• Ibu Mertua Sange Ketika Melihat Kontolku

    Ibu Mertua Sange Ketika Melihat Kontolku


    1748 views

    Aku seorang laki-laki biasa, hobiku berolah raga, tinggi tubuhku 178 cm dengan bobot tubuh 78 kg. Aku mempunyai fisik yang ideal untuk seorang pria, tinggi, tegap, padat dan atletis. Tidak heran kalau banyak wanita yang menggoda dan mengajakku tidur karena sex appeal-ku ini. Empat tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugerahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

    Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku pulang naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan rutin berolahraga bersama teman-temannya yang lain. Sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH. Melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih, sering membuatku seperti kehilangan akal sehat.

    Pernah suatu hari selesai Ibu mertua mandi, telepon berdering. Lalu dia pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku yang sedang berolahraga angkat beban di luar, juga bermaksud mengangkatnya. Sesampainya aku di dekat telepon, ternyata kulihat Ibu mertuaku sudah mengangkatnya. Saat itulah aku melihat pemandangan yang menggiurkan. Dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya yang begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku tertegun dan menelan ludah, terangsang melihat kaki Ibu mertuaku. Dalam hati berpikir “Kok, sudah tua begini masih mulus aja ya..?”
    Aku terhentak dari lamunanku begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telepon. Lalu aku bergegas kembali ke luar, meneruskan olahragaku yang tertunda. Beberapa menit setelahnya aku hentikan olahragaku, masuk ke kamar, ambil handuk dan mandi. Saat aku hendak ke kamar mandi, kembali aku melihat pemandangan yang menggairahkan. Melalui celah pintu kamarnya yang tak tertutup, kuintip ke dalam, kulihat bagian belakang Ibu mertuaku yang bugil karena handuknya sudah dilepas dari tubuhnya. Serta merta Kontol ku mulai bangkit, dan gairahku memuncak. Segera kutenangkan pikiranku yang mulai kotor karena pemandangan itu.

    Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Tidak lama Ibu mertuaku menyusul ikutan nonton sambil mengobrol denganku.

    “Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja?” tanya Ibu mertuaku.

    “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana?” tanyaku kembali. Kami mengobrol sampai istriku datang dan ikut bergabung mengobrol dengan kami berdua.
    Besok malamnya, sekitar jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum. Kulihat TV di ruang keluarga masih menyala. Saat itu terlihat Ibu mertuaku ternyata sudah tertidur di depan TV. Ketika aku hendak mematikan televisi, tidak sengaja aku melihat ke arah rok Ibu mertuaku. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya masih begitu mulus, iseng kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging kemaluan yang ditutupi celana dalamnya. Ingin sekali rasanya kupegang dan kuremas gumpalan daging memek Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan Kontol ku langsung ikut bereaksi pelan.

    Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Esoknya aku telat bangun, dan kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah, aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali tertegun dan terangsang menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

    Hari ini aku pulang cepat, di kantorpun tidak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Saat pulang aku tidak melihat Ibu mertuaku, tampaknya dia berada di kamarnya karena pintunya tertutup. Sampai di rumah aku langsung berganti pakaian dengan kaus olahraga, dan mulai melakukan olahraga rutin yang biasa aku lakukan tiap pulang kerja. Sedang asyik-asyiknya aku melatih otot-otot dada dan lenganku, tiba-tiba kudengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Ibu mertuaku. Kusudahi latihanku, dan aku segera bergegas menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar. Kulihat Ibu mertuaku berdiri di atas kasur sambil teriak

    “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.
    “Tikus? Ada tikus di sini Bu?” tanyaku menegaskan.
    “Iya…ada tikus, tolong carikan!” katanya panik.

    Aku pun mulai mencari tikus itu.

    “Lho.. kok pintunya di buka terus? Nanti tikusnya susah ditangkap!” tandas Ibu mertuaku.

    Sambil kututup pintu kamar, kubilang “Mana.. mana tikusnya..?”

    “Coba kamu lihat di bawah kasur atau di sudut sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya. Kuangkat seprei kasur dekat meja rias. Memang ada seekor tikus kecil di situ yang tiba-tiba mencuit dan melompat ke arahku. Aku kaget dan spontan lompat ke atas kasur.

    Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga ya?” Sambil menggerutu pelan kembali kucari tikus kecil itu, sesekali mataku nakal melirik ke arah kaki Ibu mertuaku yang roknya terangkat itu.

    Saat sedang mencari tikus itu, tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat ke arahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, entah disengaja atau tidak, namun kurasakan payudara nya menempel di punggungku, terasa hangat dan kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang sudah mulai kecapaian itu terus kubuang keluar.

    “Udah dibuang keluar belum?” jelas Ibu mertuaku.

    “Udah, Bu.” Jawabku dari luar kamar.

    “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain… soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku.

    “Walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku.

    Aku kembali masuk ke kamar dan mengendus-endus di mana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku. Ibu mertuaku duduk di atas kasur sedangkan aku sibuk mencari. Begitu aku mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba di atas kasur. Aku kaget dan kusentakkan tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya. Aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum penuh misteri dan kembali meraba tanganku. Aku memandang aneh kejadian itu, tetapi kubiarkan dia merabanya terus.

    “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku setelah berkali-kali mencari. Tidak ada sahutan. Lalu tanpa berkata apa pun Ibu mertuaku beranjak dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan mulai panas dingin. Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”

    Rambutku dibelai, diusap seperti usapan seorang ibu pada anaknya. Dipeluknya aku erat-erat seperti takut kehilangan.

    “Ibu kenapa?” tanyaku.

    “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya sambil tersenyum genit.

    “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku.

    “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” rajuk Ibu mertuaku.

    “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan…” alasanku lagi.

    “Cuma apa… ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah tidak ada ruginya kok dibelai sama dia. Siapa juga lelaki yang tidak mau diraba dan diusap-usap sama wanita seksi seperti dia?

    Sambil membelaiku, kulihat pancaran birahi tersiar dari matanya. Aku merasa maklum, dengan kaos olahraga tipis yang melekat di tubuhku, tampilan otot-otot kekar di baliknya pasti terlihat dengan jelas. Hal itu ditopang dengan keringatku yang membekas di kaos itu. Pasti terlihat sangat menggairahkan bagi wanita mana saja yang melihatnya. Kuperhatikan Ibu mertuaku masih terus membelaiku. Belaiannya lalu berpindah, dari rambut terus turun ke leher sambil diciumnya perlahan. Aku merinding menahan geli, sementara tangan halusnya bergerilya menyusuri tubuhku. Kaos olahragaku diangkat dan dibukanya, bukit dadaku diusap dengan sesekali digigiti. Pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku semakin tidak beraturan. Dituntunnya aku ke atas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana. Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”.

    Aku bersikap pasif, tidak membalas tindakan mesra Ibu mertuaku itu. Aku berbaring di atas ranjang dengan posisi terlentang. Ibu mertuaku masih terus mengusap-usap dadaku yang lalu turun ke bagian perutku. Dicium, dijilati, dan terus dielusnya dada dan perutku. Aku menggelinjang geli dan berkata pelan berkata “Bu, sudah ya…”

    Dia diam saja, sementara tangan kanannya mulai masuk ke dalam celanaku. Aku mengeluh pelan. Kurasakan tangan kanannya meraba-raba dan sedikit meremas-remas Kontol ku dari luar celana dalamku. Merasakan hal itu, Kontol ku pun mulai mengeras dan membesar. Sambil terus meremas dan meraba Kontol ku yang sudah tegang, tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku pun beringsut membantunya untuk menurunkan celana pendekku. Tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

    Kontol ku pun sudah berdiri kencang, terus memanjang dan membesar seiring dengan rabaan dan remasan tangan Ibu mertuaku di batangnya.

    “Besar sekali burungmu, Do, panjang pula…!” puji Ibu mertuaku sambil menoleh kepadaku dan tersenyum mesum. Mulut Ibu mertuaku pun mulai beraksi di Kontol ku. Kepala Kontol ku diciumnya, sambil tangan kirinya memijit bijiku. Aku mengeluh, mengerang, dan mendesis nikmat, merasakan gerakan erotis yang dibuat Ibu mertuaku.

    “Ah, ah.. hhmmh… teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku. Ibu mertuaku terus melanjutkan permainan birahinya dengan mengulum Kontol ku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan gerakan mesra Ibu mertuaku.

    Setelah dikulum sekitar 15 menit lebih, aku mulai tidak tahan. “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” erang nikmatku.

    “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku. Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku semakin menggelinjang dibuatnya. Tubuhku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Tak lama tubuhku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang luar biasa, seiring dengan menyemburnya spermaku ke mulut Ibu mertuaku.

    “Aggghhh…oohhh…akkuuu keeluuaarrr…Buu…”
    “Crroootttt… cccrrrroootttt… ccrrrooottttt…”

    Kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan kepala kontol ku dengan kedua tangannya yang berlepotan sperma, memegang batang Kontol ku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi Kontol ku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.

    “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tandas Ibu mertuaku sambil menatap mataku.

    Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaos olahragaku tadi. Aku duduk di ranjang, telanjang bulat dan berkeringat, menghirup minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja riasnya. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan Kontol ku.

    “Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku sambil tersenyum.

    “Ibu cuma pengen aja kok..” balas Ibu mertuaku genit. Diusap-usapnya dengan mesra batang Kontol ku, sambil tersenyum khas wanita nakal.

    Aku belai rambutnya dan kuelus-elus pahanya sambil berkata “Ibu mau juga?” godaku sambil tersenyum. Dia menggangguk pelan, kusudahi minumku dan lalu kucium bibir Ibu mertuaku.
    Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe wanita yang haus akan seks, melainkan dia haus akan kasih sayang. Berhubungan intim pun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti seekor serigala di musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya. Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya. Kulitnya masih mulus, tak seperti kulit wanita seumurannya. Payudaranya masih kencang dan kenyal, perutnya rata dan singset, pinggang dan pinggulnya tampak montok, paha, betis dan kakinya kencang karena sering aerobik dan jogging dengan teman-teman arisannya.

    Kuraba dan kuusap semua tubuhnya dari pangkal paha sampai ke toket nya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium, menjilat, dan membelai setiap senti bagian tubuhnya. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium dan kugigiti putingnya. Kudengar desahan nikmat dan nafasnya yang tidak beraturan. Puas beraksi di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya yang indah itu, serta memainkan ujung lidahku di atasnya dengan putaran lembut yang membuat dia sedikit berkejang-kejang. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku, sementara lidahku melata pelan ke arah memeknya.

    Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, tercium aroma memeknya yang harum lalu kujilati bibir memeknya. “Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suara erotisnya pelan.
    Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding memeknya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti berada di awang-awang. Kujilati klitorisnya dan semua yang ada di daerah kemaluannya. Kusedoti cairan yang membanjir dari memeknya. Kulakukan ini terus menerus, dan kudengar desahan erotiknya yang semakin keras. Beberapa menit kemudian, ketika dia mulai di ambang orgasmenya tiba-tiba dengan tak sabar ditariknya kepalaku dan dia kembali melumat bibirku dengan panas. Dia membalikkan tubuhku dan mulai bergerak merayap ke atas tubuhku. Dipegangnya kembali Kontol ku yang sudah kembali siap menyerang. Lalu diarahkannya Kontol ku yang sudah siap tempur itu ke lobang memeknya…

    Setelah beberapa kali dicoba, ”Blesshhh…” masuk sudah seluruh batang Kontol kuku tertelan memek ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang pantatnya. Dia memutar-mutar pinggulnya, berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dari batangku seperti yang dia mau.

    “Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku. Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan mesra.

    “Aahhh…uuhh…bessarr…banggett…punnyaa…muuhh…Do ohh!” gerakan naik turunnya makin cepat.

    “Ohh…nikmaattt…ahhh…uhhh…dahsyaaatt…” desah Ibu mertuaku terus naik turun menikmati pompaan Kontol ku. Dicakarnya dengan gemas otot-otot kekar di dada dan di perutku….
    “Ohhh…aahhh…miiliikk…Ibu…juggaa…ennakk” erangku penuh nikmat sambil tak lepas kuremas-remas payudaranya.
    “Sempiitt…ohhhh…terusshh…jepiitt buruuunggkuu…ohhh…Buuhhh…” erangku berlanjut merasakan hisapan memeknya pada Kontol ku. Memek Ibu mertuaku memang masih nikmat kurasakan. Walau sudah berumur, rasanya tidak kalah dengan memek para perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. Tampaknya Ibu mertuaku sangat pintar menjaga kemaluannya itu.

    Setelah cukup lama naik-turun keluar-masuk, Ibu mertuaku mulai menunjukkan tanda-tanda.

    “Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang…” kata Ibu mertuaku. Aku mencoba membantunya mendapatkan kepuasan yang mungkin belum pernah dia alami sebelumnya. Gerakannya semakin cepat dari sebelumnya, dan tak lama dia berhenti sambil menarik tanganku agar aku bangkit. Diarahkannya wajahku ke arah payudaranya sambil berujar;
    “Ayyooo Ddoohhh… hisap dan susui toketku…” Kupenuhi permintaannya dengan senang hati. Kuhisap, kujilat dan kugigit gemas payudaranya yang bagus itu. Ibu mertuaku mengerang-erang merasakan nikmatnya perbuatanku itu….

    “Aaaahhh… aahhh… aaahhh… pintaarrsss kamuuhhh Sayanngghhh…”

    Kurangkul tubuhnya lembut dan terus

    menggoyangkan batang Kontol ku yang masih di dalam dengan keras dan bertenaga. Hingga akhirnya…
    “Ahh.. ah.. ahhss..” desah nikmat Ibu mertuaku. Keluarlah cairan kewanitaannya membasahi Kontol ku yang masih terbenam di liang memeknya.

    “Ahhss…ohhhh…nikmaattnya burungmu…Ddoohh!” desahnya lagi sambil tubuhnya yang mengkilat karena keringatnya itu berkejat-kejat, menerima gelombang kenikmatan yang datang menderanya. Kami sama ambruk ke ranjang. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya dan kuelus-elus punggung mulusnya. Dia terdiam dalam dekapanku. Kubiarkan dia menikmati sisa-sisa orgasmenya.
    Setelah kurasa dia sudah cukup beristirahat, kugoda dia lagi

    “Enak ya.. Bu… Mau lagi..?” Dia menoleh dan tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.

    “Kenapa? Kamu juga mau lagi?” canda Ibu mertuaku.

    Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkannya sambil mencium bibirnya kembali. Untuk sesaat kami saling berciuman dengan panas, saling tukar lidah dan ludah. Tangan-tanganku dan Ibu mertuaku bergerak nakal, tetapi tetap dengan gerakan yang lembut menggerayangi tubuh pasangannya. Kami juga tak lepas berciuman dalam posisi ini. Kemudian kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Hanya sebentar aku bermain dalam posisi itu, lalu kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain.
    Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Awalnya dia bingung dengan posisi baru ini. Tetapi untuk menutupi kebingungannya kuciumi tengkuk lehernya dan kujilati kupingnya. Kuputar tubuhnya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang Kontol ku sambil mengocoknya pelan, sementara kedua tanganku memainkan payudaranya. Kemudian kuangkat kaki kanannya dan kupegangi kakinya. Sepertinya dia mulai mengerti bagaimana aku akan bermain. Tangan kanannya menuntun Kontol ku ke arah memeknya, pelan dan pasti kumasukkan batang Kontol ku dan masuk dengan lembut… ”Bleeeppp…” Ibu mertuaku melenguh dan mendesah nikmat, kutarik dan kudorong pelan Kontol ku, sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku.
    Luar biasa nikmat kurasakan pengaruhnya pada Kontol ku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk-keluar, masuk-keluar, semakin lama semakin cepat. Kupegang erat-erat kaki kanannya agar tidak jatuh, kudekap Ibu mertuaku dengan tangan kiriku, sambil kumainkan payudara kirinya. Sesekali kuciumi tengkuk lehernya.

    “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” desahan erotis Ibu mertuaku mulai keras terdengar.

    Cukup lama kupompa memeknya, kurasakan tubuh Ibu mertuaku bergetar.

    “Ibu mau keluar lagi.. Do…” jeritnya. Mendengar kata-katanya, semakin kutambah kecepatan sodokan batangku dan…

    “Acchh…aaahhh…ooochhh” keluarlah cairan ejakulasi dari memek Ibu mertuaku, turun membasahi tangan dan pahaku. Ibu mertuaku berteriak-teriak erotis dalam pelukanku. Tubuhnya berkejat-kejat liar, bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur.
    Sesampainya di kasur kubalik tubuhnya dan kucium balik bibirnya. Kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Dia balas memelukku dan menjepit pinggang rampingku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun tambah cepat membuat Ibu mertuaku semakin meringkih kegelian.

    “Ayo Do, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku.

    “Dikit lagi, Bu..!” sahutku. Ibu mertuaku membantuku keluar dengan menambah gerakan erotisnya. Pantatnya berputar-putar mengimbangi pompaanku. Bermenit-menit kukocok kemaluannya, aku mulai merasakan tanda-tanda. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang, sementara Ibu mertuaku memutar-mutar pantatnya dengan cepat. Akhirnya…

    “Crrootttt… cccrrrrooottttt… ccrrroootttttt….”

    Kuhamburkan seluruh spermaku dalam-dalam ke memeknya. Ada sekitar 7 kali semburan pejuhku ke dalam memeknya.

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku. Ibu mertuaku meresponnya dengan memelukku dengan erat.

    “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan pejuhmu untuk Ibu…” kata Ibu mertuaku sambil tersenyum.

    Kucabut Kontol ku yang sudah kembali ciut ukurannya dari jepitan memeknya, lalu berbaring di sampingnya. Aku terkulai lemas di sisi ibu mertuaku. Kemudian Ibu mertuaku mendekatiku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Tangan halusnya membelai-belai perut sixpackku lalu bergerak turun untuk meremasi batang Kontol ku. Dia mainkan sisa cairan di ujung batangku. Aku sedikit kegelian begitu tangan Ibu mertuaku mengusap-usap kepala Kontol ku yang sudah kembali menciut.Sesaat kami saling bercanda sambil berciuman mesra. Setelah puas, kucium bibir Ibu mertuaku lembut, kemudian pamit keluar kamar untuk mandi. Tak lama ibu mertuaku ikut menyusulku mandi.

    Begitu istriku pulang, kami bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi. Kami bertiga asyik mengobrol dan bercanda-canda. Namun saat kami berpandangan, dapat kulihat sorot matanya menatapku yang seakan-akan ingin mengulanginya kembali bersamaku.
    Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Bayangan Ibu mertuaku yang mendesah-desah nikmat merasakan pompaan Kontol ku ini sering menghiasi mimpi-mimpiku. Saat aku sedang menyetubuhi istrikupun, tetap saja ingatanku melayang ke situ. Kadang kalau aku tak sengaja menatap cermin meja rias istriku, terbayang peristiwa nikmat di hari yang indah itu. Bayangan aku dan Ibu mertuaku yang sedang asyik bergelut menimba gairah birahi.

    Kami saling mencabik, bergelut liar, dan mengerang-erang penuh kenikmatan. Kalau sudah begitu, Kontol ku akan bangun-tegak membesar memanjang-menuntut untuk dipuaskan kesenangan biologisnya. Akhirnya terpaksalah aku beronani untuk meredam kehausan seksual burung kesayanganku ini.
    Sudah empat hari ini Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya dalam acara koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Otomatis aku hanya bisa bertemu dengannya malam saja. Hingga sampai suatu hari. Saat itu Kamis jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.

    Sesampainya di rumah aku bergegas untuk mandi, karena aku sudah mampir dulu di sebuah gym tadi. Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat di kamar mandi ada orang yang mandi. Aku bertanya “Siapa di dalam?”

    “Ibu! Kamu sudah pulang Do..” balas Ibu mertuaku.

    “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk kamar.
    “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.
    Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan ke dapur hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku bermaksud kembali lagi ke kamar, mau ambil pakaian kotor sekaligus ingin mengecek HPku sebelum mandi. Saat lewat kamar mandi, kulihat Ibu mertuaku keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku menunduk mencoba untuk tidak melihatnya, tetapi dia tampak sengaja menubrukku.

    “Kamu mau mandi ya?” tanya Ibu mertuaku kepadaku.

    “Iya, emang kenapa Bu”? tanyaku. Mataku langsung saja tertumbuk pada payudaranya yang putih dan montok itu. Ingin rasanya kujilati dan kususui sepuasnya sampai dia keluar… aku menelan ludahku membayangkan itu.
    Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku, sambil berbisik dia berkata genit “Mau Ibu mandiin nggak?!”

    “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala” candaku.

    “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil mengerling nakal dan menarikku masuk ke kamar mandi.

    Sampai di kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melepaskan kausku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur tubuhku dengan air. Ibu mertuaku melepaskan handuknya dan kitapun telanjang bulat bersama. Matanya bersinar-sinar memandangi tubuh telanjangku, seakan-akan dia ingin menelan habis diriku.

    Melihat tubuhnya yang telanjang, aku spontan menelan ludahku. Kontol ku mulai naik pelan-pelan melihat suasana merangsang seperti itu. “Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertua menggodaku dengan mencubit pelan batang Kontol ku. Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok tubuhku dengan sabun mandi.
    Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya, sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan, aktivitas olahraga, dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia ingin membuat pengalaman mandiku kali ini istimewa.

    Sambil terus bercerita, Ibu mertuaku tetap menyabuniku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Kadang sambil menyabuni, tangannya nakal bergerilya di tubuhku. Dicakarinya bukit dadaku. Kontol ku yang sudah tegang, dipegangnya dan disabuninya dengan lembut.
    Selesai disabun aku guyur kembali tubuhku dan sesudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana, Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum nakal. Kami lilitkan handuk di tubuh masing-masing. Setelah itu ditariknya diriku ke kamarnya.

