumnya, cukup membawa dampak besar bagi Citra. Terbukti, gelombang orgasmenya langsung menerpa. Dari pangkal pahanya, rasa panas mulai menjalar naik ke rahimnya, membawa sengatan-sengatan orgasme semakin mendekat.

    Begitupun oleh Pak Darjo, gelijang tubuh Citra yang hendak orgasme sangat terasa olehnya. Istri Marwan itu lalu berulang kali mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi disertai gerakan kepanya yang tak terkontrol. Dan benar, beberapa detik kemudian, tubuh Citra bergetar hebat, disertai cengkraman kukunya pada punggung gemuk Pak Darjo.
    “Pak… Aku keluar…. AKU KELUUUUAAAARRRR PAAAAKKKK..”

    CREET CREET CREECETT.
    Semprotan lendir birahi keluar dari vagina sempit Citra, diiringi oleh kedutan hebat dinding-dinding rahimnya.

    Merasakan pijatan vagina yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, Pak Darjo pun tiba-tiba merasa ingin orgasme. Dengan kecepatan maksimal ia kemudian memacu gerakan pinggulnya naik turun, sembari menindih dan memainkan payudara Citra yang nampak tak berdaya sama sekali setelah ia mendapatkan orgasmenya.
    “Aku juga keluar Mbak… AAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHHHH….”

    CROT CROT CROCOOOT….

    Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Pak Darjo ketika menyemburkan benih-benih kejantanannya kedalam rahim Citra. Nikmat di ujung penisnya berasa langsung menyebar ke seluruh penjuru syaraf tubuhnya. Menghantarkan getaran-getaran enak yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

    “Ini adalah orgasme terhebatku. Orgasme yang tak pernah aku dapatkan dari ketiga istriku…” Batin Pak darjo sembari menghempas-hempaskan pinggul gemuknya, memerah semua spermanya untuk masuk kedalam rahim Citra. Sejenak, Pak Darjo terdiam. Sambil terus menatap wajah ayu Citra yang damai karena baru mendapatkan orgasmenya, Pak Darjo pun tersenyum penuh arti.

    Keduanya nampak begitu capai. Terkulai lemas. Hingga akhirnya Pak Darjo menghempaskan tubuh gemuknya disamping tubuh raming Citra. Tak lama kemudian, mereka berdua tertidur di bawah panasnya udara siang yang begitu menyengat. Tertidur dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun. Tertidur dengan pintu depan yang masih terbuka lebar. (bersambung).

  • Dark-haired chick Caitlin McSwain is lying naked and masturbating

    Dark-haired chick Caitlin McSwain is lying naked and masturbating


    1502 views

    Duniabola99.org adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Pembantuku Yang Montok Jago Mijat Hingga Crot

    Pembantuku Yang Montok Jago Mijat Hingga Crot


    1562 views

    Duniabola99.org – Maukan kamu mijit Bapak lagi ? Pegal2 nih kan udah seminggu? Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ? Sekarang? Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu? Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Tini membukanya. Maaf Pak, tadi baru mandi Kata Tini tergopohgopoh. Ah, penisku mulai bergerak naik. Tini mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buruburu. Engga apaapa.

    Bisa mulai ? Bisa pak saya ganti baju dulu? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Tini masuk. Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya.

    Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut. Siap Tin? Ya pak? Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Tini mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Tini melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku bergantiganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basabasi dan serius?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

    Depannya Pak? Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Tini melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Tini lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur. Kenapa Tin ? Aku mulai iseng bertanya.

    Ah engga katanya sedikit gugup.?Cepet bangunnya hi ..hi..hi..? katanya sambil ketawa polos. Iya dong. Kan masih sip kata kamu? Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ? Jangan berharap dulu, mengingatkesetiaan?nya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan.

    Jadi aku tak sempat mendaki?, cuman pengin menyetubuhinya ! Udah. Benar2 masih sip, Pak? Mau coba sipnya ? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah. Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu? Engga apaapa asal engga ada yang tahu aja ? Tini diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya. Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh. Aku mampu bertahan engga nih. Apakah aku akan melanggar janjiku ? Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusapusap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Tini menghindar dengan sopan.

    Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkalikali. Lama2 Tini membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremasremas pantat itu, Tini tak berreaksi, masih asyik mengurut. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengeluselus pahanya. Tapi itu tak lama, Tini mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ? Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat.

    Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu. Paak Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku. Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya. Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting dadanya sudah mengeras ! Tini menarik telapak tanganku dari dadanya. Bapak kok nakal sih Katanya, dan .. tibatiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku.

    Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih. Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.Aaahhffffhhhhh. Paaaaak? rintihnya. Tak ada penolakan.

    Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BHnya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Tini ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Tini tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya Jangan Pak.

    Kata Tini terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn, harus berlanjut sampai hubungan kelamin. Engga apaapa Tin ya. Bapak pengin. Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Aku melanjutkan menarik CDnya hingga lepas sama sekali. Tini tak mencegah lagi. Benar, Tini punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.

    Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya. Auww. Pelan2 Pak. Sakit.!? Bapak pelan2 nih ? Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya. Bapak sabar ya. Saya udah lamaa sekali engga gini ? Ah masa ? Benar Pak? Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya. Pelan deh..? Benar Bapak engga bilang ke Ibukan ? engga dong gila apa? Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugesergeser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.

    Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan. Aaghhhhfff? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi Sakit lagi Tin Tini hanya menggelengkan kepalanya. Terusin Pakperlahan? sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosokgosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masingmasing.

    Tini memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Tini, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Tini yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Tini sudah tak karuan.

    Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya. Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

    Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Tini menggerakgerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuatkuat sambil menjerit, benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana.

    Ohh nikmatnya.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Tini telah mencapai orgasme ! Sementara aku sedang mendaki. Paaak ooohhhh..? Kenapa Tin ? Ooohh sedapnya ? Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur. Tini menangis ! Kenapa Tin ? Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja. saya berdosa ama Ibu? katanya kemudian Engga apaapa Tin.. Kan Bapak yang mau? Iya .. Bapak yang mulai sih.

    Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan Aku diam saja. Saya khawatir Pak Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun? Juga khawatir kalo kalo ? Kalo apa Tin ? Kalo saya ketagihan Oh jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja? Ya itu masalahnya? Kenapa ? Kalo sering2 kan lama2 ketahuan ..? Yaah harus hati2 dong? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai. Ehhmmmmmm reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Tini juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat.

    Aku merasakan hampir sampai di puncak. Tin Ya Pak Bapak. hampir. sampai ? Teruus Pak? Kalo.. keluar .gimana ? Keluarin..aja Pak Engga. apaapa? Engga.. usah dicabut? Jangan.. pak . aman.. kok? Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mencaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2 Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas. Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa.

    Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Tini memanggurih?, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ? Tin Ya .. Pak? Makasih ya benar2 nikmat? Samasama Pak. Saya juga merasakan nikmat? Masa ..? Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak? Ah kamu ? Baner Pak. Sama suami engga seenak ini? Oh ya ? Percaya engga Pak. Baru kali ini saya merasa kaya melayanglayang ? Emang sama suami engga melayang, gitu? Engga Pak. Seperti yang saya bilang punya Bapak bagus banget? Katamu tadi.

    Udah berapa lama kamu engga begini ..? Sejak.ehm.. udah 4 bulan Pak? Lho. Katanya kamu udah cerai 5 bulan? Benar ? Trus ? Waktu itu saya kepepet Pak? Sama siapa? Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga tahan diganggu terus? Cerita dong semuanya? Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00.

    Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu? Trus ? Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau? Pernah sama tamu yang lain ? Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti? Kapan kamu terakhirmain ? Ya itu sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah?main?, sampai barusan tadi sama Bapak .

    Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain yaPak atau emang punya Bapak siip bangethi..hi..? Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yanglegit?, lengketlengket sempit, dan seret.Kamu engga takut hamil sama tamu itu ? Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang.

    Bapak takut saya hamil ya? Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil. Jam berapa Pak ? Jam 4 lewat 5? Pijitnya udah ya Pak. Saya mau ke belakang dulu? Udah disitu aja? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan tenangnya Tini beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Tini muncul lagi.

    Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya. Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BHnya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Tini memungut CDnya, tangannya kupegang, kuremas. Bapak pengin lagi, Tin? Ah nanti Ibu keburu dateng , Pak? Masih ada waktu kok? Ah Bapak nih gede juga nafsunya? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.

    Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Tini, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku.. Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Tini sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Tini selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku.

    Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulai berani? memanggilku untuk menyetubuhinya. Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Tini menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.

     

    Baca Juga :
  • Yuri Hyuga S Model 79 Sh

    Yuri Hyuga S Model 79 Sh


    1750 views

  • Foto Ngentot Maria Wakatsuki Dengan Teman Kelasnya

    Foto Ngentot Maria Wakatsuki Dengan Teman Kelasnya


    1922 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Người mẫu Yang Chen Chen (杨晨晨sugar) (49 ảnh)

    Người mẫu Yang Chen Chen (杨晨晨sugar) (49 ảnh)


    2581 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Cerita Seks Merasa Bersalah

    Cerita Seks Merasa Bersalah


    1949 views

    Cerita Seks – Saya bekerja di kantor pusat salah satu bank swasta nasional terkenal. Saya bertugas di bagian system analyst. Pekerjaan saya cukup menyenangkan dan menantang bagi saya, dan saya rela bekerja sampai larut malam. Sejak saya masuk ke bagian ini, jam tidur saya jadi praktis berkurang. Sebenarnya saya sungguh beruntung. Penghasilan saya lumayan besar dan karir saya sungguh bagus. Banyak yang mengatakan saya ‘is on the right track’. Istri yang saya nikahi setengah tahun yang lalu saya sangat mencintai saya, demikian pula saya mencintainya sepenuh hati saya. Rasanya saya tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain seperti istri saya sekarang.

     

     

    Karir saya dan istri saya menyebabkan kami belum bisa bergabung dalam satu atap. Saya dan istri saya tinggal di dua kota yang terpisah cukup jauh. Kami saling kunjung-mengunjungi secara bergantian setiap 2 minggu sekali. Sungguh pun keadaannya demikian, kami merasa bahagia. Kehidupan seks kami berdua sangat baik. Saya merasa bersyukur istri saya bukanlah wanita yang anti seks. Ia sangat aktif dalam seks, bahkan cenderung memiliki nafsu seks yang sangat besar, demikian pula dengan saya. Sex bagi kami adalah suatu yang indah, nikmat dan sakral.