    Sesampainya di sana, didorongnya dadaku ke atas kasurnya. Dia sendiri langsung mengunci pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Dia dekati aku, lalu dia lepaskan handuk di tubuhku dan tubuhnya. Kontol ku memang sudah hampir total berdiri. Dia langsung bergerak ke arah Kontol ku dan mulai mengulum Kontol ku. Pelan tapi pasti kurasakan batang Kontol ku yang sudah berdiri, tambah mengeras, memanjang, dan membesar seiring kulumannya di Kontol ku. Gairahku pun turut memuncak. Kupegangi kepalanya yang naik turun sambil mendesah-desah nikmat. Mataku merem melek merasakan kulumannya itu.
    Cuma sebentar dia ciumi Kontol ku, sekitar 10 menitan, langsung dia menaikiku kembali. Dia arahkan Kontol ku ke memeknya. ”Sleeppp…slleepp…sslleepp…” tiga kali tusukan, masuk sudah seluruh Kontol ku terbenam dalam memeknya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah rindu sekali ingin melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. Aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang ke awang-awang kenikmatan.
    Tak lama kuubah posisi bercintaku. Aku bangkit, kudekap dia sambil terus memompa Kontol ku dalam-dalam ke memeknya, bibir dan tanganku bermain-main di payudaranya. Desahan nikmatnya tambah keras dan goyangan pantatnya tambah liar merasakan rambahan mulut dan tanganku di payudaranya. Dan efeknya, putaran pantatnya membuatku seperti gila, matanya merem melek keenakan, dan aku jadi tambah bersemangat untuk menyodok memeknya.
    Menit-menit berlalu, gerakannya semakin cepat dan dia bersuara pelan “Oh… oh… ahcch…” tibalah dia ke puncak kenikmatannya. Dan tak lama kemudian tubuhnya menegang kencang dan dia jatuhkan diri ke pelukanku yang sudah kembali berbaring. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan

    “Waduh.. enak banget ya?”

    “He-eh, enak” balasnya.

    “Emang ngeliat siapa di sana sampai begini?” godaku.

    “Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja…” bisik mesranya ke telingaku. Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremasi payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dengan rabaan tanganku di punggung dan pinggulnya, dan kubangkitkan gairahnya kembali.

    Kutidurkan dia, lalu kunikmati kembali sekujur tubuhnya senti demi senti, mulai dari payudara hingga ke pangkal pahanya. Sampai di daerah memeknya, kujilati dinding memeknya sambil memainkan lobang memeknya dengan tanganku. Kujilati klitorisnya, kusedoti cairan memeknya yang mulai membanjir, dan kutusukkan memeknya dengan jari-jariku.

    Ibu mertuaku mendesis-desis seperti kepedasan dan mengeluh nikmat karena gerakanku itu. Terkadang dia membuka dan merapatkan pahanya yang indah untuk mendekap wajahku, seakan-akan dia ingin agar kepalaku masuk ke lobang memeknya. Sekitar 10 menit kumainkan kemaluannya, Ibu mertuaku mulai tidak sabar.

    “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti…” kata Ibu mertuaku.

    Aku beranjak bangun dan menindihnya sambil mengarahkan Kontol ku masuk ke dalam memeknya. Kugesek-gesekkan dahulu kepala Kontol ku di kelentitnya, lalu pelan mulai kumasukkan Kontol ku ke lobang memeknya.

    Sleppp…sleppp… Pelan-pelan aku goyangkan Kontol ku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah Kontol ku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis seperti ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali Kontol ku masuk ke dalam memeknya.

    Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman mesra ke arah bibir Ibu mertuaku. Sambil kuciumi mulutnya, kumainkan kembali payudaranya. Kuraba dan kuremas payudaranya dengan lembut. Sesekali kumainkan juga kelentitnya. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan nikmat dengan matanya yang merem melek.

    Kulihat dia begitu nikmat merasakan pompaan Kontol ku di dalam memeknya. Dia jepit pinggangku erat dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang Kontol ku, yang sejak tadi masih aktif mengocok lobang memeknya. Kedua tangannya memainkan rambut dan puting dadaku, sementara aku asyik menjilati lehernya. Cukup lama kami bermain, gerakan Ibu mertuaku bertambah liar.

    “Aku nggak kuat, Do..” desah ibu mertuaku. Tak lama kemudiannya, tubuhnya mulai kejang-kejang. Rupanya dia sudah mendekati puncaknya.

    “Ahhh…ohhh…Dohh…aku keluarrrr…” erang nikmat Ibu mertuaku.

    Pelukannya mengetat, dijambaknya rambutku yang membasah karena keringatku dengan tangan kanannya, dan dicakarnya punggungku dengan tangan kirinya. Dibenamkan wajahnya di dada bidangku. Digigitinya putingku, dan dihisapnya lembut. Lalu kurasakan batangku tersiram cairan memeknya yang meleleh karena orgasmenya yang kedua. Aku hentikan pompaanku di memeknya, kuberikan kesempatan dia untuk istirahat sejenak setelah keluar tadi.

    Setelahnya kuminta dia berganti posisi. Kali ini aku memintanya untuk menungging. Aku ingin menggaulinya dengan gaya doggie style. Ibu mertuaku tersenyum mendengar permintaanku.

    “Ohh…Puasin Ibu Doh…!”

    “Iya buh!” jawabku parau. Begitu dia menungging, kusaksikan pemandangan yang luar biasa dari posisi ini. Pantat Ibu mertuaku yang begitu bulat dan montok, begitu terawat berkat ketekunannya berolahraga dan minum vitamin, lobang kemaluannya yang begitu menggoda, dengan rambut kemaluannya yang terpotong rapi. Glekk… kutelan ludahku melihat pemandangan indah itu.

    Kujilati sebentar daerah kemaluan dan lobang anusnya itu. Kujilat dan kusedot-sedot memeknya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan lidah dan jari-jari tanganku secara bergantian. Ibu mertuaku mendesah-desah nikmat merasakan kenakalan tangan dan mulutku itu.

    “Ayyyoohhh…Ddohhh…Cepetannn masukiiinnn burungmuhh ituhhh…” Ibu mertuaku memohon dengan nada memelas. Sebenarnya aku masih ingin bermain di daerah miliknya, tapi khawatir istriku akan pulang sebelum perbuatan mesum kami ini selesai. Kuposisikan Kontol ku ke arah memeknya. Kumasukkan perlahan demi perlahan Kontol ku ke dalam miliknya. Sleeppp…sleep…bleeppp…masuk sudah seluruh Kontol ku tertelan memeknya, dan mulai kupompa dia.

    Tak lama kurasakan memeknya mulai membasah, seiring dengan semakin cepatnya pompaan Kontol ku di memeknya. Desah dan rintih penuh kenikmatan mulai terdengar kembali dari mulut kami berdua, seiring dengan meningkatnya intensitas persetubuhan itu. Keringat deras mulai bercucuran di sekujur tubuhku, dan beberapa di antaranya berjatuhan di tubuh Ibu mertuaku, yang juga sudah licin oleh keringatnya sendiri.

    “Dohh…ohhh…ahhh….ennaakkk…terusss…” desah nikmat Ibu mertuaku merasakan pompaan Kontol ku yang semakin cepat dan liar di memeknya. Kuremas-remas payudaranya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan jari tengahku.

    “Ohhh…aahhh…asshh…beginihh…Buhhh…?” tanyaku sambil terus memompa, sesekali menghujam-hujamkan Kontol ku hingga melesak jauh ke dalam memeknya.

    “Oohh…ahhh…Iyaahhhh…kaya…gituuhhh…” balas Ibu mertuaku, penuh kenikmatan. Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku. Hampir sejam sudah kami bergelut, bermandi keringat, lalu…

    “Acchh.. sshh.. ahhh.. ohhh” desah Ibu mertuaku sambil menjepit erat-erat Kontol ku dalam memeknya. Keluar sudah cairannya membanjiri Kontol ku. Semenit kemudian ketika aku hampir keluar, kutekan dalam-dalam Kontol ku ke dalam memeknya. Dengan jeritan yang keras, kuhamburkan spermaku keluar dan masuk ke dalam memek Ibu mertuaku.

    “Crrroooottttt… ccrrrrooottttt…. Cccrrrrrooottttt….”

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. oohh…nikmatnya” desahku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya spermaku benar-benar banyak keluar, membasahi lobang dan dinding memek Ibu mertuaku. Untuk sesaat kami masih mempertahankan posisi seperti ini, sambil merasakan sisa-sisa nikmatnya orgasme. Aku terus memegang erat pinggulnya erat-erat sambil sesekali menekan Kontol ku dalam-dalam, memastikan tak ada spermaku yang tersisa di kepala Kontol ku. Lalu kutarik Kontol ku dari dalam memeknya.

    Kuperhatikan spermaku dan cairan birahinya, meluap keluar dari lobang memeknya saat kutarik Kontol ku dari sana.

    “Mungkin nggak ketampung makanya tumpah” komenku dalam hati.

    Ibu mertuaku langsung berbalik posisi dan berbaring disusul aku kemudian. Dia langsung merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk diriku mesra. Tangannya membelai-belai dadaku dan puting-putingnya. Sesaat kami masih saling bercanda, sambil berciuman mesra, dan meremas anggota seksual pasangannya. Sesudahnya aku beranjak bangkit, pamit ke kamar mandi lalu mandi lagi.Kubersihkan sekujur tubuhku dari sisa-sisa keringat dan sperma di Kontol ku. Ibu mertuaku pun menyusul mandi tak lama kemudian.

    Setelah peristiwa nikmat yang kedua di hari itu, hubunganku dengan Ibu mertuaku menjadi tambah mesra saja. ‘Kuhajar’ dia di mana saja, di kamar mandi, kamarnya, kamarku, dapur, dan di ruang tamu kalau suasananya mendukung. Kadang kalau lagi nafsu-nafsunya dia sering mengajakku bercinta secara kilat di mana saja dia mau. Sebenarnya aku berusaha menghindar untuk berkencan lagi dengannya, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu.

    Aku selalu terangsang dengan kemolekan tubuh, kemampuan oral, dan jepitan memeknya. Sebaliknya dia tergila-gila dengan tubuh atletis, ukuran burung, dan keperkasaanku di atas ranjang. Hubungan mesum kami terus berlanjut selama enam bulan ke depan, hingga akhirnya dia memutuskan pindah dari rumahku. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksudnya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berperasangka negatif bahwa dia tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

  • Setelah Puas Dengan Istri Ipar Pun Di Hajar

    Setelah Puas Dengan Istri Ipar Pun Di Hajar


    1748 views

    Duniabola99.org – Aku memang ketagihan bermain cinta dengan wanita setengah baya alias STW. Ada lagi pengalaman nyata yang kualami. Pengalamanku menaklukkan kakak iparku yang pendiam dan agak religius. Entah setan mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan orang baik-baik kedalam neraka nafsu.

    Kejadiannya begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Padang. Uni Tati kakak tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala cabang di Padang, Uni menginap dirumah kami.

    Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari

    Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Uni karena orangnya pendiam. Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku.

    Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Uni Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Uni. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

    Kuatur jebakan untuk memancing Uni. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Uni dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Uni. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.

    Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri.

    Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang. “E..eee…maaf Uni, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu. Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Uni terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

    Dengan tenagnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali lagi memohon maaf.
    “Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumha ini,” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.

    Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas meninggalkanku sambil berkata “i…i…iya , tidak apa-apa…..”. Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku. Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas smengetok pintu kamar Uni. “Ada apa Andy,” ujar Uni setelah membuka pintu. Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. “Uni, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.

    “Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati, sungguh Uni malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.

    “Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Uni sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Uni seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan. Aku jadi ngak tega. Kudekati Uni dan kuberanikan memegang pundaknua seraya menenangkannya.

    “Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja.

    Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Uni diam saja. Mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.

    “Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Uni sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran…putting susu sebelah kiri. Uni menggeliat.

    Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Uni menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.

    Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku……..Uni masih diam.

    Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher…perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil…turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku….turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai keujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

    Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Uni tiba-tiba berteriak ,” Ahhhhhhhh……..”

    “Kenapa Uni….Sakit?,” tanyaku. Uni hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,” katanya.

    Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku kelobah surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin menggelinjang.

    Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme , gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Uni meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.

    Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku. “Jangan keluarin didalam ….aku lagi subur,” suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
    Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik Uni cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Uni menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.

    Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.

    “Andy…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Uni rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.

    Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Uni nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

    “Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Uni masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Uni sebelum kami sama-sama tertidur pulas.

     

  • Hot Milf Gets Nasty In Two Massive

    Hot Milf Gets Nasty In Two Massive


    1748 views

  • Nerdy teen Kay J peels off see thru panties and socks before masturbating

    Nerdy teen Kay J peels off see thru panties and socks before masturbating


    1747 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang
    begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD
    disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari
    model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap
    harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Video Bokep Jepang Melayani Kedua Kakakku Yang Sedang Sange

    Video Bokep Jepang Melayani Kedua Kakakku Yang Sedang Sange


    1747 views

  • VIdeo Bokep Ngentot Dengan Tante Silvi Yang Bohay

    VIdeo Bokep Ngentot Dengan Tante Silvi Yang Bohay


    1747 views

  • HENTAI 033

    HENTAI 033


    1747 views

  • Ngentot Dengan Sekretaris Kantor

    Ngentot Dengan Sekretaris Kantor


    1746 views

    Duniabola99.org – Cerita ini bermula ketika aku ingin menemui klien ditemani dengan sekertarisku yang cantik dan seksi. bagaimana cerita ini bermula ? mari kita simak saja…

    Siang hari saudah waktunya makan siang kami mencari café yg letaknya dekat dgn kantorku , waktu itu aku ditemani oleh pak Hari, dan sekretarisku namanya Dina, hari hari sebelumnya aku sering makan berdua dgn Dina tapi kali ini karena pak Hari ingin membicakan sesuatu akan proyeknya maka dari itu kami makan bertiga. Langitpoker
    Aku dan Pak Hari berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yg diperlukan. Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yg lama, yg sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yg terus berkembang. Sedangkan Dina sibuk mencatat pembicaraan kita berdua.
    Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yg kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Dina.
    “Hallo Pak Radit. Kapan nih kesini lagi” suara merdu terdengar diseberang sana.
    “Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya” jawabku.
    “He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak” Dina menggoda.
    “Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya” kataku sambil menutup pembicaraan.
    “Dari klien” kataku.
    Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dgn Dina tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arif, suami Dina, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arif ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.
    Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Dina bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah..
    Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..
    Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Dina. Hari sudah menjelang sore. Baygkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayaangganku, dan memencet bel rumahnya. Dina sendiri yg membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku.
    “Aih.. Pak Radit kok lama sih” katanya.
    “Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada” candaku.
    “Bisa aja Pak Radit..” jawab Dina sambil tertawa kecil.
    Dia tampak cantik dgn baju “you can see” nya yg memperlihatkan lengannya yg mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku “asingkan” di negeri tetangga.
    Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Dina menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi.
    Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Dina yg cantik, dahagaku yg lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Dina, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia.
    Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
    “Pak.. Dina ada hadiah nih untuk bapak”
    “Apaan nih?” jawabku senang.
    “Ini ada teman Dina yg mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget.”
    Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dgn seorang wanita, Nella, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Nella menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
    “Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yg sebesar punya Pak Radit” kata Dina sambil meraba-raba kemaluanku.
    “Saya sih OK saja” jawabku riang.
    “Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Radit suamiku” kata Dina sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.
    Aku dan Dina kemudian meluncur menuju rumah Nella di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang.
    Tak lama kamipun sampai di rumahnya yg luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi.  Dinapun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dgn majikannya. Nella menyambut kami dgn ramah.
    “Ini perkenalkan suami saya”
    Seorang laki-laki paruh baya dgn kepala agak botak memperkenalkan diri. Namanya Heri, seorang pengusaha properti yg sukses. Dinapun memperkenalkan diriku pada mereka.
    Aku kagum pada rumah mereka yg sangat luas. dgn perabot-perabot yg mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yg tergantung di dinding. Baygkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yg sangat wah itu.
    Tetapi aku lebih kagum melihat Nella. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yg putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir.
    Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dgn buah dada yg besar dan bentuk tubuh yg padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.
    Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yg disediakan. Ditengah makan malam itu, Dina pamit untuk ke toilet. dgn matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia.
    “Pak, habis ini pulang aja yuk” kata Dina berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan.
    “Kenapa?” tanyaku.
    “Habisnya Dina nggak nafsu lihat Pak Heri itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi”.
    Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Dina. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Heri yg cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Dina untuk kembali ke ruang makan.
    Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan.
    Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat tampak Nella melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.
    Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Heri mulai mengeraygi tubuh Dina di sofa seberang. Sedangkan Dina tampak ogah-ogahan melayaninya.
    “Sebentar Pak.. Dina mau lihat filmnya dulu”
    Aku tersenyum mendengar alasan Dina ini. Sementara itu Nella minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV.
    Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yg seperti ini, mengingat tubuh Nella sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.
    Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Nella sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.
    “Ampun non.. Sri nggak sengaja” si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Nella yg cantik itu.
    “Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!” bentak Nella.
    “Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu..”
    Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Nella menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah.
    Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Nella yg sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.
    “Dasar bedinde.. Verveillen!!” Nella masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya.
    dgn tubuh yg putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Nella berdiri di depan pembantunya yg kecil dan hitam.
    “Ampun non.. Nggak akan lagi non..”
    “Oh Pak Radit..” kata Nella ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.
    “Sedang sibuk ya?” godaku.
    “Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu” jawabnya sambil tersenyum manis.
    “Yuk kita kembali” lanjutnya.
    Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Dina masih menonton adegan di layar sementara Pak Heri mengelus-elus pahanya. Aku dan Nellapun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan “french kiss” dan Nellapun menyambut penuh gairah.
    Kutelusuri lehernya yg jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yg membusung padat. Nellapun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yg masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku.
    Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
    “Oh..my god.. Bener kata Dina.. Very big.. I like it..” katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
    Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya.
    Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dgn tangannya yg halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yg baru mendapat mainan baru.
    Kemaluankupun mulai dihisap mulut Nella dgn rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Nella mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yg sedang memakan sesuatu yg sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yg hitam dan diikat ke belakang itu.
    Sambil menikmati permainan oral Nella, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Dina. Tampak Dina mengocok kemaluan Pak Heri dgn cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Heri saat dia mencapai orgasmenya. Dinapun kemudian meninggalkan Pak Heri, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.
    Sementara itu Nella masih dgn bernafsu menikmati kemaluanku yg besar. Memang kalau kubandingkan dgn kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Heri sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yg buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.
    Tak lama Dinapun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Nella masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Dina duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya.
    Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yg lainnya di bawah. Sementara Pak Heri tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yg sudah loyo.
    Kuangkat baju Dina dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yg satu meremas buah dadanya yg lain. Sementara Nella masih mengulum dan menjilati kemaluanku.
    Setelah puas bermain dgn kemaluanku, Nella kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berDinan dan hak tingginya saja yg masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dgn puting yg kecil berwarna merah muda.
    Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Dina. Nella kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dgn bergairah.
    “Ayo isap susu ik ” pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yg kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Nellapun mengerang kenikmatan.
    Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yg berambut tipis itu.
    Kamipun bersetubuh dgn tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yg masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yg cantik itu.
    “Eh.. Eh.. Eh..” dengus Nella setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yg mulus.
    Sementara itu Dina bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Nella. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Nella untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Dina memasukkan kembali kemaluanku ke dalam Dinang surga Nella.
    Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Nella untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia “doggy-style” sampai kalung berDinan dan buah dadanya yg besar bergoyg-goyg menggemaskan.
    Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Dina yg dgn lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
    “Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That’s right.. Aha.. Aha..” begitu erangan Nella menahan rasa nikmat yg menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.
    Sementara Pak Heri rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Dina dan ditariknya menuju sofa yg lain di ruangan itu. Dinapun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Heri bisa menikmati “istriku”.
    Sementara itu, aku masih menggenjot Nella secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yg berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Heri tampak bernafsu sekali menyetubuhi Dina dgn gaya missionary.
    Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Heri. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yg kedua kalinya.
    Dinapun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Nella dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yg sempit itu.
    “Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock..” Nella terus meracau kenikmatan.
    Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali.
    Sementara, aku lirik ke arah Pak Heri, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Nella dgn tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dgn tangan kananku.
    Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Nella. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berDinannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
    “Thanks Radit.. I really enjoyed it” katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.
    “No problem Nella.. I enjoyed it too.. Very much” balasku.
    Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yg disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam waktu dekat.
    Dalam perjalanan pulang, Dina tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dgn pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.
    “We’re in this love together..”
    “Kenapa sih sayaangg?” tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.
    “Pokoknya Dina nggak mau lagi deh” katanya.
    “Habis Dina nggak suka sama Pak Heri. Udah gitu mainnya cepet banget. Dina nanggung nih.”
    Akupun tertawa geli mendengarnya.
    “Kok ketawa sih Pak Radit.. Ayo.. Tolongin Dina dong.. Dina belum puas.. Tadi Dina horny banget lihat bapak sama Nella make love” rengeknya.
    “Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang”.
    “Ah.. Pak Radit jahat..” kata Dina merengut manja.
    “Besok khan masih ada sayaangg” hiburku.
    “Tapi janji besok datang ya..” rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.
    “OK so pasti deh.. Bye”
    Sebenarnya aku tidak ada janji dgn siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Dina setelah dia disetubuhi Pak Heri tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arif toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.
    Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus taygan HBO di TV nanti.
  • Cerita Memek Nafsu Seksnya Bu Guru Pengganti Bernama Lisa

    Cerita Memek Nafsu Seksnya Bu Guru Pengganti Bernama Lisa


    1746 views

    Cerita Memek – Waktu itu aku masih kelas dua, di salah satu SMA Negeri di Bandung. Aku termasuk salah satu siswa dengan segudang kegiatan. Dari mulai aktif di OSIS, musik, olah raga, sampai aktif dalam hal berganti-ganti pacar. Tapi satu hal yang belum pernah kulakukan saat itu hubungan kelamin Sering kali aku berkhayal sedang berhubungan badan dengan salah satu wanita yang pernah menjadi pacarku. Tapi aku tidak punya keberanian untuk meminta, mengajak ataupun melakukan itu. Mungkin karena cerita sahabatku yang terpaksa menikah karena telah menghamili pacarnya dan sekarang hidupnya hancur lebur. Itu mungkin yang bikin kutakut, setengah mati. Tapi aku menyukai rasa takut itu, bukankah rasa takut itu yang bisa menjauhkan aku dari perbuatan dosa.

    Suatu saat, datang gerombolan guru praktek dari IKIP Bandung yang akan menggantikan guru kami untuk beberapa minggu. Salah satu dari guru praktek itu bernama Lisa. Dia begitu cantik, ah bukan bukan cantik tapi dia sempurna. Peduli setan dengan matematika yang diajarkannya, aku hanya ingin menikmati wajahnya, memeluk tubuhnya yang tinggi semampai, mengecup bibirnya, dan aku pun berkhayal sangat jauh, tapi semua itu tidak mungkin. Dengan pacarku yang seumur denganku saja, aku tidak berani, apalagi dengan Lisa.

    Singkat cerita, aku melaju dengan motorku. Hari sudah sore aku harus cepat sampai di rumah. Dalam perjalanan kulihat Ibu Lisa. Aku memberanikan diri menghampirinya. Setelah sedikit berbasa-basi dia bercerita bahwa dirinya baru saja pindah kost dan tempat kost yang sekarang letaknya tepat di tengah-tengah antara sekolahku dengan rumahnya. Sehingga setiap sore aku mengantarkannya ke tempat kost-nya. Kejadian itu berlangsung setiap hari selama satu minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, bahkan nantinya terlalu akrab.

    Seperti biasanya, aku mengantarkan Ibu Lisa pulang ke kost-nya. Anehnya saat itu, dia tidak ingin langsung pulang tapi mengajakku jalan-jalan di pertokoan di daerah Alun-Alun Bandung. Setelah puas kami pun pulang menuju ke kost Ibu Lisa. Dan ketika kupamit Ibu Lisa memegang tanganku dan.

    “Jangan dulu pulang, dong!” Ibu Lisa menahanku, tapi memang inilah yang selama ini kuharapkan.

    “Udah malam Bu, takut entar dimarahi.” Perkataanku terhenti melihat dia menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.

    “Jangan panggil aku Ibu Lisa, coba tebak berapa umurku?” ternyata umurnya terpaut lima tahun dengan umurku yang saat itu 17 tahun.

    “Panggil aku Lisa.” Aku hanya menganggukkan kepalaku.

    “Sini yuk, aku punya baju baru yang akan aku pamerkan kepadamu.”

    Ditariknya tanganku menuju kamarnya, jantungku mulai berdetak kencang.

    Sesampainya di kamar, dia menyuruhku duduk di depan televisi yang memperlihatkan pahlawan kesayanganku, McGyver. Lisa kemudian menghampiri lemari pakaian di samping televisi.

    “Aku punya tiga buah baju baru, coba kamu nilai mana yang paling bagus.”

    Kujawab dengan singkat, “OK!” lalu kembali aku menonton McGyver kesayanganku. Walaupun mataku tertuju ke pesawat televisi, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa dia dengan santainya membuka baju seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras. Lisa hanya menyisakan BH berwarna hitam dan celana dalam hitam. Dia melakukan gerakan seolah sedang mencari pakaian di tumpukan bajunya yang tersusun rapih di dalam lemari. Fontana99

    “Aku tidak bisa menemukan baju baruku, kemana ya?” Aku hanya terdiam pura-pura menonton TV, tapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang hanya tertutup kain tipis. Sesekali dia membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihat dua buah benda yang menggunung di balik BH-nya. Akhirnya dia mengenakan gaun tidur berwarna pink yang sangat tipis, Lalu dia menghampiriku, dan kami berdua duduk berhadapan.

    “Kamu kenapa, kok pucat”, aku terdiam.

    “Kamu takut ya?” Aku tetap terdiam.

    “Aku tau kamu suka aku.” Aku terdiam.

    “Hey, ngomong dong.” Aku tetap terdiam.

    Dalam kediamanku selama itu aku menyimpan sesuatu di dadaku yang berdetak sangat kencang dan keras serasa ingin meledak ketika dia menempelkan bibir mungilnya ke bibirku. Dia melumat bibirku, sedikit buas tapi mesra. Aku mulai memberanikan diri untuk membalasnya. Kugerakkan bibirku dan kulumat kembali bibirnya. Tak lama kemudian, telapak tangan lisa yang hangat meraih pergelangan tanganku. Dibawanya tanganku ke arah buah dadanya. Jantungku saat itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil, tapi aku dapat merasakan betapa kencangnya kedua gunung surga itu. Lidah kami pun mulai bermain.

    Tiba-tiba dia mendorongku, terus mendorongku sehingga aku telentang di atas karpet kamarnya. Aku hanya menurut dan tak bergerak. Lisa membuka baju tidurnya yang tipis. Kali ini dia tidak berhenti ketika hanya BH dan CD-nya saja yang melekat di tubuhnya, tapi BH-nya kemudian terjatuh ke karpet. Belum sempat aku bergerak, Lisa menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.

    “Kamu suka, ya?” aku mengangguk. Aku tak kuasa menahan diri, ketika aku mengangkat kepalaku untuk melumat bibirnya kembali, dia menahan kepalaku, aku heran. “Ke.. ke… kenapa Lis?” kataku terbata-bata. Dia hanya tersenyum, lalu dengan santainya dia memanjat turun tubuhku. Aku hanya terdiam, aku tidak berani bergerak. Aku bagaikan seorang prajurit yang hanya bergerak berdasarkan komando dari Lisa. Dia mulai membelai pahaku dan sedikit mempermainkan selangkanganku. Sesekali dia menciumi celana seragam abu-abuku tepat pada bagian batang kejantananku. Aku memejamkan mata, aku pasrah, “Aku… aku… ah…!”

    Aku membiarkannya, ketika Lisa mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat pinggangku dan berlanjut dengan menyingkapkan CD-ku. Dia meraih batang kemaluanku dengan mesranya.

    “Ah… crot… crot… crot…!” Aku tak kuasa menahan diriku ketika bibirnya yang mungil menyentuh kepala kemaluanku. Aku malu, malu setengah mati.

    “Tenang, itu biasa kok.”

    Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat keberanianku muncul, “Ya aku berani, aku nekat!”

    Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Dia sedikit kaget, tapi hal itu membuat aku suka dan makin berani. Aku beranjak ke bawah, kubuka CD-nya. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencontoh film-film biru yang pernah kutonton.

    “Kamu mulai nakal, ya.”

    “Ibu guru tidak suka.”

    Aku tak memperdulikan candanya. Kuturunkan CD-nya perlahan, kulihat sekilas rumput kecil yang menutupi celah surganya. Seketika kucumbu dan kumainkan lidahku di celah surga itu. Tangan kananku terus menarik CD-nya sampai ke ujung kakinya dan kulempar entah jatuh di mana. Aku menghentikan sejenak permainan lidahku, kuangkat pinggul yang indah itu dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang terletak tepat di belakang kami berdua. Kuletakkan tubuh semampai dengan tinggi 173cm itu tepat di pinggir tempat tidur. Aku kemudian berjongkok, dan kembali memainkan lidahku di sekitar celah surganya, bahkan aku berhasil menemukan batu kecil di antara celah itu yang setiap kutempelkan lidahku dia selalu mengerang, mendesah, bahkan berteriak kecil.

    Tangan kiriku ikut bermain bersama lidahku, dan tangan kananku membersihkan sisa air mani yang baru saja keluar. Wow… batang kejantananku sudah keras lagi. Ketika aku sedang asyik bermain di celah surganya, dia menarik kepalaku. “Buka celana kamu, semuanya…!” Aku menurut dan kembali menindih tubuhnya. Setelah kepala kami berdekatan dia mencium bibirku sekali dan kemudian dia tersenyum, hanya saat itu matanya sudah sayu, tidak lagi bulat penuh dengan cahaya yang sangat menyilaukan.

    Dia mengangkat kepalanya disertai tangan kananya meraih batangku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Tapi ketika batangku menyentuh bibir lubang kemaluannya, “Crot… cret… creeett…!” Kembali aku meraih puncakku, dia pun tersenyum. Hanya saat itu aku tidak lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku yang ketiga. Aku heran setelah orgasme yang pertama ini batang kejantananku tidak lagi lemas, kubiarkan Lisa mengocok-ngocok batanganku, dengan hanya melihat garis wajah milik sang bidadari di depanku dan juga membelai rambutnya yang hitam legam, aku kembali bernafsu.

    “Pelan-pelan aja tidak usah takut.” Dia berbisik dan tersenyum padaku. Tak karuan perasaanku saat itu, apalagi ketika kepala kemaluanku dioles-oleskannya ke bibir kemaluannya. Tangannya yang kecil mungil itu akhirnya menarik batang kemaluanku dan membimbingnya untuk memasuki lubang kewanitaannya.

    “Bles… sss… sek!” Batangku sudah seratus persen tertanam di lubang surganya. Rasa percaya diriku semakin meningkat ketika aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengalami orgasme. Aku mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar dan membenamkannya lagi, terus menerus berulang. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.

    “Oh Dig…!” Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-sahabatku. Selama ini Lisa hanya memanggil nama asliku seperti yang tertera di dalam absen kelasku. “Dig, terus… kamu mulai pintar…” Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun. Aku merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga milik Lisa. Naik dan turun hanya itu yang kulakukan. Sesekali aku mencium bibirnya, sesekali tanganku mempermainkan bibir dan buah dadanya.

    “Ah… ah… ah, ah… oh!” Nafasnya memburu.

    “Ah Dig… ah… ah… ooowww!” Dia berteriak kecil, matanya sedikit melotot dan kemudian dia kembali tersenyum. Aku terdiam sejenak, aku heran kenapa dia melakukan itu. Yang kuingat, saat itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat ketika masih ada di dalam lubang kemaluannya. “Ntar dulu ya Jedig Sayang.” Dia mengangkat tubuhnya sehingga kemaluanku terlepas, aku menahan tubuhnya. Aku tak ingin kemaluanku terlepas aku masih ingin terus bermain. “Eit… sabar dong, kita belum selesai kok.” Kulihat dirinya memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku. Aku sangat mengerti apa yang harus kulakukan, ya… seperti di film-film itu.

    Aku mendekatinya dengan batang kemaluanku yang sudah siap menghunus lubang kemaluannya. Aku mencoba memasukannya, tapi aku mengalami kesulitan. Satu, dua, ya dua kali aku gagal memasukan batangku. Akhirnya dia menggunakan tangan mungilnya untuk membimbing batangku. “Blesss…” Batangku masuk dengan perlahan. Berbeda dengan tadi, sekarang aku tidak lagi naik turun tetapi maju mundur. Kami berdua mendesah. Nafas kami saling memburu. Terus dan terus lagi. “Ah… oh… uh… terus Dig…, ah… oooww!” Kembali dia berteriak kecil, saat ini aku mengerti, setiap kali dia berteriak pasti kemudian dia merubah posisinya. Benar saja posisi kami kembali seperti posisi awal. Dia telentang di bawah dan aku menindihnya di atas. Aku tidak lagi memerlukan tangan mungilnya untuk membimbingku. Aku sudah bisa memasukan batang kemaluanku sendiri tepat menuju lubang surga yang sesekali beraroma harum bunga itu.

    Kembali aku melakukan naik dan turun. Kali ini aku menjadi siswa yang benar-benar aktif, tidak hanya di sekolah tapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa cacat itu sambil terus menggerakan pinggulku.

    Beberapa saat kemudian, aku merasakan darahku mengalir dengan keras, ada sesuatu di dalam tubuhku yang siap untuk meledak. Gerakanku semakin kencang, cepat, dan tidak teratur.

    “Terus Dig, lebih cepat lagi… terus lebih cepat lagi Dig, terus.”

    Gerakanku semakin cepat. Kami berdua sudah seperti kuda liar yang saling kejar-mengejar sehingga terdengar suara nafas yang keras dan saling sambut menyambut.

    “Terus Dig, terus… ah… uh… oh…!”

    “Oban sayang… ah… dig… dig… dig… aaoowww!”

    Saat ini teriakannya sangat keras dan kulihat matanya sedikit melotot dan giginya terkatup dengan sangat keras. Kemudian dia terjatuh.

    “Dig cepetan ya sayang…!”

    “Aku capek.”

    Aku tak bisa berhenti menggerakan tubuhku, sepertinya ada suatu kekuatan yang mendorong dan menarik pinggulku.

    “Ah… oh… Ufff… aaah…!”

    “Crot… cret… cret…!”

    Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Aku terjatuh di sampingnya, aku puas! Dia tersenyum padaku dan memelukku, dia menaruh kepalanya di dadaku. Setelah mengecup bibirku kami berdua pun tertidur pulas.

    Beberapa bulan setelah percintaanku dengan Ibu Lisa… Perpisahaan pun dimulai, setelah aku memainkan beberapa lagu di panggung perpisahaan untuk menandakan berakhirnya masa kerja praktek mahasiswa-mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bus bertuliskan IKIP di pinggirnya. Aku mencari Lisa, bidadari yang merenggut keperjakaanku.

    “Lisa… hey…!” Lisa menengok dan matanya melotot.

    “Ups… Ibu Lisa!” Aku lupa, dia kan guruku.

    “Sampai ketemu lagi ya, jangan lupa belajar!” sambil menaiki tangga bus dia menyerahkan surat padaku. Aku langsung membaca dan tak mengerti apa maksud dari tulisan itu.

    Akhirnya bus itu pergi dan saat itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku tak akan pernah lupa walaupun hanya sekali aku melakukannya dengan Lisa. Tapi itu sangat berbekas. Aku selalu merindukannya. Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan perempuan. Sekarang ketika aku sudah duduk di bangku kuliah aku baru mengerti apa arti dari surat Lisa.

  • Berawal Dari Bioskop

    Berawal Dari Bioskop


    1746 views

    Suatu ketika saat di kos gak ada yang di kerjakan sungguh bete banget hati itu teman temanku aku telpon gak di angkat, ya sudahlah karena tempat kosku dengan Mall memakan waktu 10 menit jadi berencana pergi kesana saja barang kali dapat kenalan dan bisa di traktir hehe..karena memang dari tadi siang aku belum makan maka perutku jadi keroncongan.


    Karena aku tidak membawa uang cash terpaksa deh menuju ke ATM center yang ada di mal. ATM bank ku panjang lagi antriannya, namanya butuh ya terpaksa antri deh. Tau2 aku ngerasa kaya ada yang niup tengkukku. Krena rambutku pendek, ya jelas tengkukku kliatan, barusan rambut pendek alus yang ada di tengkuku kaya berkibar kena tiupan, aku noleh, wah dibelakang aku ada lelaki guanteng bangetz deh, jadi lupa noleh nengok balik kedepan.

    Si ganteng senyum ja melihat aku, aku tersipu disenyumi kaya gitu. “Tuh antriannya dah maju”. Aku tersadar kalo aku lagi ngantri di ATM dan didepanku dah maju. Buru2 aku maju sehingga si ganteng dibelakangku maju juga,

    Dia kayanya sengaja deh mepet banget ke aku dan niup2 tengkukku lagi. Aku seneng aja diusilin gitu. Aku noleh, “enak ya semburan acnya sampe terasa ke tengkuk Anis”.

    “O Anis toh namanya, nama yang cantik, tapi lebi cantik lagi orangnya.

    Aku …. (dia nyebutin namanya, rasanya gak usah ditulis kan)”. “Trus Anis manggilnya apa, om kali ya”. “Boleh, aq memang dah umur (dia menyebut angka, late thirties lah

    pokoknya). “Om ganteng deh”.

    “Anis juga cantik en seksi”.

    “Masak si om”.

    “Iyalah, sexy banget”.

    Aku saat itu pake kaos ketat warna pink dan jins yang juga ketat. Kaosku ngegantung sepinggang sehingga kalo aku gerak pinggangku kliatan, puserku juga. Aku senyum aja disanjung gitu.

    “Anis mo nonton ya”.

    “Iya, om juga?”

    “Yuk, ditemenin bidadari cantik en sexy siapa yang nolak kan. Mo nonton apa?”

    “Tu film yang baru diputer om”.

    “ayuk deh”.

    “Ni uang karcisnya, om yang ngantri ya. mumpung belon panjang antriannya”.

    “Gak usahlah, pake uang aku aja”.

    “Makasi deh om”.

    Dia ngantri, seneng juga ketemu om yang mo nraktir nonton. Kayaknya mulai filmnya masi rada lama, jadi tinggal merayu minta ditraktir makan aja.

    Setelah dia dapet karcisnya, dia malah yang ngajakin makan, “masi sejam lagi nih, Anis dah makan belon”.

    “belon om”.

    “Makan dulu yuk, ntar dangdutan lagi”.

    “Kok dangdutan om”.

    “Iya kalo kroncongan kan jadul banget”.

    “Wah Anis malah dah diskoan”. Kami tertawa sambil menuju ke foodcourt.

    “Mo makan apa Nis”.

    “apa aja, Anis pemakan segala kok om”.

    “Segala? termasuk sosis ya”. aku ngerti kemana arah bicaranya tapi aku
    berlaga pilon ja. “Mangnya disini ada jual sosis ya om, gak pernah liat tu Anis”. Dia tertawa aja,

    “jadi apa aja ya, ntar aku beliin, kudu dimakan lo”.

    “Pastinya om, Anis nyari mejanya ya om”. Aku mencari meja yang masi kosong. Karena bukan weekend, foodcourtnya bisa dibilang sepi. Jadi aku nyari meja yang misah dari meja laennya ja.

    Dia sudah slesei beli makanan en minumannya, megang nampan clingukan nyari dimana aku duduk. Aku berdiri dan melambai kearahnya. Dia melihat aku dan berjalan membawa
    nampan menuju kearah meja dimana aku duduk. Mejanya ada payungnya sehingga rada tertutup.

    “Wah gak ujan payungan neh, romantis bangetz”.

    “Napa om gak suka ya, pindah deh ke meja tanpa payung”.

    “O enggak, asik kok payungan ma bidadari”. Sambil makan kita ngobrol santai aja.

    “Anis skola dimana?” Aku nyebutin skola aku.

    “Masi muda banget tapi dah seksi gini ya”.

    “Om suka kan”.

    “Suka banget”.

    “Om kerja dimana”. Gantian dia yang crita siapa dia, apa kerjanya.

    “Trus dahkeluarga ya om”.

    “udah, tapi gak tinggal disini, keluarga ada dikampung”.

    “O jadi om pjka dong”.

    “Paan tu pjka, prusahaan kreta api?”

    “Pulang jumat kembali ahad”.

    “Bisa aja kamu, sebulan palingsekali atau 2 kali pulangnya, lumayan jauh si”.

    “Setor dong ya om”.

    “setror paan”.

    “Kalo om gak nyetor ntar jadi odol lagi”.

    “Kok jadi odol”.

    “Iya kalo gak dikluar2in kan bisa jadi odol didalem nantinya”, aku sengaja ngomong mulai vulgar.

    “O gitu ya, dah lama ni gak dikluarin, katimbang jadi odol minta tolong Anis ja ya buat ngeluarin”.

    Aku ganti ketawa, “enak aja”.

    “Ya enak lah, ada yang mo ngeluarin masak gak enak, mau ya Nis”. aku jadi kerimpungan didesek gitu, aku diem aja, senyum.

    Saat itu kami dah beres makan, “Om tinggal 10 menit neh”. “Iya deh, dah kenyangkan Anis”. aku ngangguk, aku digandengnya jalan menuju ke 21. Seeneng banget aku digandeng gitu, “Anis serasa pacar om deh”.

    “Mau jadi pacarku, aku gak tersinggung lo”, katanya sambil memeluk pundakku. Aku manda aja dipeluk, toketku kugeserkan ke dadanya yang bidang sambil menyenderkan kepalaku ke pundaknya.

    “Om, Anis suka deh om manjain kaya gini”.

    “Kan dah jadi pacar aku”.

    “Kapan jadiannya?”

    “Barusan kan, toket kamu montok ya Nis”, bisiknya.

    “Sok tau ah”. “Kerasa montoknya

    kegeser dada aku”.

    Karena bole bebas milih tempat duduk, kami duduk rada mojok, jauh dari penonton laennya. aku duduk mepet ke dia, tanganku kulingkarkan di tangannya, kembeli toket kugesekkan di tangannya, aku nyandarkan kepalaku dipundaknya.

    Dia langsung mulai aksinya, dia mengelus pahaku yang terbalut jins ketat, karena kaen jins yang lumayan tebel, jadi gak terlalu krasa elusannya di pahaku. Dia menoleh ke arah aku, mendekatkan bibirnya kebibir aku. Aku memejamkan mata dan menengadahkan kepalaku, dia mencium bibirku pelan. Karena posisinya kagok, dia merangkul pundakku

    sehingga ciuman kami menjadi lebi hot lagi, bibir saling membelit dan saling mengisap. Tangannya mulai mengusap dari arah perutku, pelan merambat keatas. Telapak tangannya memutari pinggiran tokedku dengan usapan. ujung telunjuknya menyentuh ke pentilku yang masi ketetutup kemeja dan braku.