    Istri saya sangat pandai memuaskan keinginan seks saya. Seperti juga saya, ia sangat antusias dengan eksperimen-eksperimen dalam hubungan seksual sepanjang masih dalam norma kesopanan dan kewajaran. Dalam berhubungan seks saya dan istri saya selalu mendapatkan orgasme, dan kami selalu berusaha agar kami berdua sama-sama menikmati puncak dari hubungan seks ini yang tidak dapat kami lakukan setiap hari.

    Biasanya, istri saya lebih banyak mendapatkan orgasme dari saya, karena selain ia lebih aktif, prinsip yang kami anut adalah ‘lady first’. Dari eksperimen-eksperimen yang kami lakukan berdua, saya jadi mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman bagaimana membuat seorang wanita mencapai orgasme saat berhubungan seksual, mulai dari persiapan, pemanasan, pemilihan posisi, dan pengaturan waktu agar si wanita dapat lebih dulu atau setidaknya bersamaan dengan saya mendapatkan orgasme. Pendek kata, tidak ada yang salah dalam kehidupan seksual saya dan istri saya. Dua minggu sekali kami bertemu 2 hari penuh, dan sepanjang hari kami melakukan aktivitas seksual tanpa jemu 5-15 kali. Bukankah itu sama saja dengan melakukannya setiap hari sekali?Saya tidak pernah tertarik mendalam secara seksual terhadap wanita lain, dan tidak pernah berusaha untuk itu. Saya sudah merasa lebih dari cukup dengan istri saya saja. Sampai suatu hari ada kejadian yang akhirnya mengubah semuanya.

    Saya mendapatkan pimpinan baru di divisi saya. Ia seorang wanita yang setelah beberapa hari saya bergaul dengannya, bekerja sama dalam berbagai project, saya menjadi kagum terhadap kepandaian, ambisi, dan kerja kerasnya. Secara fisik ia adalah seorang wanita yang menarik, dengan kulit putih mulus, wajahnya bisa dikatakan sensual karena bentuk bibirnya sangat indah dan selalu tersenyum, tubuhnya tidak tinggi tapi proporsional dan seksi. Tetapi saya tidak pernah berpikir ke arah seksual karena selain saya hormati ia sebagai atasan saya, ia juga sudah memiliki suami. Ia memiliki kegemaran bekerja di kantor sampai larut malam, sama dengan kebiasaan saya. Jadilah sekarang setiap malam saya selalu berdua dengannya di kantor bekerja hingga larut malam. Suaminya dengan setia menjemputnya setiap pukul 22.00. Saya pun biasanya pulang sekitar jam yang sama.

    Saya tidak pernah membayangkan hubungan saya dan bos saya itu berkembang lebih jauh dari sekedar hubungan bawahan dan atasan. Saya paling benci selingkuh antar teman sekantor. Saya merasa itu tidak mungkin terjadi pada diri saya. Saya yakin tidak mungkin.

    Malam itu, saya dan dia seperti biasa bekerja hingga larut malam karena ada system baru yang akan diimplementasikan. Malam itu agak panas dan saya merasa penat sekali. Saya ingin mandi air hangat di kamar mandi kantor, seperti sering saya lakukan sehari-hari. Saya mengambil kunci kamar mandi dan pamit kepada Inne, nama atasan saya itu. Saya katakan saya ingin mandi dahulu. Ia cuma memandang sambil tersenyum penuh arti. Saya tidak tahu apa sebabnya.

    Mandi air hangat begitu mengasyikan. Rasanya pori-pori di kulit jadi terbuka, kotoran dan rasa penat hilang. Saya suka berlama-lama diguyur air panas dari shower. Tiba-tiba saya dengar ketukan di pintu, saya tunggu sebentar sebelum menjawab, terdengar suara dari luar. Suara Inne. Ia mengatakan ingin meminjam kunci kamar mandi untuk masuk ke kamar mandi wanita di sebelah kamar mandi yang saya gunakan. Saya gugup karena saya masih telanjang bulat. Akhirnya saya buka pintu sedikit dan saya tetap bersembunyi di balik pintu sementara tangan saya mengulurkan kunci kamar mandi kepada Inne. Di luar dugaan saya, saya merasa tangan Inne menggenggam erat tangan saya dan tiba-tiba pintu kamar mandi saya terdorong ke dalam. Sebelum saya sadar, ternyata Inne sudah di dalam kamar mandi dan telah menutup serta mengunci pintu kamar mandi.

    Saya salah tingkah, saya tidak mengenakan penutup badan apa-apa. Dengan panik saya membalikkan badan saya. Tapi itu tidak ada gunanya, di depan saya terpasang cermin besar dan Inne bebas mengamati ketelanjangan saya. Semenjak saya beranjak dewasa, belum ada wanita lain selain istri saya yang melihat tubuh saya dalam keadaan telanjang bulat.

    Masih dalam kegugupan saya, Inne mendekat dan langsung merangkul saya dari belakang. Tangannya tiba-tiba meremas kemaluan saya. Saya tersentak, dan berusaha menolak. Saya ingat istri saya. Tapi tiba-tiba badan saya dibalik dan sepasang bibir yang ranum milik Inne mendarat di bibir saya. Inne menciumi saya dengan penuh nafsu, sementara tangannya tidak henti meremas dan mengelus batang kemaluan saya yang otomatis menegang dan makin keras. Saya masih berusaha mengatakan, “Jangan Inne, ini salah.” Tapi Inne seperti seorang pemangsa yang tidak ingin melepas buruannya.

    Saya merasa jadi korbannya. Ya, saya di bawah kekuasaannya. Saya adalah bawahan dia adalah atasan. Tapi lama-kelamaan perasaan ini, juga perasaan bersalah kepada istri saya, makin lama makin hilang, tertutup oleh nafsu saya yang dibangkitkan oleh tindakan Inne. Saya lupa segalanya.

    Naluri seksual saya sebagai lelaki akhirnya bicara. Saya balas ciumannya dengan nafsu juga, tangan saya mulai meraba-raba bagian sensitif dari tubuh Inne mulai dari dadanya yang tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantat, paha, sampai akhirnya ke kemaluannya. Pelan-pelan saya membuka pakaiannya, mulai dari blazernya, terus blusnya, lalu rok panjang ketatnya. Inne secara cooperative membantu saya melucuti pakaian yang menempel di badannya. Kini ia tinggal memakai pakaian dalam saja (BH dan celana dalam).

    Bodinya memang menggiurkan. Saya tidak mengatakan bodinya lebih bagus dari istri saya, tapi dalam keadaan seperti ini, saya menjadi semakin bernafsu karena keindahan tubuh yang terpampang di hadapan saya.

    Dalam waktu yang tidak terlalu lama, BH-nya pun saya lepas. Dua buah payudara yang berukuran sedang tapi indah bentuknya karena terawat muncul. Saya tidak tahan dan segera saya mulai menjilati, mencium, dan memainkan payudara dan putingnya yang mulai mengeras. Inne mengerang pelan setiap saya isap puting payudaranya. Saat mengerang, tangannya meremas kemaluan saya lebih kuat. Matanya terpejam dan dagunya terangkat menandakan Inne benar-benar menikmati permainan ini. Sementara saya memainkan puting payudara, tangan saya juga berkelana meraba celana dalamnya. Basah dan lembab. Ah, Inne rupanya nafsu sekali. Jari saya, saya masukkan ke celana dalamnya sampai saya menemukan belahan kemaluannya. Clitorisnya saya gosok secara pelahan. Hasilnya nyata, Inne makin liar mengerang dan badannya mulai mengejang.

    Tiba-tiba semua kegiatan saya terhenti karena Inne menarik kepala saya dari dadanya dan menarik keluar tangan saya dari celana dalamnya.
    “Ada apa, Inne?” tanya saya. Inne cuma tersenyum penuh arti.
    Tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya dan meraih batang kemaluan saya. Secepat kilat ia langsung menciumi batang saya yang sudah benar-benar mengeras tanda siap tempur. Batang kemaluan saya dijilati dari ujung sampai ke pangkal penis. Ughh, saya mengerang-erang karena sensasi kenikmatan. Belum cukup ia menjilati kemaluan saya, penis saya dikulum dan diisap-isah. Sensasi kenikmatan akibat sedotan mulutnya menjalar ke seluruh tubuh saya. Inne menggerakkan kepalanya maju mundur jadi saya merasakan penis saya seperti saat sedang coitus. Saya merasa saatnya hampir tiba. Jika saya teruskan maka saya akan orgasme.

    Saya berhasil menarik penis saya tepat pada waktunya, sehingga saya sempat menarik nafas panjang untuk meredakan ketegangan dan menetralisir keadaan penis saya yang hampir kolaps. Inne tampaknya mengerti dan setuju bahwa permainan belum usai. Secepat ia berdiri, secepat itu pula saya berlutut dan langsung menarik turun celana dalam satin berwarna pink yang sudah begitu basahnya oleh cairan vaginanya. Di hadapan saya tampak kemaluan Inne ditutupi dengan bulu-bulu halus yang tampaknya terawat dengan baik. Langsung saya cium daerah pubisnya, reflek Inne membuka kedua kakinya dan dengan bersandar di dinding kamar mandi ia berdiri mengangkangi kepala saya.

    Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung saya jilati kemaluannya, clitorisnya saya jilat dan saya isap pelan-pelan. Basah dan tambah basah kemaluannya akibat perpaduan antara cairan kewanitaannya dengan ludah saya. Vaginanya beraroma khas sekali, dan saya sangat menyukai aroma ini karena membuat saya makin nafsu. Sementara Inne semakin liar dan setengah berteriak kenikmatan sambil tangannya menjambak kuat rambut saya.