    Gak neken, cuma nyentuh. “Ehm..ooh..” aku melenguh pelan, aku membalas serangannya dengan mengelus selangkangannya, terasa keras

    banget. “Dah ngaceng ya om”, bisikku.

    “Dah dari tadi Nis”. Elusanku dibarengi dikit tekananmembuat dia yang melenguh,

    “Nikmat Nis, jadi pengen dikeluarin”.

    “Masak disini om”. “Iya ya, kudu nyari tempat neh buat ngeluarin ma kamu”. Remasan di tokedku juga meningkat, diremas dari arah bawah keatas, pelan tapi kuat. “Uuh..ooh..”, kembali aku yang melenguh.

    Bibirku kemudian diciumnya. Lidah kami bergulat dalam mulutku dan saling memilin. Setelah dia melepaskan ciumannya, aku meraba ritsluiting celananya, kuturunkan pelan2, dia melonjorkan kakinya untk mempermudah aku membuka ritsluitingnya sampe kebawah,

    Segera tanganku menyusup kebalik kemejanya, mencari bagian atas cdnya, kurogoh kedalam dan kenalan ma palkonnya yang dah keras banget, ukurannya juga gede banget. “Gede banget punya om”. “Mangnya Anis blon pernah kenalan ma yang segede ini ya”.

    “Iya om, punya cowok Anis rasanya dah gede tapi om punya gede banget. Anis emut ya om”. Dia menoleh kiri kanan, gak da yang memperhatikan kami, palig juga yang laen juga lagi maen film ndiri lah.

    Celananya kuturnkan dikit, dia mengangkat pantatnya untuk mempermudah aku menurunkan celananya, cdnya kuturnkan, terbebaslah kontolnya yang tegak kaya tugu monas, gak cuma gede tapi juga panjang. Kepalanya kuremes sambil kukocok2, membuat dia menggelinjang.

    Aku menunduk dan mulai menjilati kepala kontolnya. Tangannya segera menyamber tokedku dan diremesnya dengan gemas. Aku jadi mengulum palkonnya dengan
    keras dan cepat karena rangsangan di tokedku.

    “Nis udahan dong, ntar kluar disini lo”, katanya sambil menegakkan tubuhku. Dia merapikan celananya kembali dan menutup ritsluitingnya. Tapi dia mo bales aku rupanya.

    Dia menurunkan ritsluiting jinsku, menurunkan dikit, aku ganti mengangkat pantatku sehingga dia mudah melolosi jinsku , cukup sampe dia bisa bebas mengexplorasi selangkanganku. Tangannya segera menusup dari bagian atas cdku, mengelus2 jembutku dan terus turun kebawah.

    “Aag…esh…oom..” aku makin mengerang ketika jarinya menyusup membelah bibir memekku. Jari tengahnya tepat berada ditengah bibir memekku, bergerak keatas mencari itilku, ditekan2. “aduh…om”, kembali aku mengerang keenakan.

    Memekku dah basah banget, dia terus saja mengilik2 itilku dengan penuh semangat sampe aku menggelinjang karena nikmatnya, sampe akhirnya aku mengejang sambil mengerang agak keras. Baeknya sound system di bioskop keras sehingga gak da yang dengerlah erangan nikmatku.

    “udah om…Anis dah nyampe”. Dia mengeluarkan tangannya dari cdku dan aku segera merapikan jinsku. “Baru pake jari ja dah nikmat gini ya om”.

    “Palagi pake sosis ya Nis”.

    “Om mo diemut ampe kluar?”

    “Gak ah, ntar nyari tempat aja, mana asik disini kan”.

    “Mangnya om mo bawa Anis kemana?” “Ke hotel yuk, gak apa kan”. Aku cuma senyum, memeluk tangannya dan menyenderkan kepalaku di bahunya. Kami dah gak perhatiin filmnya kaya apa karena sibuk maen film ndiri.

    Selesai film kami keluar gedung.

    “Gak apa kan Nis kalo kita ke hotel”. aku diem aja.

    “Napa Anis malu ya dibawa ke hotel”. Aku masi terdiem. ”

    Ya udah ketempatku aja ya, mau kan”. Aku ngangguk kali ini.

    “Mangnya om tinggal dimana”.

    “Dia apartment kantor”.

    “wah asik banget om, kerja dikasi fasilitas apartment”.

    “Kecil kok apartmentnya, tipe studio”.

    “Paan tu om”. “Ya Cuma seruangan, kaya kamar hotel aja, cuma ada kamar mandi dan dapur kecil dan tempat jemur pakean”.

    Mobilnya meluncur meninggalkan mal menuju ke apartmentnta.

    “besok Anis kalo gak sekolah gak apa?”

    “Gak om, besok kebetulan gak da kelas, ada rapat guru katanya”.

    “Wah kita bisa asik dong sampe sore lagi”.

    “Mangnya om gak kerja”.

    “Itu mah gampang diatur, bilang aja aku langsung ketemu klien”.

    “Iya klien yang namanya Anis”. “Iya mo kerja sama ma klien yang namanya Anis buat ngeluarin”. Kami tertawa. Sampe di apartmentnya. mobil langsung meluncur ke basement, dia markir mobilnya di lot parkir yang memang disediakan untuk mobilnya.

    Kami bergandengan meninggalkan mobil menuju ke lift. Dia memijit nomor lantainya dan lift bergerak keatas. Aku menggelayut di tangannya. Dalam lift cuma ada kami berdua aja. Dia kemudian memeluk aku dari belakang, tangannya menelungkup diperutku. Aku menyenderkan kepalaku di dadanya yang bidang.

    Dia mencium pipiku, aku menoleh, segera dia menyambar bibirku dengan gemas. Tangannya segera menyamber tokedku dan meremasnya dengan gemas juga. Terasa kontolnya yang dah mengejang menekan pantatku, dia dah napsu sekali rupanya. Kami masi tetap saling memagut bibir, Lidah kami saling menyentuh dan membelit.

    “Ting tong”, bel berbunyi, lift brenti dan pintunya terbuka, segera kami melepaskan pelukan karena didepan pintu lift berdiri 2 orang. Aku dah gak peduli dengan pandangan curiga dari kedua orang tadi, dia juga menggandeng aku keluar lift dan menuju ke apartmentnya.

    “Orang tadi pasti curiga liat kita pelukan ya om, om kenal ma orang itu”.

    “Di apartment gini mana saling kenal sih Nis”, seing liat sih, tapi peduli amir”.

    “Kok amir om”. “Iya amat kan lagi nyuci mobil di basement”, jawabnya sambil tertawa.

    Apartmentnya bener2 mini, cuma ada ruang besar yang berisi sofa besar, meja makan, credenza dengan TV plasma dan audio systemnya, lemari pakean dengan kaca rias disalah satu daun pintu seblah luarnya, lemari es, dispenser aqua dan pantri kering.

    Kulihat masi ada dapur yang juga mini, kamar mandi yang lumayan besar, ada bath tub, shower, wc dan meja riasnya dan mesin cuci pakean, serta pelataran untuk menjemur. Buat ndirian si cukup banget, berdua juga masi cukup.

    “Kok gak da ranjangnya om”.

    “Napa, Anis dah pengen gelut di ranjang ya”, jawabnya sambil menarik dudukan sofa besarnya sehingga dalam sekejab berubah menjadi ranjang ukuran King. Dia mengambil bantal dan seprei dari lemari pakeannya dan memasangkannya di ranjang sofa tadi.

    “Tuh dah siap, gelut yuk”, katanya sambil memeluk aku.

    “Mo pipis dulu om”, aku melepaskan diri dari pelukannya dan menuju ke kamar mandi untuk buang hajat kecil2an. Aku skalian cuci muka, membersihkan make up tipis yang kupoleskan kewajahku selon pergi dari kos, karena gak da cleaningnya ya pake air dan sabun saja, kugosok pelan dengan tisu, agak lama jadinya. Setelah bersih, kubasuh wajahku dengan air hangat dan kukeringkan dengan handuk tang tergantung di gantungan handuk.

    Ketika aku keluar dari kamar mandi kulihat si om dah berbaring di ranjang hanya mengenakan CD ketat yang secara otomatis membentuk lekukan lekukan bentuk kontolnya. Aku melirik nakal kearah selangkangannya yang sudah tegang.

    “Kamu kok gak lepas pakean skalian Nis”. Aku cuma senyum ja sambil membuka kemejaku dan jinsku. Di badanku tinggal menempel bra dan cdku. “Bener kan, sexy sekali kamu Nis, padahal masi abege gini”.

    “Om demen banget sih muhji, ntar pala Anis jadi gede”. “Pala kamu gak bisa jadi gede, yang ada pala aku yang dah gede dari tadi”. aku cuma tertawa memandangi gelembung besar diselangkangannya yang masih tertutup cd.

    Kelihatannya dia dah greget sekali ingin cepat cepat menerkam tubuh sintalku dan menindihinya di bawah tubuhnya. Aku berjalan menghampirinya. Kutatap seonggokan batang yang tersembunyi menantang di balik Cd yang dipakainya. Dengan posisi berdiri di sisi ranjang, mulai perlahan aku menjulurkan tangan kearah gundukan besar yang tersembunyi dibalik cdnya. Kuusap usap batang kontolnya seirama.

    Naik… turun… yang terkadang kuselingi dengan pijatan kecil pada kantong pelir dan usapan halus di kepala kontolnya yang udah membengkak karena tegang dan keluar dari sisi atas CD yang dia pakai itu. Hati hati aku mulai menarik ke dua sisi atas CDnya, pelan pelan hingga membebaskan kontolnya yang sedari tadi ingin keluar.

    Kugenggam batang kontolnya dengan tangan kanan dan mulai kumainkan batangnya sambil menaik turunkan tangannya di barengi jilatan jilatan kecil yang menyapu permukaan kepala kontol nya yang terlihat mengkilap membengkak karena rangsangan yang kuberikan lewat jilatan lidahku.

    Lama lama semakin beringas aku melahap batang kontolnya hingga masuk semuanya ke dalam mulutku. Terasa sekali ujung batang kontolnya mneyentuh hingga kerongkonganku. Terkadang kugigit kecil pada helm surganya. Akibatnya geli seperti ingin kencing.

    Erangannya akhirnya keluar juga setelah sekian lama dia tahan agar dia nikmatin dulu hal yang aku lakukan terhadap kontolnya. “Nis, nikmat banget si jilatan kamu…” katanya sambil mengusap usap paha putihku hingga pangkal pahaku.

    Aku melepaskan emutanku karena sepertinya dia sudah mo mlanjutkan ke tahap brikutnya. Perlahan dia kecup bibir tipisku. Dengan lembut dia mengecup bibirku, perlahan disapunya setiap detail bibirku itu, lembut, halus, seperti makanan agar agar.

    Perlahan aku menurunkan CD yang tadi hanya kuturunkan sepaha. aku kembali mengusap batang kontolnya yang menegang dengan keras. tangannya mulai mengusap lembut gunung kembarku yang membusung menantang untuk diremas oleh tangan perkasa. Aku melepaskan bra sehingga tokedku sekarang bebas untuk dia explorasi.

    Pentilku yang merah kecil menantang ingin sesegera di hisap dan mungkin di gigit kecil. Sesaat langsung dia tarik tubuh mungilku ke dalam pelukannya. Dengan sigap dia hisap pentilku yang menantang dan ternyata telah mengeras sedari tadi. Aku tak ingin hanya aku seorang yang merasakan kenikmatan ini.
    Kusambar batang kontolnya yang tegang mengacung tegak berdiri.Kukocok berirama naik turun dengan sangat lembut. “Uuuuhh….ssshhh… Nis… uuuuuhhh. Enak banget”, erangnya menikmati kocokanku di kontolnya. Aku juga menggeliat2 karena emutan di pentilku. “Om, nikmat banget deh, padahal baru diemut pentilku”, desahku tertahan.

    Sekarang posisi aku dan si om seperti 69. Bra dan cdku sudah terlepas karena ulahnya. Posisi kepalanya sekarang adalah di bawah dengan posisi aku menhadapi kontolnya. kakiku sekarang mengapit kepalanya yang sedang melahap liang memekku.

    Dengan kedua tangannya dia menahan pinggangku agar posisi memekku tetap di hadapannya. Sedangkan aku mengoral batang kontolnya dengan sangat lahap. Setiap kali lidahnya menyapu itilku, maka aku pasti mengapit kepalanya dengan keras, menahan sesuatu yang ingin keluar.

    Dia gak perduli dengan apa yang aku rasakan. Maka dengan brutal dia buka liang memekku dengan lidahnya dan menyelipkan diantara kedua bibir memekku yang mengapit itilku. Sesekali dia sodok sodok dengan lidahnya yang menyentuh bagian yang paling sensitif ditubuhku.

    “Uuuuhhhh… om ….. Anis gak tahan… mau kencing….Oooohhh…” desahku keenakan. Dia tahu aku hampir mencapai puncak. Maka dengan gerakan yang lebih kuat dia korek liang memekku dengan lidahnya yang bermain di dalam memekku.

    Mengisap itilku. Mengigit kecil dan menarik itilku dan akhirnya…..”Oom….. oooohhhh. Anis gak tahan lagiiii. Aaaaakkkkhhhh”. Desahku dibarengi dengan sekujur tubuhku mengejang. Hingga akhirnya mengalir sejumlah cairan bening di sela sela bibir memekku yang montok itu.

    Dengan sigap, aku jongkok tepat diselangkangannya. Kugenggam kont0l besarnya yang sangat keras itu. Aku mulai menilati lubang kencingnya, kutiup2 lubang kencingnya, sehingga dia menggelinjang kegelian.

    Jilatanku meluas kearea palkonnya, leher palkonnya yang sangat sensitif tak luput dari jilatanku, kembali dia menggeliat2 keenakan. Jilatanku terus turun ke batangnya, ke biji pelernya. Biji pelernya kuisep pelan2 karena daerah itu sangat lemah sehingga kalo diemut keras2 akan terasa sakit, gak hanya ngilu.

    Kuangkat biji pelernya keatas, jilatanku terus turun kebawah. Dia mengangkat kakinya keatas sehingga aku bisa menjilati daerah sensitif lainnya di kont0l lelaki adalah di lipatan antara dasar biji peler dan lobang pantatnya.

    Daerah itu sangat sensitif, tidak hanya kujilat tapi kuemut pelan. Dia mengerang keenakan, “Nis, kamu pinter amir bikin aku keenakan, latihan ma cowok kamu terus ya Nis”. “He eh”, aku hanya bisa menggumanm karena aku sibuk menjilat dan mengemut daerah sensitif dibawah biji pelernya itu.

    Kurasa cukup, kembali aku mengemut pelan biji pelernya, jilatannya naek ke batangnya dan berakhir lagi di lubang kencingnya, kukilik2 terus dengan ujunga lidahku. “Nis, emut kontolku dong”, pintanya. aku turuti permintaannya, kujilati palkonnya yang sudah membengkak itu, trus kumasukan palkonnya kedalam mulutku sembari lidahku terus saja menyerang lubang kencingnya.

    Kuemut rada kuat palkonnya, pelan kukeluarkan dari mulutku dan langsung kumasukan lagi, berulang aku melakukannya, kuemut dengan keras sambil kukeluarkan, trus kumasukkan lagi. Dia makin menggeliat2 keenakan, “Nis, nikmat banget sepongan kamu”.

    Pelan2 kuperdalam kontolnya masuk ke mulutku, karena panjangnya setengah saja sudah membuat tenggorokanku ke sodok2, sehingga aku pengen muntah, makanya kumasukan kedalam mulutku sampe batas aku nyaman saja.

    Mulai kuemut keras sambil kukeluarkan dari mulut, kemudian aku masukan lagi kedalam mulutku sampe kebatas kenyamananku. Aku menandai batas itu dengan menggenggam kontolnya. Berulang kali kulakukan emutan seperti itu, dia menjambak rambutku sembari membantu menekan kepalaku agar makin cepat mengeluar masukkan kontolnya dalam mulutku.

    Kemudian aku mengganti dengan mengocok kontolnya. Pangkal kontolnya kupijit dengan tangan kiri sedang tangan kanan mengocok kontolnya turun naek, keras banget kerasnya ngacengnya kontolnya.
    Dia gak mau nganggur, dengan tangan sebelah kiri dia remas toketku.

    “Trus Nis, kocok terus. skali2 diisep lagi Nis, Jilat…. enak…sshh…. sempit banget mulut kamu Nis…sssshhhhh”. Dia minta aku untuk makin meningkatan kegiatanku, kocokan tangan diselingi emutan mulut.

    Akhirnya dia gak bisa menahan rangsangan yang ditimbulkan akibat kocokan dan emutanku yang dahsyat (bukan dahsyatnya stasiun tv lo) dan…Crooot…. crooot….muntah juga lahar panas berwarna putih memenuhi rongga mulutku.

    Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan mulut dari bekas muntahan pejunya yang hampir memenuhi seluruh ruang didalam mulutku. Entah setan apa yang datang. Ketika melihat aku yang sedang menungging membersihkan mulut, napsunya kembali bergejolak ketika melihat lipatan daging yang terhimpit antara pahaku yang montok putih merangsang.

    Sekejap langsung dia jongkok di belakangku tepat di bawah pantatku yang bulat itu. kemudian mulai menjilat liang memekku yang tadi mengodanya untuk kembali dijamah lagi.

    “Om, Anis kan lagi bersihin mulut nih… ssssshhhh….nanti dulu dong. Uuuuuhhh….” ujarku yang masih dengan posisi menungging membelakangi dia. Tanpa menghiraukan aku berkata apa dia terus menjilati liang memekku.

    “Nis aku masukin kontolku ke mem3k kamu dari belakang ya”, pintanya dengan mengambil posisi doggie style. Gak da matinya ni orang, baru ja ngecret dimulutku dah ngaceng lagi karena ngejilatin memekku. Dia suruh aku memegang wastafel di hadapanku dan merenggangkan kedua kakiku agak lebar.

    Dengan tangan sebelah kanan mengenggam batang kontolnya, dia mengesek gesekkan palkonnya pada bibir memekku. perlahan lahan dengan dibantu cairan yang keluar dari sela sela memekku, kontolnya mulai menerobos masuk. Pelan dia mendorong kontolnya hingga membuat kedua bibir memekku ikut tertekan kedalam.

    Terasa sekali ketika benda tumpul berurat hendak memaksa masuk kedalam liang memekku yang baru pertama kali kenalan dengan kont0l extra large seperti si om punya. Dengan susah payah, akhirnya palkonnya berhasil masuk. Perlahan dia tekan kembali dengan sedikit keras dan tangan kirinya memeras toketku yang putih serta pentilku yang mengeras meruncing ke depan.

    “Tahan ya Nis… ini hanya pertamanya saja seret. Nanti setelah kontolku masuk ke dalam mem3k kamu kamu akan ngerasain kenikmatan yang belon pernah kamu dapet dari cowok kamu”. Aku tak menjawab, hanya menganggukkan kepala dan sesekali menatap ke arahnya yang sekarang akan mengentotin aku lebih lanjut.

    Kontolnya menyelinap makin dalam, memekku menganga selebar mungkin supaya dapat menelan kontol besarnya yang mengisi seluruh relung memekku sampe rasanya gak da lagi tempat yang tersisa, penuh banget rasanya memekku keisi kontol besarnya.

    Pelan pelan dia tarik batang kontolnya hanya menyisakan setengahnya di dalam dan kembali menekan batang kontolnya masuk kedalam lagi. Dia lakukan berkali kali biar memekku akhirnya bisa menyesuai benda asing yang menganjal di tengah tengah rongga sempit itu. selama 3 menit lebih dia lakukan pengadaptasian di memekku Rini.

    Aku mulai mendesah, rasa nikmat mulai menderaku ketika pelan dia mulai mengeluark-masukkan kontolnya di memekku. “Gimana Nis?” “Nikmat om, agak lebih cepat dan agak keras dong tekannya. Enak… sekarang enak sekali om”.

    Dia mempercepat sodokan kontolnya ke dalam memekku, yang seirama dengan goyanganku yang mendorong pantatku yang putih bulat itu ke belakang. Sodokan demi sodokan dia pompa terus menerus ke memekku. terasa sekali batang kontolnya menggesek dinding dalam memekku, jelas menimbulkan rasa ngilu yang begitu amat sangat nikmatnya. Semakin lama dia percepat irama pompaan kontolnya yang diiringi desahan hausku, “uuuuhhh…. ssshhhh…. om. Lagi om. Lebih keras,” pintaku.

    Mungkin karena merasa terkuras tenaganya, akhirnya dia minta aku untuk mengubah posisi ngentotnya. Dia gendong aku merapat ke dinding. kedua tanganku melingkar di lehernya. Kedua kakiku melingkar dipinggangnya seperti anak kecil yang sedang ingin memanjat pohon.

    Dengan cepat aku meraih batang kontolnya dan menusukkan kembali ke dalam liang memekku. Aku tak mau sampai kenikmatan yang tadi aku rasakan terputus sebelum aku mencapai puncak kenikmatannya yang selanjutnya. Dengan gaya mengendong aku, dia berjalan menuju ke dalam kamar.

    Dia merebahkan tubuh mungilku yang mengiurkan itu di atas ranjang. Dia berusaha untuk tidak merubah posisi keberadaan kontolnya yang sudah menancap didalam memekku. Dia mengangkat kedua kakiku dan menaruhkannya di atas bahunya, membuat dia lebih leluasa mengeluar-masukkan kontolnya dalam memekku.

    “Eeehhhhmmm… eeehhhhmm…. enak gak Nis kalau aku sodok memek kamu kayak gini”, tanyanya, sementara aku dalam posisi setengah tertindih oleh badannya. aku hanya menatapnya yang sedang memompa memekku sambil mengigit tipis bibir bawahku yang mungil.

    Aku menganggukkan kepala dan mengusap usapkan kedua tanganku pada dadanya yang bidang. ekspresi mukaku yang menunjukkan aku sedang kenikmatan membuat dia makin terangsang banget. Saat dia hentakin dengan keras batang kontolnya ke dalam liang memekku, bibir mungilku membuka sedikit. “Nis… mem3k kamu memang sungguh nikmat sekali”. Aku menatap dia yang masih terus memompa memekku dengan cepat.

    Selang beberapa menit aku meminta agar merubah posisi ngent0t menjadi women on top. Alasanku supaya aku lebih menikmati bila liang memekku ditikam oleh kontolnya dari bawah. Sensasi yang aku rasakan lebih nikmat dibandingkan dengan gaya sebelumnya.

    Perlahan dia merubah posisi kembali. Namun kali ini terpaksa harus mencabut terlebih dahulu kontolnya yang sudah tertancap di memekku. Dengan berirama aku mengoyangkan pantatku yang bulat indah itu maju mundur, layaknya seseorang yang sedang naik kuda pacuan. Terasa sekali kontolnya mengaduk seluruh liang memekku.

    Terkadang gerakanku maju mundur, terkadang berputar putar seperti goyangan Inul daratista yang sedang goyang ngebor.

    “Nis…. nikmat banget. Trusss Nis. Jangan berhenti.” Terasa kontolnya makin membengkak, pertanda sebentar lagi dia akan ngecret lagi.

    “Gila enak banget, mem3k kamu Nis, Uuuuhhh… trus… Nis”.

    “Om, Anis mau…. mmmmauu…. sssssshhh…. ooom…. oooooohhh…. kkllluar”, desahku ngasi tau dia kalo aku juga mo klimax.

    “Nis… tahan sebentar lagi… seddiiikkit lagi. Kita keluarin sama samma yah….uuuhh.” Semakin kencang aku ngegoyang pantatku. Dan akhirnya….”Aaakkkhhh….. ooom”, teriakku sambil merebahkan tubuhku yang lemas terkuras di atas tubuhnya dengan posisi batang kontolnya yang masih menancap didalam memekku.

    Karena aku tak mampu menahan dorongan napsuku akhirnya aku mencapai puncaknya terlebih dahulu. Dengan kencang dia hujam kontolnya semakin cepat ke dalam memekku. Tanpa memperdulikan tubuhku yang sudah terbujur lemas di atas badannya, sampai akhirnya,

    Crooot…. Croot, pejunya muncrat semuanya didalam memekku. Hebatnya walaupun tadi dah ngecret dimulutku, kali ini tetep ja pejunya banyak ngecretnya hingga tak tertempung di memekku. Pejunya mengalir melalui sela sela bibir memekku yang montok itu.

    Tanpa mencabut kontolnya yang masih menancap di memekku, aku merebahkan badanku yang lemas terkuras karena pertempuran yang membawa kenikmatan ini diatas badannya.

    “Om, nikmat banget deh dientot ma om”.

    “Kamu suka kontolku Nis”.

    “Bangetz”.

    “jadi boleh dong sering2 aku ngentotin kamu”.

    “Bangetz om, kontak Anis ja om kalo om pengen ngentotin Anis lagi”. Kami melakukannnya berkali2 sampe waktu cek out besoknya, sungguh nikmat dientot ma om yang perkasa gitu walaupun aku jadinya lemes buanget.

  • Bersama Suster di Apotik Kamar Mandi

    Bersama Suster di Apotik Kamar Mandi


    1745 views

    Sudah lebih dari 4 jam Tedi bersama 2 rekannya menunggu didepan pintu kamar UGD (Unit Gawat Darurat) sebuah rumah sakit di kota metropolitan. Rudi teman mereka bersama pacarnya mengalami kecelakaan mobil yang lumayan parah tadi pagi sehingga harus dirawat secara intensif di ruang UGD.

    Tedi dan 2 rekannya merasa berkewajiban untuk membantu teman karibnya karena pihak keluarga Rudi belum ada satupun yang muncul di rumah sakit. Rudi merupakan anak tunggal dan kedua orang tuanya berada di sebuah negara Eropa Timur sebagai staf kedutaan besar.

    Sedangkan keluarga-keluarga dekat Rudi masih belum tiba karena tinggal di luar pulau Jawa seperti Pontianak, Tarakan dan Manado. Beruntunglah Rudi memiliki karib seperti Tedi dan 2 rekannya yang lain untuk mengurus keperluannya sewaktu dirawat di UGD.

    Seorang perawat keluar dari ruang UGD dan menuju ke arah Tedi sambil membawa sebuah kertas di tangannya. “Mas, ini resep dokter yang harus segera dibelikan obatnya agar teman Mas besok pagi dapat langsung disuntik dengan obat itu.”, ungkap perawat tersebut kepada 3 pemuda yang sudah kelihatan lelah.
    “Kira-kira di apotik rumah sakit ini obat itu ada nggak, Mbak?”, tanya seorang rekan Tedi.

    “Kalau ada saya nggak akan minta tolong pada kalian”, jawab perawat singkat.

    “Yuk, dicari!”, ajak Tedi pada 2 temannya.

    “Sebentar Mas”, cegah perawat itu.

    “Kalian yang mempunyai golongan darah sama dengan Rudi sebaiknya tinggal disini, jaga-jaga kalau teman kalian membutuhkan darah lagi dan persedian kami habis”, meneruskan keterangannya.
    Akhirnya 3 pemuda itu berembuk dan memutuskan agar Tedi saja yang mencari obat dan 2 temannya tetap tinggal.

    Tedi mengeluh dalam hati sambil mengendarai mobil, “Cari apotik yang buka jam 1 pagi ini pasti susah, aku nggak seberapa hapal jalan Jakarta lagi”.

    Setelah berkendaraan selama 10 menit akhirnya dia menemukan sebuah apotik yang masih buka tapi setelah dimasukinya pegawai apotik tersebut menyatakan kalau obat yang dicari Tedi tak ada. Kejadian tersebut berulang sampai 4 kali dengan alasan yang mirip, “obat itu habis”, “besok siang baru siap”, dan sebagainya. Demi teman yang saat ini tergolek di ranjang UGD, Tedi tak berputus asa meskipun tubuhnya sudah lelah dan ngantuk.

    Tanpa berharap banyak Tedi memarkir mobilnya didepan apotik kecil di ujung jalan yang sempit. “Paling-paling nggak ada lagi”, pikir Tedy sambil menyerahkan resep obat yang dicarinya kepada pegawai apotik itu, seorang wanita berumur 30-an.

    “Silakan tunggu dulu, saya carikan”, ucap wanita itu dengan sopan.

    Dia mencek dengan komputernya, lalu masuk ke ruangan berdiding kaca transparan yang terlihat penuh laci obat, keluar lagi dan terus masuk ke ruangan tertutup. Wanita itu keluar bersama seorang pria berumur 50-an dengan wajah masih ngantuk.

    Sambil mengenakan kaca matanya pria itu berkata pada Tedi, “Dik, obat ini agak langka, menyiapkannya butuh waktu 1 jam dan yang bisa menyiapkan cuma cabang kami yang berada di Depok. Sebaiknya adik langsung aja mendatangi kesana atau kalau adik mau nunggu biar pegawai kami yang ngantar kesini, gimana?”.

    Langsung dijawab Tedi, “Saya tunggu aja disini, Pak! Capek Pak saya putar-putar carinya! Berapa, Pak?”.

    Dijawab oleh wanita disebelah pria itu, “Totalnya Rp 536.500,-“.

    Dalam hati Tedi menggerutu, “Busyet, habis nih sisa gajianku!”.

    Jam di dinding apotik menunjukkan setengah dua, hawa sejuk pagi masuk melalui jendela apotik membuat Tedi yang baru saja duduk beberapa menit di ruang tunggu menjadi ngantuk. Matanya yang agak sayu mulai menatap wanita yang sibuk di kounter apotik itu, sementara itu pegawai pria yang tadi sudah tak terlihat lagi. Dalam hati Tedi mulai berdialog dengan dirinya sendiri untuk menghilangkan kebosanan, “Kalau diperhatikan cewek itu cakep juga ya, rambutnya hitam panjang, kulitnya sawo matang, wajahnya mirip siapa? oh iya kayak penyanyi yang namanya Memes, tingkah lakunya anggun dan sopan, persis deh, bodinya juga kelihatan oke, bego sekali aku baru menyadarinya sekarang”. Tatapan mata Tedi yang semula sayu menjadi berbinar-binar seolah memandang hidangan lezat sewaktu lapar. Rasa ngantuknya lenyap dalam keheningan ruangan apotik yang hanya ada dia dan pegawai wanita itu. Dengan mulai berkurangnya aktifitas pegawai wanita itu, ia mulai merasa kalau sedang diperhatikan. Sedikit curi pandang ke arah Tedi, perasaannya terbukti benar. Pemuda langsing tinggi, 25-an tahun tapi lumayan tampan yang duduk didepannya memandang ke arahnya tanpa berkedip. Tedi akhirnya merasa kalau tatapannya dirasakan oleh wanita itu.

    Perhatian Tedi beralih ke barang-barang yang ada di outlet apotik itu. Bangkit dari tempat duduknya sambil membungkukkan badan ia melihat satu persatu barang dalam etalase kaca. Dengan penasaran pegawai wanita itu bertanya pada Tedi, “Mencari apa, Mas?”

    “Hanya lihat-lihat kok Mbak!”, jawab Tedi, tapi pandangannya tertuju pada sederet kotak kondom dengan berbagai merk dan hal ini tak luput dari perhatian wanita itu.

    Perhatian Tedi pada deretan kotan kondom itu begitu nampak karena dia benar-benar lagi membandingkan kelebihan setiap merk kondom dengan lainnya melalui tulisan-tulisan yang ada pada kotaknya. Tanpa malu-malu Tedi bertanya pada pegawai wanita itu, “Mbak, yang merk “A” ini harganya berapa?” yang dijawab pula oleh wanita itu. “Kalau yang “B”?” “Kalau yang “C”?” Semua pertanyaan itupun dijawab oleh pegawai wanita itu. Dengan wajah bingung Tedi menegakkan kembali badannya sambil mendekat ke arah pegawai itu. “Mbak, yang bagus yang mana?” tanyanya lirih dengan wajah lugu. Pegawai wanita itu menjawab dengan menggelengkan kepalanya serta tersenyum malu. Dengan wajah kecewa tak memperoleh jawaban, Tedi membalikkan badan lalu keluar dari apotik itu dan mengambil kotak rokoknya dari sakunya.

    Bersandar pada kusen pintu apotik, Tedi menikmati setiap sedotan asap rokoknya. Tanpa disadarinya pegawai wanita tadi sudah ada disampingnya dan mengagetkannya dengan permintaannya, “Mas, boleh minta rokoknya?” Bagai orang dihipnotis Tedi menghulurkan kotak rokok dan koreknya kepada wanita. Tedi merasa kaget campur bingung dan heran menatap wanita disampingnya sedang menikmati sedotan pertama pada sebatang rokok.

    “Nggak usah bengong Mas, emangnya kenapa?”, tanya wanita itu.

    “Ah, Nggak, nggak heran kok, sehari habis berapa Pak biasanya, Mbak?”, tanya Tedi sedikit menggoda.

    “Saya merokok kadang-kadang aja kok, Mas!”, jawab wanita itu.

    Setelah itu mereka mengobrol akrab bak 2 orang yang telah lama berkenalan.

    “Mas, tadi tanya soal kondom, apa sudah menikah?”, tanya wanita itu.

    “Belum, makanya saya bertanya, Mbak sudah?”, jawab Tedi dan berbalik bertanya.

    “Sudah 5 tahun”, jawab wanita sambil menunjukkan kekecewaan di wajahnya.

    “Wah, sudah pengalaman dong, jadi menurut Mbak, sewaktu suami Mbak pakai kondom yang enak rasanya yang merk apa?”, tanya Tedi seakan hal itu menjadi teka-tekinya.

    “Apa kamu sudah punya pacar?”, tanya balik wanita itu.

    Dengan menggelengkan kepala, Tedi menunduk malu seolah sadar bahwa dia menunjukkan keluguannya, lalu dia berusaha menutupinya dengan berkata, “Tapi gini-gini pengalamanku nggak kalah sama Mbak! cuman saya nggak pernah pakai kondom”

    “Oh, ya? saya percaya kok”, sindir wanita itu.

    “Kalau nggak percaya boleh dicoba!”, tantang Tedi.

    Dengan wajah yang memerah dan tersenyum, wanita itu membuka pintu apotik lalu masuk kembali setelah membuang puntung rokoknya, meninggalkan Tedi seorang diri. Dengan menggeleng-gelengkan kepala Tedi merasa sangat tolol setelah menyadari kalau dia baru saja mengeluarkan kata-kata yang paling bodoh sepanjang pengalamannya berkenalan dengan cewek.

    Bahkan saat ini dia belum mengetahui nama dan alamat wanita yang baru saja bercakap-cakap dengannya selama 30 menit. Sebuah hasil yang dapat menjatuhkan pamor yang dikenal teman-temannya sebagai seorang yang ahli memperoleh data tentang cewek dalam berkenalan.

    Tak lama kemudian Tedi juga kembali masuk kedalam apotik dan mendapati pegawai pria apotik itu telah duduk dimeja counter. Merasa ingin buang air kecil, Tedi menanyakan letak toilet kepada pria itu. Sesuai petunjuk pria tadi, tedi memasuki lorong panjang dalam apotik itu dan akhirnya menemukan kamar mandi setengah terbuka yang kelihatan sangat bersih. Dengan terburu-buru Tedi masuk dan langsung membuka resleting celana jeansnya dan segera mengeluarkan penisnya dari dalam CDnya lalu, “Ah.. Lega rasanya!”

    Rupanya Tedi melupakan menutup pintu kamar mandi. Dan karena lagi menikmati buang air kecil dia tak merasakan kalau di belakangnya sudah berdiri pegawai wanita tadi sambil mengamati bentuk dan ukuran penis Tedi yang lagi menyemburkan cairan urine bak ujung selang.

    Setelah membersihkan penisnya dengan tissu yang ada disampingnya, ia terkejut setengah mati merasakan pundaknya dipegang tangan halus dan punggungnya merasakan geseran dengan 2 benda tumpul yang lunak. Menoleh ke belakang ia melihat wajah pegawai wanita tadi.

    Dengan napas lega Tedi berkata, “Kukira hantu, sampai hampir pingsan rasanya!”.

    “Aku mau buktikan ucapan Mas diluar tadi!”, ucap wanita itu sambil tangan kanannya bergerilya memegang pangkal penis Tedi.

    Tanpa dikomando burung Tedi langsung mendongkak keatas memberi penghormatan atas rangsangan genggaman halus tangan wanita itu. Diikuti helaan napas yang dalam wanita itu menggeser-geserkan daerah vitalnya yang masih berada dibalik rok dan CDnya ke pantat Tedi.

    Dengan serta merta Tedi memutar bagian tubuhnya hingga berhadapan dengan wanita itu. Lepaslah genggaman wanita itu pada penis Tedi, tapi pantatnya jadi gantinya, diremas dan ditariknya kearah tubuh wanita itu. Dua bibir saling bertautan, cumbuan dibalas cumbuan, keduanya saling bercumbu dengan gairah yang luar biasa.

    Dua tangan Tedi menemukan pantat wanita itu dan meremasnya sambil menarik ketubuhnya. Penis Tedi terhimpit dan bergesek dengan bagian depan rok wanita itu tepat pada daerah sekitar alat vitalnya, sementara buah dadanya terhimpit dada Tedi. Di bagian bawah gesek menggesek 2 alat vital yang berlainan jenis menimbulkan efek yang semakin menjadi-jadi meskipun masih terhalang oleh rok dan CD wanita itu.

    Di bagian tengah dimana gesekan payudara yang semakin mengeras pada dada Tedi juga terhalang oleh BH, pakaian wanita itu dan kaos Tedi. Bagian ataslah yang baru bebas dari segala penghalang, lidah Tedi masuk dalam mulutnya dan mengusap lidah wanita itu dengan liarnya dan dibalas dengan sedotan dari mulut wanita itu, hal ini terjadi silih berganti sementara kedua bibir saling melekat satu sama lainnya.

    Selang beberapa waktu terjadi genjatan senjata. Kedua pihak saling melepas halangan yang ada. Pakaian terusan wanita itu sekarang sudah terlepas semua kancing depannya hingga bagian depan tubuhnya terbuka bebas. Celana jeans dan CD Tedi juga sudah sampai kebawah, juga kaosnya yang benar-benar lepas tersampir di gagang pintu kamar mandi sempit yang tertutup.

    Wanita itu kemudian melingkarkan tangannya kebelakan untuk melepas kancing BHnya, Tedi memanfaat momen itu dengan berjongkok dan mencumbu perut wanita itu sambil melorotkan CD wanita itu hingga lepas. Bersamaan dengan lepasnya BH wanita itu, cumbuan bibir Tedi juga bertemu bibir vaginanya. Desahan dan erangannya merasuki otak Tedi, sedotan mulutnya pada vagina wanita itu diikuti dengan permainan lidah di klitoris.

    Kedua tangan bebas wanita itu segera menangkap dan menarik bagian belakang kepala Tedi ke arahnya hingga muka Tedi terhimpit diselakangannya. Sedotan mulut Tedi bertambah kuat bak pompa air yang lagi menyedot sumur. Sesekali wanita itu agak menjongkok dan dengan tarikan kuat pada kepala Tedi hingga juluran lidah Tedi dapat masuk kedalam lubang vaginanya yang paling dalam.

    Rangsangan hebat yang diberikan Tedi menghasilkan gelombang kejut pada wanita itu, denyut-denyut dinding vaginanya mengantarkan keluarnya cairan kental. Bergelinjang dalam keadaan berdiri membuatnya terhuyung lemas namun beruntung dinding kamar mandi itu telah dekat dengan punggungya hingga tersandarlah punggungnya di dinding. Dekapan Tedi setelah bangkit dari jongkoknya juga membantu wanita itu untuk tetap berdiri sambil bersandar pada dinding kamar mandi.

    Dalam dekapan Tedi, mata wanita itu terpejam merasakan kepuasan sesaat, payudaranya menempel pada dada Tedi yang berbulu tipis, dan napasnya yang tadinya terengah-engah mulai teratur kembali. Penis Tedi menempel ketat pada daerah kemaluan wanita itu hingga merasakan kehangatan yang basah.

    Tedi mulai mencumbu mulut wanita itu dan sedikit demi sedikit diber jalan hingga pergumulan kedua mulut tak dapat dihindarkan kembali. Diikuti gerakan pinggul dan pantat, mengakibatkan geseran penis Tedi pada bibir vagina wanita mulai terasa nikmatnya bagi kedua belah pihak.

    Lalu wanita itu membuat rangkulan tangan serta usapan di punggung dan belakang kepala Tedi. Terprovokasi oleh rangsangan yang diberikan wanita itu, Tedi mulai sedikit berjongkok hingga ujung penisnya menempel bagian depan lubang vagina lalu dengan gerakan meluruskan kembali kakinya, naik dan masuklah seluruh batang kemaluannya kedalam liang kenikmatan wanita itu yang telah licin dengan tiba-tiba.

    Kaget oleh sentakan Tedi, keduanya melepaskan ciuman mulut, “Akh..!”, jerit wanita itu dengan mulut terbuka dan diikuti dengan desahan, “Ah.. ah.. ah..” ketika Tedi memompa batang kemaluannya kebawah dan keatas. Dua insan berlainan jenis telah memulai hubungan sebadan sambil berdiri dalam kamar mandi apotik yang sempit.

    Mulut Tedi mulai menghisap bagian kiri leher wanita itu lalu sesekali pada telinga kirinya. Dengan berputarnya waktu dan berbagai rangsangan yang saling diterima keduanya, wanita itu semakin merasa lemas pada bagian kakinya karena memaksakan diri untuk merengguk kepuasan meskipun telah berorgasme 2 kali.

    Akhirnya dengan tetap menyandarkan punggungya pada dinding kamar mandi ia meminta tangan Tedi untuk menahan pantatnya lalu mengaitkan kedua kakinya pada bagian belakang kaki Tedi. Sambil membopong wanita itu Tedi tetap melakukan pemompaan batang kemaluannya pada vagina wanita itu. Kekuatan Tedi ada batasnya, akhirnya dilepaskannya kaki kanan wanita itu agar dapat menopang tubuh wanita itu sendiri. Dengan tangan kanan tetap memegang paha kiri wanita itu, Tedi mempercepat gerakan pompanya.

    “Aduh Mas aku mau keluar lagi, ssh..”, ucap wanita itu sambil menggigit bibir atasnya.

    Tedipun segera melepas beban yang sedari tadi ditahannya, penisnya berdenyut hebat dalam liang kenikmatan, menyemprotkan cairan sperma bagai semburan ular berbisa. Merasakan semburan cairan hangat dalam liangnya, wanita itu pun tak kuasa menahan orgasmenya. Keduanya saling berangkulan sampai penis Tedi keluar dari liang kenikmatan dalam keadaan kosong dan lemas. Diakhiri dengan saling ciuman bibir, keduanya membersihkan diri, mengenakan kembali pakaian yang lepas, dan keluar dari kamar mandi.

    Tedi melihat waktu pada jam dinding apotik menunjukkan pukul 3 pagi dan setelah menerima obat pesanannya yang baru tiba itu dari pegawai pria apotik itu, dia langsung keluar menuju mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga sampai rumah sakit tempat kawannya dirawat.

    Kemudian dia memberikan obat serta kopi resepnya itu pada perawat jaga lalu duduk termenung di ruang tunggu sambil berusaha mengingat kejadian sensasional di apotik tadi. Lalu dari kejauhan lorong rumah sakit didepannya dia melihat Joni dan Rio, kedua kawannya, keluar dari sebuah ruangan dengan wajah suka cita, diikuti 2 perawat, yang seorang berumur 40-an dan satunya 20-an.