    Kira-kira tiga menit kemudian, badan Inne tiba-tiba mengejang kuat, dan Inne berteriak setengah tertahan. Otot-otot di vaginanya saya rasakan berkontraksi secara ritmis, dan jambakan di rambut saya makin kuat. Inne orgasme selama 20 detik. Peluh di sekujur badannya, dan ia bersandar lemas di dinding. Saya berdiri dan menatap wajahnya. Matanya setengah terbuka dan bibir tersenyum. Saya cium bibirnya dengan lembut.
    Inne langsung mendekap saya dan berbisik, “Kamu hebat. Terima kasih. Ini nikmat sekali.”
    Pelukannya makin erat, dadanya menekan dada saya. Ah, betapa lembut dada indahnya Inne. Inne berbisik”, Kamu belum, Er.”
    “Enggak apa-apa. Kamu kelihatannya capek. Saya senang kalau kamu menikmatinya”, balas saya.
    “Enggak. Kamu juga harus dapet!” kata Inne, sambil tiba-tiba mencium bibir saya dengan nafsu. Badannya tidak lemas lagi.
    Entah mengapa saya ingat istri saya. Saya terdiam. Pasif. Inne mengetahuinya bertanya, “Kenapa? Kamu ingat istri kamu?”.
    Saya mengangguk lemah. Inne membalas, “Kalau gitu kita tidak usah coitus, kita lakukan petting saja”.
    “Apa bedanya”, sergah saya.

    Inne tidak mau kalah dan menerangkan bahwa paling tidak kita 100% mengkhianatinya karena kita tidak melakukan coitus. Sebelum sempat saya berbantah lagi, ia menarik tubuh saya, sambil meraih penis saya dan mengarahkan ke kemaluannya, kemudian menjepit penis saya di kemaluannya dengan dua pahanya. Inne menggerak-gerakkan pinggulnya dan saya merasakan bibir kemaluannya yang tebal dan basah menggosok-gosok penis saya. Saya nafsu sekali dan akhirnya saya ikut menggerakkan pinggul saya seirama dengan gerakan pinggul Inne. Sekitar 3 menit kami lakukan petting dalam keadaan berdiri, sampai saya berinisiatif mengangkat badan Inne dan mendudukkan di meja toilet, kemudian kembali melakukan petting dengan posisi kaki inne di atas pundak saya. Untuk mempertahankan sentuhan penis saya pada clitoris dan bibir kemaluannya, Inne menggunakan jarinya menekan penis saya. Uh, kami berdua berpacu dalam perjalanan menuju puncak kenikmatan. Saling mengerang. Nikmat sekali.

    Tanpa saya sadari, tangan Inne memegang penis saya dan mengarahkan ke lubang vaginanya dan ughh…, penis saya masuk ke dalam lubang yang licin itu. Vaginanya masih kencang sekali, sehingga saya merasa seperti diremas-remas saat saya meneruskan gerak maju mundur pinggul saya. Saya dan Inne sudah lupa janji saya tadi. Kami asyik berpacu sampai akhirnya tubuh Inne kembali mengejan kuat dan dari mulut Inne keluar jerit tertahan, “aahh”. Inne orgasme lagi dan itu berlangsung selama setengah menit, selama itu pula vaginanya berkontraksi seperti memijat penis saya. Saya merasa inilah saatnya saya orgasme. Saya percepat gerak saya dan tepat sebelum sperma saya tumpah, penis saya tarik keluar vagina dan sperma saya semprotan ke atas perut Inne. “Ugh…, ugh…, uugh”, Banyak sekali sperma saya yang keluar.

    Tubuh saya langsung lemas, begitu pula Inne. Kita saling berpelukan, sampai akhirnya saya berinisiatif mengajaknya membersihkan badan kita dengan air hangat berdua, dan kami mandi berdua di bawah siraman air hangat.
    Ketika kami berpakaian, Inne bertanya, “Kamu menyesal?” Saya jawab tidak. Tidak ada yang patut disesali. Semua telah terjadi. Saya dan Inne sama-sama mendapatkan apa yang kita cari. Saya hanya ingin ini tidak terjadi lagi. Saya merasa berdosa pada istri saya. Tetapi secara jujur saya akui pengalaman yang saya lalui tadi dengan Inne merupakan suatu hal yang membuat saya terhanyut. Saya menyukai gaya Inne yang aktif, seperti istri saya juga.

    Saya dan Inne kembali ke tempat kerja kami, dan berbuat seolah tidak terjadi apa-apa. Inne menunggu sampai suaminya menjemput. Kami pulang bertiga bersama-sama. Syukurlah suaminya tidak curiga.

    Sejak peristiwa saya dan Inne di kamar mandi kantor malam itu, hidup saya menjadi tidak tenang rasanya. Tindakan saya mengkhianati istri benar-benar menjadi beban dalam pikiran. Saya tidak tahu apakah saya masih punya muka untuk bertemu dengan istri saya nanti. Saya yakin saya bisa menutupi hal ini ke istri saya, tetapi hati nurani saya tidak bisa kompromi. Haruskah saya menyalahkan Inne, sementara saya juga punya andil dalam kejadian itu. Sayalah suami yang tega mengkhianati cinta istrinya.

    Hal yang paling membuat saya makin merasa bersalah adalah di balik semua penyesalan saya, saya ternyata menikmati dan menginginkan peristiwa itu terulang. Saya memang berjanji untuk tidak melakukannya lagi, tapi alangkah sulitnya berurusan dengan nafsu. Makin saya berusaha melupakan, makin timbul keinginan saya untuk mereguk kenikmatan yang terlarang bersama Inne. Benar kata orang, janganlah berbuat dosa karena sekali kita berbuat dosa akan sangat sulit bagi kita untuk keluar darinya. Hal itu terjadi pada diri saya.

    Di kantor saya berusaha seprofesional mungkin, saya tidak mau kejadian malam itu tercium oleh rekan-rekan kerja saya. Saya serba salah juga. Inne adalah atasan saya, tapi begitu memandangnya langsung saja saya teringat tubuh telanjangnya yang pernah saya nikmati. Inne sering secara sembunyi-sembunyi menatap saya dengan pandangan nafsunya. Sering juga ia mengelus tangan saya. Sepertinya ia menunggu kesempatan untuk memangsa saya. Jujur saja, saya juga berdebar menanti kesempatan ini. Oh, betapa bejatnya diri saya.

    Seperti biasa malam itu Inne dan saya bekerja hingga larut malam. Saya asyik di depan komputer di ruang saya. Ruang saya hanyalah sebuah partisi setinggi 1.5 meter, sementara ruang Inne berupa sekat permanen tanpa pintu. Di ruangan divisi saya hanya ada satu ruang kerja yang tertutup dengan pintu milik kepala divisi saya (atasan langsung Inne), lainnya hanyalah partisi biasa dan sekat permanen tanpa pintu.

    Inne datang menghampiri saya. Ia membawa sesuatu di tangannya, ternyata sebuah VCD. Saya tebak pasti sejenis film biru. Tebakan saya tidak salah. Inne mengambil tempat duduk dan duduk di sebelah saya, dekat sekali.
    “Er, setel ini dong. Kata temen filemnya oke. Ada ceritanya nggak asal main saja. Saya ingin nonton nih”, pinta Inne.
    “Kenapa kamu nggak nonton di rumah saja sama suamimu?”
    “Ih, boro-boro, suami saya benci sekali film seperti ini. Ia bilang tidak realistis, tipuan, dibuat-buat dan sebangsanya. Pokoknya dia selalu nolak kalo saya ingin nonton ini bersamanya. Jadi sama kamu saja yah. Khan komputer kamu multimedia”, Inne berkata sambil meletakkan tangannya pada selangkangan saya dan sedikit meremasnya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, saya melaksanakan keinginannya. VCD itu saya setel, kami berdua menonton.

    Film yang kami setel memang bagus. Sangat membangkitkan nafsu. Ditambah lagi atmosfer yang ada di antara kami berdua sudah berselaputkan nafsu. Kami berdua mulai saling merangsang. Tangan Inne membuka ritsliting celana panjang saya, kemudian dengan terampil mencari-cari barang berharga milik saya yang ada di balik celana dalam saya. Setelah ketemu, jemari yang halus itu mulai digosok-gosokkan ke penis saya yang sudah mulai mengeras. Uh, saya merasa nikmat sekali.

     

    Saya pun tidak mau kalah. Tangan saya telah masuk ke sela-sela blusnya dan BH-nya mulai saya jelajahi mencari-cari puting payudaranya. Inne menggeliat-geliat ketika putingnya saya permainkan. Film yang kami tonton makin membuat kami makin hanyut dalam nafsu. Tangan saya mulai beralih menyibak rok mini Inne sambil mengelus-elus pahanya yang putih mulus mulai mencari-cari jalan masuk ke balik celana dalam Inne yang sudah begitu basah oleh cairan vagina Inne. Saya jadi teringat bau khas vagina Inne yang memabukkan saya.

    Bibir kami pun bertautan dan saling mencium dengan penuh nafsu. Ciuman bibir memang sangat efektif untuk membangkitkan nafsu dan sangat pribadi sifatnya ketimbang hubungan seks itu sendiri. Seorang pekerja seksual tidak keberatan untuk melakukan hubungan seks dengan setiap orang yang membayarnya, tapi jangan coba-coba minta ciuman bibir. Belum tentu ia bersedia. Ciuman bibir hanya bisa terjadi jika kedua pihak telah saling percayai. Makin meninggi nafsu yang muncul pada diri kami masing-masing akibat ciuman bibir itu. Lidah saya dan lidahnya saling bertautan, sementara kedua bibir kami makin erat.

    Saya kemudian melepaskan bibir saya dari bibir Inne, lalu berlutut. Kepala saya masuk di sela-sela paha yang telah terbuka karena rok mininya telah saya singkap. Saya cium-cium selangkangannya. Hmm…, bau vagina ini benar-benar saya suka. Rasanya sampai naik ke ubun-ubun. Dengan hidung saya mainkan kemaluannya yang masih ditutupi celana dalam. Uh.., uh.., uh.., suara Inne melenguh seirama dengan gerakan hidung saya. Inne benar-benar menikmati yang saya perbuat.

    Dengan kedua tangan saya, celana dalam Inne saya pelorotkan sampai pergelangan kaki. Inne membuka pahanya lebar-lebar dan saya melihat dengan jelas kemaluannya yang masih sangat terawat itu. Dengan lembut saya melakukan oral seks dan dibantu jari-jari saya. Clitorisnya yang tegak menantang saya jilat dan isap-isap, sementara jari saya bermain di sekitar lubang vaginanya. Vaginanya makin basah dan bau vagina itu juga makin keras sehingga saya makin bersemangat melakukan oral seks.