    Kedua perawat yang berjalan dibelakang Joni dan Rio terlihat sedang membetulkan seragamnya dan berusaha menutup kancing bagian atasnya. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Tedi.

    Kira-kira apa yang telah dilakukan Joni dan Rio? Donor darah merah atau putih? Kenapa mereka kelihatan senang sekali? Itulah semua pertanyaan dalam benak Tedi.

  • Foto Bugil Hot Ayame Nagahara

    Foto Bugil Hot Ayame Nagahara


    1745 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Foto Ngentot Pembantuku Selingkuhanku

    Foto Ngentot Pembantuku Selingkuhanku


    1745 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat siang sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Kisah Memek Pemerkosaan yang mulai aku nikmati

    Kisah Memek Pemerkosaan yang mulai aku nikmati


    1745 views

    Cerita Seks Terbaru – Lebih dari 3 tahun aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga, majikanku ini terkenal kaya dan baik apalagi dia adalah kepala desa dan disegani oleh masyarakatnya, majikanku ini bernama Bapak Dimas, selama bekerja disini aku merasakan enak tidak enaknya menjadi pembantu, dan kejadian selama tinggal disini aku pernah diperkosa.

    Malam itu sangat panas sekali aku mau tidur aja susah kemudian aku bukalah jendela kamarku supaya anginnya masuk ke kamarku dan aku berganti pakaian dengan daster tipis aku mennyalakan kipas anginnya baru aku bisa tertidur pulas. Yang membuat aku bingung pada waktu itu aku malah bermimpi dengan sopir pribadinya Bapak Dimas.

    Film semi dewasa klik disini jepang,korea hot banget

    Namanya Pak Aris dalam mimpiku dia mendatangiku dan memelukku tanpa pakain dan telanjang total, walaupun usianya yang sudah tua tapi badannya itu yang kekar seperti orang kebanyakan fitnes, beliau mempunyai tubuh yang kekar dan berotot.

    Dan yang membuatku geli adalah buah terong yang menggantung indah di pangkal pahanya. Ih, begitu menggemaskan.Perlahan-lahan beliau mendekatiku dan langsung meremas remas buah dadaku yang telah terbuka bebas.

    Entah kenapa belaian Pak Aris terasa begitu nyata, seperti bukan dalam mimpi. Bahkan ketika bibir tebalnya mulai melumat kupingku aku sempat tersentak dan perlahan-lahan terjaga dari tidurku. Namun betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

    Ternyata apa yang aku rasakan tadi bukan sekedar mimpi. Dihadapanku ternyata benar-benar ada sosok Pak Aris yang memeluk tubuhku.Pak Aris! Apa yang Bapak lakukan? Aku mendorong tubuh Pak Aris kuat-kuat sehingga dia terjengkang ke belakang.

    Segera aku menutupi tubuhku yang ternyata juga nyaris telanjang dengan selimut.Tenang, Lis! Sudah lama aku memendam nafsuku terhadapmu! Kembali Pak Aris mencoba merengkuh tubuhku. Namun kembali aku mendorong tubuhnya kuat-kuat ke belakang.

    Pergi! Bentakku.Atau saya akan teriak!Silahkan teriak! Percuma saja kamu teriak. Karena tidak akan ada orang yang mendengarmu. Apa kamu lupa, Pak Dimas dan keluarga tadi sore sudah berangkat ke Bandung untuk liburan! Jadi lebih baik kamu turuti saja keinginanku!Pak Aris tersenyum sinis.

    Aku semakin ketakutan ketika Pak Aris kembali mendekatiku. Segera saja aku melompat dari ranjang dan mencoba berlari ke arah pintu dengan kondisi telanjang. Namun sial! Aku kalah cepat dengan Pak Aris.

    Dengan cepat, ia menyergapku dari belakang dan menghimpitkan tubuhku ke arah dinding. Kedua tangannya mencengkeram kuat lenganku ke atas tembok, sedangkan kedua kakinya mengunci kakiku sehingga aku sulit untuk bergerak.

    Aku mencoba untuk meronta sekuat tenaga. Namun percuma, tenaga Pak Aris memang jauh lebih kuat dibandingkan tenagaku yang hanya seorang wanita. Semakin kuat aku meronta, semakin kuat cengkeraman Pak Aris di Tubuhku.

    Tolong, Pak! Lepaskan saya! aku menangis dan mengemis kepada Pak Aris. Namun percuma saja. Beliau tidak mendengarkan perkataanku. Bahkan dengan liar Pak Aris menghunjamiku dengan ciuaman mautnya.

    Lama kelamaan tanagaku terkuras habis. Tubuhku menjadi lemas. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Pak Aris.Perlahan-lahan cengkeraman Pak Aris mulai mengendor.

    Perlakuannya yang semula kasar mulai melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan aku mulai masuk dalam permainannya ketika dengan lembut Pak Aris mulai menggesek-gesekkan batan kejantanannya ke atas pahaku.

    Seketika itu kakiku terasa lemas dan lunglai. Aku tak kuat lagi menopang berat badanku sendiri, sehingga aku mulai terkulai. Namun dengan sigap, Pak Aris segera menangkap tubuhku, mengangkatnya lalu membopongku ke atas ranjang.

    Sesaat terlintas di wajah Pak Aris sebuah senyum kemenangan. Kemudian dengan lembut ia mulai melumat bibirku. Entah kenapa aku tidak kuasa untuk menolaknya. Bahkan ada dorongan kuat dari dalam diriku untuk membalas lumatannya itu.

    Nah, begitu dong Lis! Kalau begini kan lebih enak! kata Pak Aris senang.Aku tersenyum tersipu-sipu.Bapak benar, mungkin lebih baik saya menuruti bapak dari pertama tadi. Lagipula, sudah lama juga saya tidak mendapatkan sentuhan laki-laki.

    Kembali Pak Aris tersenyum senang.Trus, ngapain kamu tadi pake coba berontak, Lis?”Tadi saya cuma kaget saja. Di balik penampilan bapak yang bersahaja, kok tega-teganya bapak mencoba memperkosa saya.

    Tapi, ah sudahlah! Yang pentingkan sekarang saya sudah menjadi milik Bapak!Kembali Pak Aris mulai mencumbuku. Ciumannya mulai merambat melalui leherku kemudian turun ke buah dadaku. Kumis tebalnya yang kasar menyapu kulit dadaku sehingga menimbulkan sensasi tersendiri yang semakin membuatku serasa terbang ke angkasa.

    Ciuman dan jilatan Pak Aris terus bergerak turun. Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dadaku, tangan kanannya tengah sibuk di pangkal pahaku membuat pilinan-pilinan yang kurasa nikmat.Oh, Pak Aris! Jangan siksa aku seperti ini! rengekku.Pak Aris tidak memperdulikan ucapanku.

    Justru ia malah menyibakkan rumput-rumput liar yang menghalangi pintu goa darbaku.Wah, Lis! Indah sekali memiaw kamu. Warnanya merah muda dengan baunya yang semerbak. Oh, sungguh mempesona.

    Bagaikan sekuntum mawar merah yang tengah merekah di pagi hari. Pasti kamu merawatnya dengan baik. Oh, Lis! Aku suka sekali dengan memiaw yang seperti ini!Perlahan-lahan Pak Aris menjulurkan lidahnya dan menyapu permukaan klitorisku.

    Terasa kasar, memang. Tapi nikmat!Ayolah, Pak! Ouhh, aku sudah tidak tahan lagi. Aku terus mengemis kepada Pak Aris. Namun dia terus mempermainkan emosiku. Akhirnya aku mencari inisiatif lain.

    Aku mencoba menggerayangi tubuh kekar Pak Aris sambil mencari-cari buah terong yang menggantung di pangkal pahanya.Dan tidak susah bagiku untuk menemukan buah terong sebesar itu. Dengan lembut dan manja, aku mulai mengocok batang kont*l Pak Aris di sertai dengan pijatan-pijatan yang membuat beliau merem melek.

    Perlahan aku membimbing kont*lnya menuju ke memiawku yang sudah basah. Namun dengan nakal, Pak Aris hanya menempelkan dan menggesek-gesekkan ujung kepala kont*lnya di atas bibir vaginaku.

    Terasa geli, memeng. Tapi sensasi yang aku rasakan terasa begitu nikmat. Belum pernah aku merasakan yang seperti ini.Oh, Pak Aris! Ayolah.aku udah nggak tahan lagi, cepet masukin dong!Aku sudah tak bisa tahan diperlakukan seperti itu.

    Perlahan aku menaikkan pantatku ke atas untuk menyambut kejantanan Pak Aris yang sudah ngaceng. Kemudian aku menekan pantat Pak Aris ke bawah supaya kont*l itu bisa masuk dengan sempurna.Cerita Seks Perkosa,Cerita Mesum perkosa,Cerit ngentot Perkosa,Cerita Mesum perkosa,Cerita Hot Perkosa,Perkosa Keenakan

    Aaarrrghhh! aku menjerit kecil ketika batang kont*l Pak Aris yang besar itu menembus liang vaginaku. Awalnya terasa seret dan perih, karena ukuran k*ntol Pak Aris memang besar dan panjang bila dibandingkan dengan milik suamiku.

    Namun setelah buah terong itu tertanam beberapa saat di dalam liang vaginaku, rasa perih itu perlahan berubah menjadi rasa nikmat.Perlahan-lahan Pak Aris mulai mengayunkan pantatnya naik dan turun.

    Hooohh.., Pak! Ssstt, enak Pak! aku jadi ngomong tak karuan.Ayo, Lis!Goyangkan juga pan..tatmu! Ooohhh!Aku menuruti kata Pak Aris. Kucoba untuk mengikuti irama dan gerakan-gerakan nikmat yang dilakukan Pak Aris.

    Gesekan-gesekan halus antara batang kont*l Pak Aris dengan dinding vaginaku terasa begitu nikmat.Ohhh, Lis! Yabegitu! Terusgoyangkan pantatmu! Uuuhh, oohh, yes!Pak Aris tampak begitu menikmati permainan kami.

    Kulihat wajahnya menengadah dengan mata terpejam, seolah meresapi sedotan dari vaginaku. Sesekali dari bibirnya terdengar lenguhan dan desisan kenikmatan.Akupun juga menikmati sodokan-sodokan mantap batang k*ntol Pak Aris.

    Bahkan aku memeluk tubuh kekar Pak Aris dengan erat. Seolah tak ingin berhenti dari permainan itu. Keringat mengalir deras melalui pori-pori tubuh kami, sehingga dada bidang Pak Aris yang berbulu lembut tampak mengkilat karena basah oleh keringat.

    Aku tidak menyangka, ternyata di usianya yang mencapai setengah abad itu, Pak Aris masih memiliki stamina yang prima. Sampai-sampai aku kewalahan menghadapi goyangan dan sodokan mautnya.

    Hingga akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang berdenyut dari dalam rahimku.Ooohh, Pak! Saya, mau ke..luar!Ssshhhtt, Arrhhhggg! Aku tidak kuat lagi menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam rahimku.

    Namun Pak Aris masih terus mengayunkan kont*lnya keluar masuk dan menusuk-nusuk goa darbaku. Dan beberapa saat kemudian, aku juga merasakan batang k*ntol Pak Aris mulai berdenyut-denyut didalam vaginaku.

    Sampai akhirnya.Aaaoouuhhh, Lis! Nikmat bangeet!Cairan putih kental menyembur deras dari ujung tongkol Pak Aris. Pak Arispun kemudian menjatuhkan diri ke sisi tubuhku. Nafasnya tampak terengah-engah dan terlihat kecapean.

    Oh, Pak Aris! Bapak memang benar-benar hebat. Sudah lama saya tidak merasakan nikmat seperti ini. Terima kasih ya Pak! Aku memeluk tubuh Kekar Pak Aris.Kusandarkan kepalaku di dada bidang Pak Aris sambil mengelus-elus bulu-bulu lembut yang berbaris rapi sampai ke pangkal pahanya. Dengan lembut pula Pak Aris membelai rambutku yang sedikit oleh keringat. Ah, ternyata diperkosa itu tidak selamanya tidak enak. Kali ini justru aku mengharapkannya lagi.

  • Foto Ngentot Gadis Lugu Yang Cantik Dan Hot

    Foto Ngentot Gadis Lugu Yang Cantik Dan Hot


    1744 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini. Agen Sbobet

  • Video Bokep Tante Reiko Kobayakawa Sedang Sange

    Video Bokep Tante Reiko Kobayakawa Sedang Sange


    1744 views

  • Nikmatnya Memperkosa Anak Kost Yang Cantik

    Nikmatnya Memperkosa Anak Kost Yang Cantik


    1744 views

    Duniabola99.org – Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku. Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru masuk kuliah semester pertama.

    Suatu malam pada saat aku, Joni, Bram dan Agung sedang minum minuman keras salah seorang cewek penghuni kost yang bernama Tiara baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku. “Wah Jon…. cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?” pancingku. “iya tuh.. sexi banget…. wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman ngeliat aja…” Bram pun menimpali ” Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon..

    ” Lalu aku kembali memancing mereka..”Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian rame-rame, kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita….?” “Gila loh…. entar dipenjara gimana..?” sahut Agung. “Ga bakalan….. asal tahu caranya bro…” Sahutku “Maksud loe gimana jack..?” Tanya Bram. Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah lama aku siapkan “Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi.. mau tahu caranya..?” Aku berkata kepada Agung “Kamu bisa gunakan ini kan Gung.?” Agung tersenyum simpul dan mengangguk. “Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!” Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai.

    Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.

    Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka, aku melihat Tiara sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2 kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tiara dan kelompok kedua Bram dengan Joni mengetuk kamar Didin. Bram mengetuk kamar Didin perlahan, rupanya Tiara terbangun terlebih dahulu karena kamar mereka bersebelahan. Namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok dileher Tiara. “Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!” Tiara terkejut dan masih terdiam.

    “Coba panggil temen kamu yang masih tidur dari sini..!!” wajah Tiara pucat dan dengan gemetar memanggil temannya, “Din… bangun Didin… tolongin gue Din…” panggil Tiara dengan suara gemetar. Sementara Bram masih mengetuk kamar Didin. Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Didin sambil menempelkan goloknya pula, Didin terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak. “Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan temannya ha.. ha.. ha…” perintahku.

    Setelah Didin diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat ke Agung supaya menyalakan handycam. Tiara semakin pucat dan mulai memohon “Ampun bang… tolong jangan perkosa kami..ini kami ada sedikit uang untuk Abang.. ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami bang..” Kata Tiara hampir menangis. Aku tampar wajah Tiara, “Diem loh jangan berisik..!!” lalu mendorong tubuh mungil Tiara keatas tempat tidurnya yang indah. Tiara mulai terisak, aku tak perduli.

    Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tiara mencoba berguling kesamping sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tiara dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tiara yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah. “Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!” perlahan lahan Tiara menurut. Aku mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tiara masih terisak.Didin yang terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu.

    Aku membuka seluruh pakaianku, dan aku menjambak rambut Tiara sehingga wajahnya terangkat. “Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!” Kataku Tiara menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai mengulum penisku. “Heh..setan!! Awas jangan kena gigi elo rasanya sakit tahu…!!!” aku memaklumi karena mungkin Tiara baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Aku segera memaju mundurkan wajah Tiara dipenisku dengan menjambak rambutnya.

    Tanpa membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Didin dan membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Didin supaya masuk keranjang dimana Tiara sedang mengulum penisku. “Buka bajumu… dan jilat vagina temanmu ini.. awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu sekarang juga..!!’ Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku. “Bisa aja kamu jack.. wah wah.. wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!” kata mereka. Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku. Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya mereka juga terangsang melihatku.

    Seperti perintahku, setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, Didin mulai menjilati vagina Tiara dengan ragu-ragu. “Ayo yang mesra jilatin vagina Tiara..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!” gertakku. Didin menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia menjilati vagina Tiara, rupanya kuluman Tiara pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan yang ditimbulkan Didin pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.

    Birahiku segera memuncak dan segera ingin meperkosa vagina milik Tiara yang terlihat sempit itu. Kemudian aku menyuruh Tiara untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Didin untuk meletakkan vaginanya diatas mulut Tiara. “Nah sekarang ganTiaran elo yang jilatin vagina milik Didin..jangan mau enaknya saja ya..!!” Tiara pucat tapi dia menurut. wajah Tiara terbenam diselangkangan milik Didin sementara mereka semua hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku.

    Aku memposisikan penisku divagina Tiara, sambil terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Didin yang berukuran sedang dan indah pula. Lubang Tiara masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha menjilati vagina Didin. Lubang milik Tiara sudah basah akibat jilatan Didin tadi, dan Drrrt.. drrt.. drrt. Aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tiara. Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku. “Aah..tolong sudah bang sakit bang…aduh..sakit bang..tolong…!!” Jerit Tiara Bram segera mendatangi Tiara dan menampar mulutnya.. PLAK..!!! “Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus memek temen kamu itu!!!” kata Bram.

    Air mata Tiara tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah dada Didin yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tiara. Sepuluh menit kemudian….. Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tiara. Aku mengentikan aktivitas penisku didalam vagina Tiara. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tiara. Sementara aku berhenti, kini rupanya giliran Didin yang tiba tiba mengejang, rupanya dia juga mengalami orgasme karena jilatan Tiara pada vaginanya.

    Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tiara ditempati oleh Didin begitu pula sebaliknya. sekarang vagina Tiara-lah yang dijilatin oleh Didin. Darah keperawanan Tiara masih meleleh dipahanya bercampur spermaku.

    Aku mmerintahkan Didin untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku dipaha Tiara. Didin yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti mau muntah namun ditahannya. “Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe.. ngerti..?” ancamku pada Didin. Gadis itu semakin ketakutan. Kini penisku sudah berada dibibir vagina Didin, sementara Didin masih menjilatin vagina milik Tiara yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tiara. Vagina Didin rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat menembus vagina Didin.

    Jujur saja ketika memerawani Didin penisku agak sakit karena memang vagina Didin lebih sempit dari vagina milik Tiara. Setelah beberapa saat setelah penisku berada dalam vagina Didin yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur. Vagina Didin lebih nikmat dari vagina Tiara karena memang bentuk tubuh Didin lebih kecil dari bentuk tubuh Tiara. Setengah jam aku memompa vagina Didin sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh labih banyak daripada spermaku di vagina Tiara.

    Setelah aku menghabiskan spermaku diliang vagina Didin , aku meyuruh Tiara untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah keperawanan Didin yang masih melekat di penisku. Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing masing penis yang sudah ngaceng. “Bagaimana..?” Tanyaku……” “Hebat Jack……. sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih…!!!” Kata Bram “sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing..” “biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ya..?” Kataku Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya. “Coba lihat dulu ini…” Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga bersih.

    Bram tertawa lebar”ha.. ha.. ha..betul juga maksud elo jack.. masa kami dikasih bekas kecap elo… ha.. ha.. ha” Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tiara sudah terlihat bersih dari spermaku dan ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan dan tak ketinggalan pula Agus sang ‘kameramen’ yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.

    Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor, ATM dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya. Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tiara dan Didin sudah tidak bertempat tinggal dokostnya lagi, rupanya mereka telah pindah. TAMAT.

  • Stepdad watches teen bad girl with pigtails Ivy Ryder getting nailed by BBC

    Stepdad watches teen bad girl with pigtails Ivy Ryder getting nailed by BBC


    1743 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang
    begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD
    disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita
    dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan
    setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Kenangan Seks Bersama Supirku

    Kenangan Seks Bersama Supirku


    1743 views

    Duniabola99.org – Kisah ini terjadi ketika aku masih SMU, ketika umurku masih 18 tahun, waktu itu rambutku masih sepanjang sedada dan hitam (sekarang sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMU aku termasuk sebagai anak yang menjadi incaran para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk seusiaku dengan buah dada yang sedang tapi kencang serta pinggul yang membentuk, pinggang dan perutku pun ukurannya pas karena rajin olahraga, ditambah lagi kulitku yang putih mulus ini. Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.

    Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri, jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari (dia dulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku sering memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini. Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status diantara kami.

    Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.

    “Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi sampai kok” hiburnya

    Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar celana dalamku.Cerita Seks Supir,Kisah Seks Supir,Cerita Sex Supir,

    “Sshh.. Bang” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.

    “Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem sama Non, apalagi kalau ngeliat Non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat Abang ngeliatnya juga” katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.

    Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.

    Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.

    “Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya kaya memeknya, Non marah ga saya giniin?” tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.

    Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.

    Aku merasakan benda keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.Cerita Seks Supir,Kisah Seks Supir,Cerita Sex Supir,

    Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku melihat takjub pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku. Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.

    “Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non” katanya.

    Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.

    “Uaahh.. uueennakk banget, Non udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.

    Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.

    “Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan” katanya.

    Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.

    Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.

    “Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget.. memekmu.. enaknya!” ceracaunya di tengah aktivitasnya.

    Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.

    “Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang” desahku dengan mempererat pelukanku.

    Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata, “Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi Non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah Non, udah basah gini”.

    Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.

    Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.

    Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.

    “Oouuhh.. Bang!” itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.

    Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.

    Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.

    Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.

    Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.