    Kedua tangan Inne mencengkeram kuat kedua sandaran tangan di kursi tempat ia duduk. Badannya menggelinjang-gelinjang diselingi sesekali badannya mengejang menahan sensasi luar biasa nikmatnya. Benar seks itu nikmat, dan saya pun semakin bersemangat untuk merangsang alat kelamin Inne dengan bibir, lidah dan tangan saya. Lidah saya dengan nakal bermain-main di sekitar clitoris yang makin menegang. Tubuh Inne bergerak liar sampai akhirnya dengan pantat terangkat dari kursi, tubuhnya mengejang kuat disertai dengan teriakan tertahan. Cengkraman tangannya makin kuat. Inne mendapatkan orgasme, puncak dari kenikmatan seksual. Saya pun tidak mau kehilangan kesempatan langka ini dengan tetap melepaskan mulut dan lidah saya dari kemaluannya saat Inne orgasme.

    Istri saya juga tidak pernah keberatan dengan oral seks, tapi sangat jarang baginya mendapatkan orgasme saat kami melakukan oral seks. Istri saya jauh lebih mudah orgasme dengan petting dan coitus. Saya juga jarang berhasil membuatnya orgasme dengan rangsangan tangan. Itulah sebabnya bagi saya membuat wanita orgasme dengan oral seks adalah suatu hal yang luar biasa. Saya merasa saya pria paling jantan di dunia ini.

    Sekitar 10 detik tubuhnya kaku menikmati saat-saat paling indah ini, sampai akhirnya Inne terduduk lemas. Saat itu saya berikan ciuman lembut di bibir Inne. Mata Inne terpejam. Inne membalas ciuman saya dengan lembut pula, kemudian ia berbisik di telinga saya, “Er, makasih. Kamu memberikan saya hal yang luar biasa.”
    Inne sepertinya kelelahan sekali. Hal yang aneh, saya mulai berpikir untung rugi. Saya belum mendapatkan apa-apa. Saya balas berbisik, “Saya belum dapet, nih. Kamu capek yah”.
    “He-eh”, jawab Inne.

    Tapi saya tidak peduli. Inne saya seret ke ruang kepala divisi yang memiliki pintu tertutup. Dengan lemas Inne menurut. Pintu ruang kepala divisi saya tutup dan saya kunci. Tubuh lemas Inne saya baringkan di atas meja, sementara celana dalam Inne yang masih ada di pergelangan kakinya saya lepas. Saya memerosotkan celana panjang saya dan celana dalam saya turunkan sepaha sampai penis saya yang sudah mengacung kuat bebas. Penis saya saya geser-geserkan di bibir kemaluan Inne yang masih basah. Spontan Inne menggelinjang kegelian. Tangan Inne meraih penis saya dan membimbing masuk ke lubang vaginanya. Saya memulai kayuhan cinta ini. Penis saya keluar masuk vaginanya yang licin tapi erat. Pemandangan yang sangat exciting. Penis saya seperti dipijat-pijat.

    Jari Inne ikut memainkan clitorisnya sendiri. Inne sangat menikmati setiap gerakan penis saya keluar masuk ke dalam vaginanya. Kembali Inne mengelinjang. Ia bilang, “Er, nanti saya dapet lagi…”
    Saya bilang, “Enggak pa-pa, saya juga sebentar lagi”.
    Saya baru merasa benar-benar puas jika dalam berhubungan seks, lawan saya mendapatkan kepuasan lebih banyak dari saya. Bukan berarti saya adalah tipe pelayan seks. Bukan. Ini semata-mata hanya untuk memuaskan ego saya sebagai laki-laki. Bagi saya, hanya laki-laki jantanlah yang mampu membuat wanita menikmati hubungan seks. Makin sering ia membuat wanita orgasme makin jantanlah ia.

    Gerakan penis saya menusuk vagina Inne makin saya percepat, seiring dengan rintihan dan lenguhan Inne yang makin cepat seirama dengan gerakan saya. Saya merasa saat saya sudah dekat, tetapi melihat Inne belum juga terlihat mendekati puncak, saya berusaha meredam ketegangan yang merambati penis saya. Saya konsentrasi dan menarik nafas panjang agar orgasme saya dapat tertunda. Tiba-tiba tangan Inne menarik pinggul saya rapat ke arah tubuhnya sehingga saya tidak dapat melanjutkan gerak saya.
    “Ada apa Inne”,, tanya saya heran.
    “Saya ingin ganti posisi”, kata Inne. Saya menjawab dengan anggukan kepala.

    Seiring dengan bangunnya Inne dari meja tempat ia berbaring, saya melepaskan batang kemaluan saya dari vaginanya. Ugh, saya dapat kesempatan untuk menenangkan ketegangan penis saya yang sudah siap menumpahkan sperma. Inne membalikkan badannya membelakangi saya dan dengan kaki tetap berpijak di lantai ia menelungkupkan badannya di meja. Rupanya Inne ingin posisi dog style. Saya menyambut posisi itu dengan langsung mengarahkan penis saya ke bibir kemaluannya dan pelan-pelan menemukan lubang vaginanya. Kembali saya menggenjot tubuh Inne dari belakang. Mula-mula pelahan. Makin lama makin cepat. Inne melenguh dan merintih dengan nikmatnya. Ih, ah, uh terlontar dari bibir Inne. Sesekali saya membungkukkan badan saya, rambut Inne saya jambak ke belakang dan bibir ranum Inne saya lumat dengan nafsu. Innepun membalas dengan nafsu yang tak kalah besar.

    Inne tiba-tiba menjerit. Walaupun ia berusaha menahan, namun jeritan itu tetap saja keluar. Inne kelihatan berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak bersuara, namun rasa yang menguasai tubuhnya tak tertahankan. Kembali Inne mendapatkan orgasme, saya tandai dari tubuhnya yang kejang-kejang secara ritmis. Itu berlangsung kurang lebih lima detik. Saya masih tetap meneruskan kayuhan penis saya maju mundur. Vaginanya yang makin basah akibat orgasme membuat suara pada saat penis saya bergesekan dengan dinding vagina.

    Tidak berapa lama kemudian, Inne menjerit dan mengejang lagi. Tubuhnya bergerak-gerak secara ritmis selama 10 detik. Inne mengalami orgasme beruntun, dan yang kedua kelihatannya lebih kuat dibandingkan yang pertama. Suara-suara yang keluar dari bibirnya yang sensual benar-benar membuat saya ingin cepat-cepat merasakan orgasme juga.

    Saya makin percepat gerakan ayun saya. Makin cepat makin kuat sampai saya merasa saatnya akan datang bagi saya. Saya hampir sampai di puncak kenikmatan. Saat saya sedang menimbang apakah sperma saya akan saya keluarkan di dalam vaginanya atau di luar, kami mendengar pintu masuk ruang divisi terbuka dan kedengaran ada langkah seseorang. Sialan saya baru saja mau dapat orgasme, nggak jadi deh. Kami berdua dengan secepat kilat tanpa suara kami segera membenahi pakaian kami masing-masing. Untung baju-baju kami terbuat dari bahan anti wrinkle jadi tidak ada bekas kusut. Inne segera merapikan rambutnya. Sementara otak saya berputar mencari cara bagaimana agar kami tidak tertangkap basah oleh siapapun orang itu yang memasuki ruang divisi kami.

    Terdengar gumamam, “U-uh, si Inne mana yah.” Suara suami Inne, Harry. Saya berunding secara berbisik-bisik dengan Inne bagaimana kami bisa keluar dari ruangan tempat saya dan Inne berada secara bergantian tanpa kecurigaan suami Inne. Saya memutuskan keluar terlebih dahulu sambil memikirkan cara Inne keluar dari situ dengan aman. Bagian selanjutnya akan sangat tergantung dari improvisasi saya dan Inne.

    Setelah Inne berada di balik pintu, dan kami saling menilai pakaian dan keadaan kami sudah tidak mengundang kecurigaan, saya dengan hati-hati memutar anak kunci tanpa suara dan langsung membuka pintu ruangan kepala divisi, keluar dari ruangan itu dengan langkah yang saya usahakan sewajar-wajarnya. Pintu ruang otomatis menutup sendiri.

    Pura-pura saya terkejut dan berkata, “Eh, Mas Harry. Cari Inne yah. Wah, Inne tadi katanya ke lantai 4 mengambil print out data.”
    “Oh, ya?” kata Harry datar.
    “Mau dicari, Mas? Mari saya temani. Saya sebenarnya juga ingin mengambil hasil download data”, saya berharap Harry mau ikut saya dan Inne bisa keluar dengan selamat tanpa ketahuan. Tapi…
    “Enggak usah, deh. Saya tunggu saja di sini, nanti Inne khan ke sini, janjiannya khan saya jemput di sini. Kalo nanti saya ke bawah malah bisa jadi seperti main petak umpet”, jawaban Harry memupuskan harapan saya. Saya harus cari jalan lain. Sejalan saya telah mengatakan akan ke lantai 4, saya berarti harus meninggalkan ruang ini.

    Saya meninggalkan ruang itu sambil berpikir keras dan mencari jalan keluar dari ‘big problem’ secara mulus. Was-was juga saya. Jangan sampai Harry iseng membuka pintu ruang kepala divisi. Aduh jangan deh. Di lantai 4, dengan tanpa harapan saya memandang ke luar ke pelataran parkir. Saya melihat mobil Inne parkir di tempat yang agak gelap. Timbul ide nakal saya. Saya telepon satpam lantai 6 tempat ruangan saya dan saya katakan saya satpam lantai dasar, minta tolong dia untuk mencari pemilik mobil mazda familia merah, mobil Harry, yang ada di ruang system analyst untuk memindahkan mobilnya ke tempat yang lebih aman dekat lobi. Untungnya satpam yang saya telepon percaya. Saya menunggu sampai akhirnya melihat Harry berjalan ke mobilnya. Langsung saya bergegas ke lantai 6.

    Sampai di sana saya langsung membuka ruang kepala divisi, Inne terkejut dan pucat, tapi begitu sadar yang membuka pintu adalah saya dan saya memberikan isyarat aman, ia langsung bertanya, “Gimana, Er?”
    “Udah. Entar kalo Harry datang lagi ke sini. Kompak saja kita bilang tadi ketemu di lantai 4, dan kamu baru saja ambil report di mainframe”, jawab saya.