    Sejak saat itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak mood pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang

    Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

  • Blonde Teresa Lynn and her BF have swinging hardcore groupsex on the yacht

    Blonde Teresa Lynn and her BF have swinging hardcore groupsex on the yacht


    1743 views

    Duniabola99.org –  Kumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Foto Ngentot Si Cantik AYUMI IWASA Asal Jepang

    Foto Ngentot Si Cantik AYUMI IWASA Asal Jepang


    1743 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini. Starbet99

  • Young Euro girlfriend Anna Teilor having hairy twat spread by boyfriend

    Young Euro girlfriend Anna Teilor having hairy twat spread by boyfriend


    1742 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Kisah Memek Istriku yang romantis

    Kisah Memek Istriku yang romantis


    1742 views

    Cerita Seks Terbaru – Sеtеlаh “Pеlаjаrаn mаhаl”, kuаlitаѕ аktivitаѕ hubungаn kаmi ѕеmаkin mеmbаik wаlаuрun dаri ѕеgi kuаntitаѕ bеlum ѕереrti уаng ѕауа hаrарkаn. Nаmun аdа ѕааt-ѕааt уаng tidаk kudugа, iѕtriku tеrсintа ѕudаh ѕukа mеmintа bаhkаn tidаk rаgu-rаgu untuk mеmulаi.

    Sереrti dini hаri tаdi, iѕtriku tibа-tibа mеmеluk dаn mеrаbа. Kаrеnа tidаk аdа рikirаn kе аrаh itu, ѕауа diаmkаn dаn tеtар mеnсоbа untuk tidur kеmbаli. Mаkin lаmа rаbааnnуа mеnuju dаеrаh ѕеnѕitifku, аkhirnуа ku bаlikkаn bаdаn dаn bеrhаdараn mukа. Diа mеmеlukku mаkin еrаt dаn mеnсiumi рiрiku.

    “Mа…, kеnара?”, tаnуаku dеngаn rаѕа ѕеnаng.
    “Mаmа mаu dоng”, biѕiknуа mеѕrа.
    “Mаu арааn, mаѕih dingin niсh”, jаwаbku ѕаmbil bаlаѕ mеrаbа dаеrаh ѕеnѕitifnуа.
    “Mаu mаin mаin ѕаmа аdеk kаmu Yаh”, ѕаmbil mеnаrik реniѕku kеluаr ѕаrаngnуа.
    “Ugh…”, iѕtri ѕауа mulаi mеrеmаѕ dаn mеngосоk реniѕku.
    “Mа…, 69 уuk…”, аjаkku mеѕrа
    “Nggаk аh…, nаnti ѕаjа kаlаu mаndi”, bаlаѕnуа ѕаmbil mеmаinkаn реniѕku.
    “Kаlаu bеgitu ауо mаndi”, biѕikku.
    “Tаdi kаtаnуа mаѕih dingin…”, biѕiknуа mеnimраli.
    “Siара уаng nggаk kераnаѕаn kаlаu diginiin”, ѕаmbil mеnуingkар bibir kеmаluаnnуа. “Uh…, Aуаh nаkаl…”, bаlаѕnуа dеngаn аgаk gеnit.
    “Nаkаl ѕаmа Mаmа khаn”, kuсоbа mеrаih рауudаrаnуа dаri bаlik bluѕ уаng diраkаinуа.
    “Jаngаn…, itu рunуа Lеа (nаmа аnаk реrеmрuа kаmi)”, сеgаhnуа ѕаmbil mеnсеkаl tаngаnku mеnсараi рауudаrаnуа.
    Kаn ini рunуа Aуаh…” rаjukku.
    “Aуаh, Lеа kаn ѕuѕаh nеnеnnуа. Nаnti mаlаh tidаk mаu lаgi”, timраlnуа gеnit.
    “Tарi Aуаh kаn nggаk ngеrоkоk ini…”bujuk ѕауа, tеtарi uѕаhа itu tеtар tidаk bеrhаѕil.

    Hаmрir iѕtriku mоgоk, untuk ѕааt ku mаѕukkаn jаri tеngаh kе kеwаnitааnnуа, iѕtriku tеrаngѕаng kеmbаli dаn mеrараtkаn kеduа раhаnуа. Kuѕibаkkаn раhаnуа dеngаn mеmаѕukkаn kаkiku, dаn iѕtriku mаkin mеlеbаrkаn kаkinуа mеmреrѕilаkаn реniѕku mеmаѕuki gеrbаngnуа. Akhirnуа mаѕuklаh реniѕku dеngаn ѕukѕеѕ mеnghаntаrkаn kеnikmаtаn уаng tidаk tеrkаtаkаn.

    “Mа…, kаlаu tаhu kаwin itu nikmаt, mеngара tidаk dаri dulu-dulu kitа kаwin уаh…” gоdаku ѕеdikit nаkаl.
    “Enаk аjа…” jаwаb iѕtriku ѕаmbil mеrеm-mеlеk mеnikmаti gоуаngаn уаng tidаk аdа реngаturnуа.
    Sаmbil tеtар gоуаng рinggul dеngаn ѕеmаngаtnуа, ѕауа сium mukа iѕtriku dеngаn mеѕrа. Ku соbа mеrаih рutingnуа уаng mаѕih tеrbungkuѕ bluѕ. Kаrеnа tidаk аdа uѕаhа реnсеgаhаn, аkhirnуа bluѕ itu ku lераѕkаn dеngаn bаntuаnnуа.
    “Yаh…, ауо nеnеn Yаh…”, рintаnуа mеѕrа.
    “Mаnа nеnеnnуа”, gоdаku ѕеdikit nаkаl.

    “Aуаh nаkаl аh…”, ѕаmbil mеnghаntаrkаn рutingnуа kе mulutku ѕереrti hеndаk mеnеnеnkаn Lеа.
    Tаnра mеnunggu реrmintааn kеduа kаlinуа, kuѕеrbu рutingnуа dеngаn реnuh ѕеmаngаt, iѕtriku turut mеmbаntu dеngаn mеmbuѕungkаn dаdаnуа аgаr ѕеmuа рауudаrаnуа mеrаѕаkаn hiѕараn mulutku.

    “Yаh… gоуаng dоng …”рintа iѕtriku, mеndеngаr реrmintааn itu dаn tаhu iѕtriku mаu оrgаѕmе, ku реrсераt gоуаngаn рinggulku уаng diikutinуа dеngаn mеlingkаrkаn kаkinуа kе kаkiku.
    “Ugh…”, аkhirnуа iѕtriku ѕаmраi dаn lаngѕung tеrgеlеtаk lеmаѕ.
    “Mаmа ѕudаh kеluаr уасh”, biѕikku реlаn.
    “Iуа, Aуаh bеlum?”, bаlаѕ iѕtriku.
    “Kоk nggаk аdа уаng nуеmрrоt?”, gоdаku mеѕrа.

    Akhirnуа ku аkui iѕtriku mеmаng tidаk mеnуеmburkаn саirаn оrgаѕmеnуа, nаmun уаng раѕti iѕtriku mеrаѕаkаn оrgаѕmе jugа. Kаdаng biѕа bеrkаli-kаli bilа mеmаng ѕеdаng tеrаngѕаng.

    Bеgitulаh hubungаn kаmi ѕеbаgаi ѕuаmi iѕtri,mаkin hаri mаkin rоmаntiѕ dаn kеnikmаtаn ѕааt bеrѕеtubuh ѕаngаt luаr biаѕа mеѕki kаmi ѕudаh mеmiliki ѕеоrаng рutri.

  • Petite college girl Bunnie Hughes gets banged while she’s home on break

    Petite college girl Bunnie Hughes gets banged while she’s home on break


    1741 views

    Duniabola99.org– Kumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • HENTAI 022

    HENTAI 022


    1741 views

  • Nikmatnya tubuh Kanako Osaka Yang Membuat Gairah sex ku Tak Tertahankan

    Nikmatnya tubuh Kanako Osaka Yang Membuat Gairah sex ku Tak Tertahankan


    1741 views

  • Foto Bugil Hot Jepang Miami Kosaki

    Foto Bugil Hot Jepang Miami Kosaki


    1741 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

  • Desahan Liar si Janda

    Desahan Liar si Janda


    1741 views

    Duniabola99.org – Udara pagi ini trasa sejuk skali, seakan mnyambut baik datangnya hari Minggu ini. Secerah wajah tante Ivone yg tengah brcengkrama dngn bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh, namun kcantikan wajahnya tak dapat disembunyikan.

     

    Aku baru saja selesai mandi dan brniat ngeteh diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi mataku mlihat tante Ivone tengah asyik menikmati keindahhan bunga ditaman depan rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone nampak srius mmperhatikan tanaman itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ” balasnya tanpa brpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda tan!? ” tanyaku lagi stengah mnawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya juga seraya mmblakangiku. Aku tak mlihat tante Rita, Hendri ataupun Nita pagi ini. ” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati.

    Aku kmbali mmperhatikan tante Ivone yg mmblakangiku. Mulai dari betisnya yg putih mulus mskipun nampak kurus, pahanya yg lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun trbalut clana pendek, namun trlihat jelas lekukannya. ” Coba dia bisa aku tiduri sperti tante Rita ya? ” gumanku dalam hati. Belum habis lamunanku,tiba tiba kulihat tubuh tante Ivone trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan cepat aku mloncat dan mmegangi tubuhnya yg nyaris trsungkur itu, mninggalkan sisa lamunan cabulku.

    Kurangkul tubuhnya yg mulus dan trlihat lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir, sraya mmapah tubuh tante Ivone. “Kpalaku trasa pusing Fad” jawab tante Ivone lemah. “Ya udah, istirahat aja didalam” saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. “Akhirnya aku bisa mrangkulmu Vone” ucapku dalam hati. Ada sjuta kebahagian dihatiku karna mampu mrangkul tubuh si angkuh trsebut.

    Stelah brada didalam rumah, dengan perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu. Dengan mnarik nafas tante Ivone duduk dan brsandar pada sandaran sofa. Stelah itu aku melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku kembali dngn sgelas air hangat dan mnghampiri tante Ivone yg tengah brsandar disandaran sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil mnyerahkan gelas brisi air hangat yg kubawa. Tante Ivone pun mminum air hngt yg kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil mletakan gelas dimeja yg ada didepannya.

    “Kpalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku. Tante Ivone hanya mnganggukan kpalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi. “E, em” jawab tante Ivone prlahan seakan tengah mnahan sakit. Aku pun sgera memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan, kmudian dahinya yg dia bilang mrupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, knapa tante Fad!?” tanya Nita yg baru saja pulang. “Tadi si tante hampir jatuh, kpalanya pusing Nit!” jawabku. ” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita sambil mlangkah kedapur. “Dah aga mndingan Fad” jelas tante Ivone dngn mata terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya brsamaan dngn rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Ivone trasa mnusuk kedua lobang hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat dngnnya.

    “Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku, brupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali? “ujarnya pula, seakan mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani lebih jauh. “Mau dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya. “Memang kamu bisa!?” tante Ivone balik brtanya. Membuat hatiku trasa brdebar tak karuan. “Ya bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Ivone brubah fikiran lagi. “Ya udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Ivone. Mmbuat hatiku brdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah dia mlangkah mnuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku.

    Setelah brada didalam kamar, kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Ivone pun mrebahkan tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan coin untuk mengerik tubuh tante Ivone. Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku kembali mnghampiri tante Ivone yg tengah menanti. Dengan mmbranikan diri aku memintamya agar dia mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun prlahan melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya. Shingga tante Ivone kini hanya mngenakan bra yg brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Ivone mmbuka bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mngendap dibenakku sejak awal, ketika memprhatikan dia ditaman.
    Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap …

    ..usap punggung mulus yg mmblakangiku, dngn hati hati sekali. “Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku pnuh haraf sambil trus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. “Iya… ” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang pasti tanganku sgera melepaskan kait tali branya, sehingga mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara milik gadis kebanyakan. Stelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari mmbentuk garis dipunggung tante Ivone. Sambil sekali kali mataku melirik kearah payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak tangannya. Tapi hal trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa pnasaran yg tramat. Smentara tante Ivone hanya trdiam sraya mmejamkan matanya yg bulat dan indah. ” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn mata yg trpejam. Tiba tiba pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita tengah brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar Nita brpamitan sraya matanya mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante Ivone tanpa brpaling kearahnya. Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu kembali dan brlalu pergi.

    Jari tanganku mulai nakal trhadap tugasnya, jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Ivone terkadang brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya. “Jari kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone stengah berbisik seraya mlirik ke arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur. Tapi tante Ivone malah melepaskan branya shingga kini payudaranya nampak polos tanpa plindung lagi. Dan langsung menjadi santapan kedua mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu plototin pe puas dech!!” ujar tante Ivone tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh prsendianku. Kontolku brlahan tapi pasti mulai brdiri tegak mngikuti dorongan hasratku.

    “Memang dah selesai ngeriknya Fad!?” tegur tante Ivone mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku yg trtunda sesaat. Hampir sluruh bagian belakang tubuh tante Ivone telah kukerik dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian bokongnya yg luput dari kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta CD yg dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.
    Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Ivone mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, agar aku mnyudahi pijatanku.

    Dengan prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku dan sgera mmbrsihkan sisa sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ” Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Ivone skaligus printah. Akupun branjak pergi kekamar mandi yg memang ada didalam kamar trsebut. Stelah usai mncuci sluruh tanganku hingga bnar bnar bersih. Akupun kembali menghampiri tante Ivon yg tengah telentang diatas ranjang masih dngn keadaan sparuh bugil. Sperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yg bulat dan brisi nampak mmbusung besar didadanya, dngn puting yg brwarna coklat susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”. “Aku juga mau kok!?” ucap tante Ivone sambil mremas salah satu payudaranya hingga putingnya mnonjol kearahku. Akupun mndekat mnghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat kontolku kian brdiri dan mngeras kencang dibalik clanaku.

    Akupun tak mnunggu lebih lama, sgeraku remasi payudaranya yg mnantang. Tante Ivone brgelinjang saat tlapak tanganku mndarat dan meremas kedua payudaranya. ” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya prlahan. Jari jemariku kian liar mremasi sluruh daging bulat yg padat brisi. JariQ juga memainkan putingnya yg mulai mngeras. ” Iya,.., ayo diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Ivone dngn nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati dan mengisapi puting payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Ivone sraya mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg kenyal sperti urat dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk diantara clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku trasa mnyentuh rumput halus yg cukup lebat didalamnya. Tante Ivone mmbuka pahanya tak kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg ada ditengah bulu bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Ivone saat tlunjukku brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan tubuhnya penuh gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras hendak kluar dari bahan yg mnutupinya.

    Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk didalam memek tante Ivone, hingga lobang itu mulai trasa basah dan lembab. Sampai akhirnya tangan tante Ivone menahan gerakan tanganku dan mminta mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Ivone. Akupun menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan putingnya dari mulutku.

    “Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Ivone sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya.

    Dengan senyum manis kearahku, tante Ivone mendekat dan brjongkok tepat didepan slangkanganku. “Aouw, gede banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak tangannya mraih kontolku yg telah brdiri dan keras. Dngn tangan kanan dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya. Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat memegangi kpala tante …
    …Ivone, mremas serta mngusap usap rambutnya yg ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar mngulum dan mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih buas dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat. Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu.

    Entah brapa lama tante Ivone mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku brgetar dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air maniku.

    Tante Ivone sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua kaki tante Ivone trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang memek yg brwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai mnjelajahi dan mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah tante Ivone saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya. “Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku. Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk lebih dalam lagi. “Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Ivone tak karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, kini brpindah pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku.
    “Aughh…..” suara tante Ivone sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit leherku, ketika ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Ivone lirih. ” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku.
    Akupun mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Ivone dan bangkit brdiri dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante Ivone agar bangkit dari duduknya. Kini aku yg mnggantikan posisinya duduk dikursi.

    Tante Ivone naik keatas pahaku dan tubuhnya mnghadap kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian tante Ivone mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ” Aagghhsss.. ” rintih kecil tante Ivone ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ” Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Ivone tak karuan jika tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya. ” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan bokongnya dngn cepat. Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya .”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone sambil mnekan bokongnya lebih rapat dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan tekanan bokong tante Ivone. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat beberapa saat dngn brcampur peluh masing masing.
    Stelah cukup lama kami brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg ada. Stelah itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dngn peluh syurga.
    Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan keangkuhanmu Ivone Gienarsih.

  • Full bộ ảnh Thôn Nữ chụp hai người mẫu Việt sexy tại làng gốm

    Full bộ ảnh Thôn Nữ chụp hai người mẫu Việt sexy tại làng gốm


    1741 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Kejangan Hebat Di Malam Pertama

    Kejangan Hebat Di Malam Pertama


    1740 views

    ..Saya terima nikahnya..”,
    Masih terbayang dalam ingatanku perasaan bahagia dan lega saat selesai mengucapkan ijab kabul di muka penghulu tadi pagi. Bahagia karena berhasil menyunting gadis yang kucintai, lega karena telah berhasil melewati cobaan dan rintangan yang sangat berat selama hampir sepuluh tahun hubungan kami.

    Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap sudut kamar pengantin yang dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring gadis yang amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga berwarna merah jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia, yang kukenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran para pemuda di kampus, sekarang telah resmi menjadi istriku.

    Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak terlalu “bersih”, saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat Heavy Petting sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan tanggungjawab, aku berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini. Aku bangga akan hal itu.

    Suasana yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC sungguh membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi. Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.

    Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung dan sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar dia ini memilih daster yang berkancing di depan dan hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster dan BH itupun segera terlempar ke lantai.

    Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka kancing piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.

    Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya yang sudah mengacung keras. dia mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang. Tanganku mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Aku tidak ingin buru-buru, aku ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora.

    Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, membuat kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Sementara dia rupanya sudah tidak sabar, dibelai dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.

    Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin dan basah. Tubuh dia mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya.

    Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik,
    “Ohh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”
    Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.

    Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya aku dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.

    Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan kudorong masuk. dia merintih keras, dan karena mungkin kesakitan, tangannya mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan! Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.

    Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk menyakitinya.

    Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Dia meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga?

    Malam Kedua.


    Jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi dengan senang dan bahagia.

    Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan Perkimpoian, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita. Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku itu halaman demi halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks. Sampai pada halaman mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju masing-masing. Giliran pertama, dia membandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di buku. Walau belum disentuh, kemaluanku sudah menggembung besar dan keras. dia mengelus dan membolak balik “benda” itu sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja dia memasukkan dan mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan kularang. Aku belum mendapat giliran.

    Kemudian, kuminta dia berbaring telentang di tempat tidur, menarik lututnya sambil sedikit mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu, tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah. Aku mengambil posisi telungkup di bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya. Terlihat bagian dalamnya yang merah darah, sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan seorang wanita dengan jelas. Walaupun sering melakukan oral, tapi belum pernah melihat apalagi memerhatikannya karena selalu kulakukan dengan mata tertutup. Aku baru tahu bahwa klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa bentuk lubang tersebut.

    Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai, dan mulai kuciumi kemaluan dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang basah, hangat dan kasar, hingga membuat dia kembali mengejang, merintih dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya aku mempraktekkan apa yang selama ini hanya jadi teori semata.

    Dia semakin liar, bahkan sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat. Dia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya telah melahap dan mengulum kemaluanku yang sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada tara. Tapi, aku kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.

    Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang sangat indah itu. Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan gemas, dia memintaku untuk melakukannya pelan-pelan.

    Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan gambar dan apa yang telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak Liang Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa dia juga sangat menginginkannya. Setelah kuminta dia untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku, kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit. Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air mata di sudut matanya, tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Dia mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina dia tercinta. Aku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium dia dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia membuka matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia juga sangat bahagia.

    Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk, dia mendesah, dan kali ini, bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, dia sudah mulai dapat menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada tara, yang baru kali ini kurasakan. Aku memang belum pernah bersenggama dalam arti sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepala dia mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku semakin bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya menancap di punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahim dia. Aku kalah kali ini.

    Kupeluk dan kuciumi wajah dia yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “sama-sama.” Kutitipkan padanya untuk menjaga baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh itu.

    Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara dia cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.

    Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, aku berhasil membawa dia orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Aku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.

    Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun yang kurasakan dari dia.

  • Skandal Dalam Pernikahan Putriku

    Skandal Dalam Pernikahan Putriku


    1740 views

    Ketika aku mendekati pintu, suara-suara yang gugup semakin terdengar lebih jelas. Mantan istriku, Wati, yang kuceraikan delapan tahun yang lalu sedang memberikan perintah-perintahnya pada seseorang.

    Aku mendengar suara tawa yang renyah dari putri bungsuku, Erna yang berusia sembilan belas tahun, dan protes dari kakaknya, Endang, sang pengantin wanita.

    Dalam usianya yang ke-dua puluh satu tahun, muda dan keras kepala, saat menceritakan padaku kalau dia akan menikah, aku terdiam merasa kecewa dan terguncang, tapi aku menyembunyikannya dengan mendoakannya keberuntungan yang terbaik dan sebuah kehidupan yang selalu bahagia. Suara yang lain tidak aku kenal dan kutebak kalau itu adalah suara para pengiring pengantin, gugup dalam kebahagiaan mereka untuk yang lain, barangkali menantikan hari mereka sendiri.

    Kurapikan dasi kupu-kupuku dengan bercermin di gang, aku melihat bayangan diriku dalam cermin, mengerutkan dahi merasa tak nyaman memakai pakaian resmi yang membatasi ini. Kuperhatikan diriku, rambutku masih terlihat hitam dan bersyukur karena kulihat bahwa sama sekali belum ada uban di usia empat puluh satu tahun ini. Wajahku terlihat keras karena tahun-tahun travellingku dan sering keluar masuk di lingkungan yang keras yang notabene penuh asap dan alkohol. Dan ketika aku mempelajari mata lelaki dalam cermin ini, aku mendapatkan gambaran akan kehidupan yang menghantarku hingga di sini. Aku jumpa Wati istriku saat kami berdua masih terlalu muda untuk membedakan mana yang baik, dan dia meyakinkanku si pemain gitar ini bahwa kami berdua akan bisa menaklukkan kerasnya dunia.