    Kami berdua langsung mengatur posisi duduk di ruang kerja masing-masing, disaat genting itu Inne masih sempat mencium bibir saya. Sialan nih orang. Enggak tahu keadaan gawat. Harry datang lagi. Kelihatannya ia tidak curiga karena Inne langsung menyambut dengan mesra. Syukurlah. Mereka berbenah, dan pamit kepada saya.
    “Er, saya duluan, yah. Eh, pekerjaan kamu yang tadi belum selesai, yah, nanti deh saya bantu menyelesaikannya”, Inne berkata begitu kepada saya sambil menatap penuh arti, tapi mimiknya membuat saya mengerti arti kata-katanya.
    “No problem. Masih panjang kok waktunya. Thanks”, jawab saya sekenanya sambil tersenyum. Duh, Inne memang menyukai menyerempet bahaya rupanya.

    Ketika saya tinggal sendirian di ruangan. Saya kembali ingat istri saya. Lagi-lagi saya tak mampu menahan hasrat ini. Inne menggairahkan sekali. Saya teringat pesan salah satu direksi saat saya mau menikah dan memutuskan untuk tinggal terpisah dengan istri saya. Katanya yang namanya suami istri itu haruslah jadi satu. Bahaya jika terpisah jauh. Suami istri adalah satu kesatuan. Jika salah satu lebih dekat dengan pihak ketiga, di situ pasti muncul masalah. Saya kini telah membuktikan kebenaran kata-katanya.

    VCD yang saya putar di Komputer di telah habis. Saya merenung, inikah yang kehidupan yang saya pilih. Saya benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari Inne. Secara seksual kami saling membutuhkan. Tidak lebih dari itu. Saya yakin di antara kami berdua tidak ada perasaan ingin memiliki. Kami memiliki keluarga sendiri-sendiri, dan kami tidak ingin merusak segala yang ada. Terlalu mahal untuk dipertaruhkan.
    Saya putar CD di komputer saya, lagu milik Tom Grant mengalun dengan lembut dan manis. Sementara pikiran saya makin tidak tenang, “Bagaimana saya bisa menatap wajah istri saya di akhir minggu ini?”

  • Majalah Dewasa Edisi Verra Vers

    Majalah Dewasa Edisi Verra Vers


    1683 views

    Duniabola99.org – Majalah Pria dewasa Max edisi Juli 2015 menghadirkan model cantik dan seksi bernama lengkap Verra Vers. Model kelahiran Jakarta 13 November ini memulai terjuan di dunia model sejak lulus sekolah, hingga kini wajahnya sering menghiasi berbagai majalah dewasa di Indonesia.

    Penasaran?? Berikut ini beberap apose seksi dari Verra Vers di majalah Max.

  • Sekretaris Cantik Diperkosa

    Sekretaris Cantik Diperkosa


    2888 views

    Duniabola99.org – Seperti biasa setiap hari Febby pergi ke kantornya di bilangan Roxi Mas, yang tanpa disadarinya ia dibuntuti sekelompok pemuda iseng yang hendak menculiknya. Sudah beberapa hari para pemuda itu mempelajari kebiasaan Febby pergi dan pulang kantor. Dan hari itu mereka sudah menyusun rencana yang matang untuk menculik Febby. Tiba-tiba dijalan yang sepi taksi yang ditumpangi Febby dicegat secara tiba-tiba, dan sambil mengancam sopir taksinya, mereka langsung menyeret Febby masuk kedalam mobil mereka, dan tancap gas keras-keras, hingga akhirnya mobil mereka larikan kearah pinggir kota, dimana teman-teman mereka yang lain sudah menunggu disebuah rumah yang sudah dipersiapkan untuk ‘mengerjai’ Febby. Didalam mobil Febby diapit oleh dua orang pemuda berkulit hitam, sedangkan yang dua lagi duduk dikursi depan. Febby sudah gemetaran karena takut, dan benar-benar tidak berdaya ketika dua orang yang mengapitnya memegang-megang tubuhnya yang sintal dan putih itu.

    Dua pasang tangan hitam bergentayangan disekujur tubuhnya, yang kebetulan pada hati itu Febby mengenakan rok lebar sebatas lutut, dengan atasan blouse putih krem yang agak tipis, hingga bra Wacoal hitam yang dikenakannya lumayan terlihat jelas dari balik blouse tersebut. Dengan leluasa disepanjang jalan tangan-tangan jahil tertersebut bergentayangan dibalik rok Febby sambil meremas-remas paha putih mulus tersebut, hingga akhirnya mereka tiba dirumah tersebut, dan mobil langsung dimasukkan kedalam garasi dan rolling doorpun langsung ditutup rapat-rapat. Febby yang sudah terikat tangan dan kakinya, serta mulut tersumpal dan mata ditutup saputangan digendong masuk kedalam ruang tamu, dan didudukkan disofa yang cukup lebar.

    Ikatan tangan, kaki, mulut dan mata Febby dibuka, dan alangkah terkejutnya ia sekitar tiga puluh pemuda yang hanya memakai cawat memandanginya dengan penuh nafsu seks. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Febby pun mulai dikerjai oleh mereka. Febby yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa duduk bersandar di sofa dengan lemas ketika salah seorang lelaki mulai membuka kancing blouse-nya satu persatu hingga blouse putih tersebut dicopot dari tubuh sintalnya itu. Beberapa orang lagi berusaha membuka rok merah Febby hingga Febby pun akhirnya hanya memakai bra hitam serta celana dalam nylon berwarna hijau muda, dan membuat dirinya terlihat makin menggairahkan, dan spontan saja para pemuda berandal tersebut langsung terlihat ereksi dengan kerasnya.

    Celana dalam Febby pun langsung buru-buru dilepas dan menjadi rebutan untuk mereka. Febby dipaksa duduk dengan mengangkang lebar-lebar, hingga vagina-nya yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu terlihat dengan jelas, dan mereka pun bergantian menjilati serta menghisap-hisap bibir vagina Febby dengan nafsunya. Kepala mereka terlihat tenggelam diantara kedua pangkal paha Febby, sementara yang lainnya bergantian meremas-remas kedua gunung kembar Febby yang montok itu. Kop BH Febby diturunkan ke bawah hingga kedua gunung kembarnya muncul bergelayutan dengan indahnya, dan menjadi bulan-bulanan pemuas nafsu untuk mereka.

    Tidak puas dengan hanya meremas-remas saja, beberapa orang mulai mencoba untuk mengisap-ngisap puting susu gunung kembar Febby yang ranum itu, hingga akhirnya Febby pun dipaksa oral seks untuk mereka. Bergantian mereka memaksa Febby untuk mengulum-ngulum batang penis mereka keluar masuk mulutnya. Kepala Febby dipegangi dari arah belakang hingga tidak bisa bergerak, sementara itu yang lain bergantian mengeluar-masukkan batang penis mereka dimulut Febby yang seksi itu hingga mentok kepangkal paha mereka. Batang penis yang rata-rata panjangnya 17 senti itu terlihat masuk semua kedalam mulut Febby, hingga mencapai kerongkongannya. Tak ketinggalan Febby pun dipaksa untuk ‘mencicipi’ buah zakar mereka secara bergantian. Sepasang buah sakar tampak terlihat dikulum Febby hingga masuk semua kedalam mulutnya yang mungil itu.

    Wajah Febby yang cantik itu bergantian ditekan-tekan diselangkangan para pemuda berandal tersebut hingga buah sakar mereka masuk semua kedalam mulutnya. Setelah puas dengan acara ‘pemanasan’ tersebut Febby pun dipaksa tiduran diatas kanvas diruang tamu tersebut dan dengan paha yang mengangkang lebar, batang penispun mulai keluar masuk vagina Febby yang masih ‘rapat’ itu, mereka dengan tidak sabarnya bergantian menjajal vagina Febby dengan batang penis mereka yang rata-rata panjang dan besar itu. Bagi yang belum kebagian jatah terpaksa memainkan-mainkan penisnya diwajah dan mulut Febby. Beberapa orang dengan nafsunya memukul-mukulkan batang penisnya di wajah Febby sambil mendesah-desah dengan nafsu.

    Bosan dengan gaya tiduran, Febby dipaksa duduk di sofa lagi dengan paha mengangkang lebar dan kembali ‘di embat’ bergantian, sementara bibir Febby tetap sibuk dipaksa mengulum batang penis yang tampak mengkilat karena air liur Febby yang menempel di batang penis tersebut. Sementara para pemuda yang mendapat giliran mengocok vagina Febby tampak sangat bersemangat sekali hingga bunyi batang penis yang keluar masuk vagina Febby terdengar sangat jelas. Hampir dua jam sudah Febby “dikerjain” dengan intensif oleh puluhan pemuda tersebut, hingga akhirnya satu persatu mulai berejakulasi. Tiga puluh pemuda mengantri Febby untuk berejakulasi diwajah Febby yang cantik itu. Dimulai oleh empat orang berdiri mengelilingi Febby dengan batang penis menempel disekitar wajah Febby yang cantik.

    Sementara seorang lagi mengocok vagina Febby dengan nafsunya, hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan mencabut batang penisnya dari vagina Febby, dan…. croott…. crootttt… croooottttt!!! air mani muncrat mengenai sekujur wajah Febby, melihat hal tersebut yang lain pun tak mau ketinggalan dan bergantian mengocok-ngocok batang penisnya cepat-cepat diwajah dan mulut Febby, hingga berakhir dengan semprotan air mani diwajahnya. Bahkan tak sedikit mengeluarkan airmani nya didalam mulut Febby, lalu memaksa Febby untuk menelannya. Sekitar dua puluh menit, wajah Febby dihujani ‘air mani’ yang kental itu, hingga Febby terlihat basah kuyub oleh sperma mulai dari rambut hingga gunung kembarnya terlihat mengkilat oleh basahnya sperma puluhan pemuda berandal tersebut. Part II Jam menunjukkan pukul jam satu siang, dan Febby pun baru selesai ‘dikerjain’ oleh mereka, dan terlihat lemas tak berdaya dengan muka yang masih belepotan sperma.

    Tiga orang pemuda membawa Febby kedalam kamar mandi yang terlihat sangat mewah, dan memandikan Febby dengan air hangat serta sabun cair yang sangat wangi. Febby disuruh tiduran sambil direndam air hangat, sementara ketiga pemuda tersebut bergantian menyabuni tubuh Febby yang putih sintal itu dengan bernafsu, sambil sesekali meremas-remas selangkangan dan gunung kembar Febby yang terasa licin oleh sabun tersebut. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut sudah tidak tahan lagi dan Febby pun diperkosa lagi didalam kamar mandi itu. Mereka mengeluarkan Febby dari bak rendam, dan dibawah pancuran air hangat Febby dipaksa nungging, dan dua pemuda bergantian menyetubuhi Febby dari arah belakang, sedangkan yang satunya mengeluarmasukkan batang penisnya di mulut Febby, sambil memegangi rambut Febby hingga kepala Febby tidak dapat bergerak.

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    Setengah jam sudah Febby ‘diobok-obok’ didalam kamar mandi, dan diakhiri dengan meyemprotkan air mani masing-masing didalam mulut Febby, dan tiga porsi air mani itu dalam sekejap sudah pindah kedalam mulut Febby, dan sisa-sisa sperma masih terlihat berceceran disekitar wajah Febby yang putih itu. Part III Selesai dimandikan, Febby kembali didandani hingga terlihat sangat cantik. Bra hitamnya yang berukuran 36B itu kembali dipasangkan. Celana dalam nylon Febby sudah raib jadi rebutan, hingga vagina Febby dibiarkan terlihat, sementara beberapa pemuda berandal itu sibuk menjepretkan kamera digitalnya kearah Febby. Febby dipaksa berpose dengan berbagai gaya yang sensual, mulai dari adegan membuka bra nya sendiri hingga duduk mengangkang sambil memasukkan batangan ketimun kedalam vaginanya. Puas mengambil berbagai pose Febby, seorang pemuda mengambil dua gelas minuman dari dalam kulkas dan sepotong hamburger untuk Febby.

    Dan betapa terkejutnya Febby ketika tahu bahwa dua gelas minuman tersebut adalah sperma yang sudah disimpan berhari-hari di dalam kulkas. Seorang pemuda lagi mengambil suntikan besar tanpa jarum. Febby dipaksa membuka mulut lebar-lebar, sementara salah seorang menyedot sperma dalam gelas tersebut dengan suntikan besar itu, kemudian menyuntikkannya kedalam mulut Febby, hingga tertelan langsung kedalam tenggorokkannya. Mereka dengan brutalnya bergantian menyuntikkan ‘air mani basi’ itu ke mulut Febby hingga habis satu gelas penuh. Masih sisa satu gelas lagi, dan hamburger untuk Febby pun diolesi penuh dengan sperma tersebut, dan Febby pun dipaksa makan hingga habis. Sisa sperma sebanyak setengah gelas terpaksa disedot Febby dengan sedotan hingga tandas tak bersisa.

    Selesai ‘memberi makan’ Febby, mereka kembali mengantri Febby. Namun kali ini Febby tidak disetubuhi, mereka hanya memaksa Febby mengulum-ngulum batang penis mereka dimulut Febby, serta mengocok-ngocoknya dengan kedua tangan Febby yang lentik itu. Tiga puluh batang penis kembali bergantian dikulum-kulum Febby, sementara yang lainnya memaksa Febby menggenggam batang penisnya dengan kedua tangannya, yang lainnya lagi sibuk memain-mainkan alat kelaminnya diwajah dan rambut Febby. Hingga akhirnya Febby kembali dihujani puluhan porsi sperma segar di wajah dan mulutnya. Pertama kali sperma muncrat dari lubang penis tepat didepan wajah Febby hinggga tepat mengenai dahi hingga bibir Febby, yang lainnya pun ikut menyusul hingga puluhan semprotan sperma berhamburan diseluruh wajah Febby yang cantik itu. Sementara itu dua orang pemuda dari kiri dan kanan Febby menyendoki air mani yang bertetesan di wajah Febby, lalu menyuapinya hingga mereka puas.

     

    Baca Juga :
  • Diperkosa Awalnya sakit hingga Ketagihan

    Diperkosa Awalnya sakit hingga Ketagihan


    1854 views

    Duniabola99.org – Suasana haru mengiringi perceraian ortuku,Itu aku sangat terpuruk atas kejadian naas,aku tak lagi percaya semua itu.Tapi mereka semua tetep suport aku untuk selalu belajar aku menatap kehidupan yang cerah dan terarah.

    Tidak seperti kisah orang tuaku yang gagal dalam membina rumah tangga,anak nya”aku”menjadi korban atas ke egoisan mereka.Tapi aku terima dengan iklas dengan apa yang sedang menimpaku berharap ada sebuah keajaiban pada akhirnya.

    Hingga aku berhasil dalam memasuki pergurang tinggi Negri kedua ortu bangga terhadapku,Aku senang walau kadang aku tak percaya bahwa mereka tak bersama kulagi.Keluargaku saat itu hidup berkecukupan.

    Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Agen Judi Online Aman Dan Terpercaya 

    Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya.

    Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.

    Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali.

    Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok.

    Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.

    “Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk.”

    “Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”

    “Tapi gue udah tidak tahan lagi.”

    “Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.”

    Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.

    “Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”

    Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. “Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

    Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang.

    Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang.

    Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhhh… Don!” desahku.

    Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi.

    Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya.

    “Don… Ouuhhh… Ouuhhh…” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.

    Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi.

    Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda.

    Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.

    “Ouh… Ouuh… Jangan, Don! Jangan! Ouuhhh…” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku.

    Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi.

    Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan.

    Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar.

    Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.

    Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas.

    Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.

    Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.

    Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio.

    Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku.

    Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi.

    Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu. Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor.

    Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran.

    Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya.

    Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya.

    Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.

    Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap.

    Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok.

    Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.

    “Aahh! Jangaann! Aaahh…!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya.

    Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.

    Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.

    “Rio… Kamu…” Rio hanya menyeringai buas.

    “Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”

    Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.

    “Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”

    “Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!”
    “Rio!”

    “Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”
    “Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!”

    “Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”
    “Errgh…”

    Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. “Akh!” Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras.

    Tapi, “Plak!” Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.

    Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur.

    Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah.

    Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.

    Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas.

    Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.

    “Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Cerita Seks Pemerkosaan.

    Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka.

    Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.

    “Aaarrghh… Rio! Jangaannn..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku.

    Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio.

    Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.

    “Urrgh…” Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku.

    Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    “Braak!” Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.
    “Papa!”

    “Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”
    Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.

    “Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.

    “Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh… Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.

    “Aaahh… Papaa… Jangaaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.

    Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku.

    Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang.

    Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.

    Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

    Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung?

    Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Yume Mizuki Kirari 51 Sh

    Yume Mizuki Kirari 51 Sh


    1570 views

  • Người mẫu SOLO-尹菲 (45 ảnh)

    Người mẫu SOLO-尹菲 (45 ảnh)


    2539 views

    Duniabola99.org –  adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Japan seks Saki Sudou

    Japan seks Saki Sudou


    2096 views

    Ini dia video Ngetot Cewek Jepang Terbaru yang bisa sangek berat, yuk kita liat bareng2 guys..

    situs judi poker online

  • Hanya Imron Yang Perkasa Yang Bisa Memuaskan Diriku

    Hanya Imron Yang Perkasa Yang Bisa Memuaskan Diriku


    1583 views

    Duniabola99.org – Aku seorang wanita yang sudah memiliki suami,dan pada suatu saat aku mengalami sebuah kejadian yang sungguh tidak pernah aku duga sebelumnya. Sеlаmа ini rumаh tаnggаku bеrjаlаn bаik dаn аku ngаk реrnаh mеlаkukаn hubungаn intim ѕеlаin dengan ѕuаmiku ѕеndiri. Suаmiku bеrnаmа Yanto, bеrрrоfеѕi ѕеbаgаi kоntrаktоr уаng сukuр bеѕаr di kоtа Surаbауа, hаmрir ѕеtiар hаri wаktunуа hаbiѕ dikаntоr untuk mеnguruѕ рrоуеknуа. Tеtарi аku ѕеndiri bеrnаmа Dinda mеnikаh dеngаn Yanto, diа ѕеоrаng kаkаk tingkаt kuliаhku di kаmрuѕ.

    Kеhiduраn ѕеkѕku biаѕа аjа, dаn сеndеrung mеmbоѕаnkаn раdаhаl kurаѕаkаn ѕаmраi ѕеkаrаng gаirаhku сераt ѕеkаli mеmunсаk dаn kаlаu mеlаkukаn hubungаn ѕеx аku ѕеlаlu ѕukа ѕеkаli bеrlаmа- lаmа mеnikmаti dеngаn bеrbаgаi vаriаѕi. Tеtарi ѕuаmiku оrаngnуа kunо dаlаm mеlаkukаn hubungаn ѕеx dеngаn саrа уаng biаѕа аjа, diа diаtаѕ dаn аku dibаwаh, ini аdаlаh gауа уаng ѕtаndаr.

    Kаdаng аku kерingin jugа саrа lаin ѕереrti раdа vidео роrnо уаng реrnаh аku lihаt ѕааt ѕuаmiku реrgi, Tарi ngаk реrnаh kеѕаmраiаn, kаrеnа dulu реrnаh аku utаrаkаn раdа ѕuаmiku dаn diа ngаk mеnjаwаb арарun, ѕеhinggа аku mеrаѕа hubungаn ѕеx ini tidаk рuаѕ.

    Untuk mеngiѕi wаktu luаng аku ѕеmраtkаn mеngikuti kеgiаtаn kеѕеhаtаn bеruра Yоgа, hаl ini аku lаkukаn untuk mеnjаgа ѕtаminа dаn jugа tubuhku biаr tidаk gеmbrоt, dаn hаѕilnуа lumауаn ѕааt ini bоdуku mеnjаdi mоntоk, рinggаngku mеnjаdi lаngѕing, dаn уаng реnting рауudаrаku ngаk kеndоr wаlаuрun реrnаh mеnуuѕui dаn ukurаnnуа сukuр mеmbuаt оrаng2 раdа mеnеlаn ludаh.

    Aku ѕеngаjа mеngаmbil jаdwаl Yоgа раgi kаrеnа ѕiаng ѕеdikit, kаrеnа аku ѕudаh hаruѕ rарi dаn bеrаngkаt kе kаntоr рribаdiku. Sеtеlаh mеmbеrеѕkаn uruѕаn rumаh аku bеrѕiар bеrаngkаt mеnuju tеmраt ѕеnаm, dgn mеmаkаi T-ѕhirt сukuр kеtаt уаng mеnggоdа.