    Dia adalah lulusan sebuah perguruan tinggi dengan pekerjaan tetap dan aku adalah seorang lelaki yang pergi bertualang dari kota satu ke kota lainnya berkeliling negeri ini. Anak-anak gadis kami lahir di awal perkawinan, yang membuat kami masih bertahan bersama sekitar lima tahun lamanya hingga akhirnya kami berdua menyadari bahwa hubungan ini sudah tak dapat dipertahankan lagi. Dia bertemu dengan seorang pria lain yang mempunyai sebuah kehidupan yang stabil, yang menurutnya akan lebih baik untuk kehidupan kedua putri kami.

    Perceraian datang dan terjadi seperti perkiraan kami dan aku masih menetap di dekat mereka selama beberapa tahun sampai memperoleh sebuah lompatan besar sebagai pemusik studio di ibu kota. Sejak saat itu, aku mencoba yang terbaik agar tetap bisa berhubungan melalui telepon, lewat kiriman foto, dan tour keliling yang sekali-kali singgah di dekat situ. Dan saat aku menatap dalam kaca, aku melihat sebuah penyesalan yang terpancar ke luar.

    “Ayah, apa yang Ayah lakukan?”
    Aku kembali pada kesadaranku oleh suara putriku, Erna. Dia terlihat cantik bahkan di saat memakai baju pengiring pengantinnya yang menggelikan itu. Kulitnya yang kuning langsat dan rambutnya yang hitam pekat terlihat kontras dibandingkan dengan warna metalik dari pakaian itu. Dia tersenyum dalam kecantikannya yang lugu dan menatapku dengan bingung.
    “Hanya mengenang masa lalu,” kataku.
    “Saat seperti ini membuat kamu berpikir kalau kamu telah membuat keputusan yang salah. Bagaimana itu mempengaruhi hidup orang lain.” Dia menghiburku dengan pelukan dan mengusap bahu dan punggung lenganku.
    “Ayah lakukan apa yang harus Ayah lakukan,” dia berkata.
    “Aku tidak memusuhi Ayah. Aku akan melakukan hal yang sama bila berada dalam posisi tersebut. Aku akan lebih memilih pengalaman hidup dari pada mengambil keputusan seperti yang diambil Ibu.”
    Pijatannya yang lembut menenangkan keteganganku, dan saat aku telah menjadi lebih santai aku sadari betapa aku menikmati dadanya yang menekan tubuhku. Dengan tinggiku yang sekitar dua belas centimeter lebih tinggi daripada Erna, aku menggerakkan tanganku dari punggungnya yang kecil naik ke bahunya yang telanjang dan menekannya agar merapat padaku. Dia membalas memelukku erat dan tersenyum dengan tidak berdosa. Kutundukkan kepalaku, dan memberinya sebuah ciuman ringan di atas dahinya, tetapi dia malah berjinjit pada jari kakinya dan dengan cepat menemukan bibirku.

    “O-o.., sebaiknya Ibu tidak melihat. Dia mungkin akan cemburu. Atau Endang, mungkin.” dia tertawa genit. Aku tersenyum pada kelakarnya dan ketika dia berjalan sepanjang aula, aku tidak bisa mempercayai reaksinya pada perlakuanku yang dengan pelan memukul pantatnya.
    “Mungkin nanti, Ayah bisa mencobanya saat aku tidak memakai pakaian gembung ini.”

    Gaunnya turun hingga ke bawah lututnya dan itu terlihat indah, kaki-kaki itu laksana sebuah magnet yang membuat mataku lengket selalu menatapnya saat menggerakkan keindahan ini, saat wanita muda itu melenggang pergi. Aku membayangkan pantat yang manis dan kencang yang dia miliki. Aku juga membayangkan seperti apa rasanya pantat itu di dalam tanganku ketika dia menungganginya naik turun pada penisku, meneriakkan dengan histeris, “Setubuhi aku, Ayah. Setubuhi putri kecilmu. Masukkan penismu dalam vagina panas putrimu.” Saat kepergok sedang memandangi dan mengkhayalkannya, aku melihat ke arah putriku yang menengok ke belakang. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya saat dia berbelok di ujung gang itu.

    Kembali ke kenyataan, aku akan mengetuk pada pintu di mana pengantin wanita sedang bersiap-siap ketika mantan istriku Wati membuka pintu itu dan keluar.
    “Rudi, kita harus bicara.” dia berkata dalam sebuah nada yang memperingatkan. Aku bergeser dari pintu untuk memberinya ruang.
    “Endang ingin agar Anton yang berjalan di sepanjang karpet itu. Sekarang, kamu benar-benar tidak punya alasan untuk mengganggunya.”
    “Aku tidak peduli,” aku menjawab deklarasinya. Aku merasa terluka, tapi rasa bersalahku akan kehidupanku berkata bahwa ini adalah konsekuensi dari keputusan hidupku yang lain.
    “Aku harap aku bisa bicara dengannya sebelum upacara,” kulirik arlojiku. Masih ada waktu satu jam.
    “Aku ingin meluruskan beberapa hal. Ingin mendoakan keberuntungannya. Hal-hal seperti itulah.”
    “Itu bukan ide yang baik,” kata Wati.


    “Dia sedang bingung dengan siapa dia akan berjalan di karpet itu nanti. Dia terlalu emosional dan gelisah sekarang. Aku bilang padanya bahwa dia sudah membuat keputusan yang benar dan kamu akan memahami itu.”

    Aku tidak ingin membuat masalah, dan aku bisa lihat aku tidak akan berusaha melewati sang penjaga pintu, maka kuanggukkan kepalaku dan berbalik. Aku berjalan ke dalam ruangan di mana sang pendeta sedang bersiap-siap dan berbicara dengannya untuk beberapa menit sebelum dia pergi untuk meyakinkan para pelayan altar agar tahu apa yang harus mereka lakukan. Dia berkata bahwa aku boleh tetap berada di sini jika aku ingin, kuambil tawarannya dan duduk pada sofa kulitnya menghadap jendela dan melihat orang-orang yang memakai setelan jas resmi dan gaun pesta ke dalam gereja. Pintu terbuka dan menutup di belakangku. Mengira kalau yang masuk adalah sang pendeta, aku berdiri dan bertanya..

    “Apa pekerjaan mereka beres?”
    “Beres?” tanya Erna.
    “Ah. Aku pikir kamu si pendeta.” dia tertawa.
    Erna menggantikan tempatku di sofa ketika aku berjalan di sekitar jendela dengan membayangkan hubungan seks sedarah kami. Kakinya bertumpu pada meja kopi di depan sofa menekuk lututnya saat dia mengayunkannya maju mundur, membuka dan menutup. Gaunnya yang mulai tersingkap ke atas pahanya yang memperlihatkan lebih banyak bagian dari paha dalamnya. Gaunnya tersingkap hingga di atas lututnya, suaranya menggesek maju mundur menyelimuti detak jantungku yang terus meningkat. Aku berjalan semakin dekat untuk senyuman lezat yang ingin kucicipi itu tetapi sadar kalau aku tidak bisa melakukannya.

    Putriku yang berumur sembilan belas tahun itu sedang menggodaku. Aku sering melihat ‘groupies’ untuk mengetahui tentang apa arti dari godaan, tetapi groupies lebih blak-blakan. Semua orang tahu apa yang mereka inginkan. Ada sesuatu yang disembunyikan di sini, kami berdua tahu apa yang akan terjadi. Aku yakin kami berdua bukanlah orang ’suci’. Tapi godaan ini tak akan berakibat apa pun. Tidak ada apa pun yang bisa. Itu salah. Kami tidak bisa membiarkan sesuatu itu terjadi. Sesuatu yang bersifat seksual.

    Dia membuka kakinya lebih lebar, seperti sebuah undangan agar datang menikmatinya. Gaunnya bergerak lebih tinggi dan aku menangkap sebuah pandangan sekilas dari sabuk stocking yang membungkus di sekitar paha indahnya. Erna menurunkan kakinya ke lantai dan aku takut kalau aku akan menerkamnya, aku telah berbuat keterlaluan dengan nafsu pada keindahan pahanya. Paha yang aku inginkan untuk melingkari tubuhku, yang kutelusuri dengan tanganku. Tetapi dia masih tersenyum saat aku memandangnya, memainkan pikiranku. Dia ingin agar aku duduk pada meja di depannya dan aku melakukannya, tidak ingin mengecewakan wanita muda ini.

    “Tetaplah di sini,” dia berkata.

    Aku mematuhi dan menutup wajahku dengan tangan, berusaha meredakan pikiranku yang penuh gairah. Aku ingin kehangatan dari seorang wanita, dan aku ingin merasakan kehangatan itu pada penisku. Aku ingin dadanya di tanganku, pahanya bergesekan dengan milikku. Aku menginginkan perhatian dan cintanya. Itu salah, atau kira-kira itulah yang mereka katakan, untuk bernafsu pada wanita yang aku inginkan. Tetapi melihatnya mengayunkan paha, menggesekkan ke depan dan ke belakang, membayangkan itu adalah vaginanya yang menggesek, menelan penisku, merintih dengan penuh gairah ketika aku memompa keluar masuk tubuhnya, aku telah sampai di garis tepi itu.

    Tanganku menutupi wajahku, pikiranku menjadi liar. Aku mendengar suara pintu di seberang ruangan ditutup di belakangku yang diikuti oleh suara mengunci pintu itu. Sepertinya ada dua orang di sana. Aku mengintip dari tanganku dan melihat seorang pengantin wanita yang paling cantik dalam hidupku. Tingginya yang sama dengan adiknya, dia mempunyai sebuah wajah yang sama cantiknya dan bentuk tubuh sempurna yang tak berbeda. Jika rambutnya tidak lebih panjang, pasti akan sulit untuk membedakan mereka. Aku berdiri, penisku masih keras tapi tersembunyi oleh pakaian resmi yang kupakai. Malu dengan pemikiranku akan Erna, aku mendekati Endang yang mengenakan gaun pengantin anggun, menggairahkan.

    “Sayang, kamu cantik sekali,” kataku.

    Paha Endang yang terlihat menyembul dari balik gaun putihnya hampir membuatku meledak di dalam celana dalamku. Jasku sedang dibuka oleh seseorang di belakangku. Aku menoleh dan menemukan Erna. Keinginan yang penuh gairah kembali lagi. Endang tersenyum pada Erna dan melihat mata Endang, aku tahu putri bungsuku pasti tersenyum juga. Aku mulai untuk mencoba katakan sesuatu, tapi Endang memotong..

    “Ayah,” dia berkata.
    “Ayah yang manis, lembut..”, katanya lagi.

    Dia bergerak semakin dekat kepadaku seiring kurasa tangan Erna mengelus lenganku kemudian menyeberang ke dadaku. Aku pikir aku sedang bermimpi dan aku ingin terbangun agar aku bisa segera melakukan masturbasi dan mengeluarkan bayangan ini dari pikiranku. Tapi ini bukan sebuah mimpi.

    “Aku tahu Ayah merasa bahwa sepertinya Ayah sudah menelantarkan kami. Tapi, kami tahu bahwa Ayah sudah mencoba yang terbaik. Kami tahu bahwa Ibu saja yang sulit menerimanya.”
    “Kami mencintai Ayah. Waktu yang pernah kita lewati bersama sangat berharga.” Erna menambahkan ketika dia tetap membelai dadaku, kemudian dia dengan lembutnya mencium leherku. Nafasnya yang halus menggetarkan tubuhku.
    “Sebenarnya, kami sangat menginginkan Ayah,” kata Endang saat dia telah dengan sepenuhnya merapat.
    “Ini adalah khayalanku,” katanya sebelum dengan singkat mencicipi bibirku.

    Tanganku bergerak ke bawah gaun pengantinnya, meluncur di atas kedua pahanya. Dagingnya yang halus tidak mengenakan stocking. Saat tangan kiriku mencapai kelembabannya, rambut kemaluannya, aku tahu dia ingin disetubuhi. Penisku semakin keras saat lidah bernafsu Endang menjadi lebih agresif dan mengatakan padaku bahwa penis Ayahnya inilah yang dia inginkan di dalam vaginanya.

    “Katakan pada Ayah betapa kamu sangat menginginkan dia, Endang.”

    Erna sudah pindah dari belakangku ke belakang Endang. Saat aku sedang mengelus paha Endang dengan satu tangan dan menggoda bibir vaginanya dengan jari dari tangan yang lainnya, Erna sedang mengelus dada kakaknya dan mencium lehernya dan memegangi telinganya. Kemudian aku merasa tangan Erna bergabung dengan tanganku dalam merasakan vagina kakaknya yang basah.

    “Ohh, ya, Ayah,” erang Endang lirih. Celana dalamku terlepas dan putriku mendapatkan penisku di dalam genggaman tangannya. Dia menyeka beberapa precum dengan jarinya dan menghisapnya ke dalam mulutnya sebelum menarikku kembali dalam sebuah ciuman.
    “Aku ingin Ayah menyetubuhiku, Ayah. Setubuhi gadis kecilmu yang nakal ini.”

    Vagina Endang yang panas adalah hal terbaik yang pernah dirasakan jariku, dan saat dia menjauh, mereka dibuatnya sedih. Tetapi dia lalu duduk di atas sofa, lutut ditekuk dan kaki mengangkang terbuka, seperti yang dilakukan Erna sebelumnya. Dia menyingkap gaunnya hingga dapat kulihat gundukan dagingnya yang menggairahkan di bawah gaun pengantinnya. Erna memanfaatkan kesempatan yang ditinggalkan kakaknya untuk berlutut dan mengambil penis kerasku ke dalam mulut mudanya. Aku membungkukkan kepalaku dan membelai rambutnya saat dia menghisap batang tebalku. Melalui mataku yang hampir terpejam, aku bisa melihat Endang yang memainkan kelentitnya, menjilat sari buahnya.

    Endang tidak bisa membendungnya lagi, dan tak pasti berapa lama hisapan adiknya yang sempurna ini sanggup kuhadapi, sebab dia perintahkan padaku agar datang padanya.

    “Kemarilah dan setubuhi aku, Ayah. Aku ingin penis besar Ayah di dalam vagina panasku sekarang. Aku ingin kita keluar bersama.”

    Erna mendengar rintihan kakaknya dan melepaskanku dari genggamannya, mendekat ke Endang. Kedua putriku mulai saling mencium, Erna memberi kakak kandungnya sebuah rasa dari apa yang akan segera dialami vaginanya. Aku bergerak di antara paha Endang, meluncurkan tanganku pada daging yang paling berharga yang kutahu, putriku.

    “Ohh, Sayang. Kamu sangat indah. Ayah tidak bisa mencegahnya. Penisku terasa sakit karena kamu.” Aku mengagumi kecantikan dan keindahannya dan mendekatkan wajahku pada vagina basahnya. Sari buahnya sangat merangsang dan lidahku melingkari bibirnya, mengambil cintanya di dalamnya.
    “Ohh, Ayah,” desahnya saat aku menyisipkan lidahku sedalam-dalamnya, kemudian menarik keluar dan mencicipi daging yang melingkupi kelentitnya.
    “Aku sangat ingin Ayah menyetubuhiku.”

    Penisku tidak bisa kutahan lagi. Aku harus merasakan kehangatan putriku pada penisku. Aku bangkit dengan perasaan yang sangat bersemangat mendapatkan seorang wanita muda yang dengan sepenuhnya mengharapkanmu dalam hidupnya dan melihat Erna yang sedang menghisap puting susu kakaknya. Kupegang penisku mengarah ke daging basah Endang yang membuka, merasakan darahku terpompa di bawah jariku. Pelan-pelan kuselipkan dalam sebuah dorongan pendek, kehangatannya terasa berlimpah saat aku mempertimbangkan konsekwensi tindakan terlarang ini. Aku menginginkan wanita muda ini, putri kandungku sendiri.

    Endang melingkarkan kakinya di punggungku, seolah-olah merasakan keraguanku, dan menarikku dengan penuh ke dalamnya.

    “Kumohon, setubuhi aku. Ohh Tuhan, penis besar Ayah terasa hebat. Keluarlah di dalamku, Ayah. Aku ingin merasakan sperma Ayah menetes ke kakiku saat aku katakan janjiku di depan pendeta.”
    “Ohh, sayang. Vaginamu sangat panas dan ketat di penis besar Ayah. Ini adalah vagina terbaik yang pernah kurasakan. Ayah ingin menyetubuhi kedua putriku melebihi apa pun di dunia ini.” aku memompanya dengan penuh cinta, tetapi perasaan ini tumbuh terlalu liar untuk dikendalikan.
    “Katakan kamu ingin Ayahmu bagaimana, Sayang.”
    “Ohh Tuhan. Aku keluar Ayah. Keluarlah bersamaku.” pinggulnya menusukkan vaginanya lebih ke dalam penisku.
    “Setubuhi putrimu lebih keras,” Erna memerintahkan.

    Aku memandang dari nafsu kusamku untuk melihat kedua anak gadisku saling melilitkan lidahnya dalam mulut mereka satu sama lain.

    “Vaginamu sangat nikmat di penis kerasku, sayang. Ayah akan keluar. Aku mencintaimu sayang.”

    Lalu, kedua tubuh kami meledak dalam sebuah orgasme yang tak terkendalikan. Gelombang demi gelombang spermaku kupompa ke dalam putriku, vaginanya memijat keluar tiap-tiap tetesan akhir, kakinya menekan pantatku merapat kepadanya. Kemudian penisku mengecil di dalam vagina Endang, dan aku memberinya sebuah ciuman penuh kasih.

    “Aku mencintaimu, Endang. Akan kulakukan apa pun untukmu. Untuk kalian berdua.”
    “Itu bagus,” kata Erna saat dia melangkah keluar dari pakaian pengiring pengantinnya, bra hitamnya dan sepatu bertumit tinggi yang dia kenakan, sangat cocok padanya.
    “Sebab aku mulai cemburu melihat penis besar Ayah di dalam vagina Kakak.” dia menggantikan posisiku di antara kaki kakaknya ketika aku bergeser ke samping.

    Putri-putriku yang nakal mulai saling berciuman dan aku memindahkan meja menjauh agar aku dapat berdiri di belakang Erna. Endang melepaskan bra adiknya yang memberi efek langsung pada penisku yang mengeras, tetapi itu masih belum sepenuhnya siap benar. Tanganku mengelus pinggul Erna ketika aku menggosokkan penisku pada pantat dan sela pahanya. Aku merasa dia akan bangkit, maka kuberi ruang padanya saat aku menyadari bahwa dia sedang turun pada kakaknya.

    Mata Endang terpejam, tapi aku bisa melihat kesenangan yang murni pada wajahnya ketika adiknya mencicipi campuran dari orgasme adik dan ayahnya. Erna telah siap untuk disetubuhi. Dia membentangkan kakinya terpisah dan dengan sepatunya yang bertumit tinggi dan kepalanya turun pada kakaknya, pantatnya bergoyang dengan sempurna. Aku harus mencicipinya dulu. Maka aku turun ke atas lantai di antara kakinya, dan mengangkat kepalaku ke atas, mulai menjilati vagina basahnya. Dia membantuku dengan satu jarinya yang menggosok kelentitnya ketika aku menjilat ke dalam bibir vaginanya.

    Rintihannya mengirimku ke garis tepi itu. Kami semua tidak mampu membendungnya lagi. Aku bangkit di belakangnya dengan tanganku memegangi pinggulnya, masih mengayun dan kakinya lebih jauh terpentang, lidahnya masih memberi kenikmatan pada kakaknya lebih lagi. Aku menatap pahanya, ditopang oleh tumitnya, dan teringat dia saat berjalan di sepanjang aula itu. Dengan memejamkan mata, aku menarik kami bersama, penis gemukku menekan jauh ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.
    “Ohh, Erna.” aku mengerang dalam masing-masing ayunanku yang lembut.
    “Sayang, kamu sangat seksi.” tanganku meremas pantat dan pinggulnya yang bergerak seiring ayunanku.
    “Melihatmu mengoral kakakmu membuat Ayah akan keluar lagi.”
    “Ayah, penis besar Ayah terasa sangat nikmat bergerak keluar masuk. Pelanlah agar kita dapat keluar bersama.”

    Aku memenuhi harapannya. Bergerak dengan penuh rasa nikmat dalam gerakan lambat saat aku ingin menusuknya yang terakhir kalinya dengan dalam, aku menahan diriku. Bola zakarku mengencang untuk pelepasan, penisku tumbuh lebih gemuk, aku harus melepaskan tali orgasme ini. Pemandangan dari kedua putriku bersama dengan Ayah mereka, perasaan keduanya yang membungkusku, mencintaiku, membuatku berakhir, tak bisa lagi kukendalikan. Perutku mulai mengencang.

    “Sayang, Ayah keluar.” aku merasa spermaku bergerak dari dalam tubuhku bersiap untuk meledak dengan tiap tusukannya.
    “Keluarlah di dalamku, Ayah. Campurkan dengan milikku.” Aku sudah menunggu terlalu lama. Kontraksi putriku di sekitar batangku meledakkan sperma dari penisku.
    “Brengsek,” aku mengumpat dalam hati saat aku tetap memompa anak gadisku, mataku terpejam tak menghiraukan dunia ini.
    Sebelum sperma terakhirku habis, aku merasa seseorang memegang lengan tanganku. Itu adalah Endang. Dia berlutut menuju ke pantat adiknya dan menarikku ke luar. Erna berpaling dengan kelelahan yang terlukis pada wajahnya dan tersenyum saat kakaknya berkata..

    “Aku ingin mencium suamiku dengan rasa dari dua orang yang paling kucintai di dalam mulutku. Adik dan Ayahku tersayang.”

    Lalu aku menutup mataku dan merasakan mulut indah lembutnya, memeras sperma terakhir keluar dari tubuhku.

  • TIFF LOAD MY MOUTH

    TIFF LOAD MY MOUTH


    1740 views