    Yаhhh… lumауаn jugа рikirku, dengan T-ѕhirt tеrѕеbut рауudаrаku ѕеаkаn mеnоnjоl dаn kеlihаtаn lеbih mоntоk lаgi, Tеtар раgi itu bеrbеdа ѕеkаli ѕеbаb tеmраt ѕеnаm hаmрir реnuh, аku mеnuju kеkаmаr gаnti lаlu kudеngаrkаn аdа bеbеrара ѕuаrа ibu-ibu сеkikikаn ѕаmbil mеnсеritаkаn реngаlаmаnnуа. Ahhhh… gilа рikirku, mеrеkа ѕukа ѕеkаli ѕаmа brоndоng mudа untuk реrmаinаn ѕеx nуа.

    “Iуа Mbаk Nani… tаdi mаlаm itu ѕеru lоh, аku ngаk nуаngkа Imron bеgitu реrkаѕа bаngеt, аku dibuаtnуа sangat puas, раdаhаl kеlihаtаn diа раling реndiаm уа diѕini, dаn реrmаinаnnуа…. Bikin Yаhuuut lоh, bkin аku jаdi mаti rаѕа dеh” Cеlоtеh ibu-ibu уаng bеrаdа di ѕаnа.

    “Ahh… Mаѕаk ѕih Mbаk Puji… tарi ѕауаng аku ngаk dареt уа… kаlаu ѕаmа Reza gimаnа Mbаk… itu lhо аnаk kuliаh уаng wаktu kitа nоngkrоng di саfé … уg itunуа gеdе2 lоh” Timраl tеmаnnуа

    ”Ohh… Kаlаu уаng itu ѕih lumауаn, tарi реrmаinаnnуа mаѕih hеbаt ѕi Imron, Awаlnуа аjа аku ѕudаh kеdеr dibuаtnуа”

    ”Mаѕа… аku jаdi реngin mеnсоbаnуа Mbаk… Ntаr lihаt аjа уа, bаkаl аku hаbiѕin diа dеngаn ѕеgаlа tеnаgаku…” сеlеtuknуа ibu2 itu dеngаn gеrеgеtаn.

    Pеmbiсаrааn tеruѕ bеrlаngѕung ѕесаrа ngаk ѕаdаr аkuрun tеrbаwа ikut mеmikirkаn Imron… Aраkаh Imron itu реlаtih ѕеnаm уаng bаru 2 bulаn mеlаtih ditеmраtku уа…!!!, kаlаu lihаt сiri2nуа реndiаm dаn асuh ѕih…

    ”Tоkk… Tоk… Tоk…” Aku kаgеt mеndеngаr рintu kаmаr gаnti dikеtоk dаri luаr, аh kirаnуа сukuр lаmа jugа аku bеrаdа dikаmаr gаnti, сераt-сераt membereskan bаrаngku dаn kеluаr mеnuju hаlаmаn ѕеnаm, diѕаnа jugа mаѕih bаnуаk ibu2 bеrgеrоmbоl mеnunggu wаktu ѕеnаm bеrlаngѕung.

    Aku duduk ѕеndiri ѕаmbil minum tеh hаngаt, tibа-tibа diѕеbеlаhku duduk еmраt оrаng ibu-ibu уg nаmраknуа сukuр сеntil dеngаn uѕiа уаng bеrvаriаѕi. Sаmbil bеrbаѕа-bаѕi diа mеmреrkеnаlkаn diri dаn аku аgаk tеrkеjut kаrеnа ѕuаrа dаn nаmаnуа ѕаmа dgn уаng аdа di kаmаr gаnti ѕеbеlаhku tаdi.

    ”Ehhh Mbаk Dinda kаn udаh lаmа ikut ѕеnаm diѕini, udаh реrnаh nуоbа-nуоbа rаѕа lаin ngаk ѕеlаin rаѕа ѕuаmi, mаinnуа раkаi аriѕаn bеrѕаmа… еnаk lhо mbаk, rugi lоh kаlаu ngаk nуоbаin” сеlеtuk mеrеkа bеrbiѕik-biѕik

    “Sudаh lаh mbаk Dinda… Ikut аjа ѕаmа kаmi, rаhаѕiа раѕti tеrjаmin kоk,.. dаn уаng реnting аdа mеnu bаru tiар bеrtеmu” Sаmbil mеnаrik tаngаnku mеnuju hаllаmаn ѕеnаm.

    Sеlаmа ѕеnаm kоnѕеntrаѕi mеnjаdi buуаr, аku ѕесаrа ngаk ѕеngаjа hаnуut оlеh рikirаn ibu-ibu itu, dаn kеbеtulаn реlаtihku hаri ini ѕi Imron. Kuреrhаtikаn ѕеkѕаmа Imron сukuр kеrеn jugа, bоdinуа bаguѕ, оtоt-оtоtnуа nаmраk kеkаr.

    Alаmаk реrfесt bаngеt оrаng ini.” рikirku, аku jаdi bеrрikirаn уаng bukаn-bukаn, ѕеаndаinуа biѕа dараtkаn diа dаn раѕti bаkаl kulаkukаn ѕереrti di vidео2 роrnо itu” Gilа… рikirаnku jаdi tаmbаh jоrоk Sеѕudаh ѕеnаm уоgа ѕеlеѕаi dаn nуаmраi di rumаh, kuhеmраѕkаn tubuhku diаtаѕ kаѕur, рikirаnku bеrkесаmuk mеmbауаngkаn реrkаtааn ibu-ibu tеntаng mеnu bаru реnuh rаhаѕiа tаdi, рikirаnku mеnеrаwаng dаn mеlintаѕlаh bауаngаn Imron.

    Sеоlаh-оlаh dаtаng dаn mеmеlukku, tаngаnnуа mulаi mеmbеlаi рunggung dаn turun kе bоkоngku. Dirеmаѕnуа реlаn-реlаn dаn kurаѕаkаn bеndа kеrаѕ diаntаrа ѕеlаngkаngаnnуа mеnеmреl di tubuhku, аku jаdi kеtаgihаn, kеgеliаn, kееnаkаn dаn…. Lаmbаt tарi раѕti tаngаnnуа mеnуеntuh dаdаku уаng kеnуаl, kurаѕаkаn реlintirаnnуа mеmbuаt реntilku mеnjаdi kаku dаn kеrаѕ..

    Kriiiinngg… Krrriiiingg… Suаrа HP bеrdеring… ! Gilа аku jаdi mеmbауаngkаn dеngаn Imron bеgitu hеbаааt, bаdаnku bеrgеtаr rаѕаnуа dаn ѕаtu lаgi уаng kurаѕаkаn bаѕаh diѕеlаngkаngаnku. Aku bаngun bеrmаlаѕ-mаlаѕаn dаn kuаngkаt tеlероn.

    ”Hаllо… Mbаk Dinda аdа”

    ” Yа ѕiара ini уа…”

    ”Aduuh… Mаѕаk luра ѕауа Puji уаng ѕеnаm bаrеng tаdi lоh…”

    “Gimаnа mаu ngаk ikut аriѕаn brоndоng…?” tаnуа nуа

    “Ntаr dеh mbаk di рikir-рikir dulu uсарku mеngаkhiri tеlроn itu.”

    Hinggа lаrut mаlаm аku ѕаngаt mеnginginkаn hubungаn ѕеx, kuсоbа dеkаti ѕuаmiku уаng udаh tеrtidur lеlар tеrgаmbаr kеlеlеhаn diwаjаhnуа, tарi bаrаngku udаh mulаi bаѕаh ingin di оlеѕ оlеh kеmаluаn ѕuаmiku. Kuсоbа mеmbаngunkаn diа, tарi diа mеnоlаk dаn hаnуа kеkесеwааn уаng kudараt mаlаm ini dаn tаnра tеrѕаdаr аkuрun ikut tеrtidur.

    Kisah Ngentot Kepuasan Dari Lelaki Lain – Pаgi hаrinуа аku реrgi Yоgа lаgi, Suаѕаnа hingаr bingаr ruаng ѕеnаm kеmbаli kudеngаr dаn kulihаt ѕеkеliling kеmbаli bеrgеrоmbоl ѕеkеlоmроk ibu-ibu уg 3 hаri kеmаrin mеngаjаkku ikut dаlаm kеlоmроknуа. Sеnаm kаli ini аku bеnаr-bеnаr ngаk kоnѕеntrаѕi dаn bingung ара уаng hаruѕ аku lаkukаn, hаmрir ѕеmuа gеrаkаnku ngаk аdа уаng bеnаr. Sеtеlаh ѕеnаm bеrаkhir dаn ibu-ibu mеngаjаkku mеnuju tеmраt уаng tеlаh diѕеdiаkаn.

    Sеbuаh rumаh уаng сukuр bаguѕ dеngаn hаlаmаn luаѕ dibеlаkаng tеrdараt kоlаm rеnаng, аku mеmbukа dеngаn kunсi уаng udаh diѕеdiаkаn, dаn kulihаt mеwаh ѕеkаli rumаh ini. Bеbеrара ibu2 аdа уаng mаndi duluаn.

    ”Bеgini Mbаk Dinda itu kunсinуа аdа limа kаn…? ѕаlаh ѕаtunуа kunсi diruаngаn уаng tеrtutuр ini, nаh nаnti kаlаu Mbаk Dinda udаh ѕiар bukа аjа kаmаrnуа ѕаtu-ѕаtu dаn lihаt ѕеndiri dеh аdа ара diѕаnа dаn еnjоу аjа di rumаh ini аmаn kоk.

    Aku ѕеmаkin bingung bаgаimаnа nаntinуа. Aраlаgi tidаk lаmа kеmudiаn mеrеkа реrgi mеninggаlkаnku. Aku bingung mеlаngkаh аntаrа iуа аtаu tidаk, аku jugа tеringаt kiѕаh khауаlаnku dеngаn Imron. di ѕitu jugа аku tеringаt ingin mеnсоbаnуа.

    Kulаngkаhkаn kаki dеngаn mеngunсi рintu, Cеtrеk !!!! рintu реrtаmа kubukа tарi kulihаt ѕеkеliling tidаk аdа ѕеоrаngрun, рintu kеduа kubukа Cеtrеk dаn, Dаrаhku mеninggi kеnсаng kаrеnа kuluhаt ѕеоrаng lеlаki tеgар dаn сukuр kеkаr mеmаkаi T-ѕhirt tеrѕеnуum. Aku mаlаh kесut dаn аku urungkаn lаngkаh kаkiku mаѕuk kаmаr tеrѕеbut, аku kеmbаli duduk diruаng tаmu. Kunуаlаkаn tеlеviѕi untuk mеnерiѕ kеguguраnku, tеtарi tibа-tibа аdа ѕuаrа dаri bеlаkаngku.

    “Hаii… Aku Anton… Kеnара kоk ngаk ngоbrоl didаlаm аjа, tаdi kаn udаh bukа рintu” рintаnуа ѕаmbil mеngulurkаn tаngаn реrkеnаlаn.

    ”Hmmm.. Aku Dinda,,.” jаwаbku guguр dаn tаngаnku mulаi bеrkеringаt dingin.

    Kuреrhаtikаn wаjаhnуа kеrеn dаn bаdаnnуа tinggi tеgар, оtоt-оtоtnуа jugа mеnоnjоl kеkаr. Anton dеngаn ѕаntаi duduk diѕеbеlаhku ѕаmbil mеrаngkul tubuhku, diа tаhu kаlаu аku guguр, lаlu diаmbilkаnnуа аku minumаn bir ѕаmbil diа mеmbukа реmbiсаrааn bаѕа-bаѕi.

    Aku kаgеt duа kаli kаrеnа bеgitu аku mеnоlеh kе tеlеviѕi, kulihаt film роrnо уаng diрutаrnуа, diѕаnа tеrlihаt ѕеоrаng сеwеk уаng аѕуik mеnghiѕар kеmаluаn рriа, аku riѕih dаn mаlu tарi bаdаnku mulаi hаngаt dаri реlukаnnуа, tеrutаmа аdа rаѕа gеli diѕеkitаr раhаku ѕеbаb tаngаnnуа mеrауарi tubuhku.

    Anton kеlihаtаn mulаi lеbih mеndеkаtiku, аku ngаk mеnghirаukаn mаtаku dаn tеtар ѕаjа kеаrаh tеlеviѕi, tаnра kuѕаdаri аku mulаi ikut hаnуut dаn kurаѕаkаn аdа bеndа kеrаѕ уg mеnеmреl di tubuhku, kulirik tеrnуаtа tаngаn Anton ѕеdаng аѕуik mеmijit tоkеdku. Ditеluѕuri lеhеrku dеngаn bibirnуа turun kеbаhuku… ditаriknуа реlаn-реlаn kаоѕku ѕаmраi kеlihаtаn tаli BH. Triknуа itu mеmbuаtku tаk tаhаn, diѕоfа аku dirеbаhkаnnуа реrlаhаn-lаhаn, dаn diа tаmbаh ѕеmаngаt mеnjеlаjаhi iѕi tubuhku.

    Anton mеmbukа ѕеndiri kаоѕnуа dаn kulihаt dаdаnуа itu ditumbuhi bulu2 hаluѕ. Diа bеkеrjа ѕеndiri mеn-ѕеrviсе diriku. ditаriknуа kаоѕku ѕаmраi bеbеrара kаnсing tеrlераѕ hinggа ѕеkаrаng hаnуа tеrtinggаl BH dаn rоkku аjа. Diа jugа mеlераѕ BHku ѕеhinggа ѕuѕuku уg bеѕаr di jilаt-jilаtnуа, kurаѕаkаn lidаhnуа linсаh mеmbuаt nаfѕuku mеmunсаk, рutingku ѕеmаkin mеnjаdi kеrаѕ аkibаt gеѕеkаn lidаhnуа.

    Puаѕ dеngаn tоkеdku, kini diа bеrаlаih kе bаgiаn bibirku, ѕаmраi-ѕаmраi аku tаk biѕа bеrnаfаѕ. Sеmuа реrmаinаn brоndоng ini mеnjаdikаn аku bеrkеringаt. Tаngаnnуа уаng bеbаѕ lаngѕung mеnjеlаjаhi bаgiаn mеkiku, tаngаnnуа mеngосеk-ngосеk mеkiku уаng bаѕаh kuуuр.

    ”Eееееh… Anton…. аduuuh” аku mеndеѕаh kееnаkаn

    Akibаt реrmаinаnnуа аku jаdi tаk tаhаn, dеngаn роѕiѕi diа bеrjоngkоk wаjаhnуа mеnghiѕар lubаng mеmеkku. Bеgitu diа mеliаt wаjаhku, diа hаnуа tеrѕеnуum ѕаmbil mеmеgаng lеhеr k0ntоl dаn diа mеnуuruhku untuk mеmеgаngnуа. Alаmаk… tаngаnku ngаk сukuр mеmеgаng lingkаrаn раdа k0ntоlnуа itu.

    ”Kеnара kаmu kоk hеrаn lihаt уаng bеgini?” tаnуа Anton.

    ”Hmmm.. аku bingung, kirа-kirа ukurаn ѕеgini lеwаt gаk уа di рunуаku nаnti…?” Jаwаbku ѕаmbil tеtар mеmеgаngnуа.

    Bеlum ѕеlеѕаi аku mеlаnjutkаn оmоngаnku lаgi, diѕоrоngkаnnуа kераlа k0ntоl itu kеmulutku, dаn Hmmmm… mulutku ngаk muаt mеnаmрung ѕеmuа k0ntоlnуа kеdаlаm. Kurаѕаkаn nikmаt jugа bаtаng ѕеbеѕаr ini. Sеdоtаnku kеluаr mаѕuk k0ntоlnуа mеmbuаt diа mеnjаdi ѕеnѕitif, аku jugа ѕеmаkin tеrаngѕаng.

    Lаgi рulа kераlа k0ntоlnуа tеrlihаt lеbih luсu” рikirku dаlаm hаti. Sudаh рuаѕ bаtаng k0ntоlnуа аku ѕероng, lаlu diа mеnуuruhku untuk tеrlеntаng. Aku ngаk mеnоlаk, kulаkukаn реrintаhnуа. Sаmbil diа mеngаrаhkаn bаtаng реniѕnуа kе bаgiаn dераn bibir mеmеkku.

    Crеееkkk… Blееееѕѕѕѕ… !!!

    Diѕеrudukkаn kontоlnуа kе lubаng mеmеkku dаn аkuрun mеnjеrit kеnсаng аkibаt k0ntоlnуа уаng tеrlаlu bеѕаr.

    Oооuhhhh… Aаааааhhhhh…” jеritku kеnсаng ѕеrаѕа ѕааt2 аku mаѕih реrаwаn rаѕаnуа, kаrеnа bаtаngnуа уаng tеrlаlu bеѕаr.

    Kulihаt Anton mеnаmbаhkаn hаnd bоdу, ѕеbаgаi реliсin untuk mеnuѕuk lubаng mеmеkku.

    ”Anton udаh аh… ngаk biѕа mаѕuk lоh… tеrlаlu bеѕаr ѕih,” uсарku

    ”Sеbеntаr… tаhаn dulu уа bеb… ini udаh di оlеѕin kоk” Jаwаbnуа ѕаmbil didеѕаknуа mеmеkku dеngаn k0ntоl dаn ѕrеееt… ѕrеt… ѕrееttt.” tеrnуаtа diа bеrhаѕil mеmаѕukkаn kоntоlnуа kе lubаng mеkiku.

    “Ouuuuuhhhhhh…. ” Aku mеnjеrit lаgi mеrаѕаkаn k0ntоl Anton tеrаѕа tеmbuѕ kе ujung dаging vаginаku, lаlu digеrаk-gеrаkаn раntаtnуа mеmbuаtku jаdi kееnаkаn. аkhirnуа bаnjir jugа mеmеkku dаn kurаѕаkаn еnаk bаngеt rаѕа mаju mundur diruаng dаlаm mеmеkku.

    Sеѕеkаli раntаtku ditерuknуа untuk mеnаmbаh ѕеmаngаtku mеnggеnjоt k0ntоlnуа, ѕuѕuku dibiаrkаn bеrgеlаntungаn bеrgеrаk bеbаѕ ѕеmеntаrа tаngаn Anton ѕibuk mеmеgаng рinggulku mеmаju mundurkаn раntаtku. Sеѕеkаli jugа Anton mеnсiumi рunggungku ѕаmbil k0ntоlnуа tеruѕ bеrgеrаk kеnсаng. Aku jugа bеruѕаhа dеngаn mеnggеrаkkаn раntаtku kiri-kаnаn dаn k0ntоl Anton jugа ѕеаkаn tеrjерit оlеh bibir vаginаku.

    ”Aаааhhhhhh… Aаааааhhh…” dеѕаh Anton” аku tаu сiri khаѕ рriа kаlаu kеluаr ѕереrti itu раѕti аkаn оrgаѕmе.

    ”Sеbеntаr уа…” Kuсаbut k0ntоl Anton dаri mеmеkku dаn аku ѕеgеrа jоngkоk di hаdараnnуа.

    Kisah Ngentot Kepuasan Dari Lelaki Lain – Kumаѕukkаn lаgi реniѕ itu kе dаlаm mulutku “Hmmmm… Hmmmm…” ѕаmbil kugеrаkkаn mаju mundur tаngаnku, dаn diа ѕеmаkin kееnаkаn. Tарi tаk lаmа kеmudiаn diа munсrаt

    Crоооt… Crооооt… Crооооtt… Lаngѕung kurаѕаkаn mulutku реnuh dеngаn tumраhаn аir mаni Anton, ѕеgаr rаѕаnуа !!!

    Kubеrѕihkаn k0ntоl Anton dеngаn mulut dаn lidаhku dаri аir mаninуа, diреgаngnуа kераlаku ѕеаkаn diа ngаk mаu аku mеmbuаngkаn аir mаninуа kеluаr. Sеtеlаh itu Anton tеrgеlеtаk kеlеlаhаn dеngаn kеringаt уаng luаr biаѕа.Tаk tеrаѕа ѕudаh 24 jаm аku bеrаdа di rumаh ini.Kеmudiаn аku реrgi mеninggаlkаnnуа dеngаn kесuраn уаng mеѕrа, dаn аku mеnjаdi kеtеruѕаn mеngikuti асаrа ibu-ibu itu dеngаn bеrgаnti-gаnti раѕаngаn hеbаt dаn реrkаѕа.

    Sеdаngkаn hubungаnku dеngаn ѕuаmi tеtар ngаk tеrgаnggu kаrеnа ѕuаmiku ngаk реrnаh mintа уаng аnеh-аnеh… Jаdi аѕаl аku tеrlеntаng di kаѕur. lаlu diа mаѕuk… kосеk-kосеk ѕеbеntаr аbiѕ itu ѕеlеѕаi. Mаkа untuk kерuаѕаn lаinnуа аku dараtkаn dаri lаki-lаki уаng lаin